Laporan Kasus
Oleh:
Pembimbing:
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA 29
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya
diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma, yang
terjadi akibat kematian dari jaringan kornea. Ulkus kornea adalah suatu kondisi
secara langsung.1
menyebutkan saat ini terdapat 285 juta orang menderita gangguan penglihatan, 39
juta diantaranya mengalami kebutaan dan 246 juta orang mengalami penglihatan
yang kurang. WHO juga mengeluarkan bahwa kebutaan pada anak dan kelainan
populasi yang diteliti. Dan ulkus kornea merupakan salah satu penyebab dalam
kornea, (0,10%) dan penyakit mata lain-lain (0,15%). Kelainan kornea yang
dimaksud, termasuk ulkus kornea. di Indonesia insidensi ulkus kornea tahun 1993
adalah 5,3 per 100.000 penduduk, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea
1
antara lain terjadi karena trauma, infeksi, pemakaian lensa kontak, dan kadang-
2
BAB II
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 63 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Suku : Banjar
2. Anamnesis
A. Keluhan Utama:
Pasien datang dengan keluhan penglihatan kabur pada mata kiri. Keluhan
dirsakan sejak 2 bulan yang lalu, pasien mengatakan mata kabur muncul secara
dengan munculnya benda berwarna putih di mata kiri pasien yang semakin
3
lama semakin bertambah, dan terasa kurang nyaman. Awalnya, pasien
mengeluhkan mata kiri berwarna merah sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan
disusul dengan keluhan mata lainnya. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada
mata sebelah kiri selama 2 bulan terakhir. Nyeri ini dirasakan hilang timbul,
dan terasa berdenyut pada mata kiri. Nyeri tidak dirasakan menjalar ke bagian
lain. Pasien mengeluhkan mata kiri yang berair. Keluhan ini sudah dirasakan
sejak 9 tahun yang lalu, namun selama 2 bulan terakhir keluhan mata berair ini
semakin bertambah. Pasien juga kesulitan melihat di siang hari karena cahaya
pasien tidak merasakan nyeri mata yang bertambah apabila terkena cahaya.
Terkadang pasien merasakan gatal pada mata kirinya yang muncul hilang
timbul, namun keluhan ini dirasakan tidak terlalu mengganggu bagi pasien.
Pasien mengatakan tidak terdapat kotoran berlebih pada kedua mata. Pasien
pasien ditabrak oleh mobil saat mengendarai motor, dan pasien terjatuh dengan
posisi wajah bagian kiri menghantam aspal. Saat itu, pasien tidak ada
mengalami keluhan pada mata kanan maupun kirinya. Namun, setelah itu
pasien menjalani operasi pada bagian wajah kiri hingga jahitan bekas luka
operasi ada di bagian pipi kiri. Pasien mengaku tidak pernah mengalami trauma
4
normal. Pasien memeriksakan diri ke RS Boejasin Pelaihari, kemudian pasien
Keluhan yang sama (-), hipertensi (-), diabetes mellitus (-), trauma mata (-)
E. Riwayat Alergi
F. Riwayat Pengobatan
Operasi wajah bagian kiri pada Maret 2019 akibat kecelakaan. Riwayat
3. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Suhu : 36,8 C
Kepala – leher
5
Mata : anemis (-/-). Icterus (-/-), reflex pupil (+/sde), isokor
C. Status Oftalmologis
7
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Fluoresein
Hasil Uji Fluoresein: (+), berwarna hijau pada bagian tengah ulkus.
8
Kesan:
- CV: Echolusen
E. Diagnosis Banding
2. Keratitis
3. Panoftalmitis
F. Diagnosis Utama
Diagnosis utama yang didapatkan pada kasus ini yaitu OS Ulkus Kornea
Terepitelisasi.
9
G. Tatalaksana
1. Non Farmakologis
kornea
2. Farmakologis
10
BAB III
1. Identifikasi Masalah
SUBJECTIVE
Keluhan utama pasien adalah penglihatan kabur pada mata kiri yang
semakin lama semakin parah sejak 2 bulan yang lalu, disertai dengan keluhan mata
merah. Penyakit ini masuk dalam kelompok penyakit mata merah dengan
penurunan visus. Kemungkinan penyakit yang berasal dari kelompok ini yaitu
panoftalmitis, serta trauma okuli. Pasien juga mengeluhkan terdapat benda putih
yang muncul di mata kirinya, disertai dengan rasa nyeri yang hilang timbul, mata
yang berair, serta pasien juga merasakan silau saat melihat cahaya matahari
sehingga pasien susah dalam bekerja. Ini merupakan gejala yang terdapat pada
ulkus kornea. Pasien menyangkal memiliki tekanan darah tinggi dan penyakit
kencing manis.
OBJECTIVE
Pada OD :
11
1. Visus >3/60
3. COA dalam
Pada OS :
1. Visus 1/300
6. COA dangkal
7. TIO normal
Dari anamnesis dam pemeriksaan fisik diatas, diagnosis glaukoma akut dapat
disingkirkan karena TIO pada mata pasien normal. Pada anamnesis, pasien
sebelumnya tidak ada mengalami influenza, tidak ada nyeri kepala, nyeri pada mata
tidak bertambah apabila terkena cahaya, serta pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan hifema maupun injeksi siliar sehingga diagnosis uveitis anterior dapat
mata, dan pada pemeriksaan USG mata tidak didapatkan peradangan pada oculi
disingkirkan. Pasien juga tidak memiliki riwayat trauma pada matanya sehingga
diagnosis dari kasus ini bukanlah trauma okuli. Pada pasien ini telah dilakukan
12
pemeriksaan fluoresesin dan didapatkan hasil (+) dimana terdapat warna hijau pada
permukaan kornea, khususnya pada bagian tengah ulkus (khas pada ulkus kornea)
pada diagnosis ulkus kornea, serta dapat menyingkirkan diagnosis keratitis karena
pada keratitis ini tidak terjadi defek kornea, namun hanya terjadi kumpulan sebukan
penurunan visus pasien. Pada kasus ulkus kornea ini, terjadi kerusakan lapisan
kornea dimulai dari lapisan epitel, membran Bowman, stroma, bahkan dapat lebih
dalam lagi hingga mengenai membran Descemet dan lapisan endotel yang disebut
dengan Descemetocele.
2. Analisa Kasus
A. Definisi
kornea, kerusakan dimulai dari lapisan epitel. Terbentuknya ulkus pada kornea
mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase oleh sel epitel baru dan sel
radang. Ulkus bisa dalam keadaan steril (tidak terinfeksi mikroorganisme) ataupun
terinfeksi. Ulkus terbentuk oleh karena adanya infiltrat yaitu proses respon imun
B. Etiologi
a. Infeksi
13
Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,
Infeksi virus : Penyebab paling sering adalah virus herpes simplex Infeksi
Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh
kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi
juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air
b. Non-Infeksi
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan
organik anhidrat.
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan
Sindrom Sjorgen
Defisiensi vitamin A
dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan
oleh tubuh.
14
Obat-obatan
Pajanan (exposure)
Neurotropik4,5,6
Granulomatosa wagener
Rheumathoid arthritis4,5,6
C. Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel
15
dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi
di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea,
segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.
Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma
kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan
tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea
baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa
sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior)
pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris,
yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada
Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini
16
menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil
dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi
bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma
maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya
sikatrik.4,5,6
D. Klasifikasi
Ulkus Streptokokus: Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah
cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan
pneumonia.
kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak
diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan
infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu
Ulkus Pseudomonas: Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral
kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.
17
gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan
berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik
dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga
ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini
terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak selamanya
sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan
dakriosistitis.4,5,6
Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak
kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada
bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian
18
seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong
Ulkus Kornea Herpes Zoster: Biasanya diawali rasa sakit pada kulit
dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala
kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis,
kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat
berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit
herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea
hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai
Ulkus Kornea Herpes Simplex: Infeksi primer yang diberikan oleh virus
herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai
dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di
permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi.
19
pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif,
kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin
a. Ulkus Marginal
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk
ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus,
toksit atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok
20
arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya
lateral. Ditemukan pada penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan
lain-lain.4,5,6
Ulkus Marginal
b. Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral.
ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang
belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori
mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan
kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.4,5,6
Mooren's Ulcer
c. Ring Ulcer
berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam,
21
kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat
menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada
Anamnesis pasien penting pada ulkus kornea adalah riwayat trauma, benda
asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis
akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula
ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang
merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes
diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus. Keluhan yang
sering muncul adalah eritema pada kelopak mata dan konjungtiva, sekret
mukopurulen, merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, mata berair, bintik
siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat
zat fluoresensi., Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau
KOH), Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura
22
dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram
atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan
periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar
ekstrak maltosa.4,5,6
F. Penatalaksanaan
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh
spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan
perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan
23
3. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
b. Penatalaksanaan medis
1. Pengobatan konstitusi
Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum
yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan
makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian
2. Pengobatan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi
Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung,
telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan. Infeksi pada
midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan
Analgetik.
24
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau
tetrakain.
Antibiotik
luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan
Anti jamur
komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi
3. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis anti
biotik
Anti Viral
untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi
inducer.
Terapi Pembedahan
25
Terapi melalui pembedahan yang dapat dilakukan adalah dengan injeksi
keratoplasty
G. Pencegahan
kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil
pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat
Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup
sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan
H. Prognosis
tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi
mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak
26
ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat
menimbulkan resistensi.4,5,6
27
BAB IV
PENUTUP
kabur pada mata kiri. Penglihatan kabur sejak 2 bulanyang lalu, muncul secara
perlahan kemudian semakin lama semakin parah. Pasien juga mengeluhkan mata
merah (+). muncul benda putih di bola mata (+), mata berair (+), mata terasa silau
saat melihat cahaya (+), gatal (+) kadang-kadang, nyeri (+) hilang timbul, riwayat
trauma / pembedahan pada mata (-), riwayat DM (-) dan HT (-), riwayat kecelakaan
(+) pada tahun 2009 dan dilakukan operasi pada bagian wajah kiri.
konjungtiva palpebra hiperemi, injeksi campuran (+), kornea nampak keruh (+),
kasar (+), serta terdapat ulkus (+) dengan neovaskular (+), COA dangkal, serta visus
1/300. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat
pada pasien mengarahkan pada Ulkus kornea terepitelisasi, dan dari hasil
terdapat kelainan pada bola mata bagian posterior saat dilakukan USG mata.
Pasien diberikan terapi konservatif berupa Cendo LFX 6x1 tetes / hari (OS),
Cendo Lyteers 1 tetes / jam (OS). Pengobatan pada ulkus kornea pada umumnya
Pasien tidak perlu dirawat inap karena tidak ada ancaman perforasi, ataupun
28
DAFTAR PUSTAKA
2. Mariotti SP, Global Data on Visual Impairment 2010, WHO, Geneva, 2012
29