Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS KEPANITRAAN KLINIK

BAGIAN KULIT DAN KELAMIN

VERUKA VULGARIS

Disusun oleh:

Reinaldo Cendana

01073170107

Pembimbing:

dr. Sylvia Tan, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMIN


SILOAM HOSPITALS LIPPO VILLAGE – RUMAH SAKIT UMUM SILOAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE 15 OKTOBER – 17 NOVEMBER 2018
TANGERANG, 2018
IDENTITAS PASIEN

Inisial Pasien : Ny. C. W.


Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 30 April 1955 (63 Tahun)
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Alamat : Kampung Doyong
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
No. RM : RSUS 00-64-XX-XX
Tanggal Masuk RS : 31 Oktober 2018, pukul 11.00
Tanggal Pemeriksaan : 31 Oktober 2018, pukul 11.00
Tanggal Pulang : 31 Oktober 2018, pukul 11.30

ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Rabu, 31 Oktober 2018 di ruangan poli
kulit Rumah Sakit Umum Siloam pada pukul 11.00.

Keluhan Utama: Pasien datang dengan keluhan utama benjolan kecil pada jari telunjuk
tangan kanan yang gatal sejak 1 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Ibu C berumur 63 tahun datang pada hari Rabu, 31 Oktober 2018 ke poli Rumah Sakit Umum
Siloam dengan keluhan benjolan kecil pada jari telunjuk tangan kanan yang gatal. Benjolan
ini muncul sejak 1 bulan yang lalu, dan semakin besar dari hari ke hari. Sejak awal, benjolan
tersebut berwarna keabu-abuan dan tidak mengalami perubahan. Pasien menyangkal adanya
nyeripada benjolan, ataupun saat benjolan tersebut ditekan. Pasien mengatakan tidak ada
benjolan di tempat lain selain pada jari telunjuk tangan kanan. Pasien menyangkal adanya
demam selama gejala ini berlangsung.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami keluhan serupa pada 1 tahun sebelumnya pada lokasi yang sama,
tetapi pasien mengeluarkan benjolan tersebut sendiri menggunakan gunting kuku dan jarum.

2
Diabetes Melitus (-), Hipertensi (-), Penyakit jantung (-), Asma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa

Diabetes Melitus (-), Hipertensi (-), Penyakit jantung (-), Asma (-)

Riwayat Pengobatan dan Alergi

Tidak ada riwayat alergi makanan dan obat.

Tidak ada riwayat operasi.

Riwayat Sosial:

Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang tidak merokok, tidak minum alkohol, dan
jarang berolahraga.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis:

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Komposmentis (GCS E4M6V5)

Tanda-Tanda Vital:

 Tekanan Darah : 120/80 mmHg


 Frekuensi Pernapasan : 14 x/menit
 Nadi : 82 x/menit
 Suhu : 37,3 C

Berat Badan : 56 kg

Tinggi Badan : 157 cm

Indeks Massa Tubuh : 22,7

Kulit keseluruhan  Hiperemis (-)


 Sianosis (-)

3
 Jaundice (-)
 Edema (-)
 Elastisitas dan turgor normal
 Kebersihan: kurang
Kepala dan wajah Rambut  Rambut tersebar secara merata
 Rambut hitam
Kulit kepala  Kulit kepala normal
Fungsi  Pergerakan kepala penuh
 Tidak ada keterbatasan gerak (range of
motion)
Mata  Konjungtiva pucat -/-
 Perdarahan Kongjuntiva +/-
 Sclera Ikterik -/-
 Ptosis -/-
 Pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm
 Refleks pupil langsung dan tidak langsung normal (+/+)
 Jarak antar mata simetris
 Pergerakan bola mata normal
 Tidak ada keterbatasan lapang pandang
 Strabismus (-)
Hidung  Simetris
 Septum nasal normal, berada di tengah, deviasi (-)
 Perdarahan (-)
 Discharge (-)
 Deformitas (-)
Telinga  Normotia, simetris
 Deformitas (-)
 Sekret pus (-)
 Sekret darah (-)
 Serumen (-/-)
 Nyeri Tarik pina dan tekan mastoid (-)
Gigi dan mulut  Angular cheilitis (-)

4
 Bibir normal, simetris, pucat, lembab, sianosis (-)
 Gigi utuh
 Mukosa mulut lembab
 Lidah normal
 Palatum normal
 Faring normal.
Leher  Penampakan leher normal: simetris
 Trakea intak di tengah, deviasi (-)
 Pembesaran tiroid (-)
 Pembesaran kelenjar parotis (-)
Thorax
Jantung Inspeksi  Iktus kordis tidak terlihat
 Spider nevi (-)
Palpasi  Iktus kordis tidak teraba di ICS V linea
midclavicular sinistra
Perkusi  Batas jantung tidak dilakukan
Auskultasi  Suara jantung normal:
- S1 + S2
- Murmur (-)
- Gallop (-)
Paru-paru Inspeksi  Kembang paru simetris, tidak ada yang
tertinggal
 barrel chest (-)
 pectus excavatum maupun pectus
carinatum (-)
 Masa (-)
 Lesi kulit (-)
 Bekas luka (-)
 retraksi intercostal (-)
Palpasi  Taktil fremitus +++ / +++
Perkusi  Perkusi paru normal, sonor +++ / +++
Auskultasi  Vesikuler +++ / +++

5
 Wheezing (-)
 Ronchi (-)
Abdomen Inspeksi  Striae Gravidarum (-)
 Spider nevi (-)
 Masa (-)
 Caput medusa (-)
 Ascites (-)
Auskultasi  Bising usus (+) 16 x/menit (4 + 4 + 3+
5)
 Bruit tidak terdengar
 Clicking sound maupun metallic sound
tidak terdengar
Perkusi  Timpani di seluruh lapang baru
Palpasi  Nyeri tekan (-).
 Hepar tidak teraba
 Lien tidak teraba.
Punggung Inspeksi  Pada Regio lumbalis posterior dextra:
Nodul eritematosa soliter, nummular,
dengan pustule diatasnya, diatas macula
eritematosa
Palpasi  Nodul bersifat hangat
 Nyeri tekan (+)
 Undulasi pada pustule diatas nodul.

Ekstremitas Inspeksi  Simetris


 Pucat (-)
 Sianosis jari-jari (-)
 Edema (-)
 Papul berbentuk bulat, berwarna
keabu-abuan, pada jari telunjuk
tangan kanan
 Terdapat bintik-bintik hitam pada

6
lesi
Palpasi  Ekstremitas hangat
 Capillary Refill Time normal (<2detik)
 Permukaan papul kasar
 Nyeri tekan (-)

Status Dermatologis

Ad regio digiti II manus dekstra : papul verukosa, berwarna serupa kulit, soliter, bentuk bulat.

Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

Resume

Ny. C berumur 63 tahun datang ke poliklinik kulit RSUS dengan keluhan benjolan
yang gatal pada jadi telunjuk tangan kanan sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan ini bertambah
besar dari hari ke hari, berwarna keabu-abuan sejak awal dan tidak mengalami perubahan.
Tidak terdapat rasa nyeri ataupun nyeri tekan pada benjolan tersebut. Pada satu tahun yang
lalu, pasien pernah mengalami hal serupa pada lokasi yang sama, tetapi pasien mengeluarkan
benjolan tersebut sendiri menggunakan gunting kuku dan jarum.
7
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan ditemukan tanda-tanda vital dalam batas
normal dan indeks masa tubuh yang masih berada dalam batas normal. Pada jari telunjuk
tangan kanan ditemukan satu buah papul, berbentuk bulat, berwarna keabu-abuan, dengan
permukaan yang kasar.

DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis : Veruka Vulgaris

Diagnosis Banding : Veruka plana, Klavus, Kalus

TERAPI

Tindakan :Elektrokauterisasi

Non Medikamentosa

Teraupetik :Gentamicin 0.1% 5 gr

PROGNOSIS

 Quo ad vitam : Bonam


 Quo ad functionam : Bonam
 Quo ad sanationam : Bonam

8
DASAR TEORI

Veruka Vulgaris

Definisi

Veruka vulgaris / warts / kutil merupakan proliferasi jinak (hiperplasia) epidermis pada kulit
dan mukosa yang disebabkan oleh Human papilloma Virus (HPV).[1]

Etiologi

Terdapat lebih dari 100 subtipe dari virus HPV, tetapi hanya beberapa tipe yang dapat
menyebabkan kutil pada kulit bagian tubuh tertentu. Tetapi, HPV dapat menyebar ke bagian
tubuh manapun melalui kontak kulit. Selain itu, HPV juga dapat menyebabkan genital warts,
flat warts, dan palmoplantar warts. Kutil dapat ditularkan dengan mudah melalui kontak
secara langsung maupun tidak langsung, terutama jika ada kerusakan / trauma pada kulit.
Veruka vulgaris paling sering disebabkan oleh virus HPV tipe 2 ,4, 27, dan 29, serta yang
jarang adalah tipe 1. [1,2,3]

Tabel 1. Etiologi Veruka Vulgaris[1]

Epidemiologi

Veruka vulgaris dapat menyerang semua usia, tetapi paling sering terjadi pada anak-anak dan
dewasa muda, dengan prevalansi tertinggi pada anak-anak dengan umur 12-16 tahun.
Kejadian warts diseluruh dunia diperkirakan sekitar 10%. Kejadian ini paling sering terjadi
pada pasien dengan imunosupresi. Prevalansi warts sendiri 2 kali lebih banyak terjadi pada

9
ras kulit putih dibandingkan kulit hitam ataupun Asia, dengan angka kejadian yang sama
pada laki-laki maupun perempuan. [4,5]

Patofisiologi

Infeksi HPV bermulai dari inokulasi virus pada epidermis yang terdapat kerusakan / trauma
pada epitelnya. Setelah terjadi inokulasi HPV, veruka biasanya muncul dalam waktu 2
sampai 9 bulan. Untuk menyebabkan infeksi yang persisten virus ini perlu menginfeksi
epidermis hingga stratum basalis hingga terbentuk koilosit yang merupakan hallmark dari
infeksi sel yang disebabkan oleh human papillomavirus. Di mana terjadi gangguan pada
proliferasi sel dan mengganggu kematian sel lewat apoptosis. Virus ini juga dapat
menginaktivasi tumor suppressor genes sehingga proliferasi sel ini akan terus berlangsung
sehingga menghasilkan hiperplasia dari epitel kulit. Permukaan kasar dari warts dapat
mengganggu kulit disekitarnya dan memungkinkan inokulasi virus ke lokasi sekitarnya,
sehingga dapat terbentuk warts baru dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan. Lesi
baru dapat terbentuk melalui paparan baru ataupun penyebaran dari warts disekitarnya.
Veruka dapat hilang dengan sendirinya tanpa meninggalkan bekas luka dalam 6 bulan sampai
dengan 2 tahun ketika tubuh telah membuat cukup cell mediated immunity. [1,6]

Gejala klinis

Kebanyakan dari warts tidak menyebabkan gejala klinis yang berarti. Tetapi, warts dapat
menyebabkan masalah kosmetik. Pada beberapa penderita, bisa terdapat rasa nyeri, terutama
yang terletak pada titik penekanan, seperti pada plantar warts, di mana kompresi dan gesekan
yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan terjadinya pendarahan. Tempat predileksi dari
veruka vulgaris terutama di ekstremitas bagian ekstensor dan daerah yang rentan trauma
seperti tangan, jari, lutut, dan kaki, walaupun begitu penyebarannya dapat ke bagian tubuh
lain, termasuk mukosa mulut dan hidung.

Kutil ini berbentuk bulat, berwarna seperti kulit hingga abu-abu, berukuran 1 hingga 10 mm
(atau bisa lebih besar), hiperkeratosis, dengan permukaan yang kasar. Lesi pada palmar dapat
menyebabkan gangguan pada sidik jari penderita, dan kembalinya sidik jari dapat menjadi
tanda resolusi dari warts. Lesi ini memiliki karekteristik khusus, yaitu bintik-bintik merah
ataupun coklat yang dapat dilihat dengan lebih jelas menggunakan dermoskopi. Bintik-bintik

10
ini menandakan adanya trombosis dari kapiler. Terdapat beberapa varian dari warts yaitu,
butcher’s warts yang lesinya tampak seperti cauliflower dan ada pada tangan pengolah
daging. Sedangkan veruka vulgaris yang terdapat di daerah muka dan kulit kepala yang
berbentuk seperti penonjolan yang tegak lurus pada permukaan kulit dengan permukaan yang
kasar sidebut sebagai verukosa filifromis. [1,7]

Gambar 1. Veruka Vulgaris pada Ibu Jari [8]

Diagnosis

Diagnosis dari veruka vulgaris ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan.
Pada pemeriksaan dapat ditemukan debris hiperkeratotik dan disertai dengan trombosis
kapiler. Pemeriksaan menggunakan dermoskopi menunjukkan trombosis kapiler yang tampak
seperti titik-titik hitam hingga merah yang homogen. Warts pada palmar ataupun plantar
dapat mengganggu skin markings (dermatoglyphics). [9,10]

Pemeriksaan Penunjang

Penegakan diagnosis dari warts biasanya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik yang
dilakukan. Tetapi terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu :

 Pemeriksaan histopatologis
Pemeriksaan histopatologi pada hasil biopsi dari lesi veruka vulgaris, terdiri atas
akantosis epidermis yang disertai dengan papilomatosis, hyperkeratosis, dan
parakeratosis. Pembuluh darah kapiler pada lapisan dermis juga ikut menonjol,
sehingga ketika terjadi trombosis maka akan terlihat seperti bintik-bintik hitam.
Veruka vulgaris juga dikarakteristikkan dengan terdapatnya banyak keratinosit yang
besar dengan pyknotic nucleus yang dikelilingi oleh perinuclear halo (koilocytotic
cells atau koilocytes). [1]

11
Gambar 3. Koilocytes [1]

Gambar 2. Histopatologi Veruka Vulgaris,


ekstensif hyperkeratosis [1]

 Pemeriksaan laboratorium
Deteksi struktur protein dari HPV pada pemeriksaan imunohistokimia dapat
memastikan terdapatnya virus tersebut, tetapi pemeriksaan ini memiliki sensitivitas
yang rendah. Identifikasi DNA virus menggunakan Southern blot hybridization lebih
sensitive dan spesifik untuk menentukan tipe HPV. Polymerase chain reaction dapat
digunakan untuk memperbanyak DNA virus sebagai bahan pemeriksaan. Walaupun
HPV dapat dideteksi pada lesi yang baru, tetapi tidak selalu ada pada lesi yang
lama.[11,12]

Diagnosa Banding

 Veruka Plana
Veruka plana merupakan infeksi pada kulit yang disebabkan oleh Human Papilloma
Virus (HPV). Ciri khas lesi dari veruka plana adalah, terdapatnya papul datar yang
sedikit menimbul dengan permukaan yang licin dan berwarna seperti kulit hingga

12
kecoklatan. Lesi ini berukuran 1 hingga 5 mm dengan ketebalan antara 1 hingga 2
mm. Predileksi tersering berada pada wajah, punggung tangan, dan tungkai bawah.
Pada pemeriksaan histopatologik, ditemukan akantosis dan hyperkeratosis (tidak
separah veruka vulgaris), tanpa papilomatosis dan parakeratosis, serta stratum
korneum yang tampak seperti rajutan keranjang (basket-weave).[1,7]
 Klavus dan Kallus
Klavus dan kallus timbul dari tekanan atau gesekan berulang yang terjadi dalam
periode waktu yang lama, sehingga akan menimbulkan terjadinya hiperkeratinisasi,
yang akan menyebabkan terjadinya penebalan dari stratum korneum. Jika tekanan
abnormal tersebut terdistribusi secara merata, maka akan menyebabkan terjadinya
kallus. Sedangkan jika tekanan tersebut berfokus pada satu titik, maka akan
menyebabkan klavus, dimana stratum korneum menjadi terpengaruh untuk
membentuk sebuah titik pusat keras yang disebut dengan radix atau nukleus.
Sehingga, predileksi tersering terjadi pada daerah-daerah penonjolan seperti telapak
kaki, daerah metatarsal, tumit, dan telapak tangan. Kallus dan klavus sering disertai
dengan keluhan berupa nyeri seperti terbakar, terutama pada saat diberi tekanan. Pada
pemeriksaan histopatologi, berbeda dengan keratosis yang terjadi akibat non-mekanik,
klavus dan kallus menunjukkan perubahan pada epidermis, dermis, dan subkutis. Pada
klavus didapatkan plug parakeratosis yang menyebabkan hilang atau berkurangnya
stratum granulosum dan juga atrofi dari stratum Malpighi. Sedangkan pada kallus,
didapatkan penebalan stratum korneum tetapi dengan stratum granulosum yang tetap
ada.[1,7]

Tatalaksana

Pada umumnya, veruka vulgaris dapat sembuh dengan sendirinya dalam 1 hingga 2 tahun.
Tatalaksana yang dilakukan adalah berdasarkan ketidaknyamanan yang dialami pasien,
ataupun keinginan pasien karena masalah kosmetik. Terapi veruka vulgaris merupakan
sebuah hal yang cukup sulit, dikarenakan belum ada terapi yang telah terbukti efektif untuk
menyembuhkan dan mencegah kambuhnya veruka vulgaris. Oleh karena itu, terapi veruka
vulgaris sebaiknya dimulai dari terapi dengan harga terendah dan rasa sakit terminimal.

 Asam Salisilat

13
Aplikasi asam salisilat topical dapat menipiskan epidermis yang terinfeksi dan juga
dapat menstimulasi kerja dari sistem imunitas disekitar lesi. Keungulan dari asam
salisilat adalah dapat digunakan sendiri, tidak adanya rasa nyeri, efek samping yang
minimal, dan biaya yang murah. Keberhasilan dari terapi ini berkisar dari 40 hingga
84 persen. Konsentrasi asam salisilat yang dapat digunakan adalah 17 hingga 50
persen, dengan dosis diatas 40 persen ditujukan untuk kulit dengan stratum korneum
yang tebal, seperti telapak tangan ataupun kaki. Asam salisilat diaplikasikan langsung
ke lesi menggunakan cotton bud dan kulit harus berada dalam kondisi yang kering.
Aplikasi ini diulang setiap harinya dan tidak boleh digunakan lebih dari 12 minggu
tanpa pengawasan dokter. Terapi ini juga dapat dikombinasikan dengan terapi lain
seperti cryotherapy.Efek samping dari asam salisilat sendiri adalah dapat
menyebabkan iritasi pada kulit. Asam salisilat juga tidak boleh digunakan pada pasien
dengan neuropati peripheral karena dapat mengurangi kemampuan untuk mendeteksi
adanya kerusakan jaringan sehingga akan meningkatkan resiko dari penyembuhan
yang kurang baik. [13,14]
 Cryotherapy
Terapi ini sangat sering digunakan, yaitu dengan menggunakan cairan nitrogen.
Dengan tingkat keberhasilan berkisar dari 14 hingga 90 persen. Warts hyperkeratosis
harus dikikis terlebih dahulu sebelum tindakan. Aplikasi dari cairan nitrogen dapat
menggunakan semprotan ataupun cotton bud. Tujuan dari tindakan ini adalah
menciptakan daerah beku pada kutil dan sekitar 2 mm disekitarnya. Setelah aplikasi,
hal ini akan hilang dalam 30 hingga 60 detik. Tindakan ini diulang setiap 2 hingga 3
minggu sampai terjadi resolusi dari warts. Krioterapi harus digunakan secara hati-hati
pada jari terutama jika terdapat periungual warts untuk mencegah kerusakan dari
matriks kuku dan distrofi kuku yang permanen. Efek samping dari tindakan ini adalah
rasa nyeri paska tindakan dan resiko untuk terbentuknya sikatriks. Tetapi rasa sakit ini
dapat diatasi dengan pemberian analgesik paska tindakan. Tindakan pembekuan ini
juga hanya menghancurkan bagian kulit yang terinfeksi, tetapi tidak dengan HPV
yang ada. [13,14]
 Electrosurgery / Elektrokauterisasi
Tindakan ini lebih efektif dibandingkan dengan kriterapi, tetapi memiliki resiko lebih
besar untuk terbentuknya sikatriks. Pada tindakan ini dapat digunakan anestesi topical
menggunakan krim EMLA ataupun injeksi lidokain. Efek samping dari tindakan ini

14
yaitu dapat menyebabkan rasa sakit paska tindakan, tetapi dapat diatasi dengan
[8]
pemberian analgesik. Terapi terbukti lebih efektif dibandingkan penggunaan asam
salisilat dalam terapi veruka vulgaris. Penelitian yang dilakukan oleh Sudhakar dkk,
pada tahun 2012, di mana dibandingkan terapi electrosurgery dan penggunaan asam
salisilat 40% dalam terapi veruka vulgaris, terbukti bahwa electrosurgery memiliki
hasil yang jauh lebih baik.[15]

Tabel 2. Hasil Terapi Electrosurgery pada Veruka Vulgaris[15]

Tabel 3. Hasil Terapi Asam Salisilat pada Veruka Vulgaris[15]

Sudhakar Rao, K.M. & Ankad, Balachandra & Naidu, V & Sampaghavi, V.V. &
Unni, M.M. & Aruna, M.S.. (2012). Electrosurgery VS 40% salicylic acid in the
treatment of warts. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 6. 81-84.
 Imiquimod
Merupaka sebuah imunomodulator topical yang bekerja dengan cara menginduksi
sitokin lokal. Penggunaan krim imiquimod 5% memiliki angka keberhasilan hingga
88,9%. Keunggulan dari imiquimod sendiri yaitu tidak meninggalkan bekas luka dan
tidak nyeri pada penggunaannya. Krim ini bisa digunakan sebanyak sekali sehari
dengan rata-rata lama penggunaan selama 3 bulan. Efek samping dari terapi ini yaitu
dapat terjadi inflamasi lokal. [14]
 Intralesional bleomycin
Bleomycin merupakan sebuah agen kemoterapi yang biasanya digunakan dalam terapi
keganasan dan cukup efektif dalam terapi warts. Kekurangan dari terapi ini adalah
rasa nyeri yang timbul dari proses penyuntukan. Angka keberhasilan terapi ini
berkisar antara 16 hinga 94 persen. Bleomycin dapat digunakan dengan cara injeksi 1

15
mg/mL langsung ke dalam lesi, ataupun aplikasi pada permukaan kutil dan diikuti
dengan penusukan permukaan kutil. Terapi ini tidak dianjurkan untuk anak-anak,
wanita hamil, dan penderita penyakit vaskular karena dapat diabsorpsi secara
sistemik.[14]
 Cantharidin
Cantharidin 0,7% (“beetle juice”) merupakan blister agent yang biasanya digunakan
dalam terapi moluskum kontagiosum tetapi bisa juga digunakan dalam terapi warts.
Keunggulan dari terapi ini adalah tidak terdapat rasa nyeri dan dapat digunakan dalam
terapi kutil yang mutipel. Cantharidin diaplikasikan di atas kutil dan ditutup
menggunakan plester. Blister akan muncul dalam 2 hingga 24 jam, dimana plester
tersebut harus dilepas dan dibilas menggunakan air dan sabun. Blister ini mungkin
dapat menimbulkan pembengkakan dan rasa nyeri. Cantharidin dapat digunakan
setiap 3 minggu, dan jika tidak berespon dalam 4 kali terapi, maka perlu
dipertimbangkan terapi lain.[13]

Pencegahan

Veruka vulgaris merupakan penyakit infeksi, sehingga harus menghindari penularan dari
orang lain ataupun menulari orang lain. Oleh karena itu, terdapat beberapa tindakan yang
dapat mencegah terjadinya penularan, seperti:

 Penggunaan alas kaki ketika menggunakan toilet public


 Alat yang digunakan untuk mengangkat kutil (gunting kuku dan jarum) sebaiknya
tidak digunakan pada kulit ataupun kuku normal, dan tidak boleh digunakan bersama.
 Menjaga kebersihan kulit menggunakan air dan sabun. [16]

Prognosis

Dapat terjadi infeksi berulang ataupun regresi berulang dari veruka vulgaris, bahkan lesi bisa
menyebar ke lokasi lain jika tidak ditangani dengan baik. Tetapi bila terapi yang dilakukan
telah dapat mendestruksi jaringan epidermis yang terinfeksi beserta dengan virusnya, maka
rekurensi dapat dihindari.

16
PEMBAHASAN KASUS

Ny. C berumur 63 tahun datang ke poliklinik kulit RSUS dengan keluhan benjolan
yang gatal pada jadi telunjuk tangan kanan sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan ini bertambah
besar dari hari ke hari, berwarna keabu-abuan sejak awal dan tidak mengalami perubahan.
Tidak terdapat rasa nyeri ataupun nyeri tekan pada benjolan tersebut. Pada satu tahun yang
lalu, pasien pernah mengalami hal serupa pada lokasi yang sama, tetapi pasien mengeluarkan
benjolan tersebut sendiri menggunakan gunting kuku dan jarum. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan pada ny. C, didapatkan jari telunjuk tangan kanan ditemukan satu buah papul,
berbentuk bulat, berwarna keabu-abuan, dengan permukaan yang kasar.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan beberapa


diagnosis yang dapat menjadi pertimbangan dalam kasus ini, yaitu veruka vulgaris, veruka
plana, klavus, dan kalus. Tetapi, diagnosis-diagnosis ini dapat disingkirkan berdasarkan
penemuan klinis ataupun pemeriksaan histopatologi dari lesi yang ada.

Diagnosis Klinis Histopatologi


Veruka Vulgaris  Disebabkan oleh infeksi HPV  Akantosis epidermis
 Kutil ini berbentuk bulat, berwarna yang disertai dengan
seperti kulit hingga abu-abu, papilomatosis,
berukuran 1 hingga 10 mm (atau hyperkeratosis, dan
bisa lebih besar), hiperkeratosis, parakeratosis, serta
dengan permukaan yang kasar. terdapat koilocytes.
Karakteristik dari warts adalah
ditemukannya bintik-bintik hitam
akibat trombosis kapiler yang
terjadi. Biasanya jarang disertai
dengan rasa nyeri, kecuali terjadi
gesekan atau tekanan yang
berlebih.
Veruka Plana  Disebabkan oleh infeksi HPV  Akantosis dan
 Lesi berupa papul datar yang hyperkeratosis (tidak
sedikit menimbul dengan separah veruka
permukaan yang licin dan berwarna vulgaris) , tanpa
seperti kulit hingga kecoklatan. papilomatosis dan

17
parakeratosis, serta
stratum korneum
yang tampak seperti
rajutan keranjang
(basket-weave).
Klavus  Disebabkan oleh tekanan atau  Plug parakeratosis
gesekan berulang (terfokus pada yang menyebabkan
satu titik) dan terutama terjadi pada hilang atau
daerah-daerah penonjolan. berkurangnya stratum
 Hiperkeratosis yang tidak merata, granulosum dan juga
dan pada bagian tengahnya seolah- atrofi dari stratum
oleh terdapat inti. Hampir selalu Malpighi.
terdapat nyeri, tertutama pada
penekanan dikarenakan ujung inti
yang berakhir pada serabut saraf.
Kalus  Disebabkan oleh tekanan atau  Penebalan stratum
gesekan berulang (tersebar merata) korneum tetapi
dan terutama terjadi pada daerah- dengan stratum
daerah penonjolan. granulosum yang
 Hiperkeratosis setempat yang tetap ada.
berbatas tegas, merata, dengan
ukuran 1 hingga 3 cm. Kebanyakan
disertai dengan nyeri, terutama
pada penekanan.
Tabel 4. Perbedaan Veruka Vulgaris, Veruka Plana, Klavus, dan Kalus.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, gejala atau gambaran
klinis yang ditunjukkan oleh pasien lebih mengarah kearah veruka vulgaris, dikarenakan
terdapatnya papul dengan permukaan yang kasar, serta terdapat bintik-bintik hitam sebagai
tanda adanya trombosis kapiler yang merupakan karakteristik dari veruka vulgaris. Pasien
juga memiliki gejala serupa 1 tahun yang lalu, tetapi diangkat sendiri menggunakan gunting
kuku dan jarum. Di mana jika terapi yang dilakukan tidak adekuat sehingga virus yang
terdapat pada lesi tidak terdestruksi dengan baik, maka dapat terjadi kekambuhan. Berbeda
dengan veruka plana, walaupun juga disebabkan oleh HPV, permukaan dari veruka plana

18
cenderung licin. Sedangkan untuk diagnosis klavus dan kalus juga dapat disingkirkan untuk
sementara karena dari gambaran klinis yang cukup berbeda, serta dari gejala nyeri yang tidak
ada pada pasien. Tetapi, diagnosis ini dapat dipastikan dengan pemeriksaan histopatologi
yang akan memberikan gambaran yang berbeda diantara diagnosis-diagnosis yang ada.
(Tabel 1).

Ny. C. diberikan terapi elektrokauterisasi untuk menghilangkan kutil yang terdapat


pada jari telunjuk tangan kanannya tersebut. Tindakan yang dilakukan sudah sangatlah tepat,
karena selain dari pada bertujuan untuk menghilangkan kutil yang ada, tindakan ini juga
dapat membunuh virus yang ada disekitar lesi. Terdapat beberapa terapi pilihan lain yang
dapat menjadi alternatif pada pasien ini, terutama penggunaan asam salisilat dan krioterapi.
Terapi elektrokauterisasi yang dlakukan sudahlah sangat tepat, karena dibandingkan dengan
penggunaan asam salisilat ataupun krioterapi, hasil yang didapatkan dari terapi
elektrokauterisasi terbukti lebih baik. Walaupun rasa nyeri paska tindakan ataupun resiko
untuk terbentuk sikatriks, tetapi tindakan ini dapat mengangkat jaringan yang rusak dan
membunuh virus yang ada disekitar jaringan tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Goldsmith L, Fitzpatrick T. Fitzpatrick's dermatology in general medicine. 7th ed.


New York: McGraw-Hill; 2012. P.1914-1922.
2. Shahmoradi Z, Assaf F, Al Said H, Khosravani P, Hosseini SM. Topical pyruvic acid
(70%) versus topical salicylic acid (16.7%) compound in treatment of plantar warts: A
randomized controlled trial. Adv Biomed Res. 2015;4:113.
3. Larsson PA, Lidén S. Prevalence of skin diseases among adolescents 12--16 years of
age. Acta Derm. Venereol. 1980;60(5):415-23.
4. Augustin M, Kirsten N, Körber A, Wilsmann-Theis D, Itschert G, Staubach-Renz P,
Maul JT, Zander N. Prevalence, predictors and comorbidity of dry skin in the general
population. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2018 Jun 28;
5. Witchey DJ, Witchey NB, Roth-Kauffman MM, Kauffman MK. Plantar Warts:
Epidemiology, Pathophysiology, and Clinical Management. J Am Osteopath Assoc.
2018 Feb 01;118(2):92-105.
6. Ashton R, Leppard B, Cooper H. Differential diagnosis in dermatology. 4th ed. US:
CRC Press;.
7. Djuanda A, Kosasih A, Wiryadi BE, Natahusada EC, Sjamsoe-Daili E, Effendi EH, et
al. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Djuanda A, editor. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.
8. Wolff K, Johnson R., Saavedra AP. Fitzpatrick Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2013.
9. Bae JM, Kang H, Kim HO, Park YM. Differential diagnosis of plantar wart from
corn, callus and healed wart with the aid of dermoscopy. Br J Dermatol 2009;
160:220.
10. Lee DY, Park JH, Lee JH, et al. The use of dermoscopy for the diagnosis of plantar
wart. J Eur Acad Dermatol Venereol 2009; 23:726.
11. Clebak KT, Malone MA. Skin Infections. Prim. Care. 2018 Sep;45(3):433-454.
12. Singh Mehta KI, Mahajan VK, Chauhan PS, Chauhan S, Sharma V, Rawat R.
Evaluation of efficacy and safety of intralesional bleomycin in the treatment of
common warts: Results of a pilot study. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2018 Jun
27;
13. Sterling JC, Gibbs S, Haque Hussain SS, et al. British Association of Dermatologists'
guidelines for the management of cutaneous warts 2014. Br J Dermatol 2014;

20
171:696.
14. Kwok CS, Gibbs S, Bennett C, et al. Topical treatments for cutaneous warts.
Cochrane Database Syst Rev 2012; :CD001781.
15. Sudhakar Rao, K.M. & Ankad, Balachandra & Naidu, V & Sampaghavi, V.V. &
Unni, M.M. & Aruna, M.S.. (2012). Electrosurgery VS 40% salicylic acid in the
treatment of warts. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 6. 81-84.
16. Johnson LW. Communal showers and the risk of plantar warts. J Fam Pract 1995;
40:136.

21

Anda mungkin juga menyukai