IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Imam
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tandang Raya, Semarang
Pekerjaan : Operator warnet
Status : Belum menikah
No RM : -
Tgl Masuk RS : 06 Mei 2013
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Senin, tanggal 06
Mei 2013 pukul 08.00 wib.
Auskultasi : Reguler
Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-),
SIV (-)
Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar,
ikterik (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, ascites (-), pekak hepar
(+), tidak terdapat nyeri ketok ginjal dextra/sinistra
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, ginjal tidak
teraba
Ektremitas
Superior Inferior
1. LOOK
DEXTRA SINISTRA
a. Perubahan Atas : sama seperti Atas : hematom (+),
warna kulit warna kulit sekitar, Bawah : sama seperti
hematom (-) Bawah : warna kulit sekitar,
sama seperti warna hematom (-), Kaki :
kulit sekitar, sama seperti warna
hematom (-), Kaki : kulit sekitar,
sama seperti warna hematom (-)
kulit sekitar,
hematom (-)
Atas/bawah/kaki/ : -
/-/-
Atas/bawah/kaki/ : -
/-/-
2. FEEL
DEXTRA SINISTRA
a. nyeri tekan Atas/Bawah/Kaki : -/- Atas/Bawah/Kaki :
/- +/+↓/+↓
b. pulsasi
- A. poplitea : (+) - A. poplitea : (+)
reguler, isi dan reguler, isi dan
tegangan cukup tegangan cukup
- A. tibialis - A. tibialis posterior
posterior (+) reguler, isi dan
(+) reguler, isi dan tegangan cukup
tegangan cukup - A. dorsalis pedis
- A. dorsalis pedis (+) reguler, isi dan
(+) reguler, isi dan tegangan cukup
c. sensibilitas tegangan cukup
Raba/suhu/nyeri :
Raba/suhu/nyeri : Atas/bawah/kaki/ :
d. krepitasi Atas/bawah/kaki/ : +/+/+
+/+/+
Sulit dinilai
e. deformitas Tidak ditemukan
- panjang anatomis
- panjang anatomis : : 83 cm
85 cm - panjang klinis :
- panjang klinis : 90 87 cm
cm - lingkar femur :
- lingkar femur : 38 44 cm
cm - segitiga briant:
- segitiga briant: sama kaki
sama kaki
3. KEKUATAN
DEXTRA SINISTRA
Atas/Bawah/Kaki : Atas/Bawah/Kaki :
5/5/5 5/5/5
4. MOVE
DEXTRA SINISTRA
a. gerak (aktif- + - (terbatas)
pasif)
INISIAL PLAN
1. Dx. Kerja :
Dx Subyektif : -
Dx Objektif : Foto rongent AP Lateral Os.femur sinistra
2. Tx :
- Pembidaian untuk immobilisasi untuk selanjutnya dilakukan x-ray
- Terapi awal : Analgesik kuat bisa menggunakan ketorolak IM 60 mg
single dose
- Rujuk Spesialis Bedah Ortopedi untuk tindakan operatif
3. Mx :
- Monitoring keadaan umum dan vital sign
- Awasi tanda-tanda shok dan compartmen syndrom
4. Ex :
- Penjelasan tentang penyakit apa yang telah dialami oleh pasien akibat
dari kejadian yangvtelah dialami oleh pasien
- Penjelasan perlunya tindakan operasi untuk penatalaksanaan patah
tulang pada tungkai, maka segera di Rujuk ke Spesialis Bedah Ortopedi
- Jangan merubah posisi atau memanipulasi bidai
- Diberikan edukasi bahwa obat yang diberikan hanya untuk mengurangi
rasa sakit
- Terapi rehabilitasi disarankan untuk memulihkan fungsi tungkai kiri
Fraktur
A. Pendahuluan
1. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas tulang dan
tulang rawan biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.1
2. Penyebab patah tulang2
a. Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar
daripada daya tahan tulang, seperti benturan dan cedera.
b. Fraktur terjadi karena tulang yang sakit, ini dinamakan fraktur
patologi yaitu kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau
osteoporosis.
3. Jenis-jenis fraktur2
a. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya megalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).
b. Fraktur Tidak komplit (inkomplit) adalah patah yang hanya terjadi
pada sebagian dari garis tengah tulang.
c. Fraktur tertutup (fraktur simple) tidak menyebabkan robeknya kulit
d. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks) merupakan fraktur
dengan luka pada kulit atau mebran mukosa sampai ke patahan kaki.
1) Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat, yaitu :
Derajat I :
Luka < 1 cm
Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka
remuk
Fraktur sederhana, tranversal, oblik, atau kominutif
ringan
Kontaminasi minimal
Derajat II :
laserasi > 1 cm
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse
Fraktur kominutif sedang
Kontaminasi sedang
Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi
struktur kulit, otot. dan neurovascular serta
kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat tiga terbagi
atas :
Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat,
meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulse atau fraktur
segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh
trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran
luka.
Kehilangann jaringan lunak dengan fraktur tulang
yang terpapar atau kontaminasi massif. Luka pada
pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki
tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.
e. Sesuai pergerseran anatomisnya fraktur dibedakan menjadi tulang
bergeser/tidak bergeser. Jenis khusus fraktur dibagi menjadi2:
1) Greensick, fraktur dimana salah satu sisi
tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok.
2) Transversal, fraktur sepanjang garis tengah
tulang.
3) Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis
tengah tulang (lebih tidak stabil dibanding
transversal).
4) Spiral, fraktur memuntir seputar batang
tulang.
5) Kominutif, fraktur dengan tulang pecah
menjadi beberapa fragmen.
6) Depresi, fraktur dengan fragmen patahan
terdorng ke dalam (sering terjadi pada tulang
tengkorak dan tulang wajah).
7) Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami
kompresi (terjadi pada tulang belakang).
8) Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah
tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit
Paget, metastasi tulang, tumor).
9) Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh
ligamen atau tendo pada perlengkatannya.
10) Epfiseal, fraktur melalui epifisis
11) Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang
terdorong ke fragmen tulang lainnya.
B. Definisi Fraktur Femur
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang
dapat disebabkan oleh trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian), kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi
tulang/osteoporosis. Ada 2 tipe dari fraktur femur2, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul
dan kapsula.
a. Melalui kepala femur (capital fraktur)
b. Hanya di bawah kepala femur
c. Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
a. Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih
besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2
inci di bawah trokhanter kecil.
C. Etiologi
penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga2, yaitu:
1. Cedera traumatic
a) cedera langsung, berarti pukulan langsung pada tulang sehingga
tulang patah secara spontan
b) cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari
benturan, misalnya jatuh dengan tangan menjulur dan menyebabkan
fraktur klavikula.
c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras dari otot yang kuat.
2. Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit, diman dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada
keadaan :
a) Tumor tulang (jinak atau ganas)
b) Infeksi seperti osteomielitis
c) Rakhitis, suatu penyakti tulang yang disebabkan oleh devisiensi
vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain.
3. Secara spontan, disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran.
D. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada
tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di
rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang
yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya
respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. ini merupakan dasar penyembuhan
tulang2.
E. Manifestasi Klinik
Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan
tanda functio lesa, nyeri tekan dan nyeri gerak. Tampak adanya deformitas
angulasi ke lateral atau angulasi ke anterior. Ditemukan adanya
perpendekan tungkai bawah. Pada fraktur 1/3 tengah femur, saat
pemeriksaan harus diperhatikan pula kemungkinan adanya dislokasi sendi
panggul dan robeknya ligamentum didaerah lutut. Selain itu periksa juga
nervus siatika dan arteri dorsalis pedis2
F. Pemeriksaan penunjang1
1. X.Ray
2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.
G. Komplikasi
Komplikasi dini dari fraktur femur ini dapat terjadi syok dan emboli
lemak. Sedangkan komplikasi lambat yang dapat terjadi delayed union, non-
union, malunion, kekakuan sendi lutut, infeksi dan gangguan saraf perifer
akibat traksi yang berlebihan2.
H. Penatalaksanaan
Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis1
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen
tulang ke posisinya dengan manipulasi dan traksi manual.
Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot
yang terjadi.
Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang
direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat,
sekrup, plat, paku atau batangan logam yang dapat
digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam
posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
Imobilisasi fraktur, mempertahnkan reduksi sampai terjadi
penyembuhan. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus
diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang
benar sampai trejadi penyatuan. Metode fiksasi eksterna meliputi
pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips atau
fiksator eksterna. Sedangkan fiksasi interna dapat digunakan implant
logam yang dapat berperan sebagai bidai interna untuk
mengimobilisasi fraktur.
Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi setelah
dilakukan reduksi dan imobilisasi.
Daftar Pustaka
1. Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Media Aesculapius:
Jakarta
2. Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta