OLEH:
H1A320001
PEMBIMBING:
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas
laporan kasus dengan judul “Konjungtivitis Viral OD dan Pterigium Grade 4 OS”.
Tujuan dari penyusunan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi kewajiban serta
tugas dalam proses kepaniteraan klinik di bagian SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram, Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Barat, serta menjadi salah satu sarana penulis dalam proses pembelajaran
dan memperluas ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan dan hal-hal yang harus diperbaiki, sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan dan dibutuhkan oleh penulis sebagai proses
pembelajaran.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Anamnesis
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. H. Usman
Usia : 63
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Bima
Pekerjaan : Pedagang
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Sasak
RM : 197508
Tanggal Pemeriksaan : 6 Agustus 2022
b. Keluhan Utama
Mata kanan nyeri
Riwayat lainnya:
- Pasien memiliki riwayat operasi katarak pada mata kanan
- Pasien tidak memiliki riwayat trauma
b. Tanda Vital
Tekanan Darah : 107/79 mmHg
Nadi : 76 kali/menit
Frekuensi Napas : 16 kali/menit
Suhu : 36.6˚C
c. Status Opthalmologis
Pemeriksaan OD OS
Visus
- Naturalis 6/18 6/30
- pinhole 6/12 6/20
Kedudukan bola mata
- Hirschberg Ortotropia eksotropia
- Cover-uncover test Ortoforia eksotropia
Gerak bola mata Tidak ada Tidak ada
keterbatasan gerakan keterbatasan
bola mata ke segala gerakan bola mata
arah, tidak ada nyeri ke segala arah, tidak
dan pandangan ganda ada nyeri dan
saat menggerakan pandangan ganda
bola mata saat menggerakan
bola mata
+ +
+ + + +
+ +
Alis
- Warna Hitam Hitam
- Distribusi Merata Merata
- Kerontokan (-) (-)
- Uban (+) (+)
- Tanda inflamasi (-) (-)
Mata eksternal umum
- Exopthalmos (-) (-)
- Enopthalmos (-) (-)
- Lagoftalmos (-) (-)
- Ptosis (-) (-)
Palpebra superior
- Edema (-) (-)
- Hiperemi (-) (-)
- Massa (-) (-)
- Xanthelasma (-) (-)
- Entropion (-) (-)
- Ektropion (-) (-)
- Nyeri tekan (-) (-)
Palpebra inferior
- Edema (-) (-)
- Hiperemi (-) (-)
- Massa (-) (-)
- Xanthelasma (-) (-)
- Entropion (-) (-)
- Ektropion (-) (-)
- Nyeri tekan (-) (-)
Sistem lakrimal
- Keadaan umum mata Tidak berair terus- Tidak berair terus-
menerus menerus
A B
2.4 Planning
a. Diagnostik
-
b. Tatalaksana
- Artificial tears eye drop 1 tetes/ 4 jam ODS
- C. Xitrol (Deksametasone, Polymixin, neomycin) 1 tetes/ 4 jam OD
2.5 KIE pasien
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga terkait dengan kelainan yang
dialami pasien
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga terkait tatalaksana yang akan
diberikan
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga terkait prognosis penyakit yang
dialaminya
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa pentingnya mencegah
penularan ke mata kiri atau ke orang lain dengan menjaga kebersihan seperti
mencuci tangan
- Edukasi cara penggunaan obat tetes mata secara higienis dan sesuai dosis
3.1 Prognosis
- Prognosis kesembuhan (ad sanationam) : dubia ad bonam
- Prognosis penglihatan (ad functionam) : bonam
- Prognosis nyawa (ad vitam) : bonam
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS
Pasien laki-laki, usia 63 tahun datang ke poli mata RSUD Provinsi NTB dengan
keluhan nyeri pada mata kanan. Nyeri pada mata kanan dirasakan satu hari sebelum
datang ke rumah sakit. Pasien mengatakan sebelumnya mata kirinya tidak pernah
terkena sesuatu dan tiba tiba nyeri dan merah. Pasien juga mengatakan nyeri pada mata
kanannya dirasakan terus menerus. Nyeri pada mata kanannya disertai dengan adanya
keluhan gatal dan berair banyak. Pasien mengatakan tidak ada keluhan seperti kotoran
mata yang banyak, pandangan kabur dan pandangan silau pada mata kanannya. Selain
itu, pasien juga mengatakan pada mata kirinya seperti melihat bayangan. Awalnya
pasien mengatakan seperti ada sesuatu yang mengganjal pada mata kiri pasien.
Keluhan pada mata kirinya sudah dirasakan sejak ± 2 tahun yang lalu. Kemudian
keluarga pasien mengatakan bahwa seperti adad aging yang tumbuh di mata kirinya.
Awalnya daging yang muncul hanya kecil namun semakin membesar hingga
mengganggu pandangan pasien. Keluhan pada mata kirinya tersebut dirasakan
sepanjang waktu. Pasien juga terkadang merasa gatal dan berair pada mata kirinya.
Keluhan lain seperti nyeri, mata kering, kotoran mata banyak, mata berpasir pada mata
kiri disangkal oleh pasien. Pasien juga menyangkal adanya keluhan seperti nyeri
kepala, mual dan muntah,
b) Objektif
Pada pemeriksaan status lokalis mata didapatkan:
Pemeriksaan OD OS
Visus
- Naturalis 6/18 6/30
- pinhole 6/ 12 6/ 20
Kornea
- Bentuk Cembung Cembung
- Kejernihan Jernih Jernih
- Benda asing Tidak ada benda asing Tidak ada benda asing
- Jaringan lain Tidak tampak adanya Tampak adanya jaringan
jaringan lain fibrovaskuler pada sisi
nasal, berbentuk segitiga
yang meluas dari
konjungtiva dengan
puncak mendekati pupil
Funduskopi
- Refleks cahaya (+) normal (+) menurun
- Papil (edema, C/D ratio, Tidak ada edema, C/D Sulit dinilai
atropi saraf optik) ratio 0.4, atrofi saraf optic
(-)
- Retina (perdarahan, Perdarahan (-) eksudat (-), Sulit dinilai
eksudat, edema) edema (-)
Pada pasien ini, gejala yang didapatkan berupa nyeri pada mata kanan, disertai
dengan mata merah, gatal, dan berair. Selain itu pada pasien tidak didapatkan adanya
kotoran mata yang banyak serta tidak ada riwayat alergi. Pasien juga mengatakan
keluhan hanya dirasakan pada mata kanannya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
adanya injeksi konjungtiva pada mata kanan pasien. Keluhan pada mata kanan pasien
ini lebih mengarah pada konjungtivitis viral. Hal ini dikarenakan keluhan yang dialami
pasien hanya dirasakan pada mata kanannya serta tidak didapatkan adanya kotoran
mata atau discharge yang purulent.
Pada mata kiri pasien, didapatkan adanya jaringan fibrovaskuler di sisi nasal,
berbentuk segitiga yang memiliki dasar di konjungtiva meluas ke kornea dengan apeks
dengan bercak kecoklatan yang mencapai pupil. Hal ini dapat menunjukkan suatu
pterigium. Pterigium merupakan suatu kelainan yang terjadi di permukaan mata yang
ditandai dengan pertumbuhan jaringan fibrovaskuler di lapisan subkonjungtiva,
berbentuk segitga, dan meluas ke kornea di fisura palpebral medial dan lateral.
Beberapa faktor risiko yang diketahui dapat berpengaruh terhadap munculnya
pterygium diantaranya adalah adanya predisposisi genetik, mekanisme imun, dan
iritasi kronis dari lingkungan eksternal seperti sinar ultraviolet, cuaca panas dan kering,
kondisi berangin dan berdebu, serta lamanya paparan terhadap kondisi-kondisi
tersebut. Pterigium memiliki prevalensi yang tinggi pada daerah yang disebut dengan
pterygium belt yang terletak di 37o utara dan selatan dari garis ekuator. Prevalensi di
Indonesia yang diketahui berada di pulau Kalimantan Timur sebesar 19,7%.2
Pada pasien ini, jaringan fibrovakuler sudah meluas hingga mencapai pupil. Hal
ini dapat mengganggu berkas cahaya yang masuk sehingga menyebabkan keluhan
seperti melihat bayangan pada pasien. Adanya jaringan fibrovaskuler tersebut juga
dapat menyebabkan adanya rasa mengganjal pada mata kiri pasien. Pada pasien ini,
pterygium dikategorikan menjadi grade 4 dikarenakan jaringan fibrovaskuler yang
meluas hingga mencapai pupil.8
BAB IV
PENUTUP
Pasien ini didiagnosis dengan konjungtivitis viral pada mata kanan dan pterigium
pada mata kirinya. Terapi yang dapat diberikan pada pasien dengan konjungtivitis viral
dan pterygium dapat berupa terapi simtomatik. Akan tetapi pada pasien dengan
pterygium dapat dipertimbangkan terapi operatif jika sudah mengganggu penglihatan.
Hal penting yang perlu diedukasi kepada pasien yaitu perlunya menjaga kebersihan
untuk mengurangi kemungkinan penularan dengan mencuci tangan. Selain itu, untuk
mencegah progresivitas dari pterygium perlu diedukasi untuk mengurangi paparan
terhadap iritan seperti sinar matahari, debu, maupun asap rokok dan rekurensi
pterigium setelah dilakukan operasi. Pemberian edukasi yang baik dan tepat akan
membantu pasien untuk memahami kondisi kelainan mata yang dialami serta
prognosisnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramirez DA, Porco TC, Lietman TM, Keenan JD. Epidemiology of Conjunctivitis
in US Emergency Departments. JAMA Ophthalmol. 2017 Oct 1;135(10):1119-
1121. doi: 10.1001/jamaophthalmol.2017.3319
2. Skeens HM, Holland EJ. Pterygium. Minim Invasive Ophthalmic Surg [Internet].
2022 Feb 21 [cited 2022 Mar 13];88–95. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558907/
3. Sitorus RS, Sitompul R, Widyawati S, Bani AP. Buku Ajar Oftalmologi. Vol. 1,
Badan Penerbit FKUI. 2017.
4. Duplechain A, Conrady CD, Patel BC, and Baker S. Uveitis. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK540993/
5. Azari AA, and Arabi A. Conjunctivitis : A Systematic Review. J Ophthalmic Vis
Res 2020; 15 (3): 372–395
6. Yeu E and Hauswirth S. A Review of the Differential Diagnosis of Acute Infectious
Conjunctivitis: Implications for Treatment and Management. 2020. Clinical
Ophthalmology, Volume 14, 805–813. doi:10.2147/opth.s236571
7. Sitompul, R. Konjungtivitis Viral: Diagnosis dan Terapi di Pelayanan Kesehatan
Primer. 2017
8. Dsouza S and Kamath G. Pterygium in Young Children. 2017