Anda di halaman 1dari 13

TUGAS STASE IKAKOM TAHAP I

LAPORAN KASUS I: PTERYGIUM

Pembimbing:

Dr. Tresna Wahyuningsih

Disusun Oleh:

Achmad Nadhif

2019730002

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS TAHAP 1
PUSKESMAS PATARUMAN 1
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur terpanjatkan kepada Allah SWT, atas karunia dan nikmat-Nya penulis dapat
menulis laporan kasus yang berjudul “Pterygium” ini dengan baik dan maksimal.
Laporan kasus ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas pada stase kedokteran
komunitas dan untuk menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca lainnya tentang
pterygium.
Demikian laporan kasus ini dibuat. Mohon maaf apabila dalam penulisan laporan kasus ini
masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan.

Semoga tinjauan pustaka berjudul “Pterygium” yang telah penulis susun dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamualaikum. Wr. Wb

Banjar, 30 April 2023

Achmad Nadhif

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
1.1 Status Pasien ................................................................................................................... 1
1.2 Anamnesis ....................................................................................................................... 1
1.3 Pemeriksaan Fisik .......................................................................................................... 2
1.4 Diagnosis Kerja .............................................................................................................. 4
1.5 Diagnosis Banding .......................................................................................................... 4
1.6 Tatalaksana ..................................................................................................................... 4
1.7 Edukasi Pasien ................................................................................................................ 4
1.8 Prognosis ......................................................................................................................... 4
1.9 Resume ............................................................................................................................ 5
BAB II ....................................................................................................................................... 6
2.1 Definisi ............................................................................................................................. 6
2.2 Patofisiologi ..................................................................................................................... 6
2.3 Faktor Risiko .................................................................................................................. 6
2.4 Gejala Klinis ................................................................................................................... 7
2.5 Tatalaksana ..................................................................................................................... 7
2.6 Komplikasi ...................................................................................................................... 7
2.7 Prognosis ......................................................................................................................... 7
2.8 Pencegahan ..................................................................................................................... 8
BAB III...................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

ii
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Status Pasien


- Nama: Tn. E
- Usia: 75 tahun
- Jenis kelamin: Laki-laki
- Status: Menikah
- Pekerjaan: Buruh
- Alamat: Cikabuyutan Timur

1.2 Anamnesis
• Keluhan utama:
Penglihatan mata kiri terasa tertutup atau tidak dapat melihat secara sempurna
dengan mata kiri.
• Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke Puskesmas Pataruman 1 pada hari Senin, 27 Maret 2023 dengan
keluhan penglihatan mata kiri tertutup.
• Keluhan tambahan:
Tidak ada keluhan tambahan.
• Riwayat penyakit dahulu:
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
• Riwayat pengobatan:
Pasien sebelumnya tidak pernah berobat atau mengobati keluhannya.
• Riwayat psikososial:
Pasien bekerja diluar ruangan yang sering terpapar dengan udara atau angin.
• Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yag sama.
• Riwayat alergi
Tidak ada alergi makanan, obat-obatan, cuaca, dan zat-zat lainnya.

1
2

1.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum Tampak sakit ringan
Kesadaran Compos mentis
TANDA-TANDA VITAL
Tekanan darah 130/80 mmHg
Frekuensi nadi 100x/menit
Frekuensi napas 20x/menit
Suhu 36.2°C
Pemeriksaan Generalisata (Head to Toe)
Kepala - Normochepal
- Rambut rontok (-)
- Alis rontok (-)
Mata - Konjungtiva hiperemis (-/+)
- Sklera ikterik (-/-)
- Pupil bulat anisokor
- Refleks pupil (+/+)
Hidung - Sekret/darah (-/-)
- Hiperemis (-/-)
- Septum deviasi (-)
Mulut - Bibir sianosis (-)
- Bibir pecah-pecah (-)
- Faring hiperemis (-)
- Tonsil hiperemis (-)
- Lidah kotor (-)
Telinga - Sekret (-/-)
- Hiperemis (-/-)
Thorax • Paru:
- Inspeksi:
Pergerakan dinding dada simetris (+/+)
Retraksi dada (-/-)
Sikatriks (-)
- Palpasi
Vocal fremitus teraba sama dextra dan sisnistra
3

- Perkusi
Sonor dikedua lapangan paru
- Auskultasi
Vesikuler (+/+)
Wheezing (-/-)
Ronkhi (-/-)
• Jantung
- Inspeksi
Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi
- Perkusi
Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi
Bunyi jantung I & II (+) regular
Mumur (-)
Gallop (-)
Abdomen - Inspeksi
Distensi abdomen (-)
Scar (-)
Lesi kulit (-)
- Auskultasi
Bising usus (+)
- Perkusi
Timpani di 9 kuadran abdomen
- Palpasi
Nyeri epigastrium (-)
Nyeri tekan 9 kuadran (-)
Hepatomegali (-)
Splenomegali (-)
Ekstremitas • Lutut:
Krepitasi (-/-)
Edema (-/-)
Sendi hangat (-/-)
4

Kemerahan (-/-)

1.4 Diagnosis Kerja


Pterygium: pertumbuhan abnormal fibrovaskular pada konjungtiva mata

1.5 Diagnosis Banding


1. Pinguekula: benjolan berwarna kuning yang tumbuh pada lapisan konjungtiva.

2. Pseudopterygium: perlekatan konjungtiva pada kornea yang cacat

1.6 Tatalaksana
1. Operasi → Eksisi + contungtival autograft (gold standart), limbal-conjunctival autograft,
conjunctival rotational graft, conjunctival flaps, and, amniotic membrane graft.

2. Mytomicin C (MMC)

3. Beta-irridiation

4. 5-fluorouracil (5-FU)

5. Anti-vascular endothelial growth factor (anti-VEGF)

6. Cyclosporine

7. Collagen implants (Mohammed, 2011)

1.7 Edukasi Pasien


1. Menggunakan kacamata

2. Mengurangi kontak mata langsung dengan udara atau angin

3. Mengurangi kontak mata langsung dengan sinar ultraviolet

1.8 Prognosis
1. Ad vitam: bonam

2. Ad functionam: malam
5

3. Ad Sanationam: bonam

1.9 Resume
Pasien datang ke Puskesmas Pataruman 1 pada hari Senin, 27 Maret 2023 dengan
keluhan mata kiri tidak dapat melihat dengan sempurna. Didapatkan konjungtiva mata kiri
hiperemis. Pasien tidak mengeluhkan gejala tambahan lainnya. Sebelumnya pasien tidak
pernah sama sekali melakukan pengobatan pada keluhannya. Pasien bekerja sebagai buruh
dan sering terpapar dengan udara luar dan sinar ultraviolet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Pterygium adalah suatu kelainan mata dengan didapatkannya penebalan membran pada
konjungtiva berupa lipatan berbentuk segitiga yang menjalar ke limbus kornea bahkan
sampai mencapai pupil. Penebalan konjungtiva ini diakibatkan oleh pertumbuhan jaringan
fibrovaskular di konjungtiva. Pada pterygium, penebalan membran berbentuk segitiga
dengan bagian puncak di kornea dan basis di fissura palpebra (Chu et al., 2020).

Pterygium diklasifikasikan berdasarkan tingkatan atau grade. Grade 1 memperlihatkan


pertumbuhan jaringan fibrovaskular mencapai limbus kornea. Grade 2 memperlihatkan
pertumbuhan jaringan fibrovaskular mencapai pertengahan limbus – pupil. Grade 3
memperlihatkan pertumbuhan jaringan fibrovaskular masuk ke pupil (Gazzard, 2002).

2.2 Patofisiologi
Beberapa studi menjelaskan bahwa ekspresi dari protein p53 dan MDM2 (mouse
double minute 2) memicu terjadinya pterygium. p53 adalah protein tumor supresor yang
menginduksi apoptosis dan membatasi pertumbuhan kanker dan MDM2 akan melekat
dengan p53 untuk menghambat kemampuan transkripsi. p53 dan MDM2 meningkat level
ekspresi pada jaringan pterygium dibandingkan dengan konjungtiva. Ekspresi berlebihan
dari p53 juga ditemukan pada pterygium dengan atau tanpa kekambuhan. p53 juga dideteksi
pada lapisan basal dari sel epitel pterygium (Chu et al., 2020).

2.3 Faktor Risiko


Faktor risiko dari pterygium disebabkan oleh hal-hal berikut ini:

1. Sinar ultraviolet
2. Peningkatan usia
3. Laki-laki
4. Debu
5. Suhu panas

6
7

6. Udara kering

2.4 Gejala Klinis


1. Asimtomatik-mengganjal
2. Keluhan iritatif: gatal, merah, panas, berair
3. Gangguan penglihatan: astigmatisme, diplopia

2.5 Tatalaksana
1. Operasi → Eksisi + contungtival autograft (gold standart), limbal-conjunctival autograft,
conjunctival rotational graft, conjunctival flaps, and, amniotic membrane graft.

2. Mytomicin C (MMC)

3. Beta-irridiation

4. 5-fluorouracil (5-FU)

5. Anti-vascular endothelial growth factor (anti-VEGF)

6. Cyclosporine

7. Collagen implants (Mohammed, 2011).

2.6 Komplikasi
Komplikasi dari pterygium sebagian besar diakibatkan oleh operasi yang telah
dilakukan. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat pterygium antara lain:

1. Katarak
2. Ptosis
3. Simblefaron
4. Atrofi iris
5. Ulserasi sklera
6. Iatrogenik okular (Mohammed, 2011).

2.7 Prognosis
Prognosis dari pterygium dapat dikatakan baik. Penyakit ini dapat segera sembuh
dengan dilakukan operasi dan terapi adjuvant. Operasi tanpa dilakukan terapi adjuvant
meningkatkan angka kekambuhan dari terjadinya pterygium. Jika tidak segera ditangani
8

pterygium mengakibatkan penurunan kualitas hidup karena terganggunya penglihatan dan


masalah lainnya pada mata.

2.8 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya pterygium adalah
terutama dengan menggunakan kacamata saat beraktivitas diluar ruangan. Kalangan yang
berisiko seperti lansia disarankan untuk mengurangi kontak langsung dalam waktu lama
dengan faktor pencetus, seperti sinar ultraviolet, debu, suhu panas, dan udara kering.
BAB III
KESIMPULAN

Pterygium adalah suatu kelainan yang terjadi pada konjungtiva mata karena adanya
pertumbuhan jaringan fibrovaskular. Berbagai faktor risiko dapat menyebabkan terjadinya
pterygium, seperti pertambahan usia, sinar ultraviolet, debu, suhu panas, dan udara kering.
Penegakan diagnosis dilakukan dengan melihat kelainannya dan gejala klinis yang terjadi.
Tatalaksana yang dapat dilakukan adalah dengan operasi dan terapi adjuvant. Pencegahan
paling utama yang dilakukan adalah dengan menggunakan kacamata atau pelindung mata
agar mata tidak terpapar langsung dalam waktu yang lama dengan faktor pencetus.

9
DAFTAR PUSTAKA

Chu, W. K., Choi, H. L., Bhat, A. K., & Jhanji, V. (2020). Pterygium: new insights. Eye, 34(6), 1047–
1050. https://doi.org/10.1038/s41433-020-0786-3

Gazzard, G. (2002). Pterygium in Indonesia: prevalence, severity and risk factors. British Journal of
Ophthalmology, 86(12), 1341–1346. https://doi.org/10.1136/bjo.86.12.1341

Mohammed, I. (2011). Treatment of pterygium. Annals of African Medicine, 10(3), 197.


https://doi.org/10.4103/1596-3519.84695

10

Anda mungkin juga menyukai