PRESENTASI KASUS
Pembimbing:
Letkol CKM dr. Basuki Widodo, Sp. OT
Disusun Oleh:
Novita Winda Puspitaningtyas
30101206691
PRESENTASI KASUS
Disusun Oleh:
Novita Winda Puspitaningtyas
30101206691
Tanggal :
BAB 1
PENDAHULUAN
Tendensi untuk terjadinya fraktur tibia terdapat pada pasien-pasien usia lanjut
yang terjatuh, dan pada populasi ini sering ditemukan fraktur tipe III, fraktur
terbuka dengan fraktur kominutif. Pada pasien-pasien usia muda, mekanisme
trauma yang paling sering adalah kecelakaan kendaraan bermotor. Fraktur lebih
sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45
tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan.
Sedangkan pada Usia lanjut prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada
wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan
hormon. Di Amerika Serikat, insidens tahunan fraktur terbuka tulang panjang
diperkirakan 11 per 100.000 orang, dengan 40% terjadi di ekstremitas bawah.
Fraktur ekstremitas bawah yang paling umum terjadi pada diafisis tibia.2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesa
A.Keluhan Utama
Nyeri di bawah lutut kaki kanan
B.Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RST Magelang dengan keluhan nyeri di bawah lutut kaki
kanan post ditendang teman saat bermain bola 2 jam SMRS. Bengkak (+), nyeri
saat digerakkan (+). Pusing (-), mual (-), muntah (-).
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi, penyakit jantung, hipertensi, DM, asma, dan riwayat keganasan
disangkal.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat alergi, penyakit jantung, hipertensi, asma, DM, dan riwayat keganasan
disangkal.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : Composmentis, GCS E4V5M6
Tanda Vital :
- Tek. Darah : 110/70 mmH
- Nadi : 98x/menit, reguler, isi cukup, equal di keempat
ekstermitas
- Pernapasan : 22x/menit
- Suhu : 36,5 C
Kepala : normocephal, distribusi rambut merata, tidak mudah dicabut, jejas
(-)
Mata : conjungtiva anemik (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 3mm,
RCL (+/+), RCTL (+/+)
Hidung : nafas cuping (-), sekret (-), septum deviasi (-), rhinorrea(-)
Telinga : normotia, deformitas (-), discharge (-/-), ottorhea(-)
Mulut : bibir sianosis (-), parese (-/-)
Leher : simetris, trakhea ditengah, jejas (-), pembesaran KGB (-)
Thorax : bentuk normal, jejas (-)
Pulmo
I: simetris statis dan dinamis
Pa: stem fremitus kanan = kiri
Pe: sonor seluruh lapangan paru
Au: Suara dasar vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Jantung
I: ictus cordis tak tampak
Pa:ictus cordis teraba pada ICS 2 cm medial Linea Midclavikularis Sinistra
Pe: konfigurasi jantung dalam batas normal
Au: Suara jantung I-II regular, bising (-), gallop (-)
Abdomen
I: datar, jejas (-), massa (-)
Au: bising usus (+) normal
Pe: timpani , pekak alih (-)
Pa: supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan(-),defans muskuler (-)
Ekstremitas
Superior Inferior
2. FEEL
DEXTRA SINISTRA
2. KEKUATAN
DEXTRA SINISTRA
Kesan :
- Fraktur epifisolisis tibia dextra proksimal cum distractionem.
- Tak tampak dislokasi
CT 3
BT 130
Hasil EKG
II.6 Follow Up
Pre Operasi (31 Juli 2017)
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. PENDAHULUAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung,
Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan dan
arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat
menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang
disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai
sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut
fraktur dislokasi, sedangkan trauma tumpul dapat menyebabkan fraktur
tertutup yaitu apabila tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan
udara luar atau permukaan kulit.
3.2. INSIDEN
Tendensi untuk terjadinya fraktur tibia terdapat pada pasien-pasien
usia lanjut yang terjatuh, dan pada populasi ini sering ditemukan fraktur tipe
III, fraktur terbuka dengan fraktur kominutif. Pada pasien-pasien usia muda,
mekanisme trauma yang paling sering adalah kecelakaan kendaraan
bermotor. Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada
perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan
olahraga, pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan pada Usia lanjut prevalensi
cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya
osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon. Di Amerika Serikat,
insidens tahunan fraktur terbuka tulang panjang diperkirakan 11 per 100.000
orang, dengan 40% terjadi di ekstremitas bawah. Fraktur ekstremitas bawah
yang paling umum terjadi pada diafisis tibia.
3.3. ETIOLOGI
- Fraktur traumatik dapat terjadi karena trauma yang tiba-tiba.
- Fraktur stress terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada
suatu tempat yang tertentu.
- Fraktur patologis pula terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya
akibat kelainan patologis di dalam tulang. Fraktur patologis dapat terjadi
secara spontan atau akibat trauma ringan.
3.4. KLASIFIKASI
Menurut Smeltzer (2001:257) jenis-jenis fraktur yaitu:
- Fraktur complete adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran (bergeser pada posisi normal).
Fraktur in complete, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.
- Fraktur tertutup (fraktur simple) tidak menyebabkan robeknya kulit.
Fraktur terbuka (fraktur kompleks) merupakan fraktur dengan luka
pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur
terbuka digradasi menjadi:
a. Grade I dengan luka bersih kurang dari l cm panjangnya.
b. Grade II luka lebih besar, luas tanpa kerusakan jaringan lunak
yang ekstensif.
c. Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling kuat.
3.5. ANATOMI
Tibia merupakan tulang medial tungkai bawah yang besar dan
berfungsi menyanggah berat badan. Tibia bersendi di atas dengan condylus
femoris dan caputfibulae, di bawah dengan talus dan ujung distal fibula.
Tibia mempunyai ujung atas yang melebar dan ujung bawah yang lebih
kecil, serta sebuah corpus. Pada ujung atas terdapat condyli lateralis dan
medialis (kadang-kadang disebut plateau tibia lateral dan medial), yang
bersendi dengan condyli lateralis dan medialis femoris, dan dipisahkan oleh
menisci lateralis dan medialis. Permukaan atas facies articulares
condylorum tibiae terbagi atas area intercondylus anterior dan posterior; di
antara kedua area ini terdapat eminentia intercondylus.
Pada aspek lateral condylus lateralis terdapat facies articularis
fibularis circularis yang kecil, dan bersendi dengan caput fibulae. Pada
aspek posterior condylus medialis terdapat insertio m.semimembranosus.
Corpus tibiae berbentuk segitiga pada potongan melintangnya, dan
mempunyai tiga margines dan tiga facies. Margines anterior dan medial,
serta facies medialis diantaranya terletak subkutan. Margo anterior menonjol
dan membentuk tulang kering. Pada pertemuan antara margo anterior dan
ujung atas tibia terdapat tuberositas, yang merupakan tempat lekat
ligamentum patellae. Margo anterior di bawah membulat, dan melanjutkan
diri sebagai malleolus medialis. Margo lateral atau margo interosseus
memberikan tempat perlekatan untuk membrane interossea. Facies posterior
dan corpus tibiae menunjukkan linea oblique, yang disebut linea musculi
solei, untuk tempatnya m.soleus.
Ujung bawah tibia sedikit melebar dan pada aspek inferiornya terdapat
permukaan sendi berbentuk pelana untuk os.talus. ujung bawah memanjang
ke bawah dan medial untuk membentuk malleolus medialis. Facies lateralis
dari malleolus medialis bersendi dengan talus. Pada facies lateral ujung
bawah tibia terdapat lekukan yang lebar dan kasar untuk bersendi dengan
fibula. Musculi dan ligamenta penting yang melekat pada tibia.
Gambar 3. Struktur tulang dan aktivitas osteoblast serta osteoclast pada tulang.
(dikutip dari kepustakaan 5)
3.7. PATOFISIOLOGI
Jika satu tulang sudah patah, jaringan lunak sekitarnya juga rusak,
periosteum terpisah dari tulang, dan terjadi perdarahan yang cukup berat.
Bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan akan membentuk
jaringan granulasi didalamnya dengan dengan sel-sel pembentuk tulang
primitif (osteogenik) berdiferensiasi menjadi chondroblast dan osteoblast.
Chondroblast akan mensekresi fosfat, yang merangsang deposisi
kalsium.Terbentuk lapisan tebal (callus) di sekitar lokasi fraktur.Lapisan ini
terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan callus dari fragmen
satunya, dan menyatu. Penyatuan dari kedua fragmen (penyembuhan
fraktur) terus berlanjut dengan terbentuknya trabekula dan osteoblast yang
melekat pada tulang dan meluas menyeberangi lokasi fraktur. Penyatuan
tulang provisional ini akan menjalani transformasi metaplastik untuk
menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Callus tulang akan mengalami
remodeling untuk mengambil bentuk tulang yang utuh seperti bentuk
osteoblast tulang baru dan osteoclast akan menyingkirkan bagian yang rusak
dan tulang sementara.
3.8. DIAGNOSIS
Fraktur tibia dapat terjadi pada bagian proksimal (kondiler), diafisis
atau persendian pergelangan kaki.
3.7.1. Fraktur Kondiler Tibia
Mekanisme trauma
Fraktur kondiler tibia lebih sering mengenai kondiler lateralis
daripada medialis serta fraktur kedua kondiler. Banyak fraktur
kondiler tibia terjadi akibat kecelakaan antara mobil dan pejalan kaki
di mana bemper mobil menabrak kaki bagial lateral dengan gaya
kearah medial (valgus). Ini menghasilkan fraktur depresi atau fraktur
split dari kondiler lateralis tibia apabila kondiler femur didorong
kearah tersebut. Kondiler medial memiliki kekuatan yang lebih
besar,jadi fraktur pada daerah ini biasanya terjadi akibat gaya dengan
tenaga yang lebih besar(varus). Jatuh dari ketinggian akan
menimbulkan kompresi aksial sehingga bisa menyebabkan fraktur
pada proksimal tibia. Pada golongan lanjut usia, pasien dengan
osteoporosis lebih mudah terkena fraktur kondiler tibia berbanding
robekan ligamen atau meniscus setelah cedera keseleo di lutut.
Eminentia intrakondiler dapat fraktur bersama robekan ligamen
krusiatum sebagai akibat hiperekstensi atau gaya memutar.
Klasifikasi
Klasifikasi yang sering dan meluas dipakai sekarang adalah klasifikasi
Schatzker.
I : Fraktur split kondiler lateral
II : Fraktur split/depresi lateral
III: Depresi kondiler lateral
IV: Fraktur split kondiler medial
V : Fraktur bikondiler
VI: Fraktur kominutif
Tipe IV-VI biasanya terjadi akibat trauma dengan tekanan yang
kuat. Fraktur tidak bergeser apabila depresi kurang dari 4 mm,
sedangkan yang bergeser apabila depresi melebihi 4 mm.
Gambar 4. Klasifikasi Schatzker.
(dikutip dari kepustakaan 8)(
Pemeriksaan radiologik
Dengan foto rontgen posisi AP dan lateral dapat diketahui jenis
fraktur, tapi kadang-kadang diperlukan pula foto oblik. Apabila pada
foto polos tidak dapat dilihat dengan jelas, CT atau tomografi dengan
proyeksi AP dan lateral sering diperlukan. Untuk melihat tanda
Fat(marrow)-fluid(blood) interface sign (hemarthrosis) dilakukan
cross table lateral view.
Gambaran fraktur:
- Tipe fraktur: split, depresi
- Lokasi: medial, lateral
- Jumlah fragmen
- Pergeseran fragmen
- Derajat depresi
Gambar 7. (A) Fraktur kondiler tibia dengan split dan terpisah di lateral. (B)
Fraktur kondiler tibia direduksi dengan menggunakan buttress plate dan screw
untuk mengembalikan kongruensi sendi.
(dikutip dari kepustakaan 11)(ii)
Pengobatan
1. Konservatif
Pada fraktur yang tidak bergeser dimana depresi kurang dari 4
mm dapat dilakukan beberapa pilihan pengobatan, antara lain
verban elastik, traksi, atau gips sirkuler. Prinsip pengobatan adalah
mencegah bertambahnya depresi, tidak menahan beban dan segera
mobilisasi pada sendi lutut agar tidak segera terjadi kekakuan
sendi.
2. Operatif
Depresi yang lebih dari 4 mm dilakukan operasi dengan
mengangkat bagian depresi dan ditopang dengan bone graft.Pada
fraktur split dapat dilakukan pemasangan screw atau kombinasi
screw dan plate untuk menahan bagian fragmen terhadap tibia.
Komplikasi
1. Genu valgum; terjadi oleh karena depresi yang tidak direduksi
dengan baik
2. Kekakuan lutut; terjadi karena tidak dilakukan latihan yang lebih
awal
3. Osteoartritis; terjadi karena adanya kerusakan pada permukaan
sendi sehingga bersifat irrreguler yang menyebabkan inkonkruensi
sendi lutut.
4. Malunion
5. Cedera ligamen dan meniskus (misal: ligamen medial kollateral)
6. Cedera saraf peroneal.
Gambar 10. (A)Fraktur OTA tipe B.Ini adalah fraktur terbuka Gustilo tipe IIIb.
(B) Fraktur ini dipasang dengan locked intramedullary nail. Foto lateral
menunjukkan OTA tipe II dengan hilangnya tulang. Fraktur tidak menyatu, dan
pertukaran nailing dilakukan 5 bulan setelah kecederaan.(C) 4 bulan setelah
pertukanran nailing, fraktur menyatu dan area yang hilang tulang telah terisi tanpa
bone grafting.
(dikutip dari kepustakaan 8)
Gambaran klinis
Ditemukan gejala fraktur berupa pembengkakan, nyeri dan
sering ditemukan deformitas misalnya penonjolan tulang keluar kulit.
Sindroma kompartemen bisa muncul di awal cedera maupun
kemudian. Sehingga perlu pemeriksaan serial dan perhatian pada
ekstremitas yang mengalami cidera.Sindroma kompartemen terdiri
dari: pain, pallor, paralysis, paresthesia, pulselessness.
Pemeriksaan radiologis
Foto rontgen harus mencakup bagian distal dari femur dan
ankle. Dengan pemeriksaan radiologis, dapat ditentukan lokalisasi
fraktur, jenis fraktur, sama ada transversal, spiral oblik atau
rotasi/angulasi. Dapat ditentukan apakah fraktur pada tibia dan fibula
atau tibia saja atau fibula saja. Juga dapat ditentukan apakah fraktur
bersifat segmental. Foto yang digunakan adalah foto polos AP dan
lateral. CT tidak diperlukan.
Gambar 11. Fraktur diafisis tibia dan fibula dengan pergeseran lateral 100%.
(dikutip dari kepustakaan 13)(iii)
Gambar 12. (A) Fraktur stress pada seorang atlit muda.(B) Perhatikan
sklerosis and pelebaran cortical berikut penyembuhan tulang.
(dikutip dari kepustakaan 8)
Pengobatan
1. Konservatif
Pengobatan standar dengan cara konservatif berupa reduksi
fraktur dengan manipulasi tertutup dengan pembiusan umum.
Pemasangan gips sirkuler untuk immobilisasi, dipasang sampai
diatas lutut.
Prinsip reposisi adalah fraktur tertutup, ada kontak 70% atau
lebih, tidak ada angulasi dan tidak ada rotasi. Apabila ada angulasi,
dapat dilakukan koreksi setelah 3 minggu (union secara fibrosa).
Pada fraktur oblik atau spiral, imobilisasi dengan gips biasanya
sulit dipertahankan, sehingga mungkin diperlukan tindakan operasi.
Cast bracing adalah teknik pemasangan gips sirkuler dengan
tumpuan pada tendo patella (gips Sarmiento) yang biasanya
dipergunakan setelah pembengkakan mereda atau terjadi union
secara fibrosa.
2. Operatif
Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka, kegagalan dalam
terapi konservatif, fraktur tidak stabil dan adanya nonunion.Metode
pengobatan operatif adalah sama ada pemasangan plate dan screw,
atau nail intrameduler, atau pemasangan screw semata-mata atau
pemasangan fiksasi eksterna. Indikasi pemasangan fiksasi eksterna
pada fraktur tibia:
- Fraktur tibia terbuka grade II dan III terutama apabila terdapat
kerusakan jaringan yang hebat atau hilangnya fragmen tulang
- Pseudoartrosis yang mengalami infeksi (infected
pseudoarthrosis)
Gambar 13. (A) Fraktur OTA tipe A. Ini adalah fraktur bifokal, di mana terdapat
fraktur bimaleolus pergelangan kaki selain fraktur diafisis; 5% dari fraktur tibia
adalah bifokal, dan kombinasi dari pergelangan kaki dan fraktur diafisis yang
paling biasa terjadi. (B) Fraktur diafisis ditangani dengan pemasangan locked
intramedullary nail, dan fraktur pergelangan kaki ditangani dengan teknik AO
konvensional.
(dikutip dari kepustakan 8)
Komplikasi
Di antara komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur diafisis
tibia adalah infeksi, delayed union atau nonunion, malunion,
kerusakan pembuluh darah (sindroma kompartmen anterior), trauma
saraf terutama pada vervus peroneal komunis dan gangguan
pergerakan sendi pergelangan kaki. Gangguan pergerakan sendi ini
biasanya disebabkan adanya adhesi pada otot-otot tungkai bawah.
Klasifikasi
Lauge-Hansen(1950) mengklasifikasikan menurut patogenesis
terjadinya pergeseran dari fraktur, yang merupakan pedoman penting
untuk tindakan pengobatan atau manipulasi yang dilakukan.
Klasifikasi lain yang lebih sederhana, menurut Danis & Weber (1991),
dimana fibula merupakan tulang yang penting dalam stabilitas dari
kedudukan sendi berdasarkan atas lokalisasi fraktur terhadap
sindesmosis tibiofibular.
Gambaran klinis
Ditemukan adanya pembengkakan pada pergelangan kaki,
kebiruaan atau deformitas. Yang penting diperhatikan adalah
lokalisasi dari nyeri tekan apakah pada daerah tulang atau pada
ligamen.
Pemeriksaan radiologis
Dengan pemeriksaan radiologis dapat ditentukan jenis-jenis
fraktur dan mekanisme terjadinya trauma(gambar 14.122).Foto
rontgen perlu dibuat sekurang-kurangnya tiga proyeksi, yaitu antero-
posterior, lateral dan setengah oblik dari gambaran posisi pergelangan
kaki. Sering fraktur terjadi pada fibula proksimal, sehingga secara
klinis harus diperhatikan.
(dikutip dari kepustakaan 14)
Pengobatan
Fraktur dislokasi pada sendi pergelangan kaki merupakan
fraktur intra-artikuler sehingga diperlukan reduksi secara anatomis
dan akurat serta mobilisasi sendi yang sesegera mungkin.
Tindakan pengobatan terdiri atas:
1. Konservatif
Dilakukan pada fraktur yang tidak bergeser, berupa pemasangan
gips sirkuler di bawah lutut.
2. Operatif
Terapi operatif dilakukan berdasarkan kelainan-kelainan yang
ditemukan apakah hanya fraktur semata-mata, apakah ada robekan
pada ligamen atau diastasis pada tibiofibula serta adanya dislokasi
talus( gambar 14.123).
Beberapa hal yang penting diperhatikan pada reduksi, yaitu:
Panjang fibula harus direstorasi sesuai panjang anatomis
Talus harus duduk sesuai sendi dimana talus dan permukaan tibia
duduk paralel
Ruang sendi bagian medial harus terkoreksi sampai normal(4 mm)
Pada foto oblik tidak nampak adanya diastasis tibiofibula
Tindakan operasi terdiri atas:
Pemasangan screw( maleolar)
Pemasangan tension band wiring
Pemasangan plate dan screw
Komplikasi
1. Vaskuler
Apabila terjadi fraktur subluksasi yang hebat maka dapat terjadi
gangguan pembuluh darah yang segera, sehingga harus dilakukan
reposisi secepatnya.
2. Malunion
Reduksi yang tidak komplit akan menyebabkan posisi persendian
yang tidak akurat yang akan menimbulkan osteoartritis.
3. Osteoartritis
4. Algodistrofi
Algodistrofi adalah komplikasi dimana penderita mengeluh nyeri,
terdapat pembengkakan dan nyeri tekan di sekitar pergelangan
kaki. Dapat terjadi perubahan trofik dan osteoporosis yang hebat.
5. Kekakuan yang hebat pada sendi.
3.9. PROGNOSIS
Prognosis dari fraktur tibia untuk kehidupan adalah bonam. Pada sisi
fungsi dari kaki yang cedera, kebanyakan pasien kembali ke perfoma
semula,namun hal ini sangat tergantung dari gambaran frakturnya, macam
terapi yang dipilih, dan bagaimana respon tubuh terhadap pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA