Anda di halaman 1dari 32

CLINICAL REPORT SESSION

“PROPTOSIS (EXOPTHALMUS)”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)

Ilmu Penyakit Mata

Preseptor:

dr. Ike Kusminar, Sp.M

Penyusun:

Aida Fitriyane Hamdani 12100122582

Aditya Pradipta Lantik 12100122559

SMF ILMU KEDOKTERAN MATA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Clinical Report Session (CRS) berjudul
“Proptosis”.

Clinical Report Session (CRS) ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Program Pendidikan
Dokter (P3D) di bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung.

Dengan tersusunnya Clinical Report Session (CRS) ini, penulis tak lupa menyampaikan rasa
terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan Clinical Report
Session (CRS) ini hingga selesai. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat
sebagai preseptor dr. Ike Kusminar.,Sp.M.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan Clinical Report
Session (CRS) ini untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran dalam perbaikan Clinical
Report Session (CRS) ini. Besar harapan penulis Clinical Report Session (CRS) ini dapat diterima
dan memiliki nilai manfaat bagi banyak pihak. Tiada kata lain yang pantas diucapkan, semoga
Allah SWT memberikan balasan yang setimpal.

6 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...... 2

BAB I STATUS PASIEN……………………………………………………………………….. 4

Identitas Pasien…………………………………………………………………………………… 4

Keluhan Utama…………………………………………………………………………………… 4

Anamnesis Khusus……………………………………………………………………………….. 4

Pemeriksaan Fisik………………………………………………………………………………… 5

Pemeriksaan Visus dan Refraksi…………………………………………………………………. 5

Pemeriksaan Eksternal…………………………………………………………………………… 6

Resume…………………………………………………………………………………………… 9

Diagnosis Banding……………………………………………………………………………….11

Usulan Pemeriksaan……………………………………………………………………………...11

Diagnosis Kerja…………………………………………………………………………………..11

Rencana Terapi……………………………………………………………………...…………... 11

Prognosis…………………………………………………………………………………………11

BAB II BASIC SCIENCE……………………………………………………………………... 15

Anatomi Mata…………………………………………………………………………………... 15
Kelopak Mata……………………………………………………………………………..…….. 16
Bola Mata……………………………………………………………………………………… 20
Otot pada Mata………………………………………………………………………………… 21
BAB III CLINICAL SCIENCE………………………………………………………………..23
Definisi………………………………………………………………………………………….. 23

3
Etiologi…………………………………………………………………………………………...24
Faktor Resiko…………………………………………………………………………………….25
Epidemiologi……………………………………………………………………………………. 26
Klasifikasi………………………………………………………………………………………. 26
Manifestasi Klinis………………………………………………………………………………. 27
Patofisiologi…………………………………………………………………………………….. 28
Diagnosis………………………………………………………………………………………...
29
Diagnosis Banding……………………………………………………………………………… 30
Treatment………………………………………………………………………………………... 31
Komplikasi……………………………………………………………………………………….32
Prognosis…………………………………………………………………………………………32
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...33

4
BAB I
STATUS PASIEN

Identitas Pasien

Nama : Ny. D

Usia : 51 tahun

Alamat :-

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Status Marital : Menikah

Tanggal Pemeriksaan : 05 September 2023

Keluhan Utama

Mata menonjol pada bagian kanan

Anamnesis Khusus
Seorang pasien perempuan berusia 51 tahun datang ke poliklinik mata RSAU dr. M.
Salamun dengan keluhan mata menonjol pada bagian kanan. Keluhan muncul tanpa disadari.
Keluhan yang dirasakan semakin lama semakin memburuk sehingga pasien merasa tidak nyaman
di mata kanan.

Pasien juga mengatakan bahwa keluhan disertai sedikit rasa sakit, mata kering, terkadang
keluar cairan, dan penurunan penglihatan pada mata kanan.

5
Pasien menyangkal adanya nyeri hebat pada mata kanan, penglihatan ganda, melihat
cincing pelangi, saat melihat lampu. Pasien menyangkal memiliki riwayat trauma. Pasien juga
menyangkal memiliki keluhan yang serupa sebelumnya pada mata kanan. Pasien menyangkal
bahwa keluarganya tidak memiliki keluhan yang serupa. Pasien menyangkal memiliki riwayat
hipertensi, diabetes melitus, dan alergi obat. Pasien belum pernah mengobati keluhan yang
dirasakan di mata kanan. Pasien menyangkal adanya sakit kepala, mual, muntah, batuk, pilek dan
nyeri pada telinga. Pasien menyangkal memiliki kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan obat-
obatan herbal seperti jamu dalam jangka panjang.

Pemeriksaan Fisik
- Kesadaran : Compos Mentis
- Vital Sign

● Tekanan darah : 120/80 mmHg


● Nadi : 80x/menit
● RR : 20x/menit
● Suhu : 37.5°

Pemeriksaan Visus dan Refraksi


OD OS

Visus - -

Hirschberg test Orthotrofia Orthotrofia

Cover uncover Orthotrofia Orthotrofia

Versi Terdapat kelainan 1 Normal


arah pada mata kanan

Duksi Terdapat kelainan 1 Normal ke 6 arah


arah

6
Pemeriksaan Eksternal

Okular Dekstra Okular Sinistra

Palpebra superior Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Nyeri (-) Nyeri (-)

Edema (-) Edema (-)

Massa (-) Massa (-)

Koloboma (-) Koloboma (-)

Epikantus (-) Epikantus (-)

Xanthalesma (-) Xanthalesma (-)

Ptosis (-) Ptosis (-)

Ektropion (-) Ektropion (-)

Entropion (-) Entropion (-)

Lagoftalmus (-) Lagoftalmus (-)

Blefarospasme (-) Blefarospasme (-)

Ankiloblefaron (-) Ankiloblefaron (-)

Nodul (-) Nodul (-)

Palpebra inferior Hiperemis (-) Hiperemis (+)

Edema (-) Edema (+)

Nyeri (-) Nyeri (+)

Massa (-) Massa (-)

Epikantus (-) Epikantus (-)

7
Koloboma (-) Koloboma (-)

Ektropion (-) Ektropion (-)

Entropion (-) Entropion (-)

Nodul (-) Nodul (-)

Blefarospasme (-) Blefarospasme (-)

Cilia Trikhiasis (-) Trikhiasis (-)

Distikhiasis (-) Distikhiasis (-)

Madarosis (-) Madarosis (-)

Poliosis (-) Poliosis (-)

Aparatus Lakrimal Lakrimasi (+) Lakrimasi (-)

Epifora (-) Epifora (-)

Inversi (-) Inversi (-)

Eversi (-) Eversi (-)

Mukokel (-) Mukokel (-)

Fistula (-) Fistula (-)

Conjunctiva tarsal superior Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Anemis (-) Anemis (-)

Papil (-) Papil (-)

Folikel (-) Folikel (-)

Conjunctiva tarsal inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Anemis (-) Anemis (-)

Papil (-) Papil (-)

8
Folikel (-) Folikel (-)

Konjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)

Injeksi sclera (-) Injeksi sclera (-)

Injeksi episclera (-) Injeksi episclera (-)

Kornea Jernih, infiltrate (-) Jernih, infiltrate (-)

sikatrik (-) sikatrik (-)

abrasi (-) abrasi (-)

ulkus (-) ulkus (-)

Anterior chamber Jernih, kedalaman sedang, Jernih, kedalaman sedang,

hipopion (-) hifema (-) hipopion (-) hifema (-)

Pupil Bulat, isokor, diameter 3 mm Bulat, isokor, diameter 3 3


mm

REFLEX CAHAYA

- Direct + +

- Konensuil + +

Iris Warna coklat kehitaman, Warna coklat kehitaman,


sinekia (-) sinekia (-)

9
Lensa Jernih Jernih

Lain-lain - -

PEMERIKSAAN SLIT LAMP DAN BIOMICROSCOPY

Cilia Trikiasis (-), Distrikiasis (-) Trikiasis (-), Distrikiasis


(-)

Conjunctiva Injeksi (-) Injeksi (-)

Cornea Jernih, infiltrat (-), sikatrik Jernih, infiltrat (-), sikatrik


(-), abrasi (-), ulkus (-) (-), abrasi (-), ulkus (-)

Kamar Depan Jernih, Kedalaman sedang Jernih, Kedalaman sedang

10
Iris Coklat kehitaman, Sinekia (-) Coklat kehitaman, Sinekia
(-)

Lensa Jernih Jernih

TONOMETRI

Palpasi Normal Normal

Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

GONIOSCOPY : Tidak dilakukan

VISUAL FIELD :

- OD : luas lapang pandang sama dengan pemeriksa


- OS : luas lapang pandang sama dengan pemeriksa

FUNDUSKOPI

- OD MEDIA : Jernih
- OS MEDIA : Jernih

11
PAPIL Bulat, batas tegas, warna Bulat, batas tegas,
kekuningan warna kekuningan

A/V RATIO 2:3 2:3

C/D RATIO 0,4 0,4

RETINA Flat, perdarahan (-), Flat, perdarahan (-),


eksudat (-), eksudat (-),
neovaskularisasi (-) neovaskularisasi (-)

MACULA Fovea reflex (+), Fovea reflex (+),


edema (-)
edema (-)

Resume
Seorang pasien perempuan berusia 51 tahun datang dengan keluhan mata menonjol pada
bagian mata kanan. Keluhan muncul tanpa disadari. Keluhan yang dirasakan semakin memburuk
sehingga pasien merasa tidak nyaman di mata kanan. Keluhan disertai sedikit rasa sakit, mata
kering, terkadang keluar cairan dan penurunan penglihatan pada mata kanan.

Pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum dalam batas normal. Pada pemeriksaaan
visus koreksi S= OD = +2,25 dan OS = +2,25. Pemeriksaan muscle balance dalam batas normal.
Pada pemeriksaan pergerakan bola mata, versi terdapat kelainan satu arah. Pada pemeriksaan

12
Duksi OD terdapat kelainan satu arah, sedangkan OS dalam batas normal. Pemeriksaan
eksternal pada apparatus lacrimalis OD terdapat lakrimasi.

Diagnosis Kerja
Proptosis OD

Differensial Diagnosis
1. Grave Disease
2. Tumor neurobulbar
3.
Rencana Pemeriksaan
1. Exopthalmometry
2. Pemeriksaan Lab : TSH, T3, T4
3. CT-SCAN

Rencana Therapy
Non-medikamentosa :
1. Edukasi pasien mengenai kondisinya.
2. Melakukan pola hidup sehat
3. Menghindari Merokok
Medikamentosa :
R/ Cendo lyter ed No.I
S 3 dd.gtt.1 OD

Rencana Operasi
-

Prognosis
- Ad Vitam : Ad Bonam
- Ad Functionam : Dubia Ad Bonam
- Ad Sanationam : Ad Bonam

13
BAB II
BASIC SCIENCE

1.1 Anatomi Mata

Mata adalah organ visual yang terdiri dari bola mata dan saraf optik. Orbit merupakan
area wajah yang menjadi tempat mata berada yang terdiri dari bola mata, kelopak mata, dan
lacrimal apparatus. Orbital region adalah kumpulan tulang yang saling menyatu menjadi tempat
untuk menopang bola mata.

14
1.2 Kelopak Mata

•Fungsi : memproteksi bola mata dari iritasi dan injury, dan menjadi pelembab bagi cornea
dengan spreading dari lacrimal fluid.

•Eyelid terdiri dari kulit tipis externally dan mucous membrane internally.

•Palpebral conjunctiva : dibagian belakang kelopak mata

•Conjunctiva Bulbar : menyatu dengan sclera yang memiliki vascular.

•Conjunctiva fornix (sup dan inf) : juluran palpebra conjunctiva yang membuat celah kedalam
sebelum menjadi bulbar conjunctiva.

•Conjunctival sac (sup dan inf) : space kecil yang dibuat antara conjunctiva bulbar dan palpebral,
fungsinya untuk memudahkan kelopak mata menutup dan membuka tanpa menggesek surface
mata.

•Eyelashes/bulu mata

•Cilliary gland : sebaseous gland yang ada di mata

•Tarsal gland : lipid secretion untuk menjadi barrier Ketika air mata terproduksi agar tidak
tumpah ke pipi Ketika jumlahnya normal, dan menjaga tepi dari kedua kelopak mata agar tidak
melekat satu sama lain Ketika mata tertutup.

•Conjunctival tarsal (sup and inf) : jaringan ikat padat yang memperkuat kelopak mata atas dan
bawah, ibarat menjadi skeleton of eyelid.

•Junction dari sup dan inf eyelid membentuk lateral dan medial commissure/medial lateral angle
of eye (canthus)

•Diantara hidung dan medial angle of eye ada media palpebra ligament yang menghubungkan
tarsal dengan margin medial of orbit, begitu juga dengan lateral palpebral ligament.

•Orbital septum (sup and inf) : fibrous membrane yang membentang dari tarsus ke margin of
orbit yang nantinya akan menyatu dengan periosteoum tulang wajah.

15
16
1.3 Bola Mata

3 layer bola mata :

•Fibrous layer : cornea dan sclera

•Vascular layer : choroid, iris, ciliary body

•Inner layer : retina (optic dan non optic)

17
1. Fibrous layer :

•Extrenal skeleton fibrous

•sclera, jaringan relative avascular. Sclera di covering oleh bulbar conjunctiva, jadi sclera di
bawah bulbar conjunctiva.

•Cornea, bentuk cembung, completely avascular. Mendapatkan nutrisi dari capillary beds di
perifernya dan fluid dari lacrimal fluid dan aqueous humor.

•Lacrimal fluid juga menyediakan oksigen untuk cornea yang diabsorpsi dari udara luar
langsung.

•Cornea di inervasi oleh ophthalmic nerve (CN V1), jaringan yang sensitive. Cornea yang kering
dapat menyebabkan ulcer.

•Cornea limbus : jaringan yang memisahkan antara sclera dengan cornea. Lebar 1 mm, banyak
vascular untuk menutrisi cornea.

2. Vascular Layer/uvea :

•Choroid Largest part of vascular layer, reddish brown layer antara retina dan sclera.

18
•Banyak kapiler bed, sehingga menjadi peran utama dalam mata merah.

•Tingkat perfusi kapiler bed di choroid adalah yang tertinggi di dalam tubuh manusia.

•Choroid di bagian anterior menjadi ciliary body.

•Cilliary Body

•Jaringan muscular dengan vascular

•Berada di posterior limbus

•Memisahkan choroid dengan iris

•Tempat attachment dari lensa mata.

•Terdapat ciliary process : produksi aqueous humor (water clear fluid) yang mengisi anterior
segment bola mata (didalam cornea)

•Terdapat ciliary muscle yang mengatur focus dan ketebalan lensa.

•Iris :

•berada di anterior lensa, dengan pupil ditengahnya.

•alat untuk kontraksi pupil

•terdapat 2 involunter muscle : sphincter pupil and dilator pupil

•sphincter pupil : menurunkan diamter pupil (kontriksi pupil) via parasimpatetic fiber ketika
melihat cahaya terang. Untuk menurunkan intensitas cahaya yg masuk ke mata, kontraksi secara
circular.

•dilator pupil : menaikkan diameter pupil (dilated pupil) via simpatik fiber pada saat melihat
dikeadaan gelap. Untuk menangkap banyak cahaya, kontraksi secara radial.

•kontriski pupil dapat terjadi spontan/cepat saat melihat cahaya, sedangkan dilatasi pupil
membutuhkan waktu sampai 20 menit pada saat melihat di keadaan gelap.

19
1.4 Otot pada Mata

•Kelopak mata superior : levator palpebra superior

•Innervasi : oculomotor (CN 3)

•Fungsi : elevasi/mengangkat superior eyelid

Pada bola mata :

•4 recti (lateral, medial, sup, inf)

•2 oblique (sup, inf)

20
21
BAB III
CLINICAL SCIENCE

PROPTOSIS (EXOPTHALMUS)
Definisi
Suatu kondisi dimana terjadi perpindahan bola mata ke depan melampaui batas orbital
dengan pasien melihat lurus ke depan. Istilah proptosis identik dengan exophthalmos tetapi
memiliki arti yang berbeda.

Proptosis adalah penonjolan bola mata. Exophthalmos memiliki arti yang sama, dan
istilah ini biasanya digunakan ketika menggambarkan proptosis akibat penyakit Graves.

Exophthalmos (juga dikenal sebagai proptosis) adalah penonjolan salah satu mata atau
kedua mata ke anterior keluar dari orbit. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, yang berarti 'mata
melotot'. Hal ini terjadi karena peningkatan isi orbital dalam anatomi orbit tulang.

Kondisi mata menonjol seperti orang melotot dalam bidang kedokteran mata disebut
sebagai proptosis atau eksoftalmus. Proptosis dan eksoftalmus memiliki sedikit perbedaan.

Eksoftalmus adalah kondisi di mana bola mata menonjol ke luar secara abnormal,
sehingga mata tampak seperti melotot. Kondisi ini bisa terjadi pada salah satu mata maupun
kedua mata, dan paling sering disebabkan oleh kelebihan hormon tiroid.

Sedangkan, proptosis yaitu mata menonjol yang arahnya berbeda bisa kiri bawah atau
kanan atas karena adanya suatu hal yang mendorong bola mata ke arah sebaliknya. Pada mata
menonjol bisa jadi bagian yang hitam atau kornea sudah terlihat lingkaran secara utuh karena
saking bola matanya terdorong ke depan.

Etiologi
● Penyebab paling umum pada orang dewasa adalah penyakit Graves, yang menyebabkan edema
dan infiltrasi limfoid pada jaringan orbital.
● Penyebab paling umum pada anak-anak adalah selulitis orbital.
● Eksoftalmus terjadi karena adanya pembengkakan di isi rongga mata atau akibat ada tumor di
dalam rongga mata. Pembengkakan isi rongga mata paling sering disebabkan oleh penyakit

22
Grave, yaitu penyakit autoimun yang menyerang kelenjar tiroid. Penyakit ini menyebabkan
kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid secara berlebihan (hipertiroidisme).
● Selain penyakit Grave, eksoftalmus juga dapat disebabkan oleh penyakit atau kondisi lain,
seperti :
1. Glaukoma kongenital
2. Selulitis orbita
3. Tumor di rongga mata, misalnya neuroblastoma di mata atau sarkoma mata.
4. Cedera pada mata, terutama jika cedera tersebut menyebabkan perdarahan di dalam
rongga mata.

Klasifikasi
1. Unilateral Proptosis
● Inflammatory lesions—Orbital cellulitis, abscess, etc.
● Vascular disturbances—Haemorrhage, varicose orbital veins, haemangioma, etc.

23
● Cysts and tumours—Dermoid cyst, osteoma, lymphoma, lymphosarcoma, glioma, menin-
gioma of optic nerve, retinoblastoma and metastatic deposits in orbit.
● Systemic diseases—Leukemias and endocrine disturbances such as Graves’ disease and
thyrotropic exophthalmos in initial stages.
● Paralysis of extraocular muscles as in complete ophthalmoplegia.

2. Bilateral Proptosis
● Developmental anomalies of the skull—Oxycephaly (tower skull).
● Endocrine exophthalmos, both thyrotoxic and thyrotropic.
● Inflammatory lesions—Cavernous sinus thrombosis.
● Tumours—lymphosarcoma, lymphoma, pseudotumour, etc.
● Lipodystrophies—Xanthomatosis, diabetic exophthalmic dysostosis (Hand-Schüller-
Christian disease).

3. Intermittent Proptosis

It is usually caused by the orbital varicose veins particularly on looking down.

4. Pulsating Proptosis

24
Hal ini disebabkan oleh aneurisma arteriovenosa akibat komunikasi antara arteri karotis interna
dan sinus kavernosus.

Patogenesis dan Patofisiologi


Exophthalmos biasanya timbul dari peningkatan isi orbital dalam tulang orbit ,
menyebabkanpergeseran bola mata ke depan. Asal usul peningkatan isi orbital bergantung pada
penyebab yang mendasarinya. Pada oftalmopati Graves, pembesaran otot ekstraokular dan
perluasan jaringanadiposa orbital terjadi karena akumulasi asam hialuronat yang abnormal dan
pengumpulanedema ke dalam ruang retro-orbital.

Eksoftalmus atau proptosis membuat mata sulit berkedip sehingga mengakibatkan kornea
mata tidak dapat terlumasi dengan baik. Jika tidak tertangani, eksoftalmus dapat menyebabkan
komplikasi berupa luka di kornea, penurunan ketajaman penglihatan, hingga kebutaan.

25
Tanda dan Gejala
Gejala utama eksoftalmus adalah penonjolan pada satu atau kedua bola mata sehingga
terlihat penderita seperti melotot. Selain itu, penderita eksoftalmus juga bisa mengalami gejala
berupa :
- Tekanan atau rasa sakit di mata.
- Kelopak mata membengkak.
- Sulit menggerakkan bola mata atau berkedip.
- Mata kering, merah, atau berair.
- Rasa seperti ada yang mengganjal ketika menggerakkan mata.
- Mata sensitif terhadap cahaya.
- Penglihatan kabur atau penglihatan ganda.

Diagnosis
Evaluasi klinis terhadap pasien dilakukan dengan melakukan anamnesis secara cermat,
pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiologi dan laboratorium.

1. History—Mode Of Onset—Whether Sudden,gradual or chronic?

● Kehadiran dan durasi nyeri merupakan hal yang penting.

26
● Riwayat disfungsi tiroid, trauma orbita, penyakit sinus, dan keganasan di masa lalu.

2. Pemeriksaan klinis

A. Penting untuk menyingkirkan kemungkinan pseudoproptosis.

Pseudoproptosis adalah suatu kondisi dimana bola mata tampak menonjol namun sebenarnya
tidak terjadi perpindahan ke depan.

Penyebab penting pseudoproptosis adalah:

● Buphthalmos
● Miopia aksial tinggi
● Retraksi kelopak mata atas
● Orbita dangkal seperti pada disostosis kraniofasial.
B. Pengukuran proptosis
1. Observasi klinis—Pasien dibuat duduk di depan pemeriksa. Kepalanya adalah dimiringkan
sedikit ke belakang dan posisi apex masing-masing kornea dibandingkan pada keduanya sisi.
2. Exophthalmometer—Terdiri dari penggaris plastik transparan dengan alur yang pas ke tepi
tulang luar orbit. Skalanya terukir di kedua sisi. Ketinggian apex kornea diukur pada kedua
sisi.
❖ Biasanya jarak antara apex kornea dan batas lateral orbital kurang dari 20 mm.
Pembacaan 21 mm atau lebih dianggap tidak normal.
❖ Perbedaan lebih dari 2 mm antara kedua mata merupakan kelainan.

3. Hertel exophthalmometer—Ini adalah instrumen yang lebih canggih.

27
C. Terdapat keterbatasan pergerakan mata akibat edema, infiltrasi dan fibrosis.

D. Ketajaman penglihatan mungkin berkurang akibat keratitis paparan dan keterlibatan saraf
optik karena infiltrasi, tekanan otot yang bengkak dan berkurangnya suplai darah.

E. Reaksi pupil terpengaruh karena keterlibatan saraf optik.

F. Pemeriksaan fundus—Disk mungkin normal atau menunjukkan gambaran atrofi optik,


papilitis atau papiledema.

G. Transiluminasi dan auskultasi dilakukan untuk tumor dan proptosis berdenyut.

3. Pemeriksaan radiologi

Pada gambar CT aksial dan pada tingkat lensa, jarak dari margin anterior globe ke garis
interzigot tidak boleh melebihi 21 mm. Jika jarak ini melebihi 21 mm, menunjukan adanya
proptosis.

28
Dalam hal ini jarak dari margin anterior globe ke garis adalah 23 mm di sisi kanan dan 25 mm
di sisi kiri.

4. Pemeriksaan laboratorium

● Pemeriksaan darah rutin, hemoglobin, jumlah WBC total dan diferensial, LED, gula darah
dan kolesterol, pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan penunjang yang berguna.
● Tes khusus seperti T3, T4, kadar TSH darah.

Diagnosis Banding

Manajemen
Pengobatan eksoftalmus bertujuan untuk meredakan gejala dan mengatasi penyebab yang
mendasarinya. Dokter dapat memberikan suntik kortikosteroid atau obat tetes mata untuk
mengurangi peradangan. Obat tetes mata juga bisa diberikan untuk mengatasi mata kering.

29
Pasien juga akan disarankan untuk mengenakan kacamata hitam, untuk melindungi mata
dari paparan sinar ultraviolet dan polutan yang dapat mengiritasi mata. Jika eksoftalmus
disebabkan oleh penyakit tiroid, dokter dapat memberikan obat-obatan.

Dokter juga dapat menyarankan terapi radiasi dan operasi pengangkatan sebagian atau
seluruh tiroid. Sementara jika eksoftalmus disebabkan oleh tumor, operasi pengangkatan tumor,
radioterapi, kemoterapi, atau imunoterapi, juga dapat dilakukan oleh dokter.

Selain memberikan pengobatan, dokter akan menyarankan pasien yang merokok untuk
menghentikan kebiasaan tersebut. Hal ini karena rokok dapat mengurangi efektivitas pengobatan
eksoftalmus.

1. Operasi eksplorasi dan biopsi dilakukan.


2. Surgical Excision—dilakukan pada kasus tumor jinak, kista sanddermoid.

Ada 3 rute pendekatan dengan retensi mata:

i. Orbitotomi anterior,

ii. Orbitotomi lateral,

iii. Transfrontal (intrakranial).

3. Eksenterasi—Pengangkatan seluruh struktur orbita termasuk mata dan periosteum dilakukan


pada kasus perluasan keganasan ekstraokular seperti pada retinoblastoma.
4. Radiasi—Direkomendasikan jika terjadi kekambuhan dan metastasis tumor.

Komplikasi

● Eksophthalmos terkait tiroid mungkin membutuhkan waktu lebih lama, atau mungkin tidak
kembali normal, hingga 5% kasus tetap mengalami diplopia permanen, dan memperburuk atau
mempertahankan gangguan penglihatan permanen.
● Eksoftalmus yang tidak diobati dapat menyebabkan beberapa komplikasi berikut :

1. Penglihatan ganda yang permanen.

2. Kerusakan kornea akibat tidak dapat mengedip.

30
3. Kerusakan saraf mata.

4. Buta

Prognosis

● Paparan kornea yang berkepanjangan dapat mengakibatkan keratopati paparan sekunder jika
kornea menjadi sangat kering, terutama pada malam hari, jika ada penutupan kelopak mata yang
tidak lengkap. Kondisi ini dapat menyebabkan kemosis dan konjungtivitis. Ulserasi kornea
dan keratitis dapat terjadi sebagai komplikasi lebih lanjut.
● Gangguan penglihatan permanen seperti diplopia jarang terjadi jika etiologi yang
mendasarinya menerima perawatan lebih awal dan cepat.
● Komplikasi langka lainnya juga termasuk keratokonjungtivitis limbik superior dan atrofi
optik.

Pencegahan

Beberapa upaya yang dapat Anda lakukan untuk mencegah eksoftalmus adalah :

1. Menjalani kontrol dan berobat rutin jika menderita penyakit tiroid atau penyakit autoimun
lainnya.
2. Menjalani pemeriksaan mata rutin 1-2 tahun sekali.
3. Berhenti merokok
4. Menjalani pola hidup bersih dan sehat untuk mencegah infeksi.
5. Memeriksakan gigi secara rutin, untuk mencegah infeksi yang dapat menyebar dan menjadi
selulitis orbita.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Moore Keith L., Dalley Arthur F., Agur Anne M.R.. 2018 Clinically Oriented. Anatomy.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
2. Ilyas, s. (2018). Buku Ajar Ilmu Penyakit Mata FKUI. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
3. Basic Ophthalmology 4th Edition Ussama Maqbool.
4. Suhardjo, Hartono. (2008) Ilmu Kesehatan Mata Edisi pertama. Yogyakarta: Bagian
Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
5. Khurana (2007). Comprehensive Ophthalmology. New Delhi: New Age International.
6. Olver J. (2005). Ophthalmology at a glance. New York: Elsevier.
7. https://www.merckmanuals.com/professional/eye-disorders/symptoms-of-
ophthalmologic-disorders/proptosis
8. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7204542/
9. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559323/
10. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2547/penyebab-eksoftalmus
11. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2547/penyebab-eksoftalmus
12. https://medicastore.com/penyakit/838/proptosis
13. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20187784/
14. https://radiopaedia.org/articles/proptosis-
15. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7204542/

32

Anda mungkin juga menyukai