Pada laporan kasus ini, dilakukan analisis pada pasien atas nama Tn. S
pasien sudah mengalami sakit TB paru dan telah selesai melakukan pengobatan
selama 6 bulan. Setelah 5 bulan yang lalu dinyatakan sembuh, pasien kembali
paru). Namun, penyakit ini juga dapat mempengaruhi organ lain di luar paru
(TBC ekstrapulmonal). Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus
insiden setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan
insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan.
countries (HBC) untuk TBC berdasarkan 3 indikator yaitu TBC, TBC/HIV, dan
MDR-TBC. Terdapat 48 negara yang masuk dalam daftar tersebut. Satu negara
dapat masuk dalam salah satu daftar tersebut, atau keduanya, bahkan bisa masuk
dalam ketiganya. Indonesia bersama 13 negara lain, masuk dalam daftar HBC
420.994 kasus pada tahun 2017. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru
18
TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan.
Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC
68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang merokok. 2 Pada kasus ini,
pasien berjenis kelamin laki-laki dan memiliki kebiasan merokok yang merupakan
a. Gejala klinik
batuk ≥ 3 minggu
batuk darah
sesak napas
nyeri dada
Gejala sistemik
demam
gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun
Pada kasus ini, pasien memiliki gejala respiratorik batuk selama 1 bulan,
batuk dengan bercak darah 1 kali, dan sesak napas. Sedangkan gejala sistemik
yang ditemukan pada pasien yaitu keringat malam dan penurunan berat badan.
b. Pemeriksaan Jasmani
19
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
(atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di
daerah lobus superior terutama daerah apex dan segmen posterior, serta daerah
apex lobus
inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas
bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,
c. Pemeriksaan Bakteriologik
Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan
(termasuk biopsi jarum halus/BJH). Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS) yaitu
Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap pagi 3 hari
bronkoalveolar /BAL, urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat
20
lnterpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali pemeriksaan ialah bila:1
ditemukan
Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)
Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)
Kudoh) dan agar base media (Middle brook). Melakukan biakan dimaksudkan
Pada kasus ini, pemeriksaan dahak pada pasien tidak memenuhi standar
karena pasien hanya dilakukan pemeriksaan dahak 1 kali yaitu pagi hari dan
21
macam bentuk (multiform). Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB
aktif:1
Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
atau nodular
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat
luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas chondrostemal
junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4
atau korpus vertebra torakalis 5 (sela iga 2) dan tidak dijumpai kaviti.
Lesi luas, bila proses lebih luas dari lesi minimal.
Pada hasil foto thorax PA pasien didapatkan gambaran opasitas inhomogen
di lobus superior pulmo bilateral, batas tak tegas, air bronchogram (+), infiltrat
22
Gambar 1. Skema Alur Diagnosis P2TB1
23
Gambar 2. Skema Alur Diagnosis TB Paru pada Orang Dewasa (Alternatif)1
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi dalam:1
a. Tuberkulosis Paru BTA (+)
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b. Tuberkulosis Paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik
M.tuberculosis positif
24
Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa
Pada kasus ini pasien masuk dalam klasifikasi pasien tuberkulosis paru
BTA (-) dengan gambaran klinik (+), dan gambaran radiologik menunjukkan
tuberkulosis aktif.
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe penderita
yaitu:1
a. Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)
b. Kasus kambuh (relaps)
Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan)
Adalah penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif
menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan atau gambaran
25
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah
sembuh kemudian kembali lagi berobat dengan keluhan batuk namun hasil
pemeriksaan dahak BTA negatif tetapi pada gambaran radiologik dicurigai lesi
aktif kembali.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari
26
Obat lain masih dalam penelitian; makrolid, amoksilin + asam klavulanat
Derivat rifampisin dan INH
Tabel 1. Dosis Obat Anti Tuberkulosis1
dosis tetap dalam pengobatan TB. Dosis obat tuberkulosis kombinasi dosis tetap
27
Tabel 4. Efek Samping OAT dan Penatalaksanaannya1
28
Berikut pemeriksaan dalam terapi OAT yang penting diperhatikan:3
Pada pasien yang sebelumnya telah mendapat OAT, periksa hasil resistensi
OAT atau drug susceptibility test (DST) pada bulan kedua pengobatan, bila
pasien baru dan akhir bulan ke-3 pada pasien yang sebelumnya telah
mendapat OAT).
Jika masih positif, cek ulang sputum BTA pada akhir bulan ke-3 terapi pada
pasien baru dan akhir bulan ke-4 pada pasien yang sebelumnya telah
mendapat OAT.
Jka masih positif, pasien dinyatakan gagal terapi. Pada pasien baru yang
belum pernah mendapat OAT stop kategori 1 atau mulai terapi kategori 2.
29
Cek kultur dan DST pada pasien baru cek bulan dan DST pasien yang
klinis dan radiologik mendukung diagnosis TB. Pasien pada kasus ini disarankan
pengobatan TB
Resistensi inisial ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah penderitanya
sebelumnya.
Terdapat lima jenis kategori resistensi terhadap obat TB, yaitu:
terhadap INH saja, atau rifampisin saja, dll; Polyresistan adalah resistensi
terhadap lebih dari satu OAT, selain isoniazid (H) bersama rifampisin (R),
misalnya resistensi terhadap H-E atau R-E, atau H-E-S, dll; Multi drug resistan
(R), secara bersamaan dengan atau tanpa OAT lini pertama yang lain, misalnya :
HR, HRE, HRES; Ekstensif drug resistan (XDR) adalah TB MDR, disertai
resistensi terhadap salah satu obat golongan fluorokuinolon, dan salah satu dari
OAT injeksi lini kedua (Capreomisin, Kanamisin, dan Amikasin); Total drug
resistan (Total DR) adalah resistensi terhadap semua OAT (lini pertama dan lini
kedua).4
Faktor risiko MDR diantaranya tidak patuh berobat, hasil monitoring
sputum BTA tetap positif pada akhir bulan ke-2 dan ke-3 setelah terapi, riwayat
30
perburukan dengan terapi OAT, terpajan pada lingkungan atau instalasi yang
malabsorbsi atau rapid-transit diare, memiliki dabetes mellitus tipe 2. 3 Pada kasus
meliputi:1
Paduan obat: 2 RHZ(E-S)/ 4 RH dengan regulasi baik/ gula darah terkontrol
Bila gula darah tidak terkontrol, fase lanjutan 7 bulan : 2 RHZ(E-S)/ 7 RH
DM harus dikontrol
Hati-hati dengan penggunaan etambutol, karena efek samping etambutol ke
mata
Perlu diperhatikan penggunaan rifampisin akan mengurangi efektiviti obat
oleh Avicenna (Ibnu Sina) pada abad XI, yaitu TB merupakan penyebab kematian
diduga akibat dari gangguan sistem imun yang ada pada penderita DM,
adanya risiko aktivasi TB pada pasien DM, namun belum ada penelitian yang
31
tuberkulosis, dan risiko kematian yang lebih tinggi dari TBC dibandingkan
dengan pasien tuberkulosis saja. Diabetes dan tuberkulosis sering terjadi secara
diabetes dan tuberkulosis dengan cara menekankan skrining dua arah pada kedua
empat kelompok, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe khusus yang lain, dan DM
DM (poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya) dan keluhan lain (lemah badan, kesemutan, gatal, mata
kabur dan disfungsi ereksi pada laki-laki, serta pruritus vulvae pada perempuan).5
malam hari, sering haus, dan sering lapar. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan GDP 147 mg/dl dan GD2PP 279 mg/dl sehingga pasien didiagnosis
32
Penyakit TBC paru terjadi ketika daya tahan tubuh menurun. Dalam
(environment) dapat ditelaah faktor risiko dari simpul-simpul tersebut. Pada sisi
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang pada saat itu. Pengidap HIV AIDS
atau orang dengan status gizi yang buruk lebih mudah untuk terinfeksi dan
terjangkit TBC.2
spora. Walaupun tidak mudah diwarnai, sekali diwarnai bakteri ini menahan asam
atau alkohol sehingga disebut basil “tahan asam”. Pada jaringan tubuh,
Mycobacterium tuberculosis berupa batang lurus dan tipis berukuran sekitar 0,4 x
3 µm. Pada media artifisial, bakteri ini memilki bentuk kokoid dan filamentosa
yang terlihat dalam berbagai morfologi dari satu spesies ke spesies lain. Basil
tuberkulosis sejati ditandai oleh “sifat tahan asam” yaitu etil alkohol 95% yang
warna semua bakteri kecuali mikobakteri. Sifat tahan asam ini bergantung kepada
(atau selama 20 menit di atas air panas). Jangan sampai mendidih atau
sediaan kering.
3. Bilas dengan air deionisasi
33
4. Lakukan dekolorisasi dengan asam-alkohol 3,0% (etanol 95% dan asam
metilen Loeffler
7. Bilas dengan air terdeionisasi dan biarkan mengering.
Media kultur Mycobacterium tuberculosis yang sering digunakan adalah
organik kompleks (misal, telur segar atau kuning telur, tepung kentang, dna
untuk menghambat bakteri lain. Inokulum kecil dari spesimen pasien akan
tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%).
Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks
34
(complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor, dan
merupakan asam lemak berantai panjang (C78 – C90) yang dihubungkan dengan
fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah
apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna
berdiameter <25µm ketika pasien yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara.
Droplet akan menguap dan meninggalkan organisme yang cukup kecil untuk
terdeposit di dalam alveoli ketika dihirup. Ketika berada di dalam alveoli, sistem
imun pejamu akan merespon dengan mengeluarkan sitokin dan limfokin yang
membunuh organisme, sednagkan yang lainnya dapat dibunuh oleh basil. Setelah
1-2 bulan pasca papapran, di paru terlihat lesi patogenik yang disebabkan oelh
perkembangan penyakit dan tipe lesi yang terlihat. Basil tuberkulosis menyebar di
pejamu melalui penyebaran langsung, melalui saluran limfe dan aliran darah, serta
monosit, sel retikuloendoteliat, dan sel raksasa. Lokasi intraseluler ini merupakan
35
salah satu dari beberapa sifat mikobakteri yang mempersulit kemoterapi dan
penebalan epitel alveolar dan lamina basalis kapiler paru yang merupakan akibat
sekunder dari komplikasi mikroangopati sama seperti yang terjadi pada retinopati
dan nefropati. Gangguan neuropati dari syaraf otonom dapat berupa hipoventilasi
sentral dan sleep apneu. Selain itu juga dapat terjadi penurunan elastisitas rekoil
merupakan akibat kegagalan sistem pertahanan tubuh, dalam hal ini paru
mengalami gangguan fungsi pada epitel pernapasan dan juga motilitas silia.
Gangguan fungsi dari endotel kapiler vaskular paru, kekakuan korpus sel darah
merah, perubahan kurva disosiasi oksigen akibat kondisi hiperglikemia yang lama
dihasilkan oleh sistem imun baik innate immunity maupun adaptive immunity
merupakan respons utama tubuh untuk melawan TB. Terdapat peningkatan IFN-
pada pasien DM, demikian pula TNF-α. Hal ini menunjukkan gangguan respons
ambang batas untuk sekresi TNF-α, IL-6, IL-8 pada pasien dengan diabetes
diberi rangsangan lipopolisakarida (LPS) maka sekresi IL-1 dan IL-6 akan
turun dibandingkan pada monosit orang sehat. Dengan metode yang sama dari
36
monosit orang sehat yang dipapar dengan kadar gula tertentu menunjukkan
penurunan sekresi TNF-α dan IL-6. Makrofag dan monosit mengalami gangguan
kemotaksis dan fagositosis. Gangguan yang terjadi merupakan defek intrinsik oleh
karena pada percobaan in vitro monosit dari serum pasien tanpa DM, meskipun
dipapar gula, tetap memiliki fungsi yang normal. Penelitian Garud dkk di India
37
Konsep dasar dan proses terjadinya penyakit dalam epidemiologi
berkembang dari rantai sebab akibat menuju suatu proses kejadian penyakit yaitu
komponen tersebut. Model ini lebih dikenal dengan model triangle epidemiologi
atau triad epidemilogi dan cocok untuk menerangkan penyebab penyakit infeksi
sebab peran agent (yakni mikroba) mudah diisolasikan dengan jelas dari
lingkungan.8,9
38
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang dalam
Environment (AHE). Segitga epidemiologi ini sangat umum digunakan oleh para
metazoa, dll), unsur nutrisi karena bahan makanan yang tidak memenuhi standar
gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang disebabkan karena bahan dari luar tubuh
pestisida, dll), unsur fisika yang disebabkan oleh panas, benturan, dll, serta unsur
psikis atau genetik yang terkait dengan heriditer atau keturun. Demikian juga
dengan unsur kebiasaan hidup (rokok, alkohol, dll), perubahan hormonal dan
unsur fisioloigis seperti kehamilan, persalinan, dll. Pada kasus kali ini, agen
39
disebabkan oleh agen biologi yaitu bakteri Microbacterium tuberculosis yang
menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Faktor ini di sebabkan oleh
faktor intrinsik. Faktor penjamu yang biasanya menjadi faktor timbulnya suatu
diabetes melitus cenderung terjadi pada wanita serta kanker serviks yang
hanya terjadi pada wanita atau penyakit kanker prostat yang hanya terjadi
pada laki-laki atau yang cenderung terjadi pada laki-laki seperti hipertensi,
jantung, dll.
c. Ras, suku (etnik). Misalnya pada ras kulit putih dengan ras kulit hitam yang
didapatkan status gizi pasien baik, dimana didapatkan IMT pasien 22 kg/m2.
f. Bentuk anatomis tubuh
g. Fungsi fisiologis atau faal tubuh
h. Keadaan imunitas dan respons imunitas
i. Kemampuan interaksi antara host dengan agent
j. Penyakit yang diderita sebelumnya
k. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri. Pada kasus ini pasien
memiliki interaksi yang cukup sering dengan teman pasien yang memiliki
(agent)
40
b. Imunitas: kemampuan Host mengembangkan sistem kekebalan tubuh, baik
Pada laporan kasus ini, pasien mengalami sakit karena terdapat masalah
pada kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri dimana pasien
memiliki interaksi yang cukup sering dengan teman pasien yang memiliki
keluhan serupa dengan pasien namun tidak pernah berobat. Selain itu juga
menularkan penyakit yang diderita kepada orang lain. Oleh karena itu pada
laporan kasus kali ini juga dilakukan screening terhadap keluarga pasien yang
tinggal di rumah yang sama dengan pasien dan dilakukan intevensi untuk
3. Environment
Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang terjadinya
penyakit, hal ini karena faktor ini datangnya dari luar atau bisa disebut dengan
musiman. Lingkungan fisik ini dapat bersumber dari udara, keadaan tanah,
geografis, air sebagai sumber hidup dan sebagai sumber penyakit, zat kimia atau
41
Yang termasuk dalam faktor lingkungan soial ekonomi adalah sistem ekonomi
yang berlaku yang mengacu pada pekerjaan sesorang dan berdampak pada
penghasilan yang akan berpengaruh pada kondisi kesehatannya. Selain itu juga
yang menjadi masalah yang cukup besar adalah terjadinya urbanisasi yang
ekonomi keluarga kurang. Pada laporan kasus kali ini dari hasil anamnesis dan
sekitar sungai , kumuh dan gaya hidup yang tidak higenis dimana untuk kegiatana
mandi, buang air besar, buang air kecil dan mencuci baju menggunakan air sungai
di sekitar rumah pasien. Rumah pasien terbuat dari kayu sehingga kondisi rumah
Individu dengan status ekonomi yang rendah memiliki risiko status gizi
yang kurang sehingga mempengaruhi sistem imun, lingkungan rumah yang padat
penduduk, rumah dengan ventilasi yang kurang, kelembaban rumah yang tinggi,
dan polusi udara di dalam ruangan, sehingga memiliki risiko yang lebih besar
untuk terinfeksi TB. Lingkungan tempat tinggal pasien dan keadaan rumah pasien
yang lembab serta kurang penerangan dari cahaya matahari juga menjadi risiko
42
menyebabkan kadar oksigen kurang, kadar karbondioksida bertambah, suhu
ruangan, cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah harus cukup. Cahaya
risiko 3,9 kali lebih besar menderita TB daripada responden yang intensitas
pencahayaannya memenuhi syarat. Kondisi rumah pasien pada laporan kasus kali
ini berada pada lingkungan kumuh, dan kurang ventilasi sehingga menjadi salah
satu faktor eksternal yang mengakibatnya sakit pada pasien ini dan menjadi faktor
Kalimantan adalah pulau yang kaya akan Sumber Daya alam hayatinya.
Luas pulau Kalimantan adalah 743.330 km². Propinsi Kalimantan Selatan secara
geografis terletak di antara 114 19" 33" BT-116 33' 28 BT dan 1 21' 49" LS 1 10"
14" LS, dengan luas wilayah 37.377,53 km² atau hanya 6,98 persen dari luas
pulau Kalimantan. Salah satu ibu kota di Kalimantan adalah banjarmasin yang
pada umumnya wilayahnya adalah tanah rawa dan lahan basah. Lahan basah
adalah daerah buatan atau alami berair yang bersifat tetap atau sementara. Airnya
bersifat stagnan/menetap atau pun mengalir. Airnya bersifat tawar, asin, payau.
43
Lahan basah mempunyai manfaat untuk lingkungan sekitarnya. Seperti
menjamin persediaan air bersih, berguna untuk menyimpan sementara air limpas
berlebih, dapat mengukuhkan garis tepi laut sehingga mencegah erosi, pada
kehidupan satwa liar. Tetapi karena dilihat pemanfaatan lahan basah kurang baik
maka daerah lahan basah juga identik dianggap sebagai sumber penyakit seperti
contohnya malaria, demam berdarah, demam kuning, dan penyakit yang berkaitan
Rehabilitasi Paru
European Respiratory Society (ERS) pada tahun 1997 dan American
Thoracic Society (ATS) pada tahun 1999 telah melaporkan peran rehabilitasi paru
44
perawatan,
(seperti mengatasi cemas dan depresi) juga turut menjadi perhatian. Intervensi ini
gejala sisa yang persisten, keterbatasan aktivitas, dan atau tidak mampu
Selain TB Paru, program ini bermanfaat pada penyakit paru interstitial lainnya
terutama TB paru relaps, fibrosis kistik, bronkiektasis, kelainan dinding dada dan
penyakit paru kronis. Selain itu juga bermanfaat pada penyakit neuromuskular,
pasca operasi reduksi volume paru, fibrosis paru idiopatik, pasca tuberkulosis, dan
penyakit paru restriktif. Berikut gambar siklus batuk yang disertai sesak napas dan
45
Pemilihan jenis rehabilitiasi paru penderita TB tergantung gangguan faal
parunya. Secara garis besar komponen program rehabilitasi paru adalah sama,
yaitu
sehari-hari, dukungan nutrisi, latihan pernapasan, terapi fisik, terapi oksigen dan
bronkodilator. Komponen diatas diperankan oleh kerjasama tim yang terdiri dari
dokter spesialis paru, spesialis penyakit dalam, perawat, fisioterapis, ahli gizi,
1. Exercise training atau latihan fisik berupa latihan ketahanan dan kekuatan
anggota gerak bawah dan atas. Penderita dengan penyakit paru cenderung
untuk membatasi gerak karena gerakan akan menambah keluhan sesak, batuk
atau lainnya. Penderita akan lebih banyak pasif dan berakibat atrofi otot.
semakin sering memberikan hasil yang lebih baik. Bila latihan fisik dihentikan
gerak bawah ditekankan kepada kekuatan dan daya tahan otot. Latihan anggota
gerak atas berupa latihan lengan dengan alat (seperti ergometri lengan) atau
latihan lengan tanpa alat (seperti mengangkat beban bebas, pena atau
meregangkan karet gelang).24 Berikut panduan ATS tentang latihan fisik pada
penyakit paru kronis, dalam hal ini tidak menutup kemungkinan rehabilitasi
46
a. Minimal 20 sesi (dibagi 2-3 kali/minggu) untuk mencapati manfaat
fisiologis
b. Dapat dilakukan di rumah, poliklinik atau rumah sakit
c. Intensitas latihan yang tinggi menghasilkan manfaat fisiologis yang lebih
besar
d. Interval lebih sering diterapkan pada penderita dengan gejala yang lebih
menguntungkan.
dan terapi dini infeksi saluran napas akut, indikasi berobat, kontrol cemas,
diri dan rasa tanpa harapan. Penderita memerlukan dukungan keluarga dalam
lain. Status gizi dan kelemahan otot perifer mempengaruhi hasil rehabilitasi.
Nutrisi yang buruk tampak pada rendahnya berat badan dan abnormalitas
47
morbiditas terkait penurunan kekuatan otot pernapasan, toleransi latihan dan
status kesehatan. Nutrisi yang baik berkontribusi positif terhadap kekuatan otot
pernapasan.16,24
5. Breathing exercise merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
penderita ini sering tidak adekuat sehingga karbon dioksida tersisa dalam paru
yang akan memicu retensi CO2. Tehnik pernapasan diafragma dan Pursed lips
dilakukan dalam 4-6 detik dengan mengerutkan bibir dan penyempitan mulut
48
atau seperti posisi mencium atau bersiul. 21 Tujuannya untuk memperlambat
napas dan mengurangi kerja dari suatu pernapasan, yang dibarengi dengan
pernapasan diafragma dan latihan ini dapat dilakukan dengan meniup lilin,
meniup bola pingpong, dan membuat gelembung di dalam air minum dengan
menggunakan pipa hisap. Latihan ini berfokus pada pengontrolan inspirasi dan
ekspirasi juga dengan pola ekspirasi yang panjang dengan cara bibir mencucu.
mukosa, mobilitas sangkar toraks dan meningkatkan kekuatan, daya tahan dan
trunk dan extremitas yang dilakukan dengan deep breathing yang bertujuan
sangkar toraks dapat dilakukan dengan bantuan pergerakan dari bahu dan
anggota gerak atas selain itu antara sternum, torakal vertebra, serta otot-otot
49
panjang otot interkostalis dengan melakukan kontraksi yang efektif dari
benar, dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan
dapat mengeluarkan dahak secara maksimal dari jalan napas dan area paru.
Selain itu coughing exercise menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari
napas, dan tidak lupa sebaiknya pada pasien membuang mukus dikamar mandi
menyebar.24
8. Terapi fisik dada penting untuk mengalirkan sekret saluran napas bagi
perkusi dada dan vibrasi, dan kontrol batuk. Postural drainage memanfaatkan
hati-hati pada penderita osteoporosis atau kelainan tulang. Batuk adalah teknik
yang efektif untuk menghilangkan kelebihan lendir dari saluran udara yang
lebih besar. Tehnik kontrol batuk berupa menghirup udara sedalam mungkin,
lalu menahan napas selama beberapa detik kemudian batuk dua atau
tiga kali dengan mulut terbuka. Penderita disarankan mengompres perut bagian
50
jangka panjang, sekitar 20% diantaranya penderita pasca TB dengan gangguan
yang intermiten pada penderita yang tidak hipoksia (misalnya hanya saat
sequelae TB susceptible OAT dan 25% pada sequelae MDR-TB.15 Belum ada
data yang menyebutkan lama rehabilitasi paru yang akan memberi manfaat
pada penderita sequelae TB. Beberapa penelitian melaporkan lama waktu yang
menyebabkan manifestasi klinis yang beragam pada tiap sistem organ, sehingga,
presentasi klinis penyakit ini juga cukup beragam. Telah banyak penelitian yang
dan sulitnya pengobatan.9 Pasien pada laporan kasus kali ini memiliki riwayat
diabetes melitus yang sudah dibuktikan dengan hasil lab yaitu kadar GDS 279
mg/dl.
51
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang dapat menyebabkan
menentukan fungsi mikrobisida pada makrofag. Pajanan kadar gula darah sebesar
200 mg/dl secara signifikan dapat menekan fungsi penghancuran oksidatif dari
makrofag Selain terjadi kerusakan pada proses imunologi, pada pasien DM juga
sehingga terjadi defek eliminasi M-Tb. Defek fungsi sel-sel imun dan mekanisme
termasuk TB paru.26, 27
dengan paparan awal dan infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis yang diikuti
sitokin seperti IL6 dan TNFα sebagai tanggapan terhadap infeksi TB dapat
52
Pasien tuberkulosis yang aktif dapat memperburuk kadar gula darah dan
53