Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS 2

Branch Retinal Vein Occlusion OD

OLEH:

Rifqie Fathiarsya Courie

H1A320001

PEMBIMBING:

dr. Siti Farida I. T Santyowibowo, Sp.M(K)

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN


KLINIK MADYABAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA
BARATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas
laporan kasus dengan judul “Branch Retinal Vein Occlusion OD”. Tujuan dari
penyusunan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi kewajiban serta tugas dalam
proses kepaniteraan klinik di bagian SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram, Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat,
serta menjadi salah satu sarana penulis dalam proses pembelajaran dan memperluas
ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan dan hal-hal yang harus diperbaiki, sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan dan dibutuhkan oleh penulis sebagai proses
pembelajaran.

Mataram, 8 Agustus 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Retinal Vein Occlusion (RVO) merupakan salah satu penyakit vaskular retina
tersering setelah retinopati diabetik. Berdasarkan area vena retina yang mengalami
oklusi, RVO terbagi menjadi central retinal vein occlusion (CRVO) dan branch retinal
vein occlusion (BRVO). Pada CRVO penyumbatan terjadi pada vena retina central
sedangakan pada BRVO penyumbatan terjadi pada bagian cabang dari sistem vena
retina. Prevelensi terjadinya BRVO tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan
CRVO pada populasi umum. Di Amerika Serikat, Eropa, Asia, dan Australia, kejadian
BRVO mencapai 4 per 1000 populasi, sedangkan CRVO mencapai 0.8 per 1000
populasi.1 BRVO ini umumnya banyak ditemukan pada pasien yang sudah berusia
lanjut dan pasien yang belum berusia lanjut namun memiliki faktor risiko tinggi untuk
terkena BRVO seperti orang-orang yang mempunyai penyakit kardiovaskuler, diabetes
mellitus dan hipertensi.2
Gejala yang sering dialami oleh pasien dengan BRVO juga adalah penurunan
fungsi penglihatan, dan pandangan yang kadang kala kabur tanpa disertai dengan rasa
sakit pada satu mata. Untuk mencegah perburukan kondisi pasien BRVO, ada beberapa
target yang harus dicapai seperti pengidentifikasian dan managemen dari faktor risiko
penyebab terjadinya BRVO seperti hipertensi, penyakit kardiovaskuler, dan diabetes
melitus.3 Laporan ini akan memaparkan kasus laki-laki berusia 54 tahun dengan branch
retinal vein occlusion (BRVO).
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Anamnesis
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. Yusuf
Usia : 54 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kuripan, Lombok Barat
Pekerjaan : Pedagang
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Sasak
RM : 195372
Tanggal Pemeriksaan : 2 Agustus 2022

b. Keluhan Utama
Penglihatan kabur pada mata kanan

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien laki-laki, usia 54 tahun datang ke poli mata RSUD Provinsi NTB
dengan keluhan pandangan buram pada mata kanan. Pandangan buram
diraskaan sejak 2 - 3 bulan yg lalu. Pandangan buram dirasakan seperti melihat
bayangan pada mata kanan. Keluhan ini dirasakan tiba-tiba ketika pasien
sedang beraktivitas. Keluhan mata buram dirasakan tanpa disertai adanya nyeri.
Hingga saat ini pasien mengatakan keluhan tidak memberat dari yang dirasakan
sebelumnya. Keluhan pandangan kabur dirasakan sepanjang waktu. Pasien
menyangkal keluhan yang sama pada mata kirinya. Pasien juga mengatakan
pernah menggunakan kacamata sebelumnya, namun keluhannya tidak
membaik. Pasien menyangkal adanya nyeri pada mata, mata merah, gatal pada
mata, kotoran mata yang banyak, silau ketika melihat cahaya, rasa berpasir pada
mata.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit mata sebelumnya:
- Pasien menyangkal adanya keluhan serupa sebelumnya.
Riwayat penyakit lain :
- Hipertensi (+) sejak 10 tahun yang lalu
- Diabetes Melitus (+)
- Stroke (+)
- Asma (-)
- Hiperkolestrolemia (+)
- Kelainan pembekuan darah (+)
- Penyakit mata lain (-)
Riwayat alergi:
Pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan atau obat-obatan
Riwayat lainnya:
- Pasien tidak memiliki riwayat operasi
- Pasien tidak memiliki riwayat trauma

e. Riwayat Penyakit Keluarga


- Keluhan serupa pada keluarga pasien disangkal
- Stroke (+) pada ayah kandung pasien
- Hipertensi (+) pada ayah kandung pasien
- Riwayat diabetes mellitus, dan asma pada keluarga disangkal

f. Riwayat Sosial Ekonomi


- Pasien merupakan perokok dan menghabiskan setengah bungkus perhari
- Pasien tidak minum multivitamin
- Tidak pernah mengonsumsi alkohol

2.2 Pemeriksaan Fisik


a. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran/GCS : Compos mentis / E4V5M6

b. Tanda Vital
Tekanan Darah : 169/101 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Frekuensi Napas : 16 kali/menit
Suhu : 36.8˚C
c. Status Opthalmologis

Pemeriksaan OD OS
Visus
- Naturalis 6/7 6/6
- Pin hole 6/7 6/6
Kedudukan bola mata
- Hirschberg Ortotropia Ortotropia
- Cover-uncover test Ortoforia Ortoforia
Gerak bola mata Tidak ada Tidak ada
keterbatasan gerakan keterbatasan gerakan
bola mata ke segala bola mata ke segala
arah, tidak ada nyeri arah, tidak ada nyeri
dan pandangan dan pandangan
ganda saat ganda saat
menggerakan bola menggerakan bola
mata mata

Lapang pandang/konfrontasi Lapang pandang Lapang pandang


pasien sama dengan pasien sama dengan
pemeriksa pemeriksa

+ +
+ + + +
- +

Alis
- Warna Hitam Hitam
- Distribusi Merata Merata
- Kerontokan (-) (-)
- Uban (+) (+)
- Tanda inflamasi (-) (-)
Mata eksternal umum
- Exopthalmos (-) (-)
- Enopthalmos (-) (-)
- Lagoftalmos (-) (-)
- Ptosis (-) (-)
Palpebra superior
- Edema (-) (-)
- Hiperemi (-) (-)
- Massa (-) (-)
- Xanthelasma (-) (-)
- Entropion (-) (-)
- Ektropion (-) (-)
- Nyeri tekan (-) (-)
Palpebra inferior
- Edema (-) (-)
- Hiperemi (-) (-)
- Massa (-) (-)
- Xanthelasma (-) (-)
- Entropion (-) (-)
- Ektropion (-) (-)
- Nyeri tekan (-) (-)
Sistem lakrimal
- Keadaan umum mata Tidak berair terus- Tidak berair terus-
menerus menerus
- Punctum lakrimalis
Edema (-) Edema (-)
Obstruksi (-) Obstruksi (-)
Edema (-) Edema (-)
- Saccus lakrimalis
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Palpasi : tidak keluar Palpasi : tidak keluar
sekret abnormal sekret abnormal
- Glandula lakrimalis
Edema (-) Edema (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Konjungtiva palpebra
- Hiperemi (-) (-)
- Folikel (-) (-)
- Papil (-) (-)
- Sikatriks (-) (-)
Konjungtiva bulbi
- Kelembapan/kekeringan Tidak kering Tidak kering
- Injeksi konjungtiva (-) (-)
- Injeksi siliar (-) (-)
- Injeksi perikorneal (-) (-)
- Jaringan lain (-) (-)
Bulu mata Warna hitam
Warna hitam
Arah pertumbuhan
Arah pertumbuhan
keluar
keluar
Tidak kotor
Tidak kotor
Tidak ada
Tidak ada kerontokan
kerontokan
Kornea
- Bentuk Cembung
Cembung
- Kejernihan Jernih
Jernih
- Benda asing Tidak ada benda
Tidak ada benda asing
- Jaringan lain asing
Tidak tampak
Tidak tampak
adanya jaringan lain
adanya jaringan lain
Bilik mata depan
- Kedalaman Tampak dalam Tampak dalam
- Kejernihan Jernih Jernih
- Hifema (-) (-)
- Hipopion (-) (-)
Iris
- Bentuk Bulat reguler Bulat reguler
- Warna Coklat Coklat
- Corakan Kripta jelas Kripta jelas
- Sinekia Tidak ada sinekia Tidak ada sinekia
anterior ataupun anterior ataupun
posterior posterior
Pupil
- Bentuk Bulat Bulat
- Ukuran Ø ± 3 mm Ø ± 3 mm
- Simetrisitas Isokor Isokor
- Refleks langsung (+) normal (+) normal
- Refleks tak langsung (+) normal (+) normal
Lensa
- Kejernihan Jernih Jernih
- Luksasi (-) (-)
- Subluksasi (-) (-)
Tekanan Intra Okular (TIO) Palpasi : kesan
Palpasi : kesan normal
normal
Funduskopi
- Refleks cahaya (+) (+)
- Papil (edema, C/D ratio, Tidak ada edema, Tidak ada edema,
atropi saraf optik) C/D ratio 0.4, atrofi C/D ratio 0.4, atrofi
saraf optic (-) saraf optic (-)
- Retina (perdarahan, Perdarahan (+) regio Perdarahan (-),
eksudat, edema) superotemporal, eksudat (-), edema (-)
eksudat (-), edema (-)
- Pembuluh darah retina Rasio A:V = 2:3, Rasio A:V = 2:3,
(rasio arteri : vena, mikroaneurisma (-) , mikroaneurisma (-) ,
mikroaneurisma. neovaskularisasi (-) neovaskularisasi (-)
Neovaskularisasi

- Makula (edema,
eksudat, perdarahan) Edema macula (-), Edema macula (-),
perdarahan (-), perdarahan (-),
eksudat (-) eksudat (-)

3.2 Pemeriksaan Penunjang (28/07/2022)

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Fungsi Ginjal
Ureum 19 mg/dL 10 – 50 mg/dL
Kreatinin 0.7 mg/dL 0.9 – 1.3 mg/dL
Diabetes
Glukosa Darah Puasa 140 mg/dL 70 – 106 mg/dL
Glukosa 2 jam PP 192 mg/dL < 160 mg/dL
Lemak
Kolesterol total 246 mg/dL < 200 mg/dL
HDL direk 46
LDL direk 165
Trigliserida 267 mg/dL < 200 mg/dL

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hemostasis
Masa Perdarahan (BT) 2.10 menit 1.00 – 6.00 menit
Masa Pembekuan (CT) 6.40 menit < 15 menit
PT 13.0 detik 11.5 – 15.5 detik
Kontrol PT 15.0 detik
APTT 29.2 detik 28.0 – 38.0 detik
Kontrol APTT 33.6 deti
Dokumentasi

Gambar 1. Foto kedua mata pasien

A B

Gambar 2. Foto mata kanan (A) dan mata kiri (B) pasien
Gambar 3. Foto Fundus Mata Kanan dan Kiri
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS

Pasien laki-laki, usia 54 tahun datang ke poli mata RSUD Provinsi NTB dengan
keluhan pandangan buram pada mata kanan. Pandangan buram diraskaan sejak 2 - 3
bulan yg lalu. Pandangan buram dirasakan seperti melihat bayangan pada mata kanan.
Keluhan ini dirasakan tiba-tiba ketika pasien sedang beraktivitas. Keluhan mata buram
dirasakan tanpa disertai adanya nyeri. Hingga saat ini pasien mengatakan keluhan tidak
memberat dari yang dirasakan sebelumnya. Keluhan pandangan kabur dirasakan
sepanjang waktu. Pasien juga mengatakan pernah menggunakan kacamata
sebelumnya, namun keluhannya tidak membaik. Pasien menyangkal adanya nyeri pada
mata, mata merah, gatal pada mata, kotoran mata yang banyak, silau ketika melihat
cahaya, rasa berpasir pada mata.

3.1 Identifikasi Masalah


Berdasarkan data di atas, permasalahan klinis yang terdapat pada pasien adalah
sebagai berikut :
a) Subjektif
- Pandangan buram sejak 2 – 3 bulan yang lalu yang dirasakan mendadak
- Pandangan buram dirasakan seperti melihat bayangan
- Keluhan mata buram dirasakan tanpa disertai adanya nyeri
- Terdapat riwayat penyakit hipertensi, stroke.

b) Objektif
Pada pemeriksaan status lokalis mata didapatkan:
Pemeriksaan OD OS
Visus
- Naturalis 6/7 6/6
- Pin hole 6/7 6/6
Lapang pandang/konfrontasi Lapang pandang pasien
tidak sama dengan Lapang pandang pasien
pemeriksa sama dengan pemeriksa

+ +
+ + + +
- +

Funduskopi
- Refleks cahaya (+) (+)
- Papil (edema, C/D ratio, Tidak ada edema, C/D Tidak ada edema, C/D
atropi saraf optik) ratio 0.4, atrofi saraf optic ratio 0.4, atrofi saraf optic
(-) (-)
- Retina (perdarahan, Perdarahan (+) regio Perdarahan (-), eksudat (-
eksudat, edema) superotemporal, eksudat ), edema (-)
(-), edema (-)
- Pembuluh darah retina Rasio A:V = 2:3, Rasio A:V = 2:3,
(rasio arteri : vena, mikroaneurisma (-) , mikroaneurisma (-) ,
mikroaneurisma. neovaskularisasi (-) neovaskularisasi (-)
Neovaskularisasi

Edema macula (-), Edema macula (-),


- Makula (edema,
perdarahan (-), eksudat (-) perdarahan (-), eksudat (-)
eksudat, perdarahan)

Diabetes
Glukosa Darah Puasa 140 mg/dL 70 – 106 mg/dL
Glukosa 2 jam PP 192 mg/dL < 160 mg/dL
Lemak
Kolesterol total 246 mg/dL < 200 mg/dL
HDL direk 46
LDL direk 165
Trigliserida 267 mg/dL < 200 mg/dL

3.2 Analisis Kasus


Pada anamnesis didapatkan gejala seperti pandangan buram seperti melihat
bayangan pada mata kanan. Keluhan pandangan buram dirasakan tanpa disertai
adanya nyeri. Pandangan buram tersebut dirasakan tiba-tiba ketika pasien sedang
beraktivitas. Keluhan hanya dirasakan pada mata kanan. Pasien juga mengatakan
memiliki riwayat tekanan darah tinggi sejak 10 tahun lalu dan riwayat stroke.
Ayah kandung pasien juga memiliki riwayat stroke. Berdasarkan pemeriksaan
status ophtalmologis, didapatkan visus naturalis OD adalah 6/7 dan setelah
dilakukan pemeriksaan dengan pinhole tidak didapatkan adanya perbaikan. Lalu
pada pemeriksaan konfrontasi, didapatkan lapang pandang mata kanan pasien
tidak sama dengan pemeriksa. Pada pemeriksaan funduskopi dan foto fundus,
didapatkan adanya perdarahan pada regio superotemporal OD. Dari pemeriksaan
penunjang lain, didapatkan adanya peningkatan gula darah puasa (140 mg/dL),
peningkatan glukosa 2 jam PP (192 mg/dL), peningkatan kolesterol total (246
mg/dL) dan trigliserida (267 mg/dL).
Gejala penurunan visus, pandangan buram, atau adanya bayangan tanpa
disertai nyeri dapat menjadi gejala dari Branch Retinal Vein Occlusion (BRVO),
retinopati hipertensif, dan retinopati diabetik. Adanya riwayat penyakit seperti
darah tinggi dan kencing manis pada pasien merupakan faktor risiko dari BRVO,
retinopati hipertensi dan retinopati diabetik. Akan tetapi, penurunan visus yang
terjadi pada kasus ini bersifat mendadak sehingga lebih mengarah kepada BRVO.
Penurunan visus yang terjadi pada kasus ini tidak disertai dengan adanya
perbaikan visus setelah dilakukan pemeriksaan dengan pinhole. Hal ini
menandakan kelainan terletak bukan pada media refraksi. Lalu, lapang pandang
mata kanan pasien tidak sama dengan pemeriksa dapat disebabkan oleh adanya
kelainan pada retina yang dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan funduskopi
atau foto fundus. Pada pemeriksaan funduskopi dan foto fundus didapatkan
adanya perdarahan pada retina regio superotemporal yang terjadi hanya pada mata
kanan (unilateral). Pada retinopati hipertensif dan retinopati diabetik, umumnya
kelainan terjadi pada kedua mata (bilateral). Selain itu, pada retinopati hipertensif
dapat ditemukan kelainan lain pada funduskopi, seperti penurunan ratio A:V retina
menjadi 1:3, penyempitan arteriolar, adanya eksudat, dan perdarahan. Lalu pada
retinopati diabetik, dapat ditemukan adanya mikroaneurisma, neovaskular,
eksudat, dan perdarahan. Adanya perdarahan pada retina regio superotemporal
mata kanan tersebut merupakan penyebab pandangan pasien menjadi kabur dan
lapang pandang pasien menjadi berkurang/tidak sama dengan pemeriksa.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan status ophtalmologis dan
pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pada pasien, maka kasus pada pasien
ini dapat didiagnosis dengan Branch Retinal Vein Occlusion (BRVO) OD.

3.2 Assesment
a. Diagnosis Kerja
Branch Retinal Vein Occlusion OD + Hipertensi stage 2 + hiperkolesterolemia
+ diabetes tipe 2
b. Diagnosis Banding
- Retinopati hipertensif : merupakan kelainan pada pembuluh darah retina yang
dapat diakibatkan oleh hipertensi yang tidak terkontrol. Retinopati hipertensif
terjadi ketika pembuluh darah retina rusak akibat peningkatan tekanan darah.4
- Retinopati diabetik : merupakan kelainan mikrovaskular pada retina yang
terjadi akibat efek jangka panjang dari diabetes. Retinopati diabetes dapat
menyebabkan kerusakan pada retina hingga kebutaan.5
3.3 Planning
a. Diagnostik
- Optical coherence tomography
- Fluorescein angiography
b. Tatalaksana
Penatalaksanaan BRVO merupakan pencegahan dari komplikasi yang
dapat menyebabkan kebutaan dan penatalaksanaan komplikasi tersebut
terutama edema macula dan neovaskularisasi. Faktor risiko sistemik harus
ditatalaksan dengan baik untuk mencegah perburukan. Penatalaksanaan
BRVO dapat dilakukan secara farmakologis dan operatif. Penatalaksanaan
BRVO secara farmakologis dapat berupa injeksi anti-VEGF intravitreal
dan/atau kortikosteroid. Selain itu, dapat dilakukan terapi laser untuk
tatalaksana komplikasi seperti neovaskularisasi dan edema makula.6
Pada kasus ini, terapi yang telah diberikan berupa artificial tears 1 tetes
/ 3 jam dan vitamin mata yang mengandung Betakaroten, Vitamin C, Vitamin
E, Zinc, Copper, Selenium dan Lutein Ester. Selain itu, untuk mengontrol faktor
risiko sistemik seperti hipertensi, hiperkolesterolemia dan diabetes telah
diberikan terapi berupa ramipril 5 mg / 24 jam, simvastatin 20 mg / 24 jam,
metformin 500 mg / 12 jam, glibenclamide 1 mg/ 24 jam.
3.4 KIE pasien
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga terkait dengan kelainan yang
dialami pasien
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga terkait tatalaksana yang akan
diberikan
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga terkait prognosis penyakit yang
dialaminya
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa pentingnya mengontrol
penyakit lain yang dialami pasien seperti hipertensi, diabetes, dan
hiperkolesterolemia
- Edukasi cara penggunaan obat tetes mata secara higienis dan sesuai dosis
3.5 Prognosis
- Prognosis kesembuhan (ad sanationam) : dubia ad bonam
- Prognosis penglihatan (ad functionam) : dubia ad bonam
- Prognosis nyawa (ad vitam) : bonam
BAB IV
PENUTUP

Branch retinal vein occlusion (BRVO) merupakan penyakit mata yang ditandai
dengan adanya penurunan fungsi penglihatan, dan pandangan yang kadang kala kabur
tanpa disertai dengan rasa sakit pada satu mata. Lalu pada pemeriksaan funduskopi
dapat ditemukan adanya perdarahan pada retina sesuai dengan regio yang mengalami
oklusi. Pasien ini didiagnosis dengan BRVO disertai dengan penyakit lain yang
merupakan faktor risiko dari kelainan mata yang dialami pasien seperti hipertensi,
diabetes, dan hiperkolesterolemia. Hal penting yang perlu diedukasi kepada pasien
adalah untuk mengendalikan faktor risiko yang dimilikinya sehingga penyakit mata
pasien tidak mengalami perburukan dan mencegah komplikasi yang dapat muncul.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rogers S, McIntosh RL, Cheung N, Lim L, Wang JJ, Mitchell P, Kowalski JW,
Nguyen H, Wong TY. 2010. International Eye Disease Consortium. The prevalence
of retinal vein occlusion: pooled data from population studies from the United
States, Europe, Asia, and Australia. Ophthalmology. Feb;117(2):313-9.e1. doi:
10.1016/j.ophtha.2009.07.017.
2. Ambarini, MAHD, Andayani, A, Utari, NML. 2019. Prevalensi Kasus Branch
Retinal Vein Occlusion di RSUP Sanglah Periode Januari 2018 – Juni 2018.
3. Karia N. 2010. Retinal vein occlusion: pathophysiology and treatment options. Clin
Ophthalmol. Jul 30;4:809-16. doi: 10.2147/opth.s7631
4. Modi P, Arsiwalla T. 2022. Hypertensive Retinopathy.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525980/
5. Shukla UV, Tripathy K. 2022. Diabetic Retinopathy.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560805/
6. Cochran ML, Mahabadi N, Czyz CN. Branch Retinal Vein Occlusion. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535370/

Anda mungkin juga menyukai