Voyeurisme

Voveurisme adalah perilaku yang dapat kepuasan sexsual dengan hanya melihat aurat lain yang sedang
terbuka atau tidak sengaja dibuka. Perilaku ini bisa dilihat langsung dengan orang yang diintipnya
(dilihatnya), namun bisa jadi ia mengadakan hubungan dengan orang lain atau pada mereka yang tidak
berdaya. Namun pada dasarnya voyeurisme adalah perilaku yang hanya terbatas pada kepuasan melihat
aurat orang lain.

Faktor-Faktor Munculna Permasalahan Seksual

 
a. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja.  
b. Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya  penundaan usia perkawinan.
c. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan
rangsangan melalui media masa yang dengan teknologi yang canggih.
d. Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih
mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada
anak, bahkan cenderung membuat  jarak dengan anak dalam masalah ini.
e. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai
akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar
dengan pria

Cara Untuk Mencegah Perilaku Seks Bebas Pada Remaja

 Adanya kasih sayang, perhatian dari orang tua dalam hal apapun serta  pengawasan yang tidak
bersifat mengekang.  
 Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi.
 Menambah kegiatan yang positif di luar sekolah, misalnya kegiatan olahraga.
 Perlu dikembangkan model pembinaan remaja yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.
 Perlu adanya sikap tegas dari pemerintah dalam mengambil tindakan terhadap pelaku seks bebas.

Voyeurism is form of paraphilia, but most people who have voyeuristic interests do not meet the
clinical criteria for a paraphilic disorder, which require that the person's behavior, fantasies, or
intense urges result in clinically significant distress or impaired functioning or cause harm to
others (which in voyeurism includes acting on the urges with a nonconsenting person). The
condition must also have been present for ≥ 6 mo.

Desire to watch others in sexual situations is common and not in itself abnormal. Voyeurism
usually begins during adolescence or early adulthood. Adolescent voyeurism is generally viewed
more leniently; few teenagers are arrested. When voyeurism is pathologic, voyeurs spend
considerable time seeking out viewing opportunities, often to the exclusion of fulfilling
important responsibilities in their life. Orgasm is usually achieved by masturbating during or
after the voyeuristic activity. Voyeurs do not seek sexual contact with the people being observed.
In many cultures, voyeurs have ample legal opportunities to watch sexual activity (eg, digital or
print pornography). However, voyeuristic behaviors are the most common of sexual behaviors
that may result in a brush with the law.

Viewing sexually explicit pictures and shows, now widely available in private on the Internet, is
not considered voyeurism because it lacks the element of secret observation, which is the
hallmark of voyeurism.

Up too 12% of males and 4% of females may meet clinical criteria for voyeuristic disorder; most
do not seek medical evaluation and treatment.

Diagnosis
 Specific Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5)
criteria

Diagnosis of voyeuristic disorder requires the following:

 Patients have been repeatedly and intensely aroused by observing an unsuspecting person
who is naked, undressing, or engaging in sexual activity; arousal is expressed in fantasies,
intense urges, or behaviors.
 Patients have acted on their urges with a nonconsenting person, or these fantasies, intense
urges, or behaviors cause significant distress or impair functioning at work, in social
situations, or in other important areas.
 The condition has been present for ≥ 6 mo.

Voyeuristic disorder is not diagnosed in patients < 18 yr.

Treatment
 Psychotherapy, support groups, and SSRIs
 Sometimes antiandrogen drugs

When laws are broken and sex offender status is conferred, treatment usually begins with
therapy, support groups, and SSRIs.

If these drugs are ineffective and if the disorder is severe, drugs that reduce testosterone levels
and thus reduce libido should be considered. These drugs are referred to as antiandrogens,
although the most commonly used drugs do not actually block the effects of testosterone. Drugs
include

 Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonists (eg, leuprolide)

 Depot medroxyprogesterone acetate
Both decrease pituitary production of luteinizing hormone (LH) and follicle-stimulating hormone
(FSH) and thus reduce testosterone production. Full informed consent and appropriate
monitoring of liver function and serum testosterone levels are required.

Penanganan Voyeurisme diantaranya adalah terapi secara farmakologi dengan menggunakan obat
obatan psikoterapi sesuai dosis pemberian dokter. Selain obat obatan,