Oleh
Fabian Arassi S
H1A013021
Pembimbing
i
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Allah S.W.T, Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas limpahan rahmat dan petunjuk dari-Nya penyusunan tugas laporan kasus
dengan judul “Glaukoma” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penyusunan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi tugas
dalam proses kepanitraan klinik di bagian SMF ilmu kesehatan mata di Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram, Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Selain itu, saya berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi profesi
kedokteran, serta dapat meningkatkan dan memperluas pemahaman.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan dan belum sempurna. Oleh karenanya, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan untuk perbaikan kedepannya. Semoga Allah S.W.T, Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa memberikan bantuan dan melimpahkan petunjuk-Nya kepada
kita semua.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaukoma
ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optik, dan berkurangnya
lapangan pandang.Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokular ini
disebabkan oleh bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar dan berkurangnya
pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil. Pada glaukoma
akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapangan pandang dan
kerusakan anatomi berupa ekskavasi serta degeneras papil saraf optik, yang dapat berakhir
dengan kebutaan.1
Beberapa klasifikasi glaukoma berdasarkan American Academy of Ophthalmology
adalah sebagai berikut: glaukoma sudut terbuka, glaukoma sudut tertutup dan childhood
glaucoma.2
Hampir 60 juta orang terkena glaukoma. Diperkirakan 3 juta penduduk Amerika
Serikat terkena glaukoma, dan di antara kasus-kasus tersebut, sekitar 50% tidak terdiagnosis.
Sekitar 6 juta orang mengalami kebutaan akibat glaucoma, termasuk 100.000 penduduk
Amerika, menjadikan penyakit ini sebagai penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di
Amerika Serikat. Ras kulit hitam memiliki risiko yang lebih besar mengalami onset dini,
keterlambatan diagnosis, dan penurunan penglihata yang berat dibadingkan ras kulit putih.
Glaukoma sudut tertutup didapatkan pada 10-15% kasus ras kulit putih. Glaukoma sudut
tertutup primer berperan pada lebih dari 90% kebutaan bilateral akibat glaukoma di China.3
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama :HI
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Pekerjaan : Pesniunan Pegawai Negeri Sipil
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Selaparang, Mataram
RM : 15 55 53
Tanggal Pemeriksaan : 2 November 2020
B. Keluhan Utama
Penglihatan kabur pada kedua bola mata
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli mata RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan keluhan
utama penglihatan kabur pada kedua bola mata. Keluhan tersebut dirasakan sudah
sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengaku sering tersandung karena keluhan matanya
yang kabur. Pasien juga kadang mengeluhkan nyeri kepala sebelah kanan, kadang-
kadang mual dan muntah. Menurut pasien, keluhan pada matanya dianggap semakin
mengganggu aktivitas sehari-harinya. Pasien menyangkal adanya mata merah, berair,
pandangan silau, maupun perasaan berpasir/mengganjal.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
- Pasien tidak pernah mengalami trauma mata sebelumnya.
- Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi.
- Pasien memilki penyakit diabetes melitus.
- Pasien tidak memiliki penyakit keturunan seperti asma, keganasan,
penyakit jantung, dan penyakit ginjal.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
- Pasien mengaku tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa.
- Keluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit diabetes melitus dan
hipertensi.
E. Riwayat Alergi
- Pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan.
- Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat-obatan.
F. Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku belum pernah mengobati keluhan pada matanya.
G. Riwayat Sosial
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok dan minum alkohol.
No Pemeriksaan OD OS
1. Visus Naturalis 6/15 PH: 6/6 6/18 PH: 6/18
+ +
+ + + +
+
+
Subjective
1. Penglihatan kabur sejak 1 bulan yang lalu
2. Keluhan penyerta lain, yaitu terdapat keluhan seperti nyeri kepala, mual dan
muntah
Objective
1. Visus naturalis: VOD 6/18 dengan PH 6/6 dan VOS 6/18 dengan PH 6/18
2. TIO OD 24,3 mmHg, OS 17,5 mmHg
3.2.2 Assessment
Diagnosis kerja:
ODS Glaucoma Kronis
Diagnosa banding:
Glaukoma akut
Diabetic Retinopati
Nonglaucomatous Optic Neuropathy
3.2.5 KIE
Edukasi kepada pasien bahwa penyakit ini bersifat progresif sehingga pasien
harus rajin untuk kontrol.
Edukasi kepada pasien untuk teratur menggunakan obat yang diberikan
Mengurangi aktivitas yang dapat meningkatkan TIO seperti mengangkat
benda berat dan bersin atau batuk terlalu keras.
3.5.3 Prognosis
Prognosis pada pasien ini, meliputi :
Prognosis kesembuhan (ad sanationam) : ad bonam
Prognosis penglihatan (ad functionam) : Dubia ad bonam
Prognosis nyawa (ad vitam) : Bonam
BAB IV
KESIMPULAN
Pasien seorang laki laki berusia 70 tahun datang ke poli mata RSUD Provinsi Nusa
Tenggara Barat dengan keluhan penglihatan kabur pada kedua bola mata sejak 1 bulan yang
lalu. Pasien kadang mengeluhkan nyeri kepala, kadang-kadang mual dan muntah. Menurut
pasien, keluhan nyeri pada matanya dianggap semakin mengganggu aktivitas sehari-harinya.
Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan visus naturalis OD 6/15 dengan pinhole:
OD 6/6, OD 6/18 dengan pinhole: OD 6/18. TIO OD 24,3 mmHg, OS 17,5 mmHg. Berdasarkan
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien, dapat disimpulkan bahwa
didapatkan manifestasi yang mendukung diagnosis pasien dengan glaucoma.
Pemeriksaan lanjutan berupa foto fundus, OCT dan gonioskopi. Terapi pada pasien
tersebut adalah dengan menurunkan TIO. Prinsip pengobatan yaitu dengan menurunkan TIO
diharapkan menghambat progresivitas dari penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Das P., Nirmala SR., Medhi JP. Diagnosis of Glaucoma Using CDR and NRR Area
in Retina Images. Netw Model Anal Health Inform Bioinforma. (2016): 5(3), pp.1-
14.
2. Hashemi H., Mohammadi M., Zandvakil N., Khabazkhoob M., Emamian MH.,
Shariati M., Fotouhi A. Prevalence and Risk Factors of Glaucoma in An Adult
Population from Shahroud, Iran. Iranian Society of Ophtalmology. (2018):31,
pp.366-372.
3. Rifqah E., Gustianty E., Prajitno IP. One Year Data of New Secondary Glaucoma
Patients at Top Referral Eye Hospital in Indonesia. Althea Medical Journal.
(2017): pp.163-166.
4. Song BJ., Caprioli J. New Directions In the Treatment of Normal Tension Glaucoma. Indian
Journal of Ophthalmology. (2014): 62(5), pp.529-537.
5. Virk JK., Singh M., Mandeep Singh M. Cup-to-Disk Ratio (CDR) Determination for
Glaucoma Screening.1st International Conference on Next Generation Computing
Technologies. (2015): pp.504-507.