Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

Hemorrhoid

Disusun Sebagai Bagian dari Persyaratan Menyelesaikan


Program Internship Dokter Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

Disusun Oleh:
dr. Irwani Mandalika

Pembimbing:
dr. Tomi Irmayanto SpB

DALAM RANGKA MENGIKUTI PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
DINAS KESEHATAN KOTA MATARAM
RUMAH SAKIT BHAYANGKARANUSA TENGGARA BARAT
PERIODE MEI 2020 – FEBRUARI 2021

1
BERITA ACARA PRESENTASI DISKUSI KASUS

Pada hari ini tanggal Oktober 2020 , telah dipresentasikan Laporan Kasus oleh :

Nama peserta : dr. Irwani Mandalika


Dengan judul/topik : Hemorrhoid grade III
Nama pendamping : dr. Mike Wijayanti
Nama pembimbing : dr. Tomi Irmayanto SpB
Nama wahana : Rumah Sakit Bhayangkara, Kota Mataram, NTB.

No Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

1 dr.Karina Phataya 1.
2 dr. Fatarosdiana 2.
3 dr.I Gede Swaranta 3.
4 dr. Silmina Alifia 4.
5 dr. Baiq Selslya P 5.
6 dr. Reni Fitriani 6.
7 dr. Kartika Dwi 7.
8 dr. Melia Fediansari S 8.
9 dr. Ida Ayu Paramitha Atmaja 9.
10 dr. Ahia Zakira Rosmala 10.
11 dr. Nisa Fathonah 11.
12 dr. Nadiah Restu M 12.
13 dr. Bayu Kusuma Wardana 13.
14 dr. Aulanisa Handayani 14.
15 dr. Rohmatul Hijriah 15.

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pembimbing Pendamping

(dr. Tomi Irmayanto, SpB) (dr. Mike Wijayanti)


Spesialis Bedah NIP: 197512192005012005

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat,
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Hemorrhoid”
dengan baik dan tepat waktu.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas program internship dokter
Indonesia. Di samping itu, laporan kasus ini ditujukan untuk menambah pengetahuan bagi tentang
Hemorrhoid.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Tomi IrmayantoSpB
selaku pembimbing dalam penyusunan laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada rekan–rekan anggota kelompok internship.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari
kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun saran yang
membangun. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih yang sebesar–besarnya, semoga tugas ini dapat
memberikan tambahan informasi bagi kita semua.

Mataram, Oktober 2020

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. 3
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 5
1.2 Tujuan .................................................................................................... 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan histologi............................................................................ 6
2.2 Klasifikasi ................................................................................................7
2.3 Diagnosis .................................................................................................8
2.4 Penatalaksanaan ...................................................................................... 9
BAB III
LAPORAN KASUS................................................................................................... 17
BAB IV
RESUME DAN ANALISA KASUS ....................................................................... 21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 22
5.2 Saran ..................................................................................................... 22
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 23

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hemorrhoid atau lebih dikenal dengan nama wasir atau ambeien, bukan merupakan
suatu keadaan yang patologis (tidak normal), namun bila sudah mulai menimbulkan
keluhan, harus segera dilakukan tindakan untuk mengatasinya. Hemorrhoid dari kata
''haima'' dan ''rheo''. Dalam medis, berarti pelebaran pembuluh darah vena (pembuluh
darah balik) di dalam pleksus hemorrhoidalis yang ada di daerah anus. Dibedakan
menjadi 2, yaitu hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna yang pembagiannya
berdasarkan letak pleksus hemorrhoidalis yang terkena (Murbawani, 2006). Hemorrhoid
merupakan gangguan sirkulasi darah yang berupa pelebaran pembuluh (dilatasi) vena.
Pelebaran pembuluh vena yang terjadidi daerah anus sering terjadi. Pelebaran tersebut
disebut venecsia atau varises daerah anus dan perianus. Pelebaran tersebut disebabkan
oleh bendungan darah dalam susunan pembuluh vena. Pelebaran pembuluh vena di
daerah anus sering disebut wasir, ambeien atau hemorrhoid. Hemorrhoid dapat dibagi atas
hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna. Hemorrhoid dapat disebabkan karena
bendungan sentral seperti bendungan susunan portal pada sirosis hepatic, herediter atau
penyakit jantung koroner, serta pembesaran kelenjar prostate pada pria tua, atau tumor
pada rectum (Patologi F.K.UI, 1999).
Hemorrhoid interna adalah pleksus vena hemorrhoidalis superior di atas mukokutan
dan ditutupi oleh mukosa. Hemorrhoid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam
jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah. Hemorrhoid interna sering terletak di
kanan depan, kanan belakang dan kiri lateral. Hemorrhoid eksterna merupakan pelebaran
dan penonjolan pleksus hemorrhoidalis inferior, terdapat di sebelah distal pada
mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus (Sjamsuhidajat, 1998). Hemorrhoid
dapat menyebabkan kesulitan untuk defekasi. Hemorrhoid tidak hanya terjadi pada pria
usia tua, tetapi wanita bisa terjadi hemorrhoid. Usia muda dapat pula terjadi hemorrhoid
(Isselbacher, dkk, 2000). Diperkirakan bahwa 50 % dari populasi yang berumur lebih dari
50 tahun menderita hemorrhoid secara nyata atau minimal. Kebanyakan dari mereka
tidak memberikan keluhan (Robbins, 1995).

5
1.2. Tujuan
Tujuan dari laporan kasus ini antara lain:
- Sebagai bahan pembelajaran untuk lebih mengetahui tentang Hemorrhoid serta cara
penanganannya di fasilitas kesehatan.
- Sebagai salah satu persyaratan pemenuhan tugas sebagai internship di RS
Bhayangkara Mataram.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hemorrhoid
Hemorrhoid adalah varikositis akibat pelebaran (dilatasi) pleksus vena hemorrhoidalis
interna. Mekanisme terjadinya hemorrhoid belum diketahui secara jelas. Hemorrhoid
berhubungan dengan konstipasi kronis disertai penarikan feces. Pleksus vena hemorrhoidalis
interna terletak pada rongga submukosa di atas valvula morgagni. Kanalis anal
memisahkannya dari pleksus vena hemorrhoidalis eksterna, tetapi kedua rongga berhubungan
di bawah kanalis anal, yang submukosanya melekat pada jaringan yang mendasarinya untuk
membentuk depresi inter hemorrhoidalis. Hemorrhoid sangat umum dan berhubungan dengan
peningkatan tekanan hidrostatik pada system porta, seperti selama kehamilan, mengejan
waktu berdefekasi, atau dengan sirosis hepatis (Isselbacher, 2000). Pada sirosis hepatic terjadi
anatomosis normal antara system vena sistemik dan portal pada daerah anus mengalami
pelebaran. Kejadian ini biasa terjadi pada hipertensi portal. Hipertensi portal menyebabkan
peningkatan tekanan darah (>7 mmHg) dalam vena portal hepatica, dengan peningkatan
darah tersebut berakibat terjadinya pelebaran pembuluh darah venadi daerah anus (Underwood,
1999).
Hemorrhoides atau wasir merupakan salah satu dari gangguan sirkulasi darah.
Gangguan tersebut dapat berupa pelebaran (dilatasi) vena yang disebut venectasia atau
varises daerah anus dan perianus yang disebabkan oleh bendungan dalam susunan pembuluh
vena. Hemorrhoid disebabkan oleh obstipasi yang menahun dan uterus gravidus, selain itu
terjadi bendungan sentral seperti bendungan susunan portal pada cirrhosis hati, herediter atau
penyakit jantung kongestif, juga pembesaran prostat pada pria tua, atau tumor pada rectum
(Bagian Patologi F.K.UI, 1999).

Faktor Risiko
1. Keturunan: dinding pembuluh darah yang tipis dan lemah.
2. Anatomi: vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus hemorrhoidalis
kurang mendapat sokongan otot atau fasi sekitarnya.
3. Pekerjaan: orang yang harus berdiri atau duduk lama, atau harus mengangkat barang berat,
mempunyai predisposisi untuk hemorrhoid.

7
4. Umur: pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, otot sfingter menjadi
tipis dan atonis.
5. Endokrin: misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas anus (sekresi hormone
relaksin).
6. Mekanis: semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan meninggi dalam rongga
perut, misalnya pada penderita hipertrofi prostate.
7. Fisiologis: bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada derita dekompensasio
kordis atau sirosis hepatic.
8. Radang adalah factor penting, yang menyebabkan vitalitas jaringan di daerah berkurang.
Ternyata faktor risiko hemorrhoid banyak, sehingga sukar bagi kita untuk menentukan
penyebab yang tepat bagi tiap kasus.
Menurut asalnya hemorrhoid dibagi dalam:
1. Hemorrhoid Interna
2. Hemorrhoid Eksterna
Dan dapat dibagi lagi menurut keadaan patologis dan klinisnya,
misalnya meradang, trombosis atau terjepit (Bagian Bedah F.K.UI,1994).

Hemorrhoid Interna
Pleksus hemorrhoidalis interna dapat membesar, apabila membesar terdapat
peningkatan yang berhubungan dalam massa jaringan yang mendukungnya, dan terjadi
pembengkakan vena. Pembengkakan vena pada pleksus hemorrhoidalis interna disebut
dengan hemorrhoid interna (Isselbacher, dkk, 2000). Hemorrhoid interna jika varises yang
terletak pada submukosa terjadi proksimal terhadap otot sphincter anus. Hemorrhoid interna
merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah.
Hemorrhoid interna sering terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan, kanan
belakang, dan kiri lateral. Hemorrhoid yang kecil-kecil terdapat diantara ketiga letak primer
tersebut (Sjamsuhidajat, 1998). Hemorrhoid interna letaknya proksimal dari linea pectinea
dan diliputi oleh lapisan epitel dari mukosa, yang merupakan benjolan vena hemorrhoidalis
interna. Pada penderita dalam posisi litotomi terdapat paling banyak pada jam 3, 7 dan 11
yang oleh Miles disebut: three primary haemorrhoidalis areas (Bagian Bedah F.K. UI, 1994).
Trombosis hemorrhoid juga terjadi di pleksus hemorrhoidalis interna. Trombosis akut pleksus
hemorrhoidalis interna adalah keadaan yang tidak menyenangkan. Pasien mengalami nyeri
mendadak yang parah, yang diikuti penonjolan area trombosis (David, C, 1994).

8
Berdasarkan gejala yang terjadi, terdapat empat tingkat hemorrhoid interna, yaitu;
Tingkat I : perdarahan pasca defekasi dan pada anoskopi terlihat permukaan dari benjolan
hemorrhoid.
Tingkat II : perdarahan atau tanpa perdarahan, tetapi sesudah defekasi terjadi prolaps
hemorrhoid yang dapat masuk sendiri.
Tingkat III : perdarahan atau tanpa perdarahan sesudah defekasi dengan prolaps hemorrhoid
yang tidak dapat masuk sendiri, harus didorong dengan jari.
Tingkat IV : hemorrhoid yang terjepit dan sesudah reposisi akan keluar lagi. (Bagian Bedah
F.K.U.I, 1994).

Hemorrhoid Eksterna
Pleksus hemorrhoid eksterna, apabila terjadi pembengkakan maka disebut hemorrhoid
eksterna (Isselbacher, 2000). Letaknya distal dari linea pectinea dan diliputi oleh kulit biasa
di dalam jaringan di bawah epitel anus, yang berupa benjolan karena dilatasi vena
hemorrhoidalis.
Ada 3 bentuk yang sering dijumpai:
1. Bentuk hemorrhoid biasa tapi letaknya distal linea pectinea.
2. Bentuk trombosis atau benjolan hemorrhoid yang terjepit.
3. Bentuk skin tags.
Biasanya benjolan ini keluar dari anus kalau penderita disuruh mengedan, tapi dapat
dimasukkan kembali dengan cara menekan benjolan dengan jari. Rasa nyeri pada perabaan
menandakan adanya trombosis, yang biasanya disertai penyulit seperti infeksi, abses perianal
atau koreng. Ini harus dibedakan dengan hemorrhoid eksterna yang prolaps dan terjepit,
terutama kalau ada edema besar menutupinya. Sedangkan penderita skin tags tidak
mempunyai keluhan, kecuali kalau ada infeksi. Hemorrhoid eksterna trombotik disebabkan
oleh pecahnya venula anal. Lebih tepat disebut hematom perianal. Pembengkakan seperti
buah cery yang telah masak, yang dijumpai pada salah satu sisi muara anus. Tidak diragukan
lagi bahwa, seperti hematom, akan mengalami resolusi menurut waktu (Dudley, 1992 )
Trombosis hemorrhoid adalah kejadian yang biasa terjadi dan dapat dijumpai timbul pada
pleksus analis eksternus di bawah tunika mukosa epitel gepeng, di dalam pleksus
hemorrhoidalis utama dalam tela submukosa kanalis analis atau keduanya. Trombosis analis
eksternus pada hemorrhoid biasa terjadi dan sering terlihat pada pasien yang tak mempunyai
stigmata hemorrhoid lain. Sebabnya tidak diketahui, mungkin karena tekanan vena yang
tinggi, yang timbul selama usaha mengejan berlebihan, yang menyebabkan distensi dan stasis

9
di dalam vena. Pasien memperlihatkan pembengkakan akuta pada pinggir anus yang sangat
nyeri (David, C, 1994).
Klasifikasi Derajat Hemoroid
Derajat I : Hemoroid (+), prolaps (keluar dari dubur) (-).
Derajat II : Prolaps waktu mengejan, yang masuk lagi secara spontan.
Derajat III : Prolaps yang perlu dimasukkan secara manual.
Derajat IV : Prolaps yang tidak dapat dimasukkan kembali (Merdikoputro,
2006).
Gejala dan Tanda Hemorrhoid
Dalam praktiknya, sebagian besar pasien tanpa gejala. Pasien diketahui menderita
hemoroid secara kebetulan pada waktu pemeriksaan untuk gangguan saluran cerna bagian
bawah yang lain waktu endoskopi/kolonoskopi (teropong usus besar). Pasien sering
mengeluh menderita hemorrhoid atau wasir tanpa ada hubungan dengan gejala rectum atau
anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungan dengan hemorrhoid interna
dan hanya timbul pada hemorrhoid eksterna yang mengalami trombosis (Sjamsuhidajat,
1998).
Gejala yang paling sering ditemukan adalah perdarahan lewat dubur, nyeri,
pembengkakan atau penonjolan di daerah dubur, sekret atau keluar cairan melalui dubur, rasa
tidak puas waktu buang air besar, dan rasa tidak nyaman di daerah pantat (Merdikoputro,
2006).
Perdarahan umumnya merupakan tanda utama pada penderita hemorrhoid interna
akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada anus atau kertas pembersih sampai
pada pendarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun
berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar. Pendarahan luas dan intensif di
pleksus hemorrhoidalis menyebabkan darah di anus merupakan darah arteri. Datang
pendarahan hemorrhoid yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat. Hemorrhoid
yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps.
Pada tahap awal penonjolan ini hanya terjadi pada saat defekasi dan disusul oleh reduksi
sesudah selesai defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut hemorrhoid interna didorong
kembali setelah defekasi masuk kedalam anus. Akhirnya hemorrhoid dapat berlanjut menjadi
bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak dapat terdorong masuk lagi. Keluarnya
mucus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri hemorrhoid yang
mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal

10
sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan
rangsangan mucus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang meluas dengan udem
meradang (Sjamsuhidajat, 1998).
Apabila hemorrhoid interna membesar, nyeri bukan merupakan gambaran yang biasa
sampai situasi dipersulit oleh trombosis, infeksi, atau erosi permukaan mukosa yang
menutupinya. Kebanyakan penderita mengeluh adanya darah merah cerah pada tisu toilet
atau melapisi feses, dengan perasaan tidak nyaman pada anus secara samar-samar.
Ketidaknyamanan tersebut meningkat jika hemorrhoid membesar atau prolaps melalui anus.
Prolaps seringkali disertai dengan edema dan spasme sfingter. Prolaps, jika tidak diobati,
biasanya menjadi kronik karena muskularis tetap teregang, dan penderita mengeluh
mengotori celana dalamnya dengan nyeri sedikit. Hemorrhoid yang prolaps bias terinfeksi
atau mengalami trombosis, membrane mukosa yang menutupinya dapat berdarah banyak
akibat trauma pada defekasi (Isselbacher, dkk, 2000).
Hemorrhoid eksterna, karena terletak di bawah kulit, cukup sering terasa nyeri,
terutama jika ada peningkatan mendadak pada massanya.Peristiwa ini menyebabkan
pembengkakan biru yang terasa nyeri pada pinggir anus akibat trombosis sebuah vena pada
pleksus eksterna dan tidak harus berhubungan dengan pembesaran vena interna. Karena
thrombus biasanya terletak pada batas otot sfingter, spasme anus sering terjadi. Hemorrhoid
eksterna mengakibatkan spasme anus dan menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri yang dirasakan
penderita dapat menghambat keinginan untuk defekasi. Tidak adanya keinginan defekasi,
penderita hemorrhoid dapat terjadi konstipasi. Konstipasi disebabkan karena frekuensi
defekasi kurang dari tiga kali per minggu (Isselbacher, dkk,1999).
Hemorrhoid yang dibiarkan, akan menonjol secara perlahan-lahan. Mula-mula
penonjolan hanya terjadi sewaktu buang air besar dan dapat masuk sendiri dengan spontan.
Namun lama-kelamaan penonjolan itu tidak dapat masuk ke anus dengan sendirinya sehingga
harus dimasukkan dengan tangan. Bila tidak segera ditangani, hemorrhoid itu akan menonjol
secara menetap dan terapi satu-satunya hanyalah dengan operasi. Biasanya pada celana dalam
penderita sering didapatkan feses atau lendir yang kental dan menyebabkan daerah sekitar
anus menjadi lebih lembab. Sehingga sering pada kebanyakan orang terjadi iritasi dan gatal di
daerah anus. (Murbawani, 2006).

11
Hemorrhoid Interna
Sering terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan, kanan belakang, dan kiri lateral

Hemorrhoid Eksterna

12
13
Diagnosis Hemorrhoid
Diagnosis hemorrhoid tidak sulit, dapat dilakukan pemeriksaan colok dubur termasuk
anorektoskopi (alat untuk melihat kelainan di daerah anus dan rektum). Pada pemeriksaan
anorektoskopi dapat ditentukan derajat hemoroid. Lokasi hemoroid pada posisi tengkurap
umumnya adalah pada jam 12, jam 3, jam 6 dan jam 9. Permukaannya berwarna sama dengan
mukosa sekitarnya, bila bekas berdarah akan tampak bercak-bercak kemerahan. Perdarahan
rectum merupakan manifestasi utama hemorrhoid interna. Lipatan kulit luar yang lunak
sebagai akibat dari thrombosis hemorrhoid eksterna. Diagnosis hemorrhoid dapat terlihat dari
gejala klinis hemorrhoid, yaitu; darah di anus, prolaps, perasaan tidak nyaman pada anus
(mungkin pruritus anus), pengeluaran lendir, anemia sekunder (mungkin), tampak kelainan
khas pada inspeksi, gambaran khas pada anoskopi atau rektoskopi (Sjamsuhidajat, 1998).

Terapi dan Pencegahan Hemorrhoid


Terapi Hemorrhoid
Hemorrhoid merupakan sesuatu yang fisiologis, maka terapi yang dilakukan hanya
untuk menghilangkan keluhan, bukan untuk menghilangkan pleksus hemorrhoidalis. Pada
hemorrhoid derajat I dan II terapi yang diberikan berupa terapi lokal dan himbauan tentang
perubahan pola makan. Dianjurkan untuk banyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah yang
banyak mengandung air. Hal ini untuk memperlancar buang air besar sehingga tidak perlu
mengejan secara berlebihan. Pemberian obat melalui anus (suppositoria) dan salep anus
diketahui tidak mempunyai efek yang berarti kecuali sebagai efek anestetik dan astringen.
Selain itu dilakukan juga skleroterapi, yaitu penyuntikan larutan kimia yang marengsang
dengan menimbulkan peradangan steril yang pada akhirnya menimbulkan jaringan parut.
Untuk pasien derajat III dan IV, terapi yang dipilih adalah terapi bedah yaitu dengan
hemoroidektomi. Terapi ini bias juga dilakukan untuk pasien yang sering mengalami
perdarahan berulang, sehingga dapat sebabkan anemia, ataupun untuk pasien yang sudah
mengalami keluhan-keluhan tersebut bertahun-tahun. Dalam hal ini dilakukan pemotongan
pada jaringan yang benar-benar berlebihan agar tidak mengganggu fungsi normal anus
(Murbawani, 2006).
Ada berbagai macam tindakan operasi. Ada yang mengikat pangkal hemoroid dengan
gelang karet agar hemoroidnya nekrosis dan terlepas sendiri. Ada yang menyuntikkan
sklerosing agen agar timbul jaringan parut. Bisa juga dengan fotokoagulasi inframerah,
elektrokoagulasi dengan arus listrik, atau pengangkatan langsung hemoroid dengan
memotongnya dengan pisau bedah (Faisal, 2006).

14
Hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna di diagnosa dengan membuat inspeksi,
pemeriksaan digital, melihat langsung melalui anoskop atau proktoskop. Karena lesi
demikian sangat umum, harus tidak dianggap sebagai penyebab perdarahan rectal atau
anemia hipokromik kronik sampai pemeriksaan seksama telah dibuat terhadap saluran
makanan yang lebih proksimal. Kehilangan darah akut dapat terjadi pada hemorrhoid interna.
Anemia kronik atau darah samar dalam feses dengan adanya hemorrhoid besar namun tidak
jelas berdarah, memerlukan pencarian untuk polip, kanker atau ulkus.
Hemorrhoid berespons terhadap terapi konservatif seperti sitz bath atau bentuk lain
seperti panas yang lembab, suppositoria, pelunak feses, dan tirah baring. Hemorrhoid interna
yang prolaps secara permanen yang terbaik diobati secara bedah, derajat lebih ringan dari
prolaps atau pembesaran dengan pruritus ani atau pendarahan intermitten dapat diatasi
dengan pengikatan atau injeksi larutan sklerosing. Hemorrhoid eksterna yang mengalami
tombosis akut diobati dengan insisi, ekstraksi bekuan dan kompresi daerah yang diinsisi
setelah pengangkatan bekuan. Tidak ada prosedur yang sebaiknya dilakukan dengan adanya
radang anus akut, proktitis ulserativa, atau colitis ulserativa. Proktoskopi atau kolonoskopi
sebaiknya selalu dilakukan sebelum hemorrhoidektomi (Isselbacher, dkk, 2000).
Terapi hemorrhoid non medis dapat berupa perbaikan pola hidup, makan dan minum,
perbaikan cara/pola defekasi (buang air besar). Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan
yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan derajat hemorrhoid. Perbaikan defekasi
disebut bowel management program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan,
pelicin feses dan perubahan perilaku buang air. Dianjurkan untuk posisi jongkok waktu
defekasi dan tindakan menjaga kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam air
selama 10-15 menit 3 kali sehari. Pasien dinasehatkan untuk tidak banyak duduk atau tidur,
namun banyak bergerak/jalan. Pasien harus banyak minum 30-40 cc/kgBB/hari, dan harus
banyak makan serat (dianjurkan sekitar 30 gram/hari) seperti buah-buahan, sayuran, sereal
dan bila perlu suplementasi serat komersial. Makanan yang terlalu berbumbu atau terlalu
pedas harus dihindari (Merdikoputro, 2006).
Pencegahan Hemorrhoid
Pencegahan dapat dilakukan dengan mencegah faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya hemorrhoid dengan minum yang cukup, makan cukup sayuran, dan buah-buahan,
sehingga kotoran kita tidak mengeras. Kebiasaan malas minum, tidak hanya akan membuat
hemorrhoid, ginjal juga lama kelamaan akan dapat terganggu oleh karena kurangnya cairan
dalam tubuh. Usahakan minum yang cukup, imbangi dengan olah raga, sehingga perut tidak
mual saat minum air putih. Makan makanan yang banyak mengandung serat, seperti buah dan

15
sayuran. Makanan yang banyak mengandung serat juga akan memberikan manfaat
mengurangi penyerapan lemak sehingga kolesterol menjadi aman (Gotera, 2006). Banyak
melakukan olah raga, seperti jalan kaki, tidak duduk terlalu lama dan tidak berdiri
terlalu lama (Merdikoputro, 2006).

16
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas

- Nama : Tn. A
- Umur : 72 tahun
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- MRS : 12/10/2020
- Jaminan : BPJS
- RM : 010476
- Ruangan : Perawatan Atas RS Bhayangkara Mataram
2.2 Anamnesis

Keluhan Utama : Benjolan pada anus


Anamnesa Terpimpin :
Dialami sejak ± 10 tahun yang lalu yang benjolan awalnya kecil yang semakin
lama semakin membesar. Benjolan terasa sakit dan tidak nyaman saat jalan maupun
duduk. Pasien juga mengeluh ketika BAB terasa nyeri disekitar anus, kadang keluar
darah merah segar menetes di akhir BAB, tidak bercampur dengan feses dan tidak
berlendir. Pasien merasakan adanya benjolan yang keluar dari dalam anus, keluhan ini
dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun. Mula–mula keluar benjolan kecil dan semakin
lama semakin bertambah besar dari dalam dubur dan masih bisa keluar masuk dengan
sendirinya. Sejak kurang lebih 1 bulan ini, setiap buang air besar disertai dengan rasa
nyeri dan darah segar menetes di akhir BAB disertai dengan keluarnya benjolan dari
anusnya yang tidak dapat masuk dengan sendirinya. Pasien seringkali dalam seminggu
buang air besarnya tidak teratur dan bila buang air besar harus berlama-lama jongkok di
kakus dan harus mengejan karena BAB nya keras. Tidak ada demam, tidak ada mual,
tidak ada muntah, tidak ada nyeri perut, tidak ada nyeri ulu hati, tidak mengeluh nafsu
makan menurun dan tidak ada penurunan berat badan. BAK : Kesan lancar¸ warna
kuning

17
RPS : - Riwayat perubahan pada defekasi (-)
- Riwayat BAB seperti kotoran kambing (-)
RPD : Riwayat penyakit Hipertensi (-), Diabetes mellitus (-), Penyakit jantung (-),
Batuk lama(-), Riwayat pembedahan (-)
RPK : Riwayat penyakit Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Penyakit Jantung (-),
Riwayat keluarga dengan penyakit serupa (+)
Riwayat Pengobatan : Pasien sering kontrol ke puskesmas terdekat dan diberikan obat
yang dimasukan melalui dubur.
Riwayat social : Pasien merupakan keluarga dengan status ekonomi menengah ke
bawah, dan pekerjaan pasien sebagai pengangkut pasir. Pasien memiliki pola hidup
yang jarang mengkonsumsi makanan berserat seperti buah dan sayur.

2.3 Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum : Sakit sedang

Keadaan gizi : Cukup

Kesadaran : Composmentis cooperatif

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 88x/menit

Pernafasan : 20x/menit

Suhu : 36,7oC

Pupil : Isokor, Refleks cahaya (+/+)

Mata : Exophtalmus (-)

Kepala : Konjungtiva anemia (-/-), sklera ikterik (-/-)

Leher : Terlampir pada status lokalis

Thorax : Jantung: HR 88x/menit, mumur (-), gallop (-),

Paru : vaskuler (+) / N, Roni (-), wheezing (-)

18
Abdomen : Supel, BU (+) / N, hepar dan klien tidak teraba

Genetalia Eksterna : tidak ada kelainan

Ekstremitas : tidak ada kelainan

Status Lokalis

Anal : Inspeksi : Tampak benjolan arah jam 3. Ulkus (-), hiperemis (-), darah(-)

Palpasi : Teraba benjolan konsistensi lunak, batas tegas, permukaan rata

Rectal Touche :
 Spinchter ani mencekik
 Teraba massa yang menonjol keluar anus pada arah jam 3,6. Nyeri tekan (+),
konsistensi lunak, permukaan rata
 Ampulla isi feses
 Handschoen : darah (-),lendir (-), feses (+)
2.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 13,1 g/dl (N : 12,0 – 14,0 g/dl)

Hct : 38,9 % (N: 37,0 – 43,0 %)

Leukosit : 7,69 mm3 (N: 5000 – 10000/mm3)

Trombosit : 206 mm3 (N: 150000 – 400000/mm3)

19
Gambar 1. Foto Hemoroid pasien

2.5 Diagnosa

Hemoroid interna grade III

2.6 Diagnosis Banding


Prolaps rekti
Ca kolorektal

2.7 Penatalaksanaan

Hemoroidektomy

20
I. RESUME

Laki-laki 72 tahun masuk dengan keluhan benjolan pada anus yang dialami sejak
± 10 tahun yang lalu, benjolan awalnya kecil yang semakin lama semakin membesar.
Benjolan terasa sakit dan tidak nyaman saat jalan maupun duduk. Nyeri disekitar anus,
kadang keluar darah merah segar menetes di akhir BAB, tidak bercampur dengan feses
dan tidak berlendir. Adanya benjolan yang keluar dari dalam anus, yang dirasakan ± 1
tahun dan masih bisa keluar masuk dengan sendirinya. Sejak kurang lebih 1 bulan
terakhir, setiap buang air besar disertai dengan rasa nyeri dan darah segar menetes di
akhir BAB disertai dengan keluarnya benjolan dari anusnya yang tidak dapat masuk
dengan sendirinya. Tidak ada riwayat febris, nausea dan vomit, nyeri abdomen,
anoreksia dan penurunan berat badan.
Tidak ada riwayat perubahan pada pola defekasi, tidak ada riwayat BAB seperti
kotoran kambing.
Dari pemeriksaan fisis pada anal ditemukan dari Inspeksi : Tampak benjolan arah
jam 3, 9. Ulkus (-), hiperemis (-), darah (-), Palpasi: Teraba benjolan konsistensi lunak,
batas tegas, permukaan rata. Dari pemeriksaan Rectal Touche didapatkan:

 Spinchter ani mencekik


 Teraba massa yang menonjol keluar anus pada arah jam 3,6. Nyeri tekan (+),
konsistensi lunak, permukaan rata
 Ampulla isi feses
 Handschoen : darah (-),lendir (-), feses (+)

21
BAB III

ANALISIS KASUS

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis yang dipaparkan pada resume


diatas, maka untuk benjolan yang ada didalam anus dan luar anus pada pasien ini
dapat dipikirkan dua kemungkinanan, yaitu :
1. Hemoroid interna grade III
2. Prolaps rekti
3. Ca kolorektal

Kemungkinan Ca kolorektal kurang mendukung karena Ca kolorektal gejala


umum yang dapat ditemukan adalah perdarahan rektum,  darah di feses dan dapat
disertai feses berlendir,  perubahan pola defekasi, pasca defekasi perasaan tidak puas
atau rasa penuh, nyeri perut, anoreksia dan berat badan menurun dan pada
pemeriksaan fisis dapat ditemukan massa di abdomen, apabila ada gejala-gejala
obstruksi dari inspeksi dapat ditemukan dinding abdomen distensi, darm countour,
darm steifung. Dari palpasi ditemukan massa abdomen, dan hipertympani pada
perkusi abdomen, auskultasi usus bisa ditemukan peningkatan peristaltik yang
kemudian diikuti dengan barborigmi, metalic sound dan penurunan serta
menghilangnya peristaltik bisa juga ditemukan nyeri tekan pada seluruh dinding
abdomen apabila terjadi perforasi usus. Penemuan tumor pada colok dubur,
penemuan tumor rektosigmoid.

Pemeriksaan Digital Rectal Examination (DRE) bisa ditemukan massa


maligna (massa berbenjol-benjol dengan striktura) direktum dan rektosigmoid teraba
keras kenyal dan lendir darah pada sarung tangan. Kolonoskopi merupakan cara
pemeriksaan mukosa kolon yang sangat akurat dan dapat sekaligus melakukan biopsi
pada lesi yang mencurigakan. Pada kolonoskopi memberikan gambaran keseluruhan
colon yang dapat mengidentifikasi dari lesi yang proximal dan lesi distal sehingga
diagnosa ca kolorektal dapat disingkirkan. Namun pada pasien ini tidak mendukung
ditemukan adanya tanda dan gejala tersebut meskipun adanya perdarahan pada feses
namun pada pasien ini darah menetes diakhir buang air besar dan tidak bercampur
dengan feses.

22
Kemungkinan prolaps rekti kurang mendukung karena pada prolaps rekti
mukosa rektum keluar saat defekasi dan masuk kembali tanpa menimbulkan nyeri,
kadang diperlukan dorongan tangan. Pada sebagian pasien, mukosa yang prolaps
tersebut tidak dapat kembali walau didorong. Hal ini akan menimbulkan udem, nyeri,
dan seringkali berdarah. Pada prolaps rekti juga didapatkan lipatan mukosa tampak
konsentrik, teraba dua dinding pada palpasi, anus dalam posisi normal, teraba sulkus
(antara anus dan bagian yang prolaps), pada pemeriksaan fisis didapatkan penonjolan
rektum dgn lipatan mukosa konsentrik, massa dapat direposisi, inkarserasi atau
strangulasi, ulkus mukosa dengan perdarahan, tampak posisi anus normal (tidak
eversi) Rectal Touche : pinggir anus beralur, tonus sfingter lemah, jari dapat masuk
dan kemudian terhenti. Pada pasien ini tidak mendukung diagnosa prolaps rekti
walaupun terdapat benjolan yang keluar namun pada prolaps rekti seluruh dinding
akan prolaps sedangkan pada hemoroid hanya mukosa saja yang prolaps maka dari
tanda dan gejala yang lain tidak mendukung diagnosis ini.
Diagnosa yang paling memungkinkan pada pasien ini adalah hemoroid
ekterna+interna grade III dengan alasan :

1. Adanya benjolan pada anus yang terasa nyeri dan tidak nyaman.
2. Adanya darah segar yang menetes pada akhir BAB, darah tidak bercampur
dengan feses dan tidak berlendir.
3. Adanya benjolan yang keluar dari anusnya setiap buang air besar yang tidak
dapat masuk dengan sendirinya.
4. Tidak ada riwayat perubahan pada pola defekasi, tidak ada riwayat BAB seperti
kotoran kambing.

Dari pemeriksaan fisis pada anal ditemukan dari Inspeksi : Tampak benjolan
arah jam 3 dan jam 6. Ulkus (-), hiperemis (-), darah (-), Palpasi: Teraba benjolan
konsistensi lunak, batas tegas, permukaan rata.
Dari pemeriksaan Rectal Touche didapatkan:
 Spinchter ani mencekik
 Teraba massa yang menonjol keluar anus pada arah jam 5, 7, 9. Nyeri tekan (+),
konsistensi lunak, permukaan rata
 Ampulla isi feses
 Handschoen : darah (+),lendir (-), feses (+)

23
Hemoroid dapat dklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid
interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas :
1. Derajat 1 : Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal
anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
2. Derajat 2 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk
sendiri ke dalam anus secara spontan.
3. Derajat 3 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus
dengan bantuan dorongan jari.
4. Derajat 4 : Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk
mengalami thrombosis dan infark.
Diagnosis hemoroid ditegakkan berdasarkan anamnesis keluhan klinis dari
hemoroid berdasarkan klasifikasi hemoroid (derajat 1 sampai dengan derajat 4) dan
pemeriksaan anoskopi/kolonoskopi juga dibutuhkan.
Penilaian dengan anoskop diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang
tidak menonjol keluar. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengedan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan
bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan karena hemoroid
merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Apabila terdapat tumor
dan jika tumor terletak di bawah, bisa terlihat langsung. Karsinoma kolon dibagian
proksimal sering berhubungan dengan adanya polip pada daerah rektosigmoid.
Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan bedah. Penatalaksanaan medis terdiri dari nonfarmakologis,
farmakologis, tindakan minimal invasive.
Untuk penanganan awal hemoroid yaitu berupa perbaikan pola hidup,
perbaikan pola makan dan minum, perbaiki pola/cara defekasi, jangan mengedan
terlalu lama, mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi, membiasakan selalu
defekasi, jangan ditunda dan minum kurang lebih 8 gelas/hari.
Pada pasien dengan hemoroid eksterna keluhan dapat dikurangi dengan
rendam duduk menggunakan larutan hangat, salep yang mengandung analgesik untuk
mengurangi nyeri atau gesekan pada waktu berjalan, dan sedasi. Istirahat di tempat
tidur dapat membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan. Jika keluhan
belum teratasi, dapat dilakukan eksisi dengan lokal anestesi. Kemudian dilanjutkan

24
dengan pengobatan non operatif. Eksisi dianjurkan karena trombosis biasanya
meliputi satu pleksus pembuluh darah.
Pada hemoroid interna selain tindakan konservatif dapat juga dilakukan
skleroterapi untuk grade I dan II, Ligasi dengan Rubber band (Grade II dan III),
Cryosurgery (Grade II dan III) dan dapat dilakukan tindakan pembedahan
hemorrhoidectomy pada Grade III – IV. Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat
ini yaitu bedah konvensional (menggunakan pisau dan gunting), bedah laser (sinar
laser sebagai alat pemotong) dan bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip
kerja stapler).
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi
asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada
semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah
terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan
serat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid. Dengan demikian
prognosis pada pasien ini pasca operasi adalah bonam.

25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Hemorrhoid adalah varikositis akibat pelebaran (dilatasi) pleksus vena
hemorrhoidalis interna. Hemorrhoid dibagi atas hemorrhoid interna bila
pembengkakan vena pada pleksus hemorrhoidalis interna, hemorrhoid eksterna
apabila terjadi pembengkakan di pleksus hemorrhoidalis ekterna. Hemorrhoid
interna jika varises yang terletak pada submukosa terjadi proksimal terhadap otot
sphincter anus. Letaknya distal dari linea pectinea dan diliputi oleh kulit biasa di
dalam jaringan di bawah epitel anus, yang berupa benjolan karena dilatasi vena
hemorrhoidalis. Faktor risiko hemorrhoid, yaitu; keturunan, anatomic, pekerjaan,
umur, endokrin, mekanis, fisiologis, dan radang.
Gejala klinis hemorrhoid, yaitu; darah di anus, prolaps, perasaan tidak nyaman
pada anus (mungkin pruritus anus), pengeluaran lendir, anemia sekunder
(mungkin), tampak kelainan khas pada inspeksi, gambaran khas pada anoskopi, atau
rektoskopi. Terapi hemorrhoid derajat I dan II terapi yang diberikan berupa terapi
lokal dan himbauan tentang perubahan pola makan. Dianjurkan untuk banyak
mengonsumsi sayur-sayuran dan buah yang banyak mengandung air. derajat III dan
IV, terapi yang dipilih adalah terapi bedah yaitu dengan hemoroidektomi. Terapi ini
bisa juga dilakukan untuk pasien yang sering mengalami perdarahan berulang,
sehingga dapat sebabkan anemia, ataupun untuk pasien yang sudah mengalami
keluhan-keluhan tersebut bertahun-tahun. Pencegahan dapat dilakukan dengan
mencegah faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hemorrhoid dengan minum
yang cukup, makan cukup sayuran, dan buahbuahan, sehingga kotoran kita tidak
mengeras.

26
4.2 Saran

Dengan adanya laporan kasus ini, diharapkan kepada para dokter, dan tenaga medis
lainnya untuk lebih mengetahui serta memahami tentang Hemoroid, serta tanda gejala juga
penatalaksanaannya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Brown, John Stuart, 1995, “Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor”, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta, hal.184-189.

Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994,“Kumpulan Kuliah Ilmu

Bedah”, Binarupa Aksara, Jakarta,hal. 266-271.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999, “Kumpulan

Kuliah Patologi”, Jakarta, hal.263-279.

Dudley, Hugh A.F, 1992, “Ilmu Bedah Gawat Darurat”, Edisi 11, Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta, hal.506-508.

David C, Sabiston, 1994, “Buku Ajar Bedah”, Bagian 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta, hal.56-59.

Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper, 2000, “Harrison Prinsip-Prinsip

Ilmu Penyakit Dalam”, Volume 4, Edisi 13, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,

hal.159-165.

Kumar, Robbins, 1995, “Buku Ajar Patologi II”, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta, hal.274-275

28

Anda mungkin juga menyukai