Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Bedah
RSUD Dr. Loekmono Hadi Kudus
Disusun oleh:
Gindy Aulia Mustikasari
30101206632
Pembimbing:
dr. Djoko Heru, Sp.M
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. Rika Yulia Puspita
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jati Wetan, Kudus
Pekerjaan : Pegawai Swasta
No. RM : 752666
Tanggal Pemeriksaan : Rabu, 8 Maret 2017
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Pandangan kedua mata kabur saat melihat jauh
A. STATUS PRESENT
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 kali/ menit
Suhu : 36,5 0C
Respiration Rate (RR) : 20 x / menit
Status Gizi : baik
B. STATUS OFTALMOLOGI
6. Fissura palpebral + 10 mm + 10 mm
Objektif
ortoforia Ortoforia
PERGERAKAN BOLA
MATA
PEMERIKSAAN OD OS
EKSTERNAL
PALPEBRA SUPERIOR Edema (–), hiperemis (-) Edema (–), hiperemis (-)
PALPEBRA INFERIOR Edema (–), hiperemis (-) Edema (–), hiperemis (-)
MARGO PALPEBRA DAN Ektopion (-), ektropion (-) Ektopion (-), ektropion (-)
SILIA
Sekret (-), trikiasis (-) Sekret (-), trikiasis (-)
KONJUNGTIVA TARSALIS Folikel (-), papil (-) Folikel (-), papil (-)
SUPERIOR
KONJUNGTIVA TARSALIS Folikel (-), papil (-) Folikel (-), papil (-)
INFERIOR
KONJUNGTIVA BULBI Injeksi siliaris (-), injeksi Injeksi siliaris (-), injeksi konjungtiva
konjungtiva (-) (-)
PUPIL
- DIAMETER 3 mm 3 mm
- REFLEKS CAHAYA
- Direct
- Konsekuil
+ +
+ +
PEMERIKSAAN SLIT OD OS
LAMP
TONOMETRI
VII. TERAPI
Promotif
Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan
Menjelaskan tentang penyakit yang diderita
Menjelaskan tentang efek samping atau komplikasi dari penyakit dan
cara mencegahnya
Pasien harus diberi informasi untuk selalu menjaga agar mata
mendapatkan istirahat yang cukup. Jika melakukan suatu aktivitas yang
mengaharuskan mata melakukan fokus secara kuat (seperti mengemudi,
membaca atau melakukan aktivitas yang dilakukan dengan posisi mata
dekat dengan objek), maka mata harus diistirahatkan dari aktivitas setiap
sekitar 30-60 menit.
Preventif
kontrol mata secara rutin
Membaca dengan pencahayaan yang cukup
Menghindari membaca sambil tiduran
Kacamata harus terus dipakai
Medikamentosa
Cendo Lyteers ED fl 1
S 3 dd gtt I ODS
Non medikamentosa
Pemberian kacamata
OD S– 2,75 C-3/4 A 130 6,75
OS S -2,25 C 1,25 60 6,75
VIII. PROGNOSIS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelainan Refraksi
Kelainan refraksi adalah keadaan di mana bayangan tegas tidak terbentuk pada retina
(macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada
mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Pada mata normal, kornea dan
lensa akan membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina.
Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjang bola
mata. Pada kelainan refraksi , sinar dibiaskan di depan atau di belakang macula
lutea.
Ametropia adalah keadaan di mana pembiasan mata dengan panjang bola mata yang
tidak seimbang. Ametropia dapat disebabkan kelengkungan kornea atau lensa yang tidak
normal (ametropia kurvatur) atau indeks bias abnormal di dalam mata (ametropia
indeks). Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia, hipermetropia, dan
1. Ametropia aksial
Ametropia yang terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih panjang atau lebih pendek
sehingga bayangan benda difokuskan di depan atau di belakang retina. Pada miopia
aksial fokus akan terletak di depan retina karena bola mata lebih panjang dan pada
2. Ametropia refraktif
Ametropia akibat kelainan sistem pembiasan sinar di dalam mata. Bila daya bias kuat,
maka bayangan benda terletak di depan retina (miopia) atau bila daya bias kurang maka
3. Ametropia kurvatura
Ametropia yang terjadi karena kecembungan kornea atau lensa yang tidak normal. Pada
Sedangkan pada hipermetropia kurvatura lensa dan kornea lebih kecil dari kondisi
normal.
Kelainan refraksi bisa diketahui dengan melakukan pemeriksaan tajam penglihatan atau
visus.
1. ASTIGMATISMA
Astigmatisma adalah suatu keadaan di mana sinar yang masuk ke mata tidak difokuskan
a. Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur.Media refrakta
yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea, yaitu mencapai
80% s/d 90% dari astigmatisma,sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin.
Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan
lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan kongenital, kecelakaan, luka atau
b. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa. Semakin bertambah
umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin jugasemakin berkurang dan
lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan
astigmatisma.
Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisma dibagi sebagai berikut:
1) Astigmatisma Reguler
Didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang yang saling tegak
lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat
dari pada bidang yang lain.Astigmatisma jenis ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris yang
tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika tidak disertai dengan
Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisma regular ini dibagi menjadi
3 golongan, yaitu:
1. Astigmatisma with the rule, yakni bila meridian vertikal lebih curam, koreksi silinder plus
pada axis 90o (vertical) atau koreksi silinder minus pada axis 180o.
2. Astigmatisma against the rule, yakni bila meridian horisontal lebih curam, koreksi silinder
plus pada axis 180o atau koreksi silinder minus pada axis 90o.
3. Astigmatisma oblique, yakni astigmatisma reguler yang meridian utamanya tidak pada 90o
atau 180o.
Berdasarkan letak titik vertikal atau horizontal pada retina astigmatisma regular
diklasifikasikan menjadi :
Astigmatisma jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada tepat
pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias terkuat sedangkan titik B
Astigmatisma jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B di belakang
retina.
Gambar 2. Astigmatisma hipemetropia simpleks
Astigmatisma jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di antara
Astigmatisma jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A berada di
4. Astigmatisma Mixtus
Astigmatisma jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di
belakang retina.
2) Astigmatisma ireguler
Terjadi akibat adanya iregularitas pada bidang median curvatura sehingga tidak ada satupun
bentuk geometri yang dianut. Sebagai contoh, terjadi akibat sikatrik kornea.
Kelainan astigmatisme dapat dikoreksi dengan lensa silindris, sering kali dikombinasi
dengan lensa sferis. Karena otak mampu beradaptasi terhadap distorsi penglihatan yang
disebabkan oleh astigmatisme yang tidak terkoreksi, kacamata baru yang memperbaiki kelainan
2. MIOPIA
2.1 DEFINISI
Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata tanpa
akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh
tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada badan kaca,
ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen,membentuk lingkaran
Pasien dengan miopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling dan
celah kelopak yang sempit. Seseorang miopia mempunyai kebiasaan mengernyitkan matanya
untuk mencegah aberasi sferis atau unutk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil). Pasien
miopia mempunyai punctum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau
berkedudukan konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat
2.2 KLASIFIKASI
1. Miopia Aksial
Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada orang
dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter anteroposterior bola
2. Miopia Refraktif
Bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada katarak
intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat.
b. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina
dan kebutaan. Miopia maligna biasanya bila mopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada
fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak
Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada fundus okuli sepertimiopik kresen
yaitu bercak atrofi koroid yang berbentuk bulan sabit pada bagian temporal yang berwarna putih
keabu-abuan kadang-kadang bercak atrofi ini mengelilingi papil yang disebut annular patch.
Dijumpai degenerasi dari retina berupa kelompok pigmen yang tidak merata menyerupai kulit
harimau yang disebut fundus tigroid, degenerasi makula, degenerasi retina bagian perifer
(degenerasi latis).
Degenerasi latis adalah degenerasi vitroretina herediter yang paling sering dijumpai, berupa
penipisan retina berbentuk bundar, oval atau linear, disertai pigmentasi, garis putih bercabang-
cabang dan bintik kuning keputihan. Degenerasi latis lebih sering dijumpai pada mata miopia
dan sering disertai ablasio retina, yang terjadi hampir 1/3 pasien dengan ablasio retina.
a. Miopia simpleks
Ini lebih sering daripada tipe lainnya dan dicirikan dengan mata yang terlalu panjang untuk
tenaga optiknya (yang ditentukan dengan kornea dan lensa) atau optik yang terlalu kuat
b. Miopia nokturnal
Ini merupakan keadaan dimana mata mempunyai kesulitan untuk melihat pada area dengan
c. Pseudomiopia
Terganggunya penglihatan jauh yang diakibatkan oleh spasme otot siliar.
Terjadi karena terkena bahan farmasi, peningkatan level gula darah, sklerosis nukleus atau
c. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi ).
1. Miopia simpleks :
a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar.
b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai
kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.
2. Miopia patologik :
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks Gambaran yang
1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi yang
terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang
ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia
2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih pucat
yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran papil
sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak
teratur
5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat
penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.
Gambar 3. Fundus Tigroid
2.4.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk mendiagnosis miopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan pada mata,
1. Refraksi Subjektif
Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan rekraksi subjektif, metode yang
digunakan adalah dengan metode “trial and error”. Jarak pemeriksaan 6 meter dengan
2. Refraksi Objektif
Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja sferis +2.00 D pemeriksa mengamati
refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against
movement).
3. Autorefraktometer
Yaitu menentukan miopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan komputer.
2.5. PENATALAKSANAAN
a. Lensa Kacamata
Kacamata masih merupakan yang paling aman untuk memperbaiki refraksi. Untuk
mengurangi aberasi nonkromatik, lensa dibuat dalam bentuk meniskus (kurva terkoreksi) dan
b. Lensa Kontak
Lensa kontak pertama merupakan lensa sklera kaca yang berisi cairan. Lensa ini sulit
dipakai untuk jangka panjang serta menyebabkan edema kornea dan rasa tidak enak pada mata.
Lensa kornea keras, yang terbuat dari polimetilmetakrilat, merupakan lensa kontak pertama
yang benar-benar berhasil dan diterima secara luas sebagai pengganti kacamata. Pengembangan
selanjutnya antara lain adalah lensa kaku yang permeabel udara., yang terbuat dari asetat butirat
selulosa, silikon, atau berbagai polimer plastik dan silikon; dan lensa kontak lunak, yang terbuat
dari beragam plastik hidrogel; semuanya memberikan kenyamanan yang lebih baik, tetapi risiko
mengubah kelengkungan permukaan anterior mata. Daya refraksi total merupakan daya yang
ditimbulkan oleh kelengkungan belakang lensa (kelengkungan dasar) bersamsa dengan daya
lensa sebenarnya yang disebabkan oleh perbedaan kelengkungan antara depan dan belakang.
Hanya yang kedua yang bergantung pada indeks refraksi bahan lensa kontak. Lensa keras dan
Lensa kontak lunak, terutama bentuk-bentuk yang lebih lentur, mengadopsi bentuk
kornea pasien. Dengan demikian, daya refraksinya hanya terdapat pada perbedaan antara
kelengkungan depan dan belakang, dan lensa ini hanya sedikit mengoreksi astigmatisme kornea,
kecuali bila disertai koreksi silindris untuk membuat suatu lensa torus.
a. Bedah Keratorefraktif
permukaan anterior mata. Efek refraktif yang diinginkan secara umum diperoleh dari hasil
empiris tindakan-tindakan serupa pada pasien lain dan bukan didasarkan pada perhitungan optis
maternatis.
b. Lensa Intraokular
Penanaman lensa intraokular (IOL) telah menjadi metode pilihan untuk koreksi kelainan
refraksi pada afakia. Tersedia sejumlah rancangan, termasuk lensa lipat, yang terbuat dari
plastik hidrogel, yang dapat disisipkan ke dalam mata melalui suatu insisi kecil; dan lensa kaku,
yang paling sering terdiri atas suatu optik yang terbuat dari polimetilmetakrilat dan lengkungan
(haptik) yang terbuat dari bahan yang sama atau polipropilen. Posisi paling aman bagi lensa
intraokular adalah didalam kantung kapsul yang utuh setelah pembedahan ekstrakapsular.4,5
Ekstaksi lensa non-katarak telah dianjurkan untuk koreksi refraktif miopia sedang
sampai tinggi; hasil tindakan ini tidak kalah memuaskan dengan yang dicapai oleh bedah
2.6.KOMPLIKASI
Komplikasi lebih sering terjadi pada miopia tinggi. Komplikasi yang dapat terjadi berupa :
- Degenerasi miopik pada retina dan koroid. Retina lebih tipis sehingga terdapat risiko
- Ablasi retina
2.7.PROGNOSIS
Prognosis miopia sederhana adalah sangat baik. Pasien miopia sederhana yang telah
dikoreksi miopianya dapat melihat objek jauh dengan lebih baik. Prognosis yang didapat sesuai
dengan derajat keparahannya. Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah
terjadinya ablasi retina dan juling. Juling biasanya esotropia akibat mata berkonvergensi terus-
menerus. Bila terdapat juling keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat
ambliopia.
Gambar 2. Pinhole