Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PEMAPARAN KASUS

I. Identitas :

Nama : Ny. N

Umur : 48 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Tinggi : 155 cm

Berat Badan : 53 kg

Alamat : Pagedangan 04/05

Nomor rekam medis : 188xx

II. Anamnesis

Dilakukan dengan Autoamnesis di Puskesmas Pagedangan tanggal 15 Oktober pukul


08:30 WIB

A. Keluhan Utama
Bengkak dan nyeri pada sendi jempol kaki sebelah kanan sejak 5 hari yang lalu

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan nyeri Sendi pada Jempol Kaki sebelah Kanan sejak 5
hari sebelum datang ke puskesmas Pagedangan. Pasien menjelaskan bahwa nyeri
yang dirasakan seperti tertusuk benda tajam. Nyeri yang dirasakan pasien terus
menerus dan semakin sakit setiap harinnya, pasien menyatakan bahwa rasa sakit yang
dialami berada di angka 7 dari skala 1-10. Nyeri yang dialami tidak menyebar ke
daerah lain, pasien juga mengaku tidak ada keluhan lain seperti demam, batuk, pilek.
Namun ia menyatakan adanya bengkak dan kemerahan pada jempol kaki kanan.
Bengkak yang dialami makin membesar setiap harinya, awalnya bengkak yang
dialami hanya sebesar biji kacang hijau dan sekarang seperti biji salak. Tidak ada
yang memperberat maupun meringankan rasa nyeri pasien. Pasien menyatakan
memiliki riwayat asam urat, kadar asam urat pasien tidak terkontrol, kadang naik dan
kadang turun, namun pasien mengaku titik tertinggi dari asam urat berada di angka
10. Pasien menyangkal adanya kekakuan di pagi hari setelah bangun tidur.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menyatakan belum pernah mengalami gejala serupa sebelumnya. Pasien juga
menyatakan tidak memiliki riwayat DM dan Hipertensi, namun memiliki riwayat
Asam urat yng cukup tinggi.

D. Riwayat Keluarga

Pasien menyatakan bahwa ayah dan ibu pasien dulu pernah mengalami hal serupa,
dan pasien mengaku mendapat riwayat asam urat dari ayah dan ibu nya.

E. Riwayat Kebiasaan

Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, menimum-minuman alkohol, maupun


mengkomsusmsi obat-obatan dalam jangka panjang. Pasien mengaku sering sekali
makan ikan. Pasien menyatakan tidak pernah melakukan aktivitas berat.

F. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien mengaku bahwa lingkungan sekitar tempat pasien tinggal bersih dan layak
huni.

G. Riwayat alergi

Pasien mengaku tidak memiliki alergi makanan dan obat obatan.

III. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum : Terlihat Sakit Sedang
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 80x / menit
c. Laju nafas : 16x / menit
d. Suhu : 37ºC
4. Berat badan : 53 kg
5. Tinggi badan :155 cm
6. BMI : 25,8 (Overweight)

- Tidak ada ikteris/jaundice/kekuningan


Kulit - Tidak ada kemerahan
keseluruhan - Tidak ada edema

Bentuk kepala normosefali


Bentuk kepala

Kepala dan  Rambut berwarna hitam


Rambut  Rambut tersebar merata
wajah (Normal
cephal)
 Pergerakan kepala normal
Fungsi  Tidak ada keterbatasan gerak (range of motion)

 Mata cembung
Mata  Skelera iterik (-/-)
 Konjugtiva anemis (-/-)
 Pupil bulat (+/+)
 Bentuk sama besar dan isokor (+/+)

 Penampakan hidung normal


 Pernapasan cuping hidung (-/-)
 Septum deviasi (-)
Hidung  Darah kering (-/-)
 Masa (-/-)
 Discharge (-/-)
- Bentuk normal (+/+)
- Auricula hiperemis (-/-)
Telinga - Nyeri tekan tragus (-/-/)
- Serumen (+/+)
- Bibir cyanosis (-)
- Uvula ditengah (-)
- Tonsil (T1/T1)
- Faring hiperemis (-)
Mulut
- Lidah kotor (-)
- Papila (+)

Thorax
- Scars (-)
Jantung Inspeksi - Bekas operasi (-)
- Ictus Cordis (-)
- Diskolorisasi (-)

- Ictus Cordis teraba (-)


Palpasi
Perkusi Batas jantung normal
- S1-S2 reguler
Auskultasi - S3 (-)
- S4 (-)

- Scars (-)
- Barrel chest (-)
- Pactus excavatum (-)
- Pactus carinatum (-)
Inspeksi - Retraksi (-)
- Diskolorisasi (-)
- Pernapasan statis dinamis, tidak ada paru yang
tertinggal

- Chest expansion : Pernapasan statis dinamis, tidak


ada pernapasan tertinggal
Paru-paru - Taktil vokal fermitus simetris
Palpasi

- Seluruh lapang paru terdengar sonor (+)


Perkusi

- Seluruh lapang paru terdengar vesikular (+)


- Ronchi (-)
Auskultasi - Wheezing (-)

 bekas luka dan operasi (-)


 bentuk perut datar
 caput medusa (-)
Inspeksi
 Spider navy (-)

 Bising usus normal 8x/menit


Abdomen  metalic sound (-)
Auskultasi  borborytmic (-)
 bruit (-)

Perkusi  seluruh lapang abdomen terdengar timpani (+)

Palpasi  Nyeri tekan (-)

Ekstremitas - Tendelenbrug (-)


- Scars (-/-)
bawah
- Erythrema (-/-)
- Muscle wasting (-/-)
Look - Nodule (-/-)
- Edema (-/-)
- Deformitas (-/-)
- Terdapat pembengkakan pada jempol kaki kanan
pasien (tofus)
- Ditemukan pembengkakan pada digitus manus dextra
pasien, tanda tanda inflamasi, kalor (+), rubor (+),
Status Lokalis dolor (+)

IV. RESUME
Pasien datang ke puskesmas pagedangan dengan keluhan nyeri pada bagian jempol
kanan sejak 5 hari yang lalu, nyeri seperti ditusuk. Nyeri dirasakan terus menerus dan
bertambah parah setiap harinya, nyeri yang dialami tidak menjalar ke tempat lainnya.
Nyeri berada di skala 7 dari 10. Pasien juga mengeluhkan ada bengkak dan
kemerahan yang menyertai nyeri di jempol kanan kaki pasien, bengkak semakin besar
setiap harinya, awalnya sebesar biji kacang hijau dan sekarang seperti biji salak.
Pasien mengaku memiliki riwayat asam urat yang tidak terkontrol, dan nilai asam urat
pasien pernah berada di angka 10. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan adanya
pembengkakan pada jempol kanan pasien (tofi) dan ditemukan tanda tanda inflamasi
seperti kalor rubor dan dolor.

V. Diagnosis
A. Diagnosa Kerja : Gout Arthritis
B. Diagnosa Banding : Rheumatoid Arthritis, Osteoarthritis

VI. Tata Laksana


A. Non-medikamentosa : mengendalikan pola makan seperti mengurangi makan
daging merah, jeroan, dan ikan
B. Medikamentosa : pemberian obat NSAID dan Corticosteroid
C. Saran : Pemeriksaan Serum Uric Acid dan Analisa cairan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit dan potensi
ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama, gejalanya biasanya
terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi satu sendi.

Gout adalah suatu kumpulan gejala yang timbul akibat adanya deposisi kristal
monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam cairan
ekstraseluler. Monosodium urat ini berasal dari metabolisme purin. Hal penting yang
mempengaruhi penumpukan kristal adalah hiperurisemia dan saturasi jaringan tubuh
terhadap urat. Apabila kadar asam urat di dalam darah terus meningkat dan melebihi batas
ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit artritis gout ini akan memiliki manifestasi
berupa penumpukan kristal monosodium urat secara mikroskopis maupun makroskopis
berupa tofus.

B. Epidemiologi

Penyakit asam urat di sebut artritis gout termasuk penyakit degeneratif yang
menyerang persendian, paling sering di jumpai di kalangan masyarakat terutama di alami
pada lansia. Kejadian tingginya penyakit asam urat baik itu di negara maju maupun di
negara berkembang semakin meningkat terutama pada pria yang berusia 40-50 tahun. Hal
ini terjadi karena pria tidak mempunyai hormon estrogen yang dapat membantu
pembuangan asam urat, sedangkan pada wanita mempunyai hormon estrogen yang dapat
membantu pembuangan asam urat lewat urine. Di indonesia penyakit asam urat pertama
di teliti oleh dokter Belanda yang bernama Dr. Van Den Horst pada tahun 1935. Dia
menemukan bahwa terdapat 15 pasien yang menderita penyakit asam urat berat pada
masyarakat yang kurang mampu di pulau Jawa.

Dari penelitian Dalimartha, di Indonesia penyakit asam urat menduduki urutan kedua
setelah osteoartriti, kemudian penelitian dari Tjokroprawiro prevalensi penyakit asam urat
pada populasi di USA di perkirakan 13,6/100.000 penduduk, sedangkan di Indonesia di
perkirakan 1,6-13,6/100.000 orang, prevalensi tersebut meningkat seiring meningkatnya
usia. Hasil riset kesehatan dasar pada tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit sendi di
Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 11.9% dan berdasarkan
diagnosis dan gejala sebesar 24.7%.

C. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung
asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan menghasilkan
akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga
mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan
iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi. Hiperurecemia merupakan hasil :
A. Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purin abnormal.
B. Menurunnya ekskresi asam urat.
C. Kombinasi keduanya

Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam urat
tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan
berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektiv diseluruh tubuh, penumpukan ini
disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan
lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.

D. Diagnosis
Gold standard dalam menegakkan gout arthritis adalah ditemukannya kristal urat MSU
(Monosodium Urat) di cairan sendi atau tofus. Untuk memudahkan diagnosis gout arthritis akut, dapat
digunakan kriteria dari ACR (American College Of Rheumatology) tahun 1977 sebagai berikut :
A. Ditemukannya kristal urat di cairan sendi, atau
B. Adanya tofus yang berisi Kristal urat, atau
C. Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, laboratoris, dan radiologis sebagai berikut :
1. Terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut
2. Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari
3. Arthritis monoartikuler
4. Kemerahan pada sendi
5. Bengkak dan nyeri pada MTP-1
6. Arthritis unilateral yang melibatkan MTP-1
7. Arthritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal
8. Kecurigaan terhadap adanya tofus
9. Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis)
10. Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis)
11. Kultur mikroorganisme negative pada cairan sendi

E. Tatalaksana
A. Terapi Medikamentosa : bertujuan untuk mengatasi serangan akut, mencegah
berulangnya serangan artritis dan mengatasi komplikasi dari deposisi kristal monosodium
urat.
 Tahap 1 : Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri
- Kolkisin per oral 0.5-0.6 mg setiap 2 jam sampai nyeri menghilang dengan
dosis maksimal 6 – 8 mg
- OAINS indometasin 150-200 mg/hari s
- Kortikosteroid jika terdapat kontraindikasi terhadap kolkisin dan OAINS
 Tahap 2 : Bertujuan untuk mejaga kadar asam urat dalam batas normal
- Alopurinol dengan dosis maksimal 800 mg/hari
- Obat urikosurik 0.5 g/hari dan ditingkatkan secara perlahan tidak lebih dari
1g/hari
B. Terapi Non-medikamentosa :
 Penurunan berat badan hingga tercapai berat badan ideal
 Pengaturan diet rendah purin. Hindari makanan seperti daging merah, seafood, dan
alkohol
 Mengistirahatkan sendi yang terkena
 Olahraga ringan untuk menjaga kebugaran tubuh

BAB III
PEMBAHASAN KASUS

Pada pasien Ny. N, saya mengambil diagnosis kerja berupa gout artritis (GA). Saya
mendiagnosis pasien terkena GA berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan nyeri tajam seperti ditusuk di bagian jempol kanan
sejak 5 hari yang lalu, dan nyeri itu semakin sakit setiap harinya. Pasien mengaku memiliki
riwayat asam urat yang tidak terkontrol, ditambah dengan riwayat keluarga pasien yang juga
memiliki riwayat asam urat, dan pasien juga mengaku sangat suka mengkonsumsi ikan yang
merupakan salah satu makanan yang mengandung purin yang cukup tinggi, dimana purin
akan berkatabolisme menjadi asam urat di dalam tubuh dan jumlah asam urat yang terlalu
tinggi memicu membentukan kristal asam urat yang akan menumpuk di bagian sendi kecil
dikarenakan kristal asam urat sangatlah kecil. Penumpukan kristal asam urat tersebut akan
membenuk tofus, dan kristal tersebut akan membuat pasien merasakan nyeri seperti ditusuk
tusuk. Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan tofus pada jempol kanan pasien dan juga
terdapat tanda tanda inflamasi seperti kalor rubor dan dolor.

Untuk diagnosis banding rheumatoid artritis (RA) dapat dihilangkan karena pada RA
biasanya terjadi secara Bilateral, pada kedua sisi, dan akan terdapat kaku di pagi hari dalam
waktu yang cukup lama >1 jam. Sedangkan untuk diagnosis oseteoartritis (OA) juga dapat
dihilangkan karena OA akan menyerang persendian besar yang merupakan sendi weight-
bearing karena penyakit ini merupakan penyakit degenerativ dan biasanya juga terdapat kaku
di pagi hari dibawah 30 menit dan akan terdapat krepitasi. Selain itu kedua diagnosis banding
itu dapat disingkirkan karena pada pasien Ny. N ditemukan adanya tofus yang merupakan
gejala khas dari penyakit gout artritis.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Kasper DL, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J, editors.
Harrison's Principle of Internal Medicine. 19th ed. Vol. 2. McGraw Hill Education;
2015.

2. Sundoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K. MS, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 4 th. Vol. 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.

Anda mungkin juga menyukai