Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

Konjungtivitis Viral OD dan Pterigium Grade 4 OS

OLEH:

Rifqie Fathiarsya Courie

H1A320001

PEMBIMBING:

dr. Isna Kusuma Nintyastuti, Sp.M

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas
laporan kasus dengan judul “Konjungtivitis Viral OD dan Pterigium Grade 4 OS”.
Tujuan dari penyusunan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi kewajiban serta
tugas dalam proses kepaniteraan klinik di bagian SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram, Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Barat, serta menjadi salah satu sarana penulis dalam proses pembelajaran
dan memperluas ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan dan hal-hal yang harus diperbaiki, sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan dan dibutuhkan oleh penulis sebagai proses
pembelajaran.

Mataram, 18 Agustus 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva. Konjungtivitis


merupakan kelainan pada mata yang paling sering menyebabkan mata merah dan
berair. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh agen infeksius dan non-infeksius.
Konjungtivitis infeksius paling sering disebabkan oleh virus (65% - 90% kasus), diikuti
oleh bakteri. Selain itu, penyebab konjungtivitis infeksius yang jarang ditemui adalah
konjuntivitis fungi dan parasit. Konjungtivitis non-infeksius dapat disebabkan oleh
adany allergen, toxin, atau paparan iritan. Meskipun umumnya konjungtivitis bersifat
self-limiting dan tidak mengganggu visus, saat mendiagnosis konjungtivitis, sangat
penting untuk mengeksklusi penyebab mata merah lainnya yang berkemungkinan
menyebabkan gangguan penglihatan.1
Pterygium merupakan suatu kelainan yang terjadi di permukaan mata yang ditandai
dengan pertumbuhan jaringan fibrovaskuler di lapisan subkonjungtiva, berbentuk
segitga, dan meluas ke kornea di fisura palpebral medial dan lateral. Berbagai faktor
risiko yang diketahui berpengaruh terhadap pterigium seperti adanya predisposisi
genetik, mekanisme imun, dan iritasi kronis dari lingkungan seperti sinar ultraviolet,
cuaca panas dan kering, kondisi berangin dan berdebu, serta lama paparan terhadap
kondisi-kondisi tersebut. Pterigium memiliki prevalensi yang tinggi pada daerah yang
disebut dengan pterygium belt yang terletak di 37o utara dan selatan dari garis ekuator.
Prevalensi di Indonesia yang diketahui berada di pulau Kalimantan Timur sebesar
19,7%.2,3
Laporan ini akan memaparkan kasus laki-laki berusia 63 tahun dengan
Konjungtivitis Viral OS dengan psudofakia dan Pterigium Grade 4 OD dengan katarak senilis
imatur.
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Anamnesis
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. H. Usman
Usia : 63
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Bima
Pekerjaan : Pedagang
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Sasak
RM : 197508
Tanggal Pemeriksaan : 6 Agustus 2022

b. Keluhan Utama
Mata kanan nyeri

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien laki-laki, usia 63 tahun datang ke poli mata RSUD Provinsi NTB
dengan keluhan nyeri pada mata kanan. Nyeri pada mata kanan dirasakan satu
hari sebelum datang ke rumah sakit. Pasien mengatakan sebelumnya mata
kirinya tidak pernah terkena sesuatu dan tiba tiba nyeri dan merah. Pasien juga
mengatakan nyeri pada mata kanannya dirasakan terus menerus. Nyeri pada
mata kanannya disertai dengan adanya keluhan gatal dan berair banyak. Pasien
mengatakan tidak ada keluhan seperti kotoran mata yang banyak, pandangan
kabur dan pandangan silau pada mata kanannya. Selain itu, pasien juga
mengatakan pada mata kirinya seperti melihat bayangan. Awalnya pasien
mengatakan seperti ada sesuatu yang mengganjal pada mata kiri pasien.
Keluhan pada mata kirinya sudah dirasakan sejak ± 2 tahun yang lalu.
Kemudian keluarga pasien mengatakan bahwa seperti adad aging yang tumbuh
di mata kirinya. Awalnya daging yang muncul hanya kecil namun semakin
membesar hingga mengganggu pandangan pasien. Keluhan pada mata kirinya
tersebut dirasakan sepanjang waktu. Pasien juga terkadang merasa gatal dan
berair pada mata kirinya. Keluhan lain seperti nyeri, mata kering, kotoran mata
banyak, mata berpasir pada mata kiri disangkal oleh pasien. Pasien juga
menyangkal adanya keluhan seperti nyeri kepala, mual dan muntah,
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit mata sebelumnya:
- Pasien menyangkal adanya keluhan serupa sebelumnya.
Riwayat penyakit lain :
- Hipertensi (-)
- Katarak (+) pada mata kiri
- Diabetes Melitus (-)
- Asma (-)
- Alergi (-)
- Penyakit mata lain (-)
Riwayat alergi:
Pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan atau obat-obatan

Riwayat lainnya:
- Pasien memiliki riwayat operasi katarak pada mata kanan
- Pasien tidak memiliki riwayat trauma

e. Riwayat Penyakit Keluarga


- Keluhan serupa pada keluarga pasien disangkal
- Hipertensi (-)
- diabetes mellitus (-)
- Asma (-)
- Alergi (-)

f. Riwayat Sosial Ekonomi


- Pasien bukan seorang perokok
- Pasien tidak minum multivitamin
- Tidak pernah mengonsumsi alkohol

2.2 Pemeriksaan Fisik


a. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran/GCS : Compos mentis / E4V5M6

b. Tanda Vital
Tekanan Darah : 107/79 mmHg
Nadi : 76 kali/menit
Frekuensi Napas : 16 kali/menit
Suhu : 36.6˚C

c. Status Opthalmologis

Pemeriksaan OD OS
Visus
- Naturalis 6/18 6/30
- pinhole 6/12 6/20
Kedudukan bola mata
- Hirschberg Ortotropia eksotropia
- Cover-uncover test Ortoforia eksotropia
Gerak bola mata Tidak ada Tidak ada
keterbatasan gerakan keterbatasan
bola mata ke segala gerakan bola mata
arah, tidak ada nyeri ke segala arah, tidak
dan pandangan ganda ada nyeri dan
saat menggerakan pandangan ganda
bola mata saat menggerakan
bola mata

Lapang pandang/konfrontasi Lapang pandang Lapang pandang


pasien sama dengan pasien sama dengan
pemeriksa pemeriksa

+ +
+ + + +
+ +

Alis
- Warna Hitam Hitam
- Distribusi Merata Merata
- Kerontokan (-) (-)
- Uban (+) (+)
- Tanda inflamasi (-) (-)
Mata eksternal umum
- Exopthalmos (-) (-)
- Enopthalmos (-) (-)
- Lagoftalmos (-) (-)
- Ptosis (-) (-)
Palpebra superior
- Edema (-) (-)
- Hiperemi (-) (-)
- Massa (-) (-)
- Xanthelasma (-) (-)
- Entropion (-) (-)
- Ektropion (-) (-)
- Nyeri tekan (-) (-)
Palpebra inferior
- Edema (-) (-)
- Hiperemi (-) (-)
- Massa (-) (-)
- Xanthelasma (-) (-)
- Entropion (-) (-)
- Ektropion (-) (-)
- Nyeri tekan (-) (-)
Sistem lakrimal
- Keadaan umum mata Tidak berair terus- Tidak berair terus-
menerus menerus

- Punctum lakrimalis Edema (-) Edema (-)


Obstruksi (-) Obstruksi (-)
Edema (-) Edema (-)

- Saccus lakrimalis Hiperemis (-) Hiperemis (-)


Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Palpasi : tidak keluar Palpasi : tidak
sekret abnormal keluar sekret
abnormal
- Glandula lakrimalis Edema (-)
Nyeri tekan (-) Edema (-)
Nyeri tekan (-)
Konjungtiva palpebra
- Hiperemi (-) (-)
- Folikel (-) (-)
- Papil (-) (-)
- Sikatriks (-) (-)
Konjungtiva bulbi
- Kelembapan/kekeringan Tidak kering Tidak kering
- Injeksi konjungtiva (+) (-)
- Injeksi siliar (-) (-)
- Injeksi perikorneal (-) (-)
- Jaringan lain (-) (-)
Bulu mata Warna hitam
Warna hitam
Arah pertumbuhan
Arah pertumbuhan
keluar
keluar
Tidak kotor
Tidak kotor
Tidak ada
Tidak ada kerontokan
kerontokan
Kornea
- Bentuk Cembung Cembung
- Kejernihan Jernih Jernih
- Benda asing Tidak ada benda Tidak ada benda
- Jaringan lain asing asing
Tidak tampak adanya Tampak adanya
jaringan lain jaringan
fibrovaskuler pada
sisi nasal, berbentuk
segitiga yang
meluas dari
konjungtiva dengan
puncak mendekati
pupil
Bilik mata depan
- Kedalaman Tampak dalam Tampak dalam
- Kejernihan Jernih Jernih
- Hifema (-) (-)
- Hipopion (-) (-)
Iris
- Bentuk Bulat reguler Bulat reguler
- Warna Coklat Coklat
- Corakan Kripta jelas Kripta jelas
- Sinekia Tidak ada sinekia Tidak ada sinekia
anterior ataupun anterior ataupun
posterior posterior
Pupil
- Bentuk Bulat Bulat
- Ukuran Ø ± 3 mm Ø ± 3 mm
- Simetrisitas Isokor Isokor
- Refleks langsung (+) normal (+) normal
- Refleks tak langsung (+) normal (+) normal
Lensa
- Kejernihan Jernih, pseudofakia Jernih
(+) (-)
- Luksasi (-) (-)
- Subluksasi (-)
Tekanan Intra Okular (TIO) Palpasi : kesan normal Palpasi : kesan
normal
Funduskopi
- Refleks fundus (+) normal (+) menurun
- Papil (edema, C/D ratio, Tidak ada edema, C/D Sulit dinilai
atropi saraf optik) ratio 0.4, atrofi saraf
optic (-)
- Retina (perdarahan, Perdarahan (-)eksudat Sulit dinilai
eksudat, edema) (-), edema (-)

- Pembuluh darah retina Rasio A:V = 2:3, Sulit dinilai


(rasio arteri : vena, mikroaneurisma (-) ,
mikroaneurisma. neovaskularisasi (-)
Neovaskularisasi

- Makula (edema, Edema macula (-), Sulit dinilai


eksudat, perdarahan) perdarahan (-),
eksudat (-)
Dokumentasi

Gambar 1. Foto kedua mata pasien

A B

Gambar 2. Foto mata kanan pasien

Gambar 3. Foto mata kiri pasien


2.3 Assesment
a. Diagnosis Kerja
Konjungtivitis viral OD + Pseudofakia OD + Pterigium grade 4 OS + Katarak
senilis imatur OS + strabismus OS
b. Diagnosis Banding
- Pseudopterigium : lipatan konjungtiva bulbar yang melekat ke kornea. Hal
ini terjadi karena adanya reaksi inflamasi yang menyebabkan adanya
perlekatan antara konjungtiva bulbar dengan kornea.2
- Pinguekula : pertumbuhan jaringan berwarna kekuningan pada
konjungtiva bulbar dekat dengan limbus dan sering ditemukan di sisi nasal.
Jaringan ini berupa kumpulan lemak, protein, atau kalsium. Keadaan ini
umumnya asimtomatik dan bila bergejala berupa mata merah ringan dan
sensasi adanya benda asing ketika terjadi peradangan.2
- Uveitis : peradangan yang terjadi pada bagian uvea mata, yang terdiri dari
iris, badan siliar, dan choroid. Uveitis umumnya idiopatik namun
berhubungan dengan trauma, proses inflamasi, atau infeksi. Keadaan ini
biasanya disertai dengan gejala sistemik atau penyakit infeksi untuk
memperkirakan etiologi tidak hanya mempengaruhi mata.4

2.4 Planning
a. Diagnostik
-
b. Tatalaksana
- Artificial tears eye drop 1 tetes/ 4 jam ODS
- C. Xitrol (Deksametasone, Polymixin, neomycin) 1 tetes/ 4 jam OD
2.5 KIE pasien
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga terkait dengan kelainan yang
dialami pasien
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga terkait tatalaksana yang akan
diberikan
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga terkait prognosis penyakit yang
dialaminya
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa pentingnya mencegah
penularan ke mata kiri atau ke orang lain dengan menjaga kebersihan seperti
mencuci tangan
- Edukasi cara penggunaan obat tetes mata secara higienis dan sesuai dosis
3.1 Prognosis
- Prognosis kesembuhan (ad sanationam) : dubia ad bonam
- Prognosis penglihatan (ad functionam) : bonam
- Prognosis nyawa (ad vitam) : bonam
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS

Pasien laki-laki, usia 63 tahun datang ke poli mata RSUD Provinsi NTB dengan
keluhan nyeri pada mata kanan. Nyeri pada mata kanan dirasakan satu hari sebelum
datang ke rumah sakit. Pasien mengatakan sebelumnya mata kirinya tidak pernah
terkena sesuatu dan tiba tiba nyeri dan merah. Pasien juga mengatakan nyeri pada mata
kanannya dirasakan terus menerus. Nyeri pada mata kanannya disertai dengan adanya
keluhan gatal dan berair banyak. Pasien mengatakan tidak ada keluhan seperti kotoran
mata yang banyak, pandangan kabur dan pandangan silau pada mata kanannya. Selain
itu, pasien juga mengatakan pada mata kirinya seperti melihat bayangan. Awalnya
pasien mengatakan seperti ada sesuatu yang mengganjal pada mata kiri pasien.
Keluhan pada mata kirinya sudah dirasakan sejak ± 2 tahun yang lalu. Kemudian
keluarga pasien mengatakan bahwa seperti adad aging yang tumbuh di mata kirinya.
Awalnya daging yang muncul hanya kecil namun semakin membesar hingga
mengganggu pandangan pasien. Keluhan pada mata kirinya tersebut dirasakan
sepanjang waktu. Pasien juga terkadang merasa gatal dan berair pada mata kirinya.
Keluhan lain seperti nyeri, mata kering, kotoran mata banyak, mata berpasir pada mata
kiri disangkal oleh pasien. Pasien juga menyangkal adanya keluhan seperti nyeri
kepala, mual dan muntah,

3.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan data di atas, permasalahan klinis yang terdapat pada pasien adalah
sebagai berikut :
a) Subjektif
- Nyeri pada mata kanan sejak satu hari yang lalu
- Nyeri pada mata kanan disertai dengan mata merah, gatal, dan berair
- Nyeri pada mata kanan tidak disertai dengan pandangan kabur, kotoran
mata, pandangan silau, mual dan muntah, serta nyeri kepala
- Keluhan dirasakan tiba-tiba tanpa adanya riwayat terkena sesuatu pada
matanya
- Pasien tidak memiliki riwayat asma atau alergi
- Mata kiri seperti tumbuh daging, disertai rasa mengganjal sejak ± 2 tahun
yang lalu
- Daging yang tumbuh pada mata kiri semakin lama semakin membesasr

b) Objektif
Pada pemeriksaan status lokalis mata didapatkan:
Pemeriksaan OD OS
Visus
- Naturalis 6/18 6/30
- pinhole 6/ 12 6/ 20
Kornea
- Bentuk Cembung Cembung
- Kejernihan Jernih Jernih
- Benda asing Tidak ada benda asing Tidak ada benda asing
- Jaringan lain Tidak tampak adanya Tampak adanya jaringan
jaringan lain fibrovaskuler pada sisi
nasal, berbentuk segitiga
yang meluas dari
konjungtiva dengan
puncak mendekati pupil
Funduskopi
- Refleks cahaya (+) normal (+) menurun
- Papil (edema, C/D ratio, Tidak ada edema, C/D Sulit dinilai
atropi saraf optik) ratio 0.4, atrofi saraf optic
(-)
- Retina (perdarahan, Perdarahan (-) eksudat (-), Sulit dinilai
eksudat, edema) edema (-)

- Pembuluh darah retina Rasio A:V = 2:3, Sulit dinilai


(rasio arteri : vena, mikroaneurisma (-) ,
mikroaneurisma. neovaskularisasi (-)
Neovaskularisasi

Edema macula (-), Sulit dinilai


- Makula (edema,
perdarahan (-), eksudat (-)
eksudat, perdarahan)

3.2 Analisis Kasus

- Berdasarkan hasil anamesis, pemeriksaan status opthalmologis dan


pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pada pasien, maka pasien pada
kasus ini dapat didiagnosis dengan konjungtivitis viral OD dan pterigium
grade 4 OS, disertai dengan pseudofakia OD dan katarak senilis imatur OS.
- Pada anamnesis didapatkan beberapa gejala dari konjungtivitis viral seperti
nyeri pada mata kanan disertai rasa gatal, berair, dan merah. Gejala pada mata
kanan tersebut tidak disertai dengan keluhan pandangan yang semakin kabur,
pandangan silau, kotoran mata yang banyak, mual dan muntah, serta nyeri
kepala. Pasien juga menyangkal adanya riwayat alergi
- Selain itu, didapatkan juga gejala dari pterigium yaitu penglihatan seperti
melihat bayangan pada mata kirinya yang disertai dengan adanya rasa gatal,
dan berair. Pandangan seperti melihat bayangan ini disebabkan oleh adanya
jaringan fibrovaskuler yang mencapai pupil sehingga mengganggu jalannya
berkas cahaya.
- Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus naturalis pasien menurun
yaitu VOD 6/18 dan VOS 6/30. Kemudian didapatkan adanya kemajuan visus
setelah dilakukan pemeriksaan dengan pinhole. Hal ini menandakan adanya
kelainan refraksi pada mata pasien.
- Pemeriksaan segmen anterior pada mata kanan pasien didapatkan adanya
injeksi konjungtiva.
- Pemeriksaan segmen anterior pada mata kiri didapatkan adanya
pertumbungan jaringan fibrovaskuler. Pada mata kiri tampak jaringan
fibrovaskuler di sisi nasal, berbentuk segitiga yang memiliki dasar di
konjungtiva meluas ke kornea dengan apeks dengan bercak kecoklatan yang
mencapai pupil.

Konjungtivitis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada konjungtiva.


Konjungtivitis merupakan penyebab tersering dari mata merah dan berair.
Konjungtivitis terbagi menjadi konjungtivitis infeksius dan non-infeksius.
Konjungtivitis infeksius dapat disebabkan oleh beberapa etiologi, seperti viral,
bakterial, fungal, dan parasit. Sedangkan konjungtivitis non-infeksius dapat
disebabkan oleh allergen, toxin, dan iritan.1

Konjungtivitis infeksius paling banyak disebabkan oleh konjungtivitis viral (80%


kasus), diikuti oleh konjungtivitis bakterial. Pada konjungtivitis non-infeksius,
konjungtivitis alergi merupakan penyebab tersering, yaitu sekitar 40% dari populasi di
Amerika Serikat.5,6 Konjungtivitis viral paling banyak disebabkan oleh adenovirus,
yaitu sekitar 65% - 90% kasus, sedangkan herpes simpleks menyebabkan sekitar 1,3%
– 4,8% kasus. Pada konjungtivitis viral umumnya gejala yang disebabkan adalah nyeri
pada mata, gatal, mata merah, dan mata berair.6 Konjungtivitis viral biasanya mengenai
satu mata terlebih dahulu yang kemudian dapat diikuti oleh mata yang lainnya,
sedangkan pada konjungtivitis alergi dan bakterial umumnya langsung mengenai
kedua mata.7 Pada konjungtivitis viral dan alergi sekret yang dihasilkan umumnya
bersifat serosa, sedangkan pada konjungtivitis bakterial sekret yang dihasilkan bersifat
purulent atau mukopurulent.5,6 Pada konjungtivitis viral biasanya dapat disertai dengan
adanya riwayat demam atau nyeri tenggorokan serta adanya pembesaran kelenjar limfe
pre-aurikular. Pada konjungtivitis alergi umumnya didapatkan adanya riwayat alergi
pada penderita.

Pada pasien ini, gejala yang didapatkan berupa nyeri pada mata kanan, disertai
dengan mata merah, gatal, dan berair. Selain itu pada pasien tidak didapatkan adanya
kotoran mata yang banyak serta tidak ada riwayat alergi. Pasien juga mengatakan
keluhan hanya dirasakan pada mata kanannya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
adanya injeksi konjungtiva pada mata kanan pasien. Keluhan pada mata kanan pasien
ini lebih mengarah pada konjungtivitis viral. Hal ini dikarenakan keluhan yang dialami
pasien hanya dirasakan pada mata kanannya serta tidak didapatkan adanya kotoran
mata atau discharge yang purulent.

Pada mata kiri pasien, didapatkan adanya jaringan fibrovaskuler di sisi nasal,
berbentuk segitiga yang memiliki dasar di konjungtiva meluas ke kornea dengan apeks
dengan bercak kecoklatan yang mencapai pupil. Hal ini dapat menunjukkan suatu
pterigium. Pterigium merupakan suatu kelainan yang terjadi di permukaan mata yang
ditandai dengan pertumbuhan jaringan fibrovaskuler di lapisan subkonjungtiva,
berbentuk segitga, dan meluas ke kornea di fisura palpebral medial dan lateral.
Beberapa faktor risiko yang diketahui dapat berpengaruh terhadap munculnya
pterygium diantaranya adalah adanya predisposisi genetik, mekanisme imun, dan
iritasi kronis dari lingkungan eksternal seperti sinar ultraviolet, cuaca panas dan kering,
kondisi berangin dan berdebu, serta lamanya paparan terhadap kondisi-kondisi
tersebut. Pterigium memiliki prevalensi yang tinggi pada daerah yang disebut dengan
pterygium belt yang terletak di 37o utara dan selatan dari garis ekuator. Prevalensi di
Indonesia yang diketahui berada di pulau Kalimantan Timur sebesar 19,7%.2

Pada pasien ini, jaringan fibrovakuler sudah meluas hingga mencapai pupil. Hal
ini dapat mengganggu berkas cahaya yang masuk sehingga menyebabkan keluhan
seperti melihat bayangan pada pasien. Adanya jaringan fibrovaskuler tersebut juga
dapat menyebabkan adanya rasa mengganjal pada mata kiri pasien. Pada pasien ini,
pterygium dikategorikan menjadi grade 4 dikarenakan jaringan fibrovaskuler yang
meluas hingga mencapai pupil.8
BAB IV
PENUTUP

Pasien ini didiagnosis dengan konjungtivitis viral pada mata kanan dan pterigium
pada mata kirinya. Terapi yang dapat diberikan pada pasien dengan konjungtivitis viral
dan pterygium dapat berupa terapi simtomatik. Akan tetapi pada pasien dengan
pterygium dapat dipertimbangkan terapi operatif jika sudah mengganggu penglihatan.
Hal penting yang perlu diedukasi kepada pasien yaitu perlunya menjaga kebersihan
untuk mengurangi kemungkinan penularan dengan mencuci tangan. Selain itu, untuk
mencegah progresivitas dari pterygium perlu diedukasi untuk mengurangi paparan
terhadap iritan seperti sinar matahari, debu, maupun asap rokok dan rekurensi
pterigium setelah dilakukan operasi. Pemberian edukasi yang baik dan tepat akan
membantu pasien untuk memahami kondisi kelainan mata yang dialami serta
prognosisnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ramirez DA, Porco TC, Lietman TM, Keenan JD. Epidemiology of Conjunctivitis
in US Emergency Departments. JAMA Ophthalmol. 2017 Oct 1;135(10):1119-
1121. doi: 10.1001/jamaophthalmol.2017.3319
2. Skeens HM, Holland EJ. Pterygium. Minim Invasive Ophthalmic Surg [Internet].
2022 Feb 21 [cited 2022 Mar 13];88–95. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558907/
3. Sitorus RS, Sitompul R, Widyawati S, Bani AP. Buku Ajar Oftalmologi. Vol. 1,
Badan Penerbit FKUI. 2017.
4. Duplechain A, Conrady CD, Patel BC, and Baker S. Uveitis. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK540993/
5. Azari AA, and Arabi A. Conjunctivitis : A Systematic Review. J Ophthalmic Vis
Res 2020; 15 (3): 372–395
6. Yeu E and Hauswirth S. A Review of the Differential Diagnosis of Acute Infectious
Conjunctivitis: Implications for Treatment and Management. 2020. Clinical
Ophthalmology, Volume 14, 805–813. doi:10.2147/opth.s236571
7. Sitompul, R. Konjungtivitis Viral: Diagnosis dan Terapi di Pelayanan Kesehatan
Primer. 2017
8. Dsouza S and Kamath G. Pterygium in Young Children. 2017

Anda mungkin juga menyukai