Anda di halaman 1dari 8

Mekanisme Ledakan

Dalam istilah kimia, reaksi peledakan ini dikenal dengan nama reaksi eksplosif. Reaksi
eksplosif merupakan reaksi kimia yang berlangsung sangat cepat dan berlangsung dalam
waktu sangat singkat. Reaksi eksplosif ini akan membebaskan sejumlah energi yang sangat
besar. Dalam skala yang besar, reaksi ini mampu menghancurkan benda-benda yang berada
dalam radius daya ledaknya. Reaksi inilah yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan
ledakan bom. Reaksi peledakan ini biasanya berlangsung dengan adanya katalis. Katalis
inilah yang menyebabkan suatu reaksi kimia berlangsung dengan cepat. Katalis adalah suatu
zat yang dapat meningkatkan kecepatan reaksi tanpa memodifikasi perubahan energi gibbs
standar dari suatu reaksi. Platina merupakan salah satu contoh katalis yang digunakan untuk
mempercepat terjadinya reaksi antara hidrogen dan oksigen dalam fasa gas. Dari reaksi ini
dapat menyebabkan ledakan.
Dari beberapa literatur, diketahui bahwa katalis dapat menghasilkan atom hidrogen
dari molekul hidrogen dan atom ini akan menyebabkan terjadinya reaksi rantai yang sangat
cepat. Di samping katalis, reaksi peledakan juga bisa terjadi jika ada nyala api, seperti nyala
dari korek api, dan sebagainya. Nyala api ini dapat menjadi pemicu terbentuknya radikal
bebas. Dalam suatu mekanisme reaksi, radikal bebas ini dapat menyebabkan reaksi
bercabang yang menghasilkan lebih dari satu radikal. Jika reaksi radikal ini terjadi dalam
jumlah yang banyak, maka jumlah radikal bebas dalam suatu reaksi akan meningkat.
Akhirnya reaksi akan berlangsung sangat cepat dan akan dibebaskan energi yang sangat
besar. Selanjutnya terjadilah ledakan.
Secara garis besar, peledakan bom adalah transformasi kimia cepat dari padat atau cair
menjadi gas. Gas berekspansi radial luar sebagai gelombang ledakan bertekanan tinggi yang
melebihi kecepatan suara. Udara sangat padat di tepi terkemuka gelombang ledakan
menciptakan sebuah front shock.
Bahan peledak energi tinggi menghasilkan sebuah gelombang kejut supersonik
tekanan tinggi. Tekanan ini ditransmisi melalui medium di sekitarnya (udara, air, dan tanah)
membentuk blast wave. Blast wave mempunyai 3 gambaran :
1. Fase positif
Pada fase positif, terdapat peningkatan yang cepat dari tekanan dalam gelombang sesuai
dengan besarnya ledakan. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan udara lingkungan
yang menyebar secara radial dengan kecepatan yang kurang lebih sama dengan kecepatan
suara, yaitu sekitar 3000-8000 meter per detik. Overpressure ini disebabkan oleh
kompresi udara di depan gelombang ledakan yang mengakibatkan pemanasan dan
percepatan molekul udara. Tekanan ini mengeluarkan tenaga yang luar biasa pada objek
dan manusia. Gelombang ini kehilangan tekanan dan kecepatannya sesuai dengan jarak
dari sumber ledakan. Besarnya tekanan puncak pada fase positif serta lamanya fase
positif ini berperan penting dalam keparahan cedera. Sebaliknya, kedua variabel ini
sendiri ditentukan oleh jenis dan jumlah bahan peledak serta lokasi terjadinya ledakan,
apakah berlangsung dalam ruangan atau di ruang terbuka. Cedera yang diakibatkan oleh
peningkatan tekanan ini disebut cedera ledakan primer (primary blast injuries).
2. Fase negatif
Pada fase negatif (fase vakum), terjadi penurunan tekanan di bawah tekanan udara
lingkungan. Hal ini mengakibatkan terhisapnya objek, seperti jendela-jendela tertarik ke
luar. Efek fase negatif ledakan terhadap tubuh manusia ternyata mirip dengan cedera
primer yang ditimbulkan fase positif ledakan.
3. Mass movement of air (blast wind) dan kemudian kembali normal.
Blast wind terjadi akibat udara dalam volume besar bergeser akibat gas yang dihasilkan
ledakan. Blast wave kemudian menghilang dan kemudian kembali ke tekanan atmosfer
normal. Dalam ruang tertutup, gambaran gelombang ledakan berbeda. Ini diakibatkan
oleh refleksi gelombang pada dinding dan objek-objek di sekitarnya. Terjadi puncak
tekanan yang diikuti oleh beberapa puncak tekanan yang lebih kecil. Puncak-puncak kecil
tekanan ini menambah kekuatan overpressure yang terjadi. Oleh karena itu, cedera yang
terjadi pada ruang tertutup lebih disebabkan oleh perubahan tekanan yang terjadi selama
waktu tertentu daripada puncak overpressure maksimum saja.
Gambar ## Diagram Gelombang Ledakan dan Komponen Terkait.

Kecepatan dari gelombang ledakan di udara mungkin sangat tinggi, tergantung pada
jenis dan jumlah bahan peledak yang digunakan. Seseorang yang berada di jalur ledakan
tidak hanya terkena tekanan dari barotrauma, melainkan juga tekanan dari udara
berkecepatan tinggi tepat setelah kejutan dari gelombang ledakan. Besarnya kerusakan
akibat gelombang ledakan tergantung pada: 1) puncak gelombang tekanan positif yang awal
(mengingat bahwa tekanan antara 60-80 PSI atau 414-552 kPa berpotensi mematikan), 2)
durasi tekanan, 3) media di mana ia meledak, 4) jarak dari kejadian gelombang ledakan; dan
5) tingkat fokus dalam kaitan area terbatas atau dinding. Sebagai contoh, ledakan di dekat
atau dalam permukaan bendapadat keras menjadi diperkuat 2-9 kali karena refleksi
gelombang kejut. Akibatnya, individu diantara ledakan dan bangunan umumnya menderita
dua sampai tiga kali derajat cedera dibandingkan dengan yang ada di ruang terbuka.

Klasifikasi Trauma Ledakan


Empat mekanisme dasar cedera ledakan ini disebut sebagai primer, sekunder, tersier,
dan kuaterner. "Blast Wave" (primer) mengacu pada impuls-tekanan intens dibuat oleh
diledakkan HE. Blast injury yang ditandai dengan perubahan anatomis dan fisiologis dari
angkatan atas-tekanan secara langsung atau reflektif mempengaruhi permukaan tubuh.
"Ledakan gelombang HE" (komponen overpressure) harus dibedakan dari "angin ledakan"
(aliran udara paksa super-dipanaskan).
a. Trauma Ledakan Primer
Cedera ledakan secara langsung disebabkan oleh barotrauma yang biasanya terjadi karena
udara memasuki organ-organ, sehingga mengalami kerusakan oleh tekanan dinamik di
jaringan, tetapi tergantung dari lokasi ledakan. Ruptur dari membran timpani, kerusakan
paru dan emboli udara, dan ruptur organ dalam adalah penyebab primer dari blast injury
(luka ledakan). Membran timpani adalah struktur yang memiliki tehanan yang paling
rendah terhadap tekanan dari ledakan. Gendang telinga dapat menahan efek dari ledakan.
Peningkatan tekanan 5 Psi di atas tekanan atmosfer dapat menyebabkan rupturnya
gendang telinga, yang bermanifestasi pada ketulian, tinnitus dan vertigo. Apabila tekanan
dinamik tinggi, maka ossikula dari telinga tengah dapat terlepas. Gangguan karena
trauma dapat menyebabkan tuli permanen. Ruptur membran timpani adalah komplikasi
dari blast injury (luka ledakan). Beberapa pasien mengalami kerusakan paru tetapi
membran timpaninya tidak ruptur. Pada primary injury terjadi perforasi gendang telinga.
Organ lain yang mengalami kelainan setelah kecelakaan ledakan adalah mata & luka
bakar pada tubuh.
Paru adalah organ kedua yang mudah mengalami cedera akibat Primer Blast Injury,
akibat perbedaan tekanan antara alveolar-capillary disebabkan oleh Hemothorax,
Pneumothorax, Pneumomediastinum, & Subcutaneus emphysema. Perhatian ini timbul
dari tekanan yang bersumber dari gelombang ledakan. Oleh karena itu tidak
mengherankan bila ditemukan pembesaran jantung atau emboli udara pada pasien yang
menderita Primary Blast Injury yang sering menyebabkan kematian. Cedera pada paru
setelah ledakan digambarkan sebagai kombinasi gejala paru yang disebabkan oleh
paparan gelombang yang dihasilkan oleh ledakan. Biasanya cedera ledakan pada paru
terjadi kira-kira 1-10%. Cedera pada paru setelah terjadi ledakan dapat digambarkan
sebagai ”Acute Respiratory Distress” dengan gejala sesak, bradikardi, hipotensi. Pasien
kemungkinan menderita hipoxemia, hemoptysis, & dapat diintubasi endotracheal. Cedera
pada paru setelah ledakan dapat di identifikasi dengan foto thorax di rumah sakit terdekat.
Colon adalah organ viscera yang sering terkena akibat Primary Blast Injury berupa ruptur
colon yang disebabkan oleh Ischemik Mesenterik. Selain itu Primary Blast Injury juga
dapat menyebabkan perdarahan dari hati, lien, ginjal, selain itu dapat menyebabkan ruptur
bola mata, & serous retinitis.
b. Trauma Ledakan Sekunder
Banyaknya ledakan yang berisi metalik atau fragmen lainnya yang dapat menyebabkan
luka penetrasi yang berakibat timbulnya kematian. Suatu ledakan dapat menghamburkan
bermacam-macam benda di sekitarnya (paku, logam, kaca, kayu, dll) disebabkan oleh
tekanan yang dihasilkan oleh angin & mengenai korban. Rata-rata debu & kotoran yang
berasal dari tanah atau lumpur dapat meninggalkan karakteristik yang sama berupa warna
kehitam-hitaman pada kulit.
c. Trauma Ledakan Tersier
Trauma ledakan tersier merupakan hasil dari displasement pada pasien oleh angin
ledakan. Kadang pasien sampai terlempar hingga ke tanah, sehingga dapat terjadi abrasi,
kontusi & cedera tumpul. Biasanya pasien terlempar ke udara. Trauma ledakan tersier
terjadi pada tahun 1995 di kota Oklahoma yang mendapat serangan bom, dimana 135
orang dilaporkan terlempar akibat tekanan yang berasal dari ledakan & mengenai objek di
sekitarnya. Ledakan yang menimbulkan kolaps dari dinding pembuluh darah yang bisa
menyebabkan kematian akibat trauma yang luas. Crush syndrome dapat menyebabkan
colaps karena kerusakan jaringan otot & pelepasan myoglobin, potassium, & phosphate.
Selain itu Crush Syndrom dapat menyebabkan gagal ginjal karena retensi potassium yang
berlebih dapat menyebabkan kerusakan otot. Oleh karena itu di butuhkan pengobatan
yang tepat dengan melakukan hidrolisis & Alkalization. Sindrom kompartemen dapat
terjadi karena penyakit dekompresi disertai dengan gejala pembengkakan otot, iskemik,
penurunan perfusi jaringan. Kompartemen syndrome dapat menyebabkan kematian
jaringan. Kompartemen syndrome biasanya terjadi pada extremitas. Tertiary blast Injury
juga terjadi pada orang yang mengalami luka karena ledakan yang mengakibatkan
fraktur, cedera otot terbuka atau tertutup.
d. Trauma Ledakan kuarterner
Trauma ledakan kuartener disebut juga Miscellaneous Injuries yang disebabkan oleh
kecelakaan akibat ledakan atau karena penyakit. Quarternar Blast Injuries meliputi
komplikasi dari kondisi yang ditemukan. Contohnya dapat terjadi pada wanita hamil atau
pada pasien yang mengkomsumsi anticoagulant. Quarternary Injuries meliputi luka
bakar (kimia), keracunan, radiasi, Asfiksia ( berupa CO atau sianida, asbes). Quarternar
Blast Injuries bisa juga disebabkan oleh bom. Trauma ledakan kuarterner disebabkan dari
bermacam-macam dampak dari ledakan, termasuk luka bakar kimia, debu yang
mengandung racun & terhirup, paparan radiasi, terkena reruntuhan gedung. Fase ini dapat
terjadi dalam periode yang panjang, contohnya Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Luka bakar kimia atau terhirupnya debu yang mengandung racun dapat berasal dari racun
yang dikandung oleh bahan-bahan ledakan atau dari material-material setelah terjadi
ledakan.
Cedera Kuarter merupakan ke semua jenis cedera selain dari kalsifikasi luka primer,
sekunder dan tersier. Yang termasuk dalam tipe cedera kuarter yakni luka bakar, luka
remuk, dan cedera pernapasan. Gangguan psikologis akut dan kronik sering dijumpai
pada korban-korban ledakan bom. Api yang dihasilkan akibat ledakan dapat
mengakibatkan luka bakar karena temperatur gas dapat mecapai 3000o C. Derajat luka
bakar ditentukan oleh besarnya peningkatan temperatur dan lama terjadinya peningkatan
ini1. Luka bakar yang terjadi akibat ledakan pada ruang tertutup mempunyai luas yang
lebih besar. Prevalensi luka bakar pada trauma ledakan sangat bervariasi. Beberapa
kepustakaan menyebutkan luka bakar jarang ditemukan pada orang yang selamat. Di
Israel, prevalensi sekitar 30% dari orang-orang yang selamat. Umumnya luka bakar yang
terjadi superfisial dengan lokasi yang terekspos. Luka bakar yang berat (derajat 3) terjadi
pada korban-korban yang berada dekat dengan sumber ledakan, seperti pada pasien
pertama. Luka bakar pada traktus respiratorius atas jarang ditemukan.
Tabel ##. Mekanisme Cedera ledakan

Bagian Tubuh
Kategori Karakteristik Jenis Cedera
Terkena
Primary Unik untuk HE, hasil dari Struktur diisi gas  Blast lung (pulmonary
dampak gelombang terutama paru- barotrauma)
selama tekanan dengan paru, saluran  Membran timpani pecah dan
permukaan tubuh. pencernaan, dan merusak telinga bagian tengah
telinga bagian  Abdomen perdarahan dan
perforasi - Globe (mata) pecah-
tengah.
Konkusi (TBI tanpa tanda-
tanda fisik dari cedera kepala)
Secondary Hasil dari terbang puing- Setiap bagian  Menembus balistik
puing dan pecahan bom. tubuh yang (fragmentasi) atau cedera
mungkin akan tumpul
terpengaruh.  penetrasi mata (bisa terjadi)

Tertiary Hasil dari individu yang Setiap bagian  Fraktur dan trauma amputasi
dilemparkan oleh angin tubuh yang  Cedera otak tertutup dan
ledakan. mungkin akan terbuka
terpengaruh.

Quaternar Semua ledakan yang Setiap bagian  Burns (flash, parsial, dan
y berhubungan dengan tubuh yang ketebalan penuh)
cedera, penyakit, atau mungkin akan  Crush
penyakit bukan karena terpengaruh.  cedera otak tertutup dan
primer, sekunder, atau terbuka
 Asma, PPOK, atau masalah
tersier mekanisme.
pernapasan lainnya dari debu,
Termasuk eksaserbasi atau asap, atau asap beracun
komplikasi dari kondisi  Angina
yang ada.  Hiperglikemia,hipertensi
DAFTAR PUSTAKA

Centers for Disease Control and Prevention. Explosions and Blast Injuries: A Primer for
Clinicians. Updates January 20, 2016. Available on:
http://www.bt.cdc.gov/masscasualties/explosions.asp
Diah, E. Trauma Ledakan. [cited Jan, 20th 2016]. Avalaible from URL http://www.localhost.com.
Elsayed NM. Toxicology of Blast Overpressure. Toxicology 1997; 121: 1-15.
Guy RJ, Glover MA, Cripps NPJ. The Pathophysiology of Primary Blast Injury and Its
Implication for Treatment. Part I: The Thorax. J R Nav Med Serv 1998; 84; 2: 79-86.
Khurana, P. and JSDalal, Bomb Blasts Injuries. J Punjab Acad Forensic Med Toxicol, 2011. 11:
p. 37-9.
Lemonick, D.M., Bombings and Blast Injuries: A Primer for Physicians. American Journal of
Clinical Medicine, 2011. 8: p. 134-140.
Mayorga MA. The Pathology of Primary Blast Overpressure Injury. Toxicology 1997; 121: 17-
28.
Mellor SG. The Relationship of Blast Loading to Death and Injury from Explosion. World J Surg
1992; 16: 893-898.
Saputra, YE. Mekanisme Ledakan Bom. 20 Januari 2016. www.chemistry.org.
Subijanto HW, Pusponegoro AD, Hertian S. Efek Trauma Ledakan Terhadap Organ Intra Toraks
dan Abdomen, Juli 1990.
Tamiri T. Seigel J, Knupfer G, eds. Explosions in Encyclopedia of Forensic Science, Three
Volume Set. 2000: Academic Press; p. 732-734, 761-767.

Anda mungkin juga menyukai