Anda di halaman 1dari 3

RESUME

VOYEURISME
A. Defenisi Voyeurisme
Berdasarkan buku Psikologi Abnormal edisi ke-9 karangan Gerald C Davidson
dkk, Voyeuristic Disorder adalah kondisi dimana seseorang memiliki preferensi tinggi
untuk mendapatkan kepuasan seksual dengan melihat orang lain yang sedang tanpa
busana atau sedang melakukan hubungan seksual. Sedangkan di dalam buku Abnormal
Psychology: Clinical Perspectives on Psychological Disorders oleh Richard P Halgin
menyebutkan bahwa kata voyeur berasal dari bahasa Perancis voir yang berarti melihat.
Voyeorism adalah suatu gangguan seksual ketika individu memiliki sesuatu kompulsi
untuk mendapatkan pemuasan seksual dari mengobservasi ketelanjangan atau aktivitas
seksual orang lain yang mereka tidak menyadarinya.
B. Epidemiologi
Voyeur sejati, hampir selalu laki-laki, tidak merasa gairah melihat perempuan
yang sengaja membuka pakaiannya untuk kesenangan si voyeur. Menurut DSM-V,
frekuensi gangguan voyeurisme tidak diketahui, tetapi diperkirakan kemungkinan
prevalensi tertinggi seumur hidup adalah sekitar 12% untuk laki-laki dan 4% untuk
perempuan
C. Etiologi
1. Pernah melihat orang tua atau orang-orang terdekat tidak memakai pakaian di
hadapannya. Hal ini mungkin dianggap biasa pada beberapa orang, tapi pada beberapa
kasus hal seperti inilah yang bisa memicu timbulnya voyeurisme saat anak tersebut
dewasa.
2. Efek dari seringnya melihat tayangan porno yang tidak jelas sumbernya. Mungkin
dari teman atau orang-orang terdekat.
3. Keadaan mental dan juga seksualitas yang kurang sehat.

D. Kriteria Diagnostik

Berdasarkan DSM-5 kriteria diagnostik untuk gangguan voyeurisme adalah


sebagai berikut:
1. Pasien mengalami gairah seksual yang intens dan berulang (dimanifestasikan oleh
fantasi, desakan, atau perilaku) yang melibatkan tindakan mengamati orang yang yang
telanjang, dalam proses menelanjangi, atau terlibat dalam aktivitas seksual. Gejala
akan muncul sekiranya minimal 6 bulan.
2. Pasien mengalami distres yang signifikan atau penurunan sosial, pekerjaan, atau
bidang-bidang penting lainnya disebabkan karena fantasi, desakan, atau perilaku
pasien yang telah bertindak pada desakan seksual.
3. Individu mengalami gairah atau dorongan untuk bertindak pada usia minimal 18
tahun.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ
III), kriteria diagnostik untuk voyeurisme adalah:
1. Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk melihat orang yang sedang
berhubungan seksual atau berperilaku intim seperti sedang menanggalkan pakaian.
2. Hal ini biasanya menjurus kepada rangsangan seksual dan mastrubasi, yang dilakukan
tanpa orang yang diintip menyadarinya.
E. Penatalaksanaan
Lima jenis intervensi psikiatrik digunakan untuk menterapi orang dengan
parafilia, yaitu kendali eksternal, pengurangan dorongan seksual, terapi keadan komorbid
(seperti depresi atau ansietas) terapi perilaku-kognitif dan psikoterapi dinamik.(2)
1. Kendali eksternal
Jika korban terdapat di dalam keluarga atau lingkunga kerja, kendali eksternal datang
dengan memberitahu teman sebaya, atau anggota keluarga dewasa lain mengenai
masalah dan menasehati untuk menghilangkan kesempatan bagi pelaku untu
melakukan dorongannya.
2. Pengurangan dorongan seksual, terapi keadaan komorbid (depresi atau ansietas)
Terapi obat yang mencakup obat anti psikotik atau anti depresan. Anti androgen,
seperti cyproterone acetate dan medroxyprogesterone acetate (Depo-Provera), dapat
mengurngi dorongan perilaku seksual dengan menurunkan kadar testosteron serum
sampai pada konsentrasi di bawah normal.
3. Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif digunakan untuk mengubah pola perilaku untuk membuatnya
dapat diterima secara sosial. Intervensinya mencakup pelatihan keterampilan sosial,
edukasi seks, pembentukan ulang kognitif (melawan dan merusak rasionalisasi yang

digunakan untuk menyokong pencarian korban lain) dan pembentukan empati


terhadap korban.
4. Psikoterapi
Terapi membantu mereka menghadapi stress kehidupan dengan lebih baik dan
meningkatkan kapasitas untuk berhubungan dengan pasangan hidup. Psikoterapi juga
memungkinkan pasien memperoleh kembali kepercayaan dirinya, yang selanjutnya
akan memungkinkan mereka mendekati pasangan dengan cara seksual yang lebih
normal.
F. Pencegahan
1. Stress reduction secara tepat. Tidak melakukan aktivitas seksual yang aneh-aneh
sebagai pelampiasan stres. Lakukan hal-hal positif agar penyaluran stres tidak
merusak perilaku dan kebiasaan lainnya.
2. Self control. Mengontrol dorongan rasa ingin tahu,
3. Tidak surfing atau melihat pornografi yang bebas bisa di dapat dari internet atau
media lainnya
4. Membiasakan hidup sehat untuk mengurang stres, termasuk olahraga teratur, nutrisi
yang seimbang dan pengalaman spiritual dan religius.
5. Perkuatkan iman, bagaimanapun iman merupakan benteng terbaik sebagai
pencegahan penyimpangan perilaku.(10)
G. Prognosis
Indikator prognostik yang bagus mencakup adanya hanya satu parafilia
(voyeurisme) intelegensi normal, tidak adanya penyalahgunaan zat, tidak adanya ciri
kepribadian antisosial nonseksual, Meskipun demikian, parafilia (voyeurisme) tetap
merupakan tantangan terapi pada keadaan ini.

Anda mungkin juga menyukai