Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

KASUS KORBAN TRAUMA LEDAKAN DI RUMAH SAKIT UMUM DR. SAIFUL


ANWAR MALANG PERIODE 2010 - 2015

Disusun Oleh :
Rahmanda Taqwa
Priyobudi Utomo
Irsyad Robani W
Ach. Fahrur Rozi Mukti

105070100111075
105070107111030
105070106111007
105070107121018

Pembimbing:
dr. Etty Kurnia, Sp.F

LABORATORIUM/SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
RUMAH SAKIT UMUM DR. SAIFUL ANWAR
MALANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Luka ledakan adalah luka yang disebabkan oleh berada di dekat ledakan.
Jenis luka yang paling sering dilihat oleh dokter militer, meskipun mereka juga
dapat terjadi dalam pengaturan sipil sebagai akibat dari kecelakaan industri dan
tindak terorirme (Diah E, 2011).
Blast injury atau trauma ledakan yang menimpa tubuh manusia bukan
merupakan hal yang baru. Kasus trauma ledakan yang terjadi pada masyarakat
sipil terus meningkat pada dua dekade belakangan dan terbanyak diakibatkan
oleh serangan teroris. Trauma ledakan ini dapat mengancam jiwa karena
menyebabkan kerusakan organ yang multipel terutama paru dan sistem saraf
pusat. Selain itu, Ledakan dapat menghasilkan pola luka klasik dari mekanisme
tumpul dan penetrasi ke beberapa sistem organ. Hasil otopsi terhadap semua
korban yang meninggal ditemukan cedera pada toraks, abdomen, otak, dan
vertebra. Kerusakan organ toraks berupa sobekan paru dan jantung ditemukan
pada 4 korban. Perdarahan parenkim paru yang disertai sobekan paru ditemukan
pada 2 korban. Cedera pada abdomen yang ditemukan adalah perforasi usus
multipel, hematoma usus, ruptur hepar, dan limpa. Sedangkan cedera pada otak
berupa sobekan otak, fraktur tulang temporal kominutif, dan kontusio jaringan
otak. Fraktur kominutif korpus vertebra servikal ditemukan pada satu orang. Pada
semua hasil otopsi didapatkan pecahan granat baik di otak, rongga toraks
maupun rongga abdomen. (Khurana and Dalal, 2011).
Pola kerusakan saat kejadian dapat sebagai akibat adanya komposisi
produk atau material yag terkandung di dalamnya, lingkungan sekitar, metode
pelepasan (jika bom), jarak antara korban dan ledakan, dan keterlibatan
beberapa bahan beresiko disekitarnya (CDC, 2000).
Berdasarkan peningkatan kasus Blast Injury dewasa ini, pentingnya
penanganan yang tepat pada korban blast injury serta sulitnya tantangan dalam
proses identifikasi terutama bila korban berjumlah banyak dan mengalami luka
yang cukup serius, maka penulis mengharapkan dengan makalah ini dapat
menambah pengetahuan pembaca mengenai definisi, klasifikasi, patofisologi,

gejala klinis, pemeriksaan penunjang, identifikasi dan penatalaksanaan kasus


trauma ledakan.
1.2 Permasalahan
1.2.1 Bagaimanakah identifikasi kasus trauma ledakan forensik pada korban
trauma ledakan?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1

Untuk mengetahui identifikasi kasus trauma ledakan forensik pada korban


trauma ledakan pada periode 2010 - 2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi Blast Injury


Blast injury atau trauma ledakan adalah trauma yang disebabkan oleh

gelombang overpressure atau gelombang kejut akibat ledakan bom. Ledakan ini
dapat menyebabkan pola luka yang kompleks dan jarang terlihat di luar medan
tempur. Luka pasca ledakan yang sering ditemukan adalah luka akibat trauma
tumpul dan tajam. Salah satu sebab kematian pada korban bom dan ledakan
adalah ledakan paru (blast lung). Ledakan di ruang tertutup seperti bangunan
atau mobil serta ledakan yang menyebabkan struktur bangunan runtuh
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas yang lebih besar (CDC, 2000).
2.2

Klasifikasi Blast Injury


Blast injury dibagi dalam 4 kategori:
a. Primary Injuries
Cedera primer disebabkan oleh gelombang ledakan overpressure
atau gelombang kejut. Cedera ini sangat mungkin terjadi ketika korban
berada dekat dengan sumber ledakan, seperti ranjau darat. Telinga adalah
organ yang paling sering terpengaruh oleh gelombang kejut, diikuti oleh
paru-paru dan organ-organ berongga dari saluran pencernaan. Cedera
gastrointestinal dapat terjadi beberapa jam setelah kejadian atau bahkan
berhari-hari setelahnya. Keparahan cedera ini bergantung pada paparan
tekanan dan durasi. Semakin tinggi paparan tekanan atau durasi, tingkat
keparahan cedera juga akan meningkat.
Secara umum cedera ledakan primer ditandai oleh adanya luka
eksternal, sehingga luka internal sering tidak diperiksa dan keparahannya
kurang diperhatikan. Menurut hasil penelitian terbaru keparahan dan jenis
luka tidak hanya tergantung pada puncak gelombang kejut, tetapi juga
berdasarkan parameter lain seperti jumlah gelombang kejut, durasi
gelombang kejut, karakteristik gelombang kejut, frekuensi resonansi dan
gelombang elektomagnetika. Ada kesepakatan umum bahwa perbedaan
ledakan, inersia, dan tekanan adalah mekanisme utama yang terlibat
dalam patogenesa cedera ledakan primer. Dengan demikian, mayoritas
4

penelitian sebelumnya berfokus pada mekanisme cedera dalam organ


yang mengandung gas seperti paru-paru, sementara cedera otak primer
yang disebabkan trauma ledakan tetap kurang diperhatikan. Cedera
ledakan pada paru menyebabkan memar paru yang parah, pendarahan
atau pembengkakan pembuluh darah dan kerusakan alveoli, atau
kombinasinya. Ini adalah penyebab paling umum kematian diantara orangorang yang awalnya bertahan hidup setelah terkena ledakan.
b. Secondary injuries
Cedera sekunder adalah cedera yang terjadi akibat pecahan peluru
atau objek lain yang didorong oleh ledakan. Cedera ini dapat mengenai
setiap bagian dari tubuh dan kadang-kadang menyebabkan trauma tembus
dengan pendarahan yang terlihat. Pada saat objek terdorong, objek
tersebut dapat tertanam dalam tubuh, menghalangi hilangnya darah ke
luar, akan tetapi kemungkinan tetap ada perdarahan yang masif didalam
rongga tubuh. Luka ledakan peuru dapat mematikan dan karena itu banyak
bom anti-personel yang dirancang untuk melepaskan pecahan peluru dan
fragmen sebanyak-banyaknya.
Sebagian besar kematian disebabkan oleh cedera sekunder.
Beberapa bahan peledak, seperti bom kuku, yang sengaja dirancang untuk
meningkatkan kemungkinan cedera sekunder. Dalam kasus lain, ledakan
bom menyebabkan terlemparnya bahan-bahan yang berbahaya dari
lingkungan, misalnya pecahan kaca dari jendela atau puing-puing tembok.
c. Tertiary injury
Cedera tersier ini disebabkan kekuatan dinamis dari angin ledakan
itu sendiri yang mengakibatkan terlemparnya tubuh manusia yang
kemudian menabrak dinding atau benda lainnya. Cedera ini terutama
terjadi pada pasien yang dekat dengan sumber ledakan.
Cedera

pada

sistem

muskuloskelatal

sering

dijumpai,

yang

disebabkan oleh energi yang dialirkan melalui tulang atau akibat menabrak
benda stasioner. Pada kasus-kasus berat dapat berupa amputasi avulsif.
d. Quaternaries injuries
Quaternary cedera adalah semua cedera yang tidak termasuk dalam
kategori lainnya. Ini termasuk luka bakar, cedera pengelihatan karena
cahaya terang dan cedera yang menghancurkan pernafasan.
5

Trauma amputasi dapat dengan cepat mengakibatkan kematian, dan


dengan demikian jarang korban bisa selamat, dan sering disertai oleh
cedera lainya yang signifikan. Tingkat cedera pada mata mungkin
tergantung pada jenis ledakan dan cahaya yang dihasilkan. cedera
psikilogis, beberapa diantaranya mungkin disebabkan oleh kerusakan
neurologis yang terjadi dalam ledakan, adalah cedera yang paling umum
dari kategori ini dan post traumatic stress disorder dapat mempengaruhi
orang-orang yang sebelumnya dinyatakan tidak terluka.
2.2.1 Jenis Bahan Peledak
Bahan peledak dapat dikategorikan sebagai bahan peledak highorder(HE) atau bahan peledak low-order (LE). HE menghasilkan gelombang
ledakan supersonic . Contoh

peledak HE antara lain TNT, C-4, semtex,

nitrogliserin, dinamit, dan ammonium nitrat bahan bakar minyak (ANFO). LE


menciptakan gelombang ledakan subsonik. Contoh peledak LE adalah bom pipa,
mesiu, bom molotov. HE dan LE menyebabkan cedera yang berbeda.
Peledak selanjutnya ditandai berdasarkan pembuatannya. Produksi
Pabrik berarti bom produksi masal yang bersandar militer dan teruji kualitas
senjatanya. Improvisasi berarti bom yang diproduksi dalam jumlah kecil tanpa
standar kualitas, atau menggunakan bahan yang semestinya tidak digunakan
untuk bom, seperti menggunakan sebuah pesawat komersial untuk menjadi
rudal. Pihak militer secara eksklusif akan menggunakan bom berbasis HE
dengan kualitas Produksi Pabriki. Terosis akan menggunakan apa pun yang
tersedia, baik yang diperoleh secara illegal atau dengan cara improvisasi dari
bahan lain (juga dikenal sebagai IED) yang mungkin menjadi HE,LE atau
keduanya. Produksi pabrik dan bom rakitan menyebabkan cedera yang sangat
berbeda.
2.3

Mekanisme Blast Injury


Secara umum mekanisme trauma ledakan (Blast Injury) dibagi menjadi 4

yaitu :

Tabel 2.1. Mekanisme Blast Injury


Kategori

Karakteristik

Bagian

tubuh Tipe dari Luka

Primary

yang terkena
Khusus untuk ledakan yang Organ berisi gas

Ledakan

besar (High-order Explosives), sangat

mudah

pada

hasil dari pengaruh gelombang terkena,

seperti

paru

paru-

tekanan udara yang berlebihan paru-paru, saluran

(barotrauma

dengan permukaan tubuh

paru-paru)

cerna, dan telinga


tengah

Ruptur
membran
timpani dan
kerusakan
telinga
tengah

Perforasi
dan
perdarahan
abdomen

Sekunde

Hasil dari objek-objek yang Setiap

melayang

dan

kemudian tubuh

membentur orang disekitar


Tersier

Terjadi

bila

ledakan
kemudian

orang

Ruptur mata

bagian

Gegar otak
Peluru yang

mungkin

terkena

disekitar Setiap

terlempar

dan tubuh

membentur

suatu terkena

objek.

menusuk

bagian
mungkin

Penembusa
n ke mata
Fraktur dan
amputasi
traumatik

Luka

otak

terbuka dan
tertutup

Kuarter

ledakan Setiap

Semua

dihubungkan dengan luka, tubuh


penyakit

atau

bagian
mungkin

bakar

(percikan,

penyakit terkena

parsial, dan

yang tidak disebabkan oleh

Luka

general)

kategori primer, sekunder

Crush injury

atau tersier

Trauma

Termasuk eksaserbasi atau

kepala

komplikasi

terbuka dan

dari

kondisi

yangterjadi.

tertutup

Asma,
COPD atau
masalah
pernapasan
lainnya yang
berasal dari
debu, asap,
atau

gas

beracun

Angina

Hiperglikemi
, hipertensi

Blast Injury Primer

Blast Injury Sekunder

Blast Injury Tersier

2.3.1 Gejala klinis


Berikut ini merupakan gejala-gejala yang dapat diakibatkan oleh Blast
injury ( Trauma ledakan) :
Tabel 2.2 Gejala Klinis Pada Cedera Ledakan
Sistem

Cedera atau Kondisi

Auditori

Membran timpani pecah, gangguan ossicular, kerusakan koklea, asing


tubuh

Mata, Orbita, Berlubang dunia, benda asing, emboli udara, patah tulang
Wajah
Pernafasan

Ledakan paru-paru, hemothorax, pneumotoraks, luka memar paru dan


perdarahan, fistula AV (sumber emboli udara), kerusakan epitel saluran
napas, aspirasi pneumonitis, sepsis

Pencernaan

Perforasi usus, perdarahan, pecah hati atau limpa, sepsis, iskemia


mesenterika dari emboli udara

Peredaran

Jantung memar, infark miokard dari emboli udara, shock, hipotensi

darah

vasovagal, cedera pembuluh darah perifer, emboli udara yang


disebabkan cedera

Cedera SSP

Gegar otak, cedera otak terbuka dan tertutup, stroke, cedera tulang
belakang, emboli udara yang disebabkan cedera

Cedera

Ginjal memar, luka, gagal ginjal akut karena rhabdomyolysis, hipotensi,

ginjal

dan hipovolemia

Cedera

Trauma amputasi, patah tulang, luka menghancurkan, sindrom

ekstremitas

kompartemen, luka bakar, luka, lecet, oklusi arteri akut, emboli udara

yang disebabkan cedera

Tabel 2.4 Tinjauan umum dari luka yang dihubungkan dengan ledakan
Sistem
Pendengaran

Kondisi Luka
Ruptur membrane timpani, pecahnya ossicular, kerusakan

Mata, orbita, wajah


Pernapasan

koklea, benda asing


Perforasi bola mata, benda asing, emboli udara, fraktur
trauma paru, hemotoraks, pneumotoraks, luka memar pada
paru-paru, dan perdarahan, fistel arteri-vena (sumber dari
emboli udara), kerusakan epitel jalan napas, pneumonitis

Pencernaan

aspirasi, sepsis
Perforasi usus, perdarahan, ruptur hati atau limpa, sepsis,
iskemia mesenterika dari emboli udara

Sirkulasi

Contusio jantung, infark miokard dari emboli udara, shock,


hipotensi

vasovagal,

luka

vaskuler

perifer,

luka

yang

disebabkan oleh emboli udara


Trauma CNS

Geger otak, luka otak terbuka dan tertutup, stroke, trauma


medulla spinalis, luka yang disebabkan oleh emboli udara

Trauma ginjal

Contusio ginjal, laserasi,gagal ginjal akut yang disebabkan


oleh rabdomiolisis, hipotensi, dan hipovolemi

Trauma ekstremitas

Amputasi

traumatik,

fraktur,

crush

injury,

sindrom

kompartamen, terbakar, terpotong, laserasi, penutupan arteri


akut, luka yang disebabkan oleh emboli udara

2.5

Pemeriksaan Forensik pada Blast Injury

2.5.1 Luka Bakar pada Blast injury


Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat
menyebabkan kerusakkan jaringan. Cedera lain yang termasuk luka bakar

10

adalah sambaran petir, sengatan listrik, sinar X dan bahan korosif. Kerusakan
kulit yang terjadi tergantung pada tinggi suhu dan lama kontak. Suhu minimal
untuk dapat menghasilkan luka bakar adalah sekitar 44 C dengan kontak
sekurang-kurangnya 5 6 jam. Suhu 65 C dengan kontak selama 2 detik sudah
cukup menghasilkan luka bakar. Kontak kulit dengan uap air panas selama 2
detik mengakibatkan suhu kulit pada kedalaman 1 mm dapat mencapai suhu 47
Celsius, air panas yang mempunyai suhu 60 C yang kontak dengan kulit dalam
waktu 10 detik akan menyebabkan partial thickness skin loss dan diatas 70C
akan menyebabkan full thickness skin loss. Temperatur air yang digunakan untuk
mandi adalah berkisar 36 C 42 C. Pelebaran kapiler dibawah kulit mulai
terjadi pada saat suhu mencapai 35 C selama 120 detik, vesikel terjadi pada
suhu 53 C 57 C selama kontak 30 120 detik.
2.5.2 Identifikasi forensik
Setelah terjadi sebuah bencana (ledakan), ada lima tahap prosedural
yang

dilakukan

dalam

proses

identifikasi

korban

bencana.

Indonesia

menggunakan Interpol (International Police) Standing Committee on Disaster


Victim Identification in Lyon, France. Untuk pencatatan data, digunakan form pink
untuk pemeriksaan postmortem, dan form kuning untuk pengumpulan data
antemortem. Lima tahap dalam proses identifikasi korban, yaitu: (Indriati, 2014)
Tahap I: Scene (pemeriksaan TKP), yaitu dilakukan proses pencarian tubuh,
bagian tubuh, barang-barang, pemetaan daerah bencana, pelabelan
(jika ada lebih dari satu tempat- diberi label berbeda), dokumentasi,
menempatkan tubuh di kantong mayat. Ini harus dicatat dimana lokasi
sisa-sisa dan posisi anatomi. Seringkali, orang-orang yang datang
pertama ke lokasi bencana adalah orang-orang yang tinggal di
sekitarnya. Informasi di mana kantong mayat itu berasal sangat
penting (Indriati, 2014).
Tahap II: Mortuary: pemeriksaan postmortem, biasanya di kamar mayat rumah
sakit.
a. Menerima kantong mayat ke kamar mayat setelah pengambilan
sidik jari, dan menandatangani formulir pemeriksaan, pastikan untuk
mendapatkan informasi di mana tubuh itu berasal.

11

b. Tuliskan nomer kantong jenazah dan bandingkan dengan form pink


data postmortem
c. Lepaskan pakaian, cuci dan bilas, deskripsikan dan catat
d. Lepaskan perhiasan, barang pribadi, cuci, foto, dan tempatkan
dalam tas tersegel dengan label.
e. Antropologi forensik untuk mengidentifikasi jenis kelamin, usia,
perawakan, keturunan.
f. Dilakukan pengambilan x ray dada jika banyak korban sudah berusia
lanjut untuk mendeteksi kemungkinan pemakaian alat pacu jantung.
g. Patologi forensik untuk otopsi, pencatatan tato, bekas luka, bukti
h. Pemeriksaan gigi. Ambil radiografi gigi jika ada tambalan gigi, jacket,
atau gigi tiruan, untuk mencocokkan dengan catatan gigi yang
tersedia.
i. Ambil sampel untuk kemungkinan tes DNA darah, jaringan).
j. Dalam kasus fragmentasi tubuh, catat fragmentasi tubuh: bagian
tubuh mana yang hilang, kanan atau kiri, atas atau bawah. Hal ini
berguna untuk mengidentifikasi tubuh tanpa kepala dan kepala tanpa
tubuh (Indriati, 2014).
Tahap III: Kompilasi data antemortem, data dikumpulkan dari anggota keluarga,
teman-teman, dokter, dokter gigi (rekam medis untuk dicocokkan
dengan ciri-ciri identifikasi primer). Data yang dikumpulkan meliputi:
tanda-tanda vital, karakteristik tertentu, perhiasan, jam tangan, pakaian
(untuk

dicocokan

sebagai

identifikasi

sekunder).

Semua

data

antemortem dikumpulkan dalam form kuning. Contoh kompilasi data


antemortem dari keluarga anggota dan teman-teman: Kapan Anda
terakhir melihat korban?; Pakaian apa yang dia pakai?; Apa merek jam
tangannya?; Berapa ukuran sepatu?; Apakah Anda tahu seberapa
tingginya?; Apakah Anda memiliki foto terbarunya?; Apakah diapernah
menjalani operasi, pacemaker atau plate?; Apakah Anda tahu apakah
dia memakai KB, misal memakai IUD ?; Apakah dia memiliki ciri fisik
yang unik pada tubuhnya; jenis tato, tahi lalat, atau tanda lahir?;
Apakah Anda tahu apakah dia memiliki surat ijin mengemudi? (untuk
mendapatkan data tinggi badan, laki-laki/perempuan, golongan darah,
dan tipe sidik jari); Dapatkah anda mendapatkan data gigi dari dokter
12

gigi korban?; dapatkah anda mendapatkan data rekam medis dari unit
pelayanan medis sebelumnya yang dikunjungi korban? (Indriati, 2014).
Tahap IV: Rekonsiliasi. tahap ketika pemeriksaan postmortem dibahas untuk
dicocokan dengan data antemortem.
1. Untuk membandingkan data antemortem dengan data postmortem
2. Debat sering terjadi pada tahap ini
3. Metode identifikasi primer: Gigi, sidik jari, DNA; Metode sekunder
identifikasi: properti, medis, fotografi, dokumen.
4. Ketika semua pihak memberikan bukti dan terbukti cocok kemudian
ditandatangani dan diberi tanggal (Indriati, 2014).
Tahap V: Pengeluaran Hasil. jenazah korban dikembalikan kepada keluarga
beserta surat keterangannya (Indriati, 2014).

13

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Dalam rentan tahun 2010 hingga 2015 didapatkan 8 pemeriksaan korban
akibat trauma ledakan. Pada tahun 2010 didapatkan 1 pemeriksaan korban
akibat trauma ledakan dari total 702 pemeriksaan korban. Pada tahun 2011 dan
2012 tidak didapatkan pemeriksaan korban akibat trauma ledakan. Pada tahun
2013 didapatkan 4 pemeriksaan korban akibat trauma ledakan dari total 472
pemeriksaan korban. Pada tahun 2014 didapatkan 1 pemeriksaan korban akibat
trauma ledakan dari total 401 pemeriksaan korban. Dan pada tahun 2015, hingga
bulan juli didapatkan 2 pemeriksaan korban akibat trauma ledakan dari total 249
pemeriksaan korban.
Tabel 3.1 Jumlah pemeriksaan korban akibat trauma ledakan dari tahun 2010 hingga 2015
Tahu
n
2010

Korban akibat
ledakan
1

Jumlah
pemeriksaan
702

2011

597

2012

492

2013

472

2014

401

2015

249

3.2 Kasus
3.2.1 Identitas
Nama

: Tn. Z / 18 tahun

Alamat

: Dsn Panggung RT 48 RW 04 Ds Kidal Kec. Tumpang


Kab. Malang

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Agama/Bangsa

: Islam/Indonesia

Pekerjaan

: Swasta

3.2.2 Pemeriksaan Luar

Jenazah seorang laki-laki, 18 tahun, terlentang, dibungkus kantong


jenazah putih bertuliskan dinas kesehatan dan dua kain jarik yang
14

pertama warna coklat dengan corak hijau tosca dan motif bunga. Jarik
kedua berwarna hijau denga corak merah dan kuning. Terdapat potongan
celana dalam warna hitam yang melingkar di pinggang korban. Korban
memakai gelang rantai pada tangan kanan

Tinggi badan seratus lima puluh lima sentimeter dengan berat badan
lebih kurang lima puluh kilogram

Warna kulit sawo matang dengan rambut ikal hitam dengan panjang lebih
kurang tujuh belas sentimeter

Lebam mayat
Terdapat lebam mayat di tubuh bagian belakang, ditekan hilang

Kaku mayat
Ditemukan kaku mayat pada leher dan lengan korban

Kelainan pada jenazah


-

Terdapat luka robek pada belakang telinga kiri tertutup rambut dengan
panjang tujuh kali satu sentimeter sedalam tulang

Terdapat luka robek pada pelipis kiri satu sentimeter diatas alis
berukuran tiga sentimeter kali lima milimeter sedalam tulang

Terdapat luka robek robek pada bawah mata kiri dekat hidung sebesar
lima belas milimeter kali satu sentimeter sedalaam otot

Keluar darah dari hidung dan kedua telinga

Terdapat luka robek pada dagu kiri dengan ukuran empat kali dua
sentimeter sedalam tulang

Terdapat luka robek pada dagu bawah ukuran tiga kali satu sentimeter
sedalam otot

Terdapat luka robek di pipi kiri dengan ukuran dua sentimeter kali dua
puluh lima milimeter sedalam otot

Terdapat luka bakar pada seluruh tubuh hingga kulit mengelupas dan
dasar merah kehitaman

Terdapat patah tulang rusuk pada dada kanan

Terdapat luka robek pada ketiak kiri sebesar tujuh kali enam belas
sentimeter sedalam otot

15

Terdapat patah tulang terbuka disertai luka robek pada lengan atas
sampai siku sebesar enam belas kali dua belas sentimeter sedalam
tulang

Terdapat luka bakar dengan kulit terkelupas dan dasar keputihan pada
kedua tangan

Terdapat patah tulang paha terbuka disertai luka robek pada paha atas
kaki kanan berukuran dua puluh dua kali dua puluh satu sentimeter
sedalam tulang. Terdapat potonga ertas berwarna hijau dan putih pada
luka

Terdapat luka robek pada bawah lutut kanan berukuran sepuluh kali
sembilan sentimeter sedalam otot

Terdapat luka bakar dengan kulit mengelupas dari dasar dan dasar
kehitaman pada kaki kanan

Terdapat luka terbuka pada kaki kiri dan hanya tersisa tulang kering
Telapak kaki kiri dan tulang betis kiri hilang

Pemeriksaan dalam
Tidak dilakukan pemeriksaan dalam

Kesimpulan
Jenazah laki-laki, delapan belas tahun dengan luka bakar diseluruh
tubuh. Luka bakar derajat dua A pada wajah, leher, dada. Luka bakar
derajat dua B pada tangan kanan dan kiri dan luka bakar derajat tiga
pada kaki korban. Lebam mayat pada punggung korban ditekan hilang.
Terdapat cairan berupa darah yang keluar dari hidung dan kedua telinga.
Terdapat luka robek pada belakang telinga, pelipis kiri, bawah mata kiri,
dagu, pipi, ketiak kiri, lengan atas kiri dan bawah lutut kanan.

Kasus
Laki laki, 18 tahun

Teori
Ketika bom meledak, suhu gas peledak

luka bakar diseluruh tubuh.

dapat melebihi sampai 2000C, dan

Luka bakar derajat dua A pada

panas

wajah, leher, dada.

menyebabkan 'Flash burns'.

Luka bakar derajat dua B pada

Benda di sekitar dan pakaian dapat

tangan kanan dan kiri dan luka

memicu terjadinya luka bakar. Luka

16

dipancarkan

sejenak

dapat

bakar

derajat

tiga

pada

kaki

korban.

bakar ini biasanya melibatkan daerah


yang tidak teratur dari kulit ke tingkat
yang

berbeda,

dan

fitur

ini

darah

membedakan mereka dari flash burns.


Hasil blast injury primer; berasal dari

yang keluar dari hidung dan kedua

pengaruh gelombang tekanan udara

telinga.

yang berlebihan dengan permukaan

Terdapat

cairan

berupa

tubuh. Organ berisi gas sangat mudah


terkena,
membran
-

Terdapat

luka

belakang

telinga,

robek

pada

pelipis

kiri,

menyebabkan
timpani

dan

ruptur
kerusakan

telinga tengah
Hasil blast injury sekunder; berasal dari
objek-objek

yang

melayang

dan

bawah mata kiri, dagu, pipi, ketiak

kemudian membentur orang disekitar.

kiri, lengan atas kiri dan bawah

Setiap bagian tubuh mungkin terkena.

lutut kanan.
4.1 Pertanyaan dan Pembahasan
1. Klasifikasi blast injury yang paling mematikan ?
Pembagian klasifikasi blast injury bukan berdasarkan tingkat keparahan,
namun berdasarkan etiologi karena tiap klasifikasi memiliki potensi yang sama
tergantung banyak faktor lain seperti lokasi dimana trauma terjadi, namun
berdasarkan referensi yang kami dapat pravalensi terbanyak kematian blast
injury akibat primary blast injury pada paru kemudian diikuti oleh kematian
akibat tersier blast injury .
2. Sebab kematian pada korban tersebut
Pada korban penyebab pasti kematian tidak diketahui karena pada korban
tidak dilakukan pemeriksaan dalam, namun dari hasil pemeriksaan luar diduga
korban meninggal karena Luka bakar derajat dua B pada tangan kanan dan
kiri dan luka bakar derajat tiga pada kaki korban. Dimana luka bakar tersebut
akibat ledakan dari tabung gas yang dapat menyebabkan Flash Burn.
Kemudian terdapat cairan berupa darah yang keluar dari hidung dan kedua
telinga. Hal ini disebebkan hasil blast injury primer; berasal dari pengaruh
gelombang tekanan udara yang berlebihan dengan permukaan tubuh. Organ
17

berisi gas sangat mudah terkena, menyebabkan ruptur membran timpani dan
kerusakan telinga tengah. Lalu terdapat luka robek pada belakang telinga,
pelipis kiri, bawah mata kiri, dagu, pipi, ketiak kiri, lengan atas kiri dan bawah
lutut kanan. Hal ini diduga hasil blast injury sekunder; berasal dari objek-objek
yang melayang dan kemudian membentur orang disekitar. Setiap bagian
tubuh mungkin terkena.
3. Disebutkan bahwa korban terkena luka bakar diseluruh tubuh, namun ada
lebam mayat, bagaimana cara membedakannya
Pada korban ini disebutkan bahwa ditemukan lebam mayat dibagian belakang
tubuh korban. Pada pemeriksaan luar, korban didapatkan luka bakar namun
tidak disebutkan terdapat luka bakar di bagian tubuh belakang sehingga dapat
dibedakan antara luka bakar dan lebam mayat.
4. Perbedaan cedera akibat blast injury primer dan ledakan subsonic ?
Bast injury primer biasanya disebakan oleh high order explosive dimana
kekuatan ledakan dengan gelombang kejut yang dihasilkan lebih besar serta
dampak gejala yang ditumbulkan lebih besar dibanding tersier blast injury
yang biasanya disebabkan oleh low order explosive

18

BAB IV
SARAN DAN KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
1. Pada trauma ledakan klasifikasi luka dibagi menjadi 4 kategori yaitu primary
injuries, secondary injuries, tertiary injuries, quanternaries injury. Sedangkan
proses identifikasi korban bencana melalui 5 tahap yaitu Scene, Mortuary,
Kompilasi data antemortem, Rekonsiliasi, dan Pengeluaran Hasil
2. Dalam rentan tahun 2010 hingga 2015 didapatkan 8 pemeriksaan korban
akibat trauma ledakan dari total 2913 pemeriksaan yang dilakukan di Rumah
Sakit Syaiful Anwar .
4.2 SARAN
19

1. Identifikasi forensik sangat penting untuk dipelajari karena hal ini menjadi
dasar dalam melakukan pengidentifikasian korban baik karena trauma
ledakan maupun trauma lainya. Karena Sebagai seorang dokter kita harus
dapat melakukan hal ini secara paripurna
2. Diharapkan pula seorang dokter selalu mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran foresik, sebab membantu proses identifikasi merupakan tugas
dokter.

DAFTAR PUSTAKA
Centre

for

Disease

Control.2000.Explosion

and

Blast

Injuries.

http://www.cdc.gov/masstrauma/preparedness/primer.pdf.Diakses tanggal 2
Agustus 2015 pukul 12.00 WIB.

Diah, E. Trauma Ledakan. [cited Jan, 8th 2011]. Avalaible from URL
http://www.localhost.com.
Disaster Victim Indentification Guide.2009. http://www.interpol.int/INTERPOLexpertise/Forensics/DVI-pages/DVI -guide.Diakses tanggal 3 Agustus 2015
pukul 08.00 WIB
Indriati, Etty.2014.Forensic Anthropological Roles in Disaster Victim Identification
of

Two

Jakarta

Hotelss

Bomb

Medicine.Jogjakarta.13(2):148-157.

20

Blast.Damianus

Journal

of

Khurana, Puneet and JS Dalal.2011.Bomb Blast Injuries.Journal Punjab


Academic Forensic Medicine Toxicology.11(1):37-39.

21

Anda mungkin juga menyukai