OLEH:
H1A320001
PEMBIMBING:
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas
laporan kasus dengan judul “Branch Retinal Vein Occlusion OD”. Tujuan dari
penyusunan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi kewajiban serta tugas dalam
proses kepaniteraan klinik di bagian SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram, Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat,
serta menjadi salah satu sarana penulis dalam proses pembelajaran dan memperluas
ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan dan hal-hal yang harus diperbaiki, sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan dan dibutuhkan oleh penulis sebagai proses
pembelajaran.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Retinal Vein Occlusion (RVO) merupakan salah satu penyakit vaskular retina
tersering setelah retinopati diabetik. Berdasarkan area vena retina yang mengalami
oklusi, RVO terbagi menjadi central retinal vein occlusion (CRVO) dan branch retinal
vein occlusion (BRVO). Pada CRVO penyumbatan terjadi pada vena retina central
sedangakan pada BRVO penyumbatan terjadi pada bagian cabang dari sistem vena
retina. Prevelensi terjadinya BRVO tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan
CRVO pada populasi umum. Di Amerika Serikat, Eropa, Asia, dan Australia, kejadian
BRVO mencapai 4 per 1000 populasi, sedangkan CRVO mencapai 0.8 per 1000
populasi.1 BRVO ini umumnya banyak ditemukan pada pasien yang sudah berusia
lanjut dan pasien yang belum berusia lanjut namun memiliki faktor risiko tinggi untuk
terkena BRVO seperti orang-orang yang mempunyai penyakit kardiovaskuler, diabetes
mellitus dan hipertensi.2
Gejala yang sering dialami oleh pasien dengan BRVO juga adalah penurunan
fungsi penglihatan, dan pandangan yang kadang kala kabur tanpa disertai dengan rasa
sakit pada satu mata. Untuk mencegah perburukan kondisi pasien BRVO, ada beberapa
target yang harus dicapai seperti pengidentifikasian dan managemen dari faktor risiko
penyebab terjadinya BRVO seperti hipertensi, penyakit kardiovaskuler, dan diabetes
melitus.3 Laporan ini akan memaparkan kasus laki-laki berusia 54 tahun dengan branch
retinal vein occlusion (BRVO).
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesis
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. Yusuf
Usia : 54 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kuripan, Lombok Barat
Pekerjaan : Pedagang
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Sasak
RM : 195372
Tanggal Pemeriksaan : 2 Agustus 2022
b. Keluhan Utama
Penglihatan kabur pada mata kanan
b. Tanda Vital
Tekanan Darah : 169/101 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Frekuensi Napas : 16 kali/menit
Suhu : 36.8˚C
c. Status Opthalmologis
Pemeriksaan OD OS
Visus
- Naturalis 6/7 6/6
- Pin hole 6/7 6/6
Kedudukan bola mata
- Hirschberg Ortotropia Ortotropia
- Cover-uncover test Ortoforia Ortoforia
Gerak bola mata Tidak ada Tidak ada
keterbatasan gerakan keterbatasan gerakan
bola mata ke segala bola mata ke segala
arah, tidak ada nyeri arah, tidak ada nyeri
dan pandangan dan pandangan
ganda saat ganda saat
menggerakan bola menggerakan bola
mata mata
+ +
+ + + +
- +
Alis
- Warna Hitam Hitam
- Distribusi Merata Merata
- Kerontokan (-) (-)
- Uban (+) (+)
- Tanda inflamasi (-) (-)
Mata eksternal umum
- Exopthalmos (-) (-)
- Enopthalmos (-) (-)
- Lagoftalmos (-) (-)
- Ptosis (-) (-)
Palpebra superior
- Edema (-) (-)
- Hiperemi (-) (-)
- Massa (-) (-)
- Xanthelasma (-) (-)
- Entropion (-) (-)
- Ektropion (-) (-)
- Nyeri tekan (-) (-)
Palpebra inferior
- Edema (-) (-)
- Hiperemi (-) (-)
- Massa (-) (-)
- Xanthelasma (-) (-)
- Entropion (-) (-)
- Ektropion (-) (-)
- Nyeri tekan (-) (-)
Sistem lakrimal
- Keadaan umum mata Tidak berair terus- Tidak berair terus-
menerus menerus
- Punctum lakrimalis
Edema (-) Edema (-)
Obstruksi (-) Obstruksi (-)
Edema (-) Edema (-)
- Saccus lakrimalis
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Palpasi : tidak keluar Palpasi : tidak keluar
sekret abnormal sekret abnormal
- Glandula lakrimalis
Edema (-) Edema (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Konjungtiva palpebra
- Hiperemi (-) (-)
- Folikel (-) (-)
- Papil (-) (-)
- Sikatriks (-) (-)
Konjungtiva bulbi
- Kelembapan/kekeringan Tidak kering Tidak kering
- Injeksi konjungtiva (-) (-)
- Injeksi siliar (-) (-)
- Injeksi perikorneal (-) (-)
- Jaringan lain (-) (-)
Bulu mata Warna hitam
Warna hitam
Arah pertumbuhan
Arah pertumbuhan
keluar
keluar
Tidak kotor
Tidak kotor
Tidak ada
Tidak ada kerontokan
kerontokan
Kornea
- Bentuk Cembung
Cembung
- Kejernihan Jernih
Jernih
- Benda asing Tidak ada benda
Tidak ada benda asing
- Jaringan lain asing
Tidak tampak
Tidak tampak
adanya jaringan lain
adanya jaringan lain
Bilik mata depan
- Kedalaman Tampak dalam Tampak dalam
- Kejernihan Jernih Jernih
- Hifema (-) (-)
- Hipopion (-) (-)
Iris
- Bentuk Bulat reguler Bulat reguler
- Warna Coklat Coklat
- Corakan Kripta jelas Kripta jelas
- Sinekia Tidak ada sinekia Tidak ada sinekia
anterior ataupun anterior ataupun
posterior posterior
Pupil
- Bentuk Bulat Bulat
- Ukuran Ø ± 3 mm Ø ± 3 mm
- Simetrisitas Isokor Isokor
- Refleks langsung (+) normal (+) normal
- Refleks tak langsung (+) normal (+) normal
Lensa
- Kejernihan Jernih Jernih
- Luksasi (-) (-)
- Subluksasi (-) (-)
Tekanan Intra Okular (TIO) Palpasi : kesan
Palpasi : kesan normal
normal
Funduskopi
- Refleks cahaya (+) (+)
- Papil (edema, C/D ratio, Tidak ada edema, Tidak ada edema,
atropi saraf optik) C/D ratio 0.4, atrofi C/D ratio 0.4, atrofi
saraf optic (-) saraf optic (-)
- Retina (perdarahan, Perdarahan (+) regio Perdarahan (-),
eksudat, edema) superotemporal, eksudat (-), edema (-)
eksudat (-), edema (-)
- Pembuluh darah retina Rasio A:V = 2:3, Rasio A:V = 2:3,
(rasio arteri : vena, mikroaneurisma (-) , mikroaneurisma (-) ,
mikroaneurisma. neovaskularisasi (-) neovaskularisasi (-)
Neovaskularisasi
- Makula (edema,
eksudat, perdarahan) Edema macula (-), Edema macula (-),
perdarahan (-), perdarahan (-),
eksudat (-) eksudat (-)
A B
Gambar 2. Foto mata kanan (A) dan mata kiri (B) pasien
Gambar 3. Foto Fundus Mata Kanan dan Kiri
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS
Pasien laki-laki, usia 54 tahun datang ke poli mata RSUD Provinsi NTB dengan
keluhan pandangan buram pada mata kanan. Pandangan buram diraskaan sejak 2 - 3
bulan yg lalu. Pandangan buram dirasakan seperti melihat bayangan pada mata kanan.
Keluhan ini dirasakan tiba-tiba ketika pasien sedang beraktivitas. Keluhan mata buram
dirasakan tanpa disertai adanya nyeri. Hingga saat ini pasien mengatakan keluhan tidak
memberat dari yang dirasakan sebelumnya. Keluhan pandangan kabur dirasakan
sepanjang waktu. Pasien juga mengatakan pernah menggunakan kacamata
sebelumnya, namun keluhannya tidak membaik. Pasien menyangkal adanya nyeri pada
mata, mata merah, gatal pada mata, kotoran mata yang banyak, silau ketika melihat
cahaya, rasa berpasir pada mata.
b) Objektif
Pada pemeriksaan status lokalis mata didapatkan:
Pemeriksaan OD OS
Visus
- Naturalis 6/7 6/6
- Pin hole 6/7 6/6
Lapang pandang/konfrontasi Lapang pandang pasien
tidak sama dengan Lapang pandang pasien
pemeriksa sama dengan pemeriksa
+ +
+ + + +
- +
Funduskopi
- Refleks cahaya (+) (+)
- Papil (edema, C/D ratio, Tidak ada edema, C/D Tidak ada edema, C/D
atropi saraf optik) ratio 0.4, atrofi saraf optic ratio 0.4, atrofi saraf optic
(-) (-)
- Retina (perdarahan, Perdarahan (+) regio Perdarahan (-), eksudat (-
eksudat, edema) superotemporal, eksudat ), edema (-)
(-), edema (-)
- Pembuluh darah retina Rasio A:V = 2:3, Rasio A:V = 2:3,
(rasio arteri : vena, mikroaneurisma (-) , mikroaneurisma (-) ,
mikroaneurisma. neovaskularisasi (-) neovaskularisasi (-)
Neovaskularisasi
Diabetes
Glukosa Darah Puasa 140 mg/dL 70 – 106 mg/dL
Glukosa 2 jam PP 192 mg/dL < 160 mg/dL
Lemak
Kolesterol total 246 mg/dL < 200 mg/dL
HDL direk 46
LDL direk 165
Trigliserida 267 mg/dL < 200 mg/dL
3.2 Assesment
a. Diagnosis Kerja
Branch Retinal Vein Occlusion OD + Hipertensi stage 2 + hiperkolesterolemia
+ diabetes tipe 2
b. Diagnosis Banding
- Retinopati hipertensif : merupakan kelainan pada pembuluh darah retina yang
dapat diakibatkan oleh hipertensi yang tidak terkontrol. Retinopati hipertensif
terjadi ketika pembuluh darah retina rusak akibat peningkatan tekanan darah.4
- Retinopati diabetik : merupakan kelainan mikrovaskular pada retina yang
terjadi akibat efek jangka panjang dari diabetes. Retinopati diabetes dapat
menyebabkan kerusakan pada retina hingga kebutaan.5
3.3 Planning
a. Diagnostik
- Optical coherence tomography
- Fluorescein angiography
b. Tatalaksana
Penatalaksanaan BRVO merupakan pencegahan dari komplikasi yang
dapat menyebabkan kebutaan dan penatalaksanaan komplikasi tersebut
terutama edema macula dan neovaskularisasi. Faktor risiko sistemik harus
ditatalaksan dengan baik untuk mencegah perburukan. Penatalaksanaan
BRVO dapat dilakukan secara farmakologis dan operatif. Penatalaksanaan
BRVO secara farmakologis dapat berupa injeksi anti-VEGF intravitreal
dan/atau kortikosteroid. Selain itu, dapat dilakukan terapi laser untuk
tatalaksana komplikasi seperti neovaskularisasi dan edema makula.6
Pada kasus ini, terapi yang telah diberikan berupa artificial tears 1 tetes
/ 3 jam dan vitamin mata yang mengandung Betakaroten, Vitamin C, Vitamin
E, Zinc, Copper, Selenium dan Lutein Ester. Selain itu, untuk mengontrol faktor
risiko sistemik seperti hipertensi, hiperkolesterolemia dan diabetes telah
diberikan terapi berupa ramipril 5 mg / 24 jam, simvastatin 20 mg / 24 jam,
metformin 500 mg / 12 jam, glibenclamide 1 mg/ 24 jam.
3.4 KIE pasien
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga terkait dengan kelainan yang
dialami pasien
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga terkait tatalaksana yang akan
diberikan
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga terkait prognosis penyakit yang
dialaminya
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa pentingnya mengontrol
penyakit lain yang dialami pasien seperti hipertensi, diabetes, dan
hiperkolesterolemia
- Edukasi cara penggunaan obat tetes mata secara higienis dan sesuai dosis
3.5 Prognosis
- Prognosis kesembuhan (ad sanationam) : dubia ad bonam
- Prognosis penglihatan (ad functionam) : dubia ad bonam
- Prognosis nyawa (ad vitam) : bonam
BAB IV
PENUTUP
Branch retinal vein occlusion (BRVO) merupakan penyakit mata yang ditandai
dengan adanya penurunan fungsi penglihatan, dan pandangan yang kadang kala kabur
tanpa disertai dengan rasa sakit pada satu mata. Lalu pada pemeriksaan funduskopi
dapat ditemukan adanya perdarahan pada retina sesuai dengan regio yang mengalami
oklusi. Pasien ini didiagnosis dengan BRVO disertai dengan penyakit lain yang
merupakan faktor risiko dari kelainan mata yang dialami pasien seperti hipertensi,
diabetes, dan hiperkolesterolemia. Hal penting yang perlu diedukasi kepada pasien
adalah untuk mengendalikan faktor risiko yang dimilikinya sehingga penyakit mata
pasien tidak mengalami perburukan dan mencegah komplikasi yang dapat muncul.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rogers S, McIntosh RL, Cheung N, Lim L, Wang JJ, Mitchell P, Kowalski JW,
Nguyen H, Wong TY. 2010. International Eye Disease Consortium. The prevalence
of retinal vein occlusion: pooled data from population studies from the United
States, Europe, Asia, and Australia. Ophthalmology. Feb;117(2):313-9.e1. doi:
10.1016/j.ophtha.2009.07.017.
2. Ambarini, MAHD, Andayani, A, Utari, NML. 2019. Prevalensi Kasus Branch
Retinal Vein Occlusion di RSUP Sanglah Periode Januari 2018 – Juni 2018.
3. Karia N. 2010. Retinal vein occlusion: pathophysiology and treatment options. Clin
Ophthalmol. Jul 30;4:809-16. doi: 10.2147/opth.s7631
4. Modi P, Arsiwalla T. 2022. Hypertensive Retinopathy.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525980/
5. Shukla UV, Tripathy K. 2022. Diabetic Retinopathy.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560805/
6. Cochran ML, Mahabadi N, Czyz CN. Branch Retinal Vein Occlusion. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535370/