Laporan Kasus
Oleh :
NIM. 1830912310130
Pembimbing :
BANJARMASIN
Maret, 2020
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kelainan refraksi merupakan salah satu kelainan mata yang paling sering
terjadi. Saat ini kelainan refraksi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
dunia. Tiga kelainan refraksi yang paling sering dijumpai yaitu miopia,
presbiopia.1
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina,
menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina,
tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan/ atau tidak terletak pada satu titik
kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata.1
menjadi buta di seluruh dunia, dan 135 juta dengan low vision. Diperkirakan
gangguan refraksi menyebabkan sekitar 8 juta orang (18% dari penyebab kebutaan
1
Berdasarkan data dari WHO pada 2004 prevalensi kelainan refraksi pada
umur 5-15 tahun sebanyak 12,8 juta orang (0,97%). Dari data tersebut ditemukan
bahwa kelainan yang timbul akibat kelainan refraksi yang tidak di koreksi. Melihat
penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Jumlah pasien yang menderita kelainan refraksi di Indonesia hampir 25% dari
prevalensi sebesar 22,1% juga menjadi masalah yang cukup serius. Sementara 10%
dari 66 juta anak usia sekolah (5-19 tahun) menderita kelainan refraksi. Sampai saat
ini angka pemakaian kacamata koreksi masih sangat rendah, yaitu 12,5% dari
prevalensi. Apabila keadaan ini tidak ditangani secara menyeluruh, akan terus
2
BAB II
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny M
Umur : 65 thn
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Suku : Banjar
2. Anamnesis
A. Keluhan Utama:
3
sebelah kiri, setelah itu tidak lama pasien juga merasakan kabur pada mata
kanan. Pasien juga mengeluhkan kedua mata sering berair sejak 2 minggu
SMRS. Mata dirasakan berair ketika beraktivitas dan beristirahat. Gatal pada
Pasien memiliki riwayat mata kabur 25 tahun yang lalu SMRS dan disarankan
dokter memakai kacamata. Riwayat kencing manis sejak 7 tahun SMRS (kadar
glukosa tertinggi 300mg/dl. Riwayat darah tinggi sejak 1 bulan SMRS ( tensi 160/...).
E. Riwayat Alergi
F. Riwayat Pengobatan
sejak 20 tahun yang lalu dengan ukuran lensa +1.25 , tetapi 1 bulan terakhir
4
3. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Suhu : 36,6 C
Kepala – leher
C. Status Lokalis
5
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Krusta (-) (-)
Ulkus (-) (-)
5. Palpebra Inferior Edema (-) (-)
Massa (-) (-)
Hiperemi (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Krusta (-) (-)
Ulkus (-) (-)
6. Fissura palpebra + 28 mm + 28 mm
7. Konjungtiva Hiperemi (-) (-)
Palpebra Massa bergerombol (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Papil raksasa (-) (-)
Folikel (-) (-)
8. Konjungtiva Hiperemi (-) (-)
Fornix Sikatrik (-) (-)
Papilraksasa (-) (-)
Folikel (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi Injeksi Konjungtiva (-) (-)
Injeksi Siliar (-) (-)
Massa (-) (-)
Edema (-) (-)
Subconjunctival bleeding (-) (-)
10. Kornea Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Sikatrik (-) (-)
Benda Asing (-) (-)
11. Iris Warna Coklat Coklat
12. Pupil Bentuk Bulat dan Bulat dan
regular regular
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Refleks cahaya tidak (+) (+)
langsung
14. Lensa Kejernihan jernih Jernih
6
Iris Shadow (-) (-)
D. Pemeriksaan Penunjang
PD : 66/64 mm
E. Diagnosis Banding
-Miopia
-Hipermetropia
F. Diagnosis Kerja
G. Terapi
7
8
BAB III
1. Identifikasi Masalah
SUBJECTIVE
Keluhan penglihatan kedua mata kabur sejak 3 bulan SMRS. Pasien juga
mengeluhkan mata berair sejak 1 bulan SMRS. Keluhan muncul ketika beraktivitas
maupun beristirahat. Keluhan ini merupakan tanda dari gangguan akomodasi pada
usia lanjut yaitu presbiopi dengan usia pasien 65 tahun. Gangguan akomodasi ini
terjadi akibat kelemahan otot akomodasi dan bisa disebabkan karena lensa mata
yang sudah tidak kenyal lagiatau berkurang elastisitasnya karena faktor usia.
Akibat gangguan ini maka pada pasien berusia lebih dari 65 tahun, akan memberikan
keluhan setelah membaca berupa mata lelah, berair dan terasa pedas yang sama
terjadi pada pasien ini. Pasien juga menderita astigmat yaitu kelainan refraksi yang
variasi pada kurvatur kornea atau lensa pada meridian yang berbeda mengakibatkan
berkas cahaya tidak difokuskan pada satu titik. Pada mata normal, permukaan kornea
9
yang melengkung teratur akan memfokuskan sinar pada satu titik. Pada astigmatisma
sinar dibiaskan tidak sama pada semua arah sehingga pada retina tidak didapatkan
satu titik fokus pembiasan sehingga timbul gejala penglihatan kabur untuk jauh
ataupun dekat, mengecilkan celah kelopak mata jika ingin melihat dan sakit
kepala, mata tegang dan pegal. Gejala itulah yang terjadi pada pasien ini,
OBJECTIVE
PD : 66/64 mm
Jelas didapatkan adanya astigmatismus mixtus dan presbiop pada pasien ini.
2. Analisa Kasus
Astigmatismus
A. Definisi
sebagai suatu fokus titik di retina karena perbedaan derajat refraksi di berbagai
10
suatu bayangan dengan titik atau garis fokus multiple, dimana berkas sinar tidak
difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik
api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan di kornea.
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di
sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 Dioptri
seimbang pada seluruh meridian. Pada astigmatisma reguler terdapat dua meridian
utama yang terletak saling tegak lurus. Mata dengan astigmatisma mempunyai
kekuatan yang berbeda pada kedua meridian mata tersebut. Hal ini menyebabkan
cayhaya yang memasuki mata menjadi terfokus oada tempat yang berbeda yang
Permukaan kornea dan kristal lensa merupakan media refraksi utama yang
memfokuskan cahaya yang masuk pada mata. Mata normal ataupun miopi dan
berbentuk seperti bola yang memiliki permukaan dengan kurvatur yang sama
memiliki kurvatur yang sama pada semua meridiannya. Permukaan refraksi pada
mata dengan astigmatisma dapat dianalogikan dengan rugby ball atau telur disebut
11
juga permukaan toric. Penyebab astigmatisma yang paling sering adalah kornea yang
toric. Hal ini disebabkan kornea merupakan media refraksi yang utama.6
B. Etiologi
Penyebab tersering dari astigmatism adalah kelainan bentuk kornea. Pada
pada mata sebelumnya yang menimbulkan jaringan parut pada kornea, daat juga
jaringan parut bekas operasi pada mata sebelumnya atau dapat pula disebabkan oleh
keratokonus.7
Astigmatisma juga sering disebabkan oleh adanya selaput bening yang tidak
teratur dan lengkung kornea yang terlalu besar pada salah satu bidangnya Permukaan
lensa yang berbentuk bulat telur pada sisi datangnya cahaya, merupakan contoh
dari lensa astigmatis. Derajat kelengkungan bidang yang melalui sumbu panjang
telur tidak sama dengan derajat kelengkungan pada bidang yang melalui sumbu
pendek. Karena lengkung lensa astigmatis pada suatu bidang lebih kecil daripada
lengkung pada bidang yang lain, cahaya yang mengenai bagian perifer lensa pada
suatu sisi tidak dibelokkan sama kuatnya dengan cahaya yang mengenai bagian
perifer pada bidang yang lain. Astigmatisma pasca operasi katarak dapat terjadi bila
12
jahitan terlalu erat. Selain itu daya akomodasi mata tidak dapat mengkompensasi
berubah sama kuatnya di semua bidang. Dengan kata lain, kedua bidang memerlukan
koreksi derajat akomodasi yang berbeda, sehingga tidak dapat dikoreksi pada saat
C. Klasifikasi
Pembagian Astigmatisma sebagai berikut:6
A. Astigmatisma reguler
Kesepakatan: untuk menyederhanakan penjelasan, titik fokus dari daya bias terkuat
akan disebut titik A, sedang titik fokus dari daya bias terlemah akan disebut titik B.
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada tepat
pada retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl
13
Astigmatismus Hypermetropicus Simplex.
Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B
berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah
Sph 0,00 Cyl +Y atau Sph +X Cyl -Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.
14
Astigmatismus Myopicus Compositus.
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di
antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah
Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A berada di
antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph
+X Cyl +Y.
15
Astigmatismus Mixtus.
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di
belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph
+X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi
hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.
B. Irregular Astigmatisma
Suatu keadaan refraksi dimana setiap meridian mempunyai perbedaan refraksi yang
sama. Principle meridian tidak tegak lurus satu dengan lainnya. Biasanya
D. Gambaran Klinis
Pada nilai koreksi astigmatisma kecil, hanya terasa pandangan kabur. Tapi
anak, keadaan ini sebagian besar tidak diketahui, oleh karena mereka tidak
akan datang dengan gejala klinis seperti yang tersebut diatas. Pada pemeriksaan
fisik, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dengan kartu snellen. Periksa kelainan
yang disusun radial dengan bentuk semisirkular dengan dasar yang putih merupakan
a. Refraksi Subyetif
Alat :
Kartu Snellen.
Bingkai percobaan.
Sebuah set lensa coba.
Kipas astigmat.
17
Snellen chart Kipas Astigmat
Prosedur :
yang menggunakan kartu snellen, bingkai percobaan, sebuah set lensa coba, dan kipas
4. Dengan mata yang terbuka pada pasien dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan
dengan lensa (+) atau (-) sampai tercapai ketajaman penglihatan terbaik,
5. Pada mata tersebut dipasang lensa (+) yang cukup besar (misal S + 3.00)
18
7. Pasien ditanya tentang garis pada kipas yang paling jelas terlihat,
8. Bila belum terlihat perbedaan tebal garis kipas astigmat maka lensa S( + 3.00)
diperlemah sedikit demi sedikit hingga pasien dapat menentukan garis mana yang
9. Lensa silinder (-) diperkuat sedikit demi sedikit dengan sumbu tersebut hingga
tampak garis yang tadi mula-mula terkabur menjadi sama jelasnya dengan garis yang
terjelas sebelumnya,
10. Bila sudah dapat melihat garis-garis pada kipas astigmat dengan jelas,lakukan
11. Bila penglihatan belum 6/6 sesuai kartu Snellen, maka mungkin lensa (+)
yang diberikan terlalu berat,sehingga perlu mengurangi lensa (+) atau menambah
lensa(-),
12. Pasien diminta membaca kartu Snellen pada saat lensa (-) ditambah perlahan-
Sedangkan nilainya : Derajat astigmat sama dengan ukuran lensa silinder (-) yang
b. Refraksi Obyektif
19
semua kelainan refraksi, termasuk astigmatisma dapat ditentukan dengan skiaskopi,
F. Tatalaksana
dapat mengalami kombinasi kelainan astrigmatisma dengan rabun jauh (myopia) atau
yaitu dikoreksi dengan lensa silinder negatif atau positif dengan atau tanpa kombinasi
lensa sferis. Astigmatism ireguler, bila ringan bisa dikoreksi dengan lensa kontak
G. Komplikasi
terlalu cembung atau bola mata terlalu panjang sehingga bayangan benda jatuh di
Hypermetropia disebkan oleh karena lensa mata tidak dapat mencembung atau bola
20
H. Prognosis
pengobatan yang diberikan dan penyakit penyerta. Pada anak-anak, jika koreksi
diberikan sebelum saraf optiknya matang (biasanya pada umur 8-10 tahun), maka
Presbiopi
A. Definisi
fleksibilitasnya sehingga membuatnya tidak dapat fokus pada benda yang dekat.
Presbiopi merupakan bagian alami dari penuaan mata. Presbiopi ini bukan
merupakan penyakit dan tidak dapat dicegah. Presbiopi atau mata tua yang
disebabkan karena daya akomodasi lensa mata tidak bekerja dengan baik akibatnya
lensa mata tidak dapat menmfokuskan cahaya ke titik kuning dengan tepat sehingga
mata tidak bisa melihat yang dekat. Presbiopi adalah suatu bentuk gangguan refraksi,
meningkatnya umur. Biasanya terjadi diatas usia 40 tahun, dan setelah umur itu,
21
umumnya seseorang akan membutuhkan kaca mata baca untuk mengkoreksi
presbiopinya.1,9
B. Etiologi
Makin bertambahnya umur maka setiap lensa akan menglami kemunduran
memberikan kesukaran melihat dekat, sedang untuk melihat jauh tetap normal.
Presbiopia ini berjalan progresif sesuai dengan bertambahnya umur. Secara umum
etiologi dari presbiopia adalah : terjadi gangguan akomodasi lensa pada usia lanjut,
kelemahan otot- otot akomodasi, lensa mata menjadi tidak kenyal, atau berkurang
C. Klasifikasi
1. Presbiopi Insipien : tahap awal perkembangan presbiopi, dari anamnesa
didapati pasien memerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak tampak
kelainan bila dilakukan tes, dan pasien biasanya akan menolak preskripsi kaca mata
baca.
22
4. Presbiopi Prematur : Presbiopia yang terjadi dini sebelum usia 40 tahun dan
D. Gambaran Klinis
2. Setelah membaca, mata menjadi merah, berair, dan sering terasa pedih. Bisa
juga disertai kelelahan mata dan sakit kepala jika membaca terlalu lama
punggungnya karena tulisan tampak kabur pada jarak baca yang biasa (titik dekat
2. Pemeriksaan Oftalmologi
23
a. Visus – Pemeriksaan dasar untuk mengevaluasi presbiopi dengan
b. Refraksi – Periksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan. Pasien
diminta untuk memperhatikan kartu Jaeger dan menentukan kalimat terkecil yang
bisa dibaca pada kartu. Target koreksi pada huruf sebesar 20/30.
pemeriksaan duksi dan versi, tes tutup dan tes tutup-buka, tes Hirschberg, amplitud
segmen anterior dan posterior dari mata dan adnexanya. Biasanya pemeriksaan
dan posterior.
F. Tatalaksana
1. Digunakan lensa positif untuk koreksi presbiopi. Tujuan koreksi adalah untuk
dekat.
24
2. Kekuatan lensa mata yang berkurang ditambahan dengan lensa positif sesuai
usia dan hasil pemeriksaan subjektif sehingga pasien mampu membaca tulisan pada
3. Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi +3.00 D adalah lensa positif
terkuat yang dapat diberikan pada pasien. Pada kekuatan ini, mata tidak
melakukan akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena tulisan yang dibaca
4. Selain kaca mata untuk kelainan presbiopi saja, ada beberapa jenis lensa lain
b. Trifokal – untuk mengkoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh. Bisa yang
25
c. Bifokal kontak - untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bagian
bawah adalah untuj membaca. Sulit dipasang dan kurang memuaskan hasil
koreksinya.
dan lensa kontak untuk melihat dekat pada mata non-dominan. Mata yang dominan
umumnya adalah mata yang digunakan untuk fokus pada kamera untuk
mengambil foto.
lensa kontak untuk melihat jauh pada mata dominan. Kedua mata digunakan untuk
keratektomi fotorefraktif.
Contoh kaca mata progresive yang sering digunakan pada pasien dengan presbiopi.
26
BAB IV
PENUTUP
kabur pada kedua mata. Keluhan muncul perlahan-lahan. Awalnya mata kiri, tidak
lama mata kanan. Pasien juga mengeluhkan mata sering berair. Pasien juga
Pemeriksaan status lokalis pada mata penurunan visus. Dari hasil anamnesis
27
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
28