Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

KATARAK SENILIS ODS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan


Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

Disusun oleh :

Gagah Brillian

30101206633

Pembimbing :

dr. Hj. A.M. Sita Pritasari, Sp.M (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu syarat
menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di bagian Ilmu Penyakit Mata periode 18
Maret 2019 – 13 April 2019.

Nama : Gagah Brillian

NIM : 30101206633

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Bidang Pendidikan : Ilmu Penyakit Mata

Periode Kepaniteraan Klinik : 18 Maret 2019 – 13 April 2019

Pembimbing : dr. Hj. A.M. Sita Pritasari, Sp.M (K)

Mengetahui,
Pembimbing

dr. Hj. A.M. Sita Pritasari, Sp.M (K)

2
1. LAPORAN KASUS

1.1. IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. J
Usia : 50 tahun
Alamat : Getaspaten RT 08/RW 02, Jati, Kudus
Status perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No RM : 137.65.59
Tanggal Pemeriksaan : 02 April 2019
1.2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 2 April 2019 di Poli Mata
RSI Sultan Agung

Keluhan Utama : Pandangan Buram

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Poliklinik RS. Islam Sultan Agung pada hari Selasa, 2 April 2019
dengan keluhan mata kanan dan kiri buram sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengaku
penglihatannya menjadi sangat kabur dalam 2 bulan terakhir. Pasien mendeskripsikan
pandangan yang buram seperti berkabut. Pandangan buram disarasakan bertambah
perlahan-lahan. Awalnya buram dirasakan disebelah mata kanan, namun 6 bulan terkahir
ini mata kiri juga terasa mulai buram. Pasien mengaku bahwa mata kiri buram namun
tidak seburam mata kanan. Pasien mengaku tidak tahan terhadap cahaya yang silau.
Keluhan lain seperti mata merah (-), nyeri/cekot-cekot (-), nerocos (-), sulit buka mata (-
), nyeri kepala (-). Pasien menyangkal mempunyai keluhan sering menabrak saat
berjalan. Pasien juga menyangkal susah melihat ketika dalam ruangan atau dalam
keadaan gelap. Pasien menyangkal mempunyai riwayat pemakaian obat tetes mata atau
konsumsi obat dalam waktu lama.

3
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan sakit serupa : disangkal
Hipertensi : disangkal
DM : disangkal
Alergi : disangkal
Asma : disangkal
Trauma : disangkal

Riwayat Keluarga

Keluhan sakit serupa : ibu pasein menderita hal yang sama.


Hipertensi : disangkal
DM : disangkal
Alergi : disangkal
Asma : disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien menggunakan BPJS PBI. Kesan ekonomi cukup.

1.3. PEMERIKSAAN FISIK


1.3.1. STATUS GENERALIS
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Kompos mentis
 Tanda vital
 Tekanan Darah : 163/90 mmHg
 Nadi : 82x/menit
 RR : 22x/menit

4
1.3.2. STATUS OFTALMOLOGIS
OD OS

KETERANGAN OD OS
1. VISUS
Tajam penglihatan 1/300 6/15 F.2
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
Eksoftalmus (-) (-)
Endoftalmus (-) (-)
Strabismus (-) (-)
Gerak bola mata (+) baik kesegala arah (+) baik kesegala arah
SUPRA SILIA Hitam, distribusi merata, Hitam, distribusi merata,
tidak rontok, sekret (-), tidak rontok, sekret (-),
Simatris. simetris.
3. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema (-) (-)
Tanda radang (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Massa (-) (-)
Dapat menutup mata (+) (+)
4. KONJUNGTIVA PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Anemi (-) (-)

5
Sikatrik (-) (-)
Kemosis (-) (-)
5. KONJUNGTIVA BULBI
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
Papil (-) (-)
Cobble stone (-) (-)
6. SKLERA
Warna Putih Putih
Ikterik (-) (-)
7. KORNEA
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Sesibilitas Baik Baik
Ulkus (-) (-)
Corpus alienum (-) (-)
Infiltrate (-) (-)
Perforasi (-) (-)
Arkus sinilis (-) (-)
Edem (-) (-)
8. BILIK MATA DEPAN
Kejernihan Jernih Jernih
Kedalaman Dalam Dalam
Hifema (-) (-)
Hipopion (-) (-)
9. IRIS
Warna Coklat Coklat
Kripte (+) (+)

6
Bentuk Bulat Bulat
Sinekia (-) (-)
PUPIL
Letak Sentral Sentral
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran ± 3 mm ± 3 mm
Reflek cahaya (+) Normal (+) Normal
LENSA
Kejernihan Keruh tidak merata Keruh tidak merata
Test shadow (+) (+)

CORPUS VITREUS Sulit dinilai Sulit dinilai


FUNDUS OKULI
a. Fefleks Fundus Positif sangat Suram Positif Suram
b. Papil N II
- Bentuk Sulit dinilai Samar
- Warna Sulit dinilai Samar
- Batas Sulit dinilai Samar
- C/D Ratio Sulit dinilai Samar
c. A/V Ratio Sulit dinilai Samar
d. Retina
- Edem Sulit dinilai Sulit dinilai
- Perdarahan Sulit dinilai Sulit dinilai
- Eksudat Sulit dinilai Sulit dinilai
- Sikatrik Sulit dinilai Sulit dinilai
e. Makula Lutea
- Refleks Fovea Sulit dinilai Sulit dinilai
- Edem Sulit dinilai Sulit dinilai
- Pigmentosa Sulit dinilai Sulit dinilai
PALPASI
Nyeri tekan (-) (-)

7
Massa tumor (-) (-)
Tensi Okuli (Digital) N N

1.3.3. PEMERIKSAAN PENUNJANG


 TIO Kuantitatif (Non Contact Tonometer)
OD: 11.3 mmHg
OS: 15.0 mmHg
 Gula Darah Sewaktu (GDS) : 112 mg/dL
1.4. RESUME
Subyektif:

Pasien datang ke Poliklinik RS. Islam Sultan Agung pada hari Selasa, 2 April 2019
dengan keluhan mata kanan dan kiri buram sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengaku
penglihatannya menjadi sangat kabur dalam 2 bulan terakhir.

 Pasien mendeskripsikan pandangan yang buram seperti berkabut.


 Pandangan buram disarasakan bertambah perlahan-lahan. Awalnya buram
dirasakan disebelah mata kanan, namun 6 bulan terkahir ini mata kiri juga
terasa mulai buram.
 Pasien mengaku bahwa mata kiri buram namun tidak seburam mata kanan.
 Pasien mengaku tidak tahan terhadap cahaya yang silau.
 Keluhan lain seperti mata merah (-), nyeri/cekot-cekot (-), nerocos (-), sulit
buka mata (-), nyeri kepala (-).
 Pasien menyangkal mempunyai keluhan sering menabrak saat berjalan.
 Pasien juga menyangkal susah melihat ketika dalam ruangan atau dalam
keadaan gelap.
 Pasien menyangkal mempunyai riwayat pemakaian obat tetes mata atau
konsumsi obat dalam waktu lama.

8
Obyektif:

Status Oftalmologi
OCULI DEXTRA PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA
1/300 VISUS 6/15 F.2
Keruh tidak merata LENSA Keruh tidak merata
Dalam BILIK MATA DEPAN Dalam
N TIO DIGITAL N
11.3 mmHg TIO KUANTITATIF 15.0 mmHg
(+) IRIS SHADOW TEST (+)
1.5. DIAGNOSA KERJA
DX KERJA
OD Katarak senilis stadium matur
OS Katarak senilis stadium imatur

1.6. TERAPI
ODS:
Rujuk ke dokter spesialis mata untuk dilakukan tindakan operatif yaitu
fakoemulsifikasi + IOL

1.7. EDUKASI
 Menjelaskan kepada pasien, bahwa kekeruhan pada lensa di mata kanan dan kiri
menyebabkan pandangan menjadi kabur, dan dapat memburuk
 Menganjurkan kepada pasien untuk dilakakan operasi katarak pada mata kanan.

1.8. PROGNOSA

Oculus Dextra Oculus Sinistra


Quo Ad Vitam Ad Bonam Ad Bonam
Quo Ad Functionam Ad Bonam Ad Bonam
Quo Ad Kosmetikam Ad Bonam Ad Bonam
Quo Ad Sanationam Ad Bonam Ad Bonam

9
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI DAN HISTOLOGI LENSA


Lensa merupakan struktur yang transparan, bikonveks, dan kristalin terletak di
antara iris dan badan kaca. Lensa memiliki ukuran diameter 9-10 mm dengan ketebalan
3,5 mm – 5 mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari
badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian
anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul merupakan membran dasar yang
melindungi nukleus, korteks, dan epitel lensa. Permukaan anterior dan posterior lensa
memiliki beda kelengkungan, dimana permukaan anterior lensa lebih melengkung
dibandingkan bagian posterior. Kedua permukaan ini bertemu di bagian ekuator. Sebagai
media refraksi, lensa memiliki indeks refraksi sebesar 1,39, dan memilki kekuatan
hingga 15-16 dioptri. Dengan bertambahnya usia, kemampuan akomodasi lensa akan
berkurang, sehingga kekuatan lensa pun akan menurun.

Struktur lensa dapat dibagi menjadi :


1. Kapsul lensa
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan. Kapsul lensa tersusun dari
kolagen tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul berfungsi untuk
mempertahankan bentuk lensa saat akomodasi. Kapsul lensa paling tebal pada
bagian anterior dan posterior zona preekuator (14 um,) dan paling tipis pada bagian
tengah kutub posterior (3um).

10
2. Epitel anterior
Epitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul anterior. Merupakan
selapis sel kuboid yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan lensa dan regenerasi
serat lensa. Pada bagian ekuator, sel ini berproliferasi dengan aktif untuk
membentuk serat lensa baru.
3. Serat lensa
Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa yang matur
adalah serat lensa yang telah keihlangan nucleus, dan membentuk korteks dari lensa.
Serat-serat yang sudah tua akan terdesak oleh serat lensa yang baru dibentuk ke
tengah lensa.
4. Ligamentum suspensorium (Zonulla zinnii)
Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat tergantungnya lensa,
sehingga lensa terfiksasi di dalam mata. Ligamentum suspensorium menempel pada
lensa di bagian anterior dan posterior kapsul lensa. Ligamentum suspensorium
merupakan panjangan dari corpus silliaris.

Gambar : Histologi Lapisan lensa

2.3. FISIOLOGI LENSA


1. Transparansi lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humour sebagai
penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun hanya sisi
anterior lensa saja yang terkena aqueous humour. Oleh karena itu, sel-sel yang berada

11
ditengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap lingkungan luar lensa dengan
membangun low resistance gap junction antar sel.
2. Akomodasi lensa
Akomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk
mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk menempatkan
bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina. Akomodasi terjadi akibat perubahan
lensa oleh badan silluar terhadap serat zonula. Saat m. cilliaris berkontraksi, serat
zonular akan mengalami relaksasi sehingga lensa menjadi lebih cembung dan
mengakibatkan daya akomodasi semakin kuat. Terjadinya akomodasi dipersarafi ole
saraf simpatik cabang nervus III. Pada penuaan, kemampuan akomodasi akan
berkurang secara klinis oleh karena terjadinya kekakuan pada nukelus.
Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi sebagai berikut:

2.4. METABOLISME LENSA NORMAL

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium). Kedua kation berasal dari humor aqueus dan vitreus. Kadar kalium dibagian
anterior lensa lebih tinggi dibandingkan posterior, sedangkan kadar Natrium lebih tinggi
dibagian posterior lensa. Ion kalium bergerak ke bagian posterior dan keluar ke humor
aqueus, dari luar ion natrium masuk secara difusi bergerak ke bagian anterior untuk
menggantikan ion kalium dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan
kadar kalsium tetap dipertahankan didalam oleh Ca-ATPase

Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur
HMP-shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk
aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktase adalah enzim yang
merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fruktosa oleh enzim
sorbitol dehidrogenase.

12
2.5. KATARAK
1. Definisi Katarak
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat
kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
2. Klasifikasi Katarak
A. Klasifikasi etiologi
1. Katarak kongenital
2. Katarak akuisita
a. Katarak senilis
b. Katarak traumatik
c. Katarak komplikata
d. Katarak metabolik
e. Katarak oleh karena cedera listrik
f. Katarak oleh karena radiasi
g. Katarak oleh karena logam berat dan obat-obatan
h. Katarak yang berhubungan dengan penyakit kulit
i. Katarak yang berhubungan dengan penyakit tulang
j. Katarak dengan sindroma lainnya seperti sindroma Down
B. Klasifikasi morfologis
1. Katarak kapsular :
a. Katarak kaspular anterior
b. Katarak kapsular posterior
2. Katarak subkapsular : mengenai bagian superfisial korteks (bawah kapsul)
a. Katarak subkapsular anterior
b. Katarak subkapsular posterior
3. Katarak kortikal : meliputi sebagian besar dari korteks
4. Katarak supranuklear. : meliputi bagian dalam korteks (diluar nukelus)
5. Katarak nuklear : meliputi nukelus dari lensa
6. Katarak polaris : meliputi kapsul dan bagian superfisial dari korteks
pada daerah polar
a. Katarak polaris anterior
b. Katarak polaris posterior

13
3. KATARAK SENILIS
A. Definisi
Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak didapat
(akuisita) yang paling sering ditemukan pada laki-laki maupun perempuan,
biasanya berusia di atas 50 tahun. Pada usia sekitar 70 tahun, hampir 90%
individu menderita katarak. Kondisi kekeruhan biasanya bilateral akan tetapi
hampir selalu kondisi salah satu mata lebih berat dari mata lainnya. Secara
morfologis katarak senilis dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu katarak kortikal dan
katarak nuklear. Kedua jenis katarak ini sering terjadi secara bersamaan.
B. Stadium maturasi katarak senilis :
1. Maturasi dari katarak senilis tipe kortikal
a. Stadium katarak insipien
Merupakan stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan
gangguan visus. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa
bercak-bercak seperti jari-jari roda, terutama mengenai korteks anterior,
sedang aksis relatif masih jernih. Gambaran berupa Spokes of a wheel yang
nyata bila pupil dilebarkan. Pada stadium ini belum menimbulkan gangguan
visus. Visus pada stadium ini bisa normal atau 6/6 – 6/20. Dengan koreksi,
visus masih dapat 5/5 – 5/6.
b. Katarak senilis imatur:

Lensa terlihat putih keabu-abuan, namun masih terdapat korteks yang


jernih, maka terdapat iris shadow. Sebagian lensa keruh tetapi belum
mengenai seluruh lapis lensa. Visus pada stadium ini 6/60 – 1/60.
Kekeruhan ini terutama terdapat dibagian posterior dan bagian belakang
nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk
ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan berada
di posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini,
akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan terlihat di pupil, ada
daerah yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa
yang eruh dan daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa
yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).

Kekeruhan terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nukleus


lensa. Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi korteks, yang

14
mengakibatkan lensa menjadi cembung, sehingga indeks refraksi berubah
karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi miopia. Keadaan ini
dinamakan intumesensi. Dengan mencembungnya lensa iris terdorong
kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi lebih sempit,
sehingga dapat menimbulkan glaukoma sebagai penyulitnya.

c. Katarak senilis matur

Kekeruhan korteks secara total sehingga iris shadow tidak ada. Lensa
telah menjadi keruh seluruhnya. Pada pupil nampak lensa yang seperti
mutiara. Pada stadium ini, lensa akan berukuran normal kembali akibat
terjadi pengeluaran air. Visus pada stadium ini 1/300. Bilik mata depan
akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris
pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif shadow test (-).

d. Katarak senilis hipermatur


- Katarak hipermatur tipe Morgagni: Pada kondisi ini, korteks mencair
dan lensa menjadi seperti susu. Nukleus yang berwarna coklat
tenggelam ke dasar. Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul
lensa, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi
kempis, yang dibawahnya terdapat nukleus lensa.
- Katarak hipermatur tipe sklerotik: Pada kondisi ini, korteks
terdisintegrasi dan lensa menjadi berkerut yang menyebabkan COA
menjadi dalam

Gambar : Katarak hipermatur tipe Morgagni

2. Maturasi dari katarak senilis tipe nuklear:

Pada keadaan ini, lensa menjadi keras dan tidak elastis, sehingga
menurunkan kemampuan akomodasi serta menghalangi cahaya. Perubahan
dimulai dari tengah, lalu secara perlahan menyebar ke perifer sampai hampir

15
meliputi seluruh kapsul, namun masih terdapat sedikit bagian dari korteks
yang masih jernih. Warna yang dapat dilihat ialah coklat (cataracta
brunescens), hitam (cataracta nigra) dan merah (cataracta rubra)

Cataracta brunescens Cataracta nigra Cataracta rubra

Perbedaan stadium katarak


Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah (air masuk) Normal Berkurang (air keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test - + - Pseudops
Penyulit - Glaukoma - Uveitis + Glaukoma

C. Gejala Klinis

Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada
pemeriksaan mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :

1. Silau
Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya
mulai dari penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang
hingga silau pada saat siang hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau
kondisi serupa di malam hari. Keluhan silau tergantung dengan lokasi dan
besar kekeruhannya, biasanya dijumpai pada tipe katarak posterior
subkapsular.

16
2. Diplopia monokular atau polypia
Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa,
menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa sehingga
menyebabkan refraksi yang ireguler karena indeks bias yang berbeda.
3. Halo
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih
menjadi spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam
lensa.
4. Distorsi
Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang
5. Penurunan tajam penglihatan
Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri.
Umumnya pasien katarak menceritakan riwayat klinisnya langsung tepat
sasaran. Dalam situasi lain, pasien hanya menyadari adanya gangguan
penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Pada katarak kupuliform
(opasitas sentral) gejala lebih buruk ketika siang hari dan membaik ketika
malam hari. Pada katarak kuneiform (opasitas perifer) gejala lebih buruk
ketika malam hari.
6. Myopic shift
Seiring dengan perkembangan katarak, dapat terjadi peningkatan dioptri
kekuatan lensa, yang pada umumnya menyebabkan miopia ringan atau
sedang. Umumnya, pematangan katarak nuklear ditandai dengan kembalinya
penglihatan dekat oleh karena meningkatnya miopia akibat kekuatan
refraktif lensa nuklear sklerotik yang menguat, sehingga kacamata baca atau
bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut ”second sight”. Akan
tetapi, seiring dengan penurunan kualitas optikal lensa, kemampuan tersebut
akhirnya hilang.
D. Penatalaksanaan
a. Tindakan non-bedah:
1. Pengobatan dari penyebab katarak: Penyebab katarak harus dicari,
karena apabila penyakit tersebut dapat ditemui dan diobati seringkali
memberhentikan progresi dari penyakit tersebut, contohnya adalah:
- Kontrol gula darah pada pasien DM
- Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid

17
- Pengobatan uveitis untuk mencegah komplikasi
2. Memperlambat progresi : penggunaan yodium, kalsium, kalium, vitamin
E dan aspirin dihubungkan dengan perlambatan dari kataraktogenesis.
3. Meningkatkan penglihatan pada katarak insipien dan imatur dengan:
- Refraksi
- Pencahayaan: Pada opasitas sentral menggunakan penerangan yang
terang. Pada opasitas perifer menggunakan penerangan yang sedikit
redup.
4. Pengunaan kacamata hitam ketika beraktifitas diluar ruangan pada
pasien dengan opasitas sentral
5. Midriatikum pada pasien dengan katarak aksial yang kecil.
b. Pembedahan Katarak Senilis
1. Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE)
Pada teknik ini, keseluruhan lensa katarak dan kapsulnya diangkat.
Zonula yang lemah dan terdegenerasi merupakan syarat dari operasi ini.
Karena hal ini, teknik ini tidak bisa dilakukan pada pasien yang muda
karena zonula yang kuat. Pada usia 40-50 tahun, digunakan enzim
alphachymotrypsin yang melemahkan zonula.
Indikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE)
Pada teknik ini, bagian besar dari kapsula anterior dan epitel, nukleus
dan korteks diangkat; kapsula posterior ditinggalkan sebagai penyangga
lensa implant.
Indikasi: Operasi katarak pada anak-anak dan dewasa.
Kontraindikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.
3. Fakoemulsifikasi
Pembedahan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan
nukleus yang kemudian diaspirasi melalui insisi 2.5-3 mm, dan
kemudian dimasukan lensa intraokular yang dapat dilipat. Keuntungan
yang didapat ialah pemulihan visus lebih cepat, induksi astigmatis akibat
operasi minimal, komplikasi dan inflamasi pasca bedah minimal.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. Anshan publishers 2007.


2. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. 4th 3 rev. ed. Badan penerbit FKUI. 2013.
3. Riordan-eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury general ophthalmology. 18th ed.
McGraw-Hill Professional. 2011.
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: systemic approach. 7th ed.
Saunders.2012
5. American Academy of Opthalmology. 2011. Glaucoma Basic and Clinical Science
Course. San Fransisco.

19

Anda mungkin juga menyukai