Anda di halaman 1dari 82

Case Report Session (CRS)

Branch Retinal Vein Occlusion (BRVO)

Preseptor: Djonny Djuarsa, dr., Sp.M

Disusun oleh:
Nuranisa Fauziah Hermayati 12100117020
Recky Rahman Haqiki 12100117068

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


SMF ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RUMAH SAKIT TNI AU DR. M. SALAMUN BANDUNG
2019
Identitas Pasien

• Nama : Tn. D
• Jenis Kelamin : Pria
• Usia : 50 tahun
• Alamat : Lembang
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Petani
• Tanggal Pemeriksaan : 25 Februari 2019
Anamnesis
Keluhan Utama:
Penglihatan buram pada mata kiri
Anamnesis

Pasien datang ke poliklinik mata dengan keluhan


penglihatan buram pada mata kiri sejak 10 hari yang lalu.
Keluhan tersebut dirasakan secara tiba-tiba oleh pasien. Pasien
mengeluhkan pandangannya menjadi gelap dan seperti ada yang
menghalangi. Keluhan disertai dengan nyeri kepala terutama
pada bagian belakang leher. Keluhan tidak disertai dengan
adanya mata menjadi kemerahan dan nyeri pada mata.
Anamnesis
Pasien menyangkal sebelumnya mengalami trauma pada bagian mata
kirinya, menyangkal melihat adanya tirai yang bergerak menutupi pandangan,
dan menyangkal sedang mengonsumsi obat-obatan seperti obat tuberkulosis
paru. Pasien mengaku tidak pernah memeriksakan tekanan darah sehingga
tidak mengetahui bahwa tekanan darahnya tinggi dan mengaku merokok.
Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit jantung, gangguan pembekuan
darah, dan kolesterol tinggi.

Pasien sebelumnya memeriksakan keluhan tersebut sebanyak dua kali


dan diberikan obat berupa obat tetes namun keluhannya tidak membaik.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
Tekanan Darah : 160/110 mmHg
Nadi : 82x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : afebris
Tinggi Badan : 170 cm
Berat Badan : 76 kg

Riwayat Gizi : Cukup


Keadaan sosial ekonomi: Cukup
• Penyakit Sistemik
• Tract Respirasi : Tidak ada kelainan
• Tract Digestive : Tidak ada kelainan
• Cardiovaskular : Hipertensi
• Endokrine : Tidak ada kelainan
• Neurologi : Tidak ada kelainan
• Kulit : Tidak ada kelainan
• THT : Tidak ada kelainan
• Gigi dan Mulut : Tidak ada kelainan
• Lain-lain : Tidak ada kelainan
Status Oftamologi
Pemeriksaan Visus dan Refraksi
Visus : OD: 6/20 Koreksi OD S-0.50 C-0.50 X 150 = 6/6
OS: 6/20 Koreksi OD S-0.50 C-0.75 X 150 = 6/6
Add S+ 2.25
Muscle Balance:
Hisberg test : ortotropia/ortotropia
Cover/Uncover test : ortotropia/ortotropia

Pergerakan Bola Mata:


Duksi : baik/baik ke segala arah
Versi : baik/baik ke segala arah
Pemeriksaan Eksternal
OD OS
Palpebra Superior Edema (-), hiperemis (-), pus (-), Edema (-), hiperemis (-), pus (-),
nyeri (-), ektropion (-), entropion (-), nyeri (-), ektropion (-), entropion (-),
massa (-), ptosis (-), lafgotalmus (-) massa (-), ptosis (-), lafgotalmus (-)

Palpebra Inferior Edema (-), hiperemis (-), pus (-), Edema (-), hiperemis (-), pus (-),
nyeri (-), ektropion (-), entropion (-), nyeri (-), ektropion (-), entropion (-),
massa (-), ptosis (-), lafgotalmus (-) massa (-), ptosis (-), lafgotalmus (-)

Cilia Trichiasis (-), distichiasis (-), Trichiasis (-), distichiasis (-),


madarosis (-) madarosis (-)
AP. Lakrimalis Epiphora (-), sekret (-), nyeri Epiphora (-), sekret (-), nyeri
(-), inversi (-), eversi (-), edema (-) (-), inversi (-), eversi (-), edema (-)

Konjungtiva Tarsalis Edema (-), hiperemi (-), folikel (-), Edema (-), hiperemi (-), folikel (-),
Superior papil (-) papil (-)
Konjungtiva Edema (-), hiperemi (-), folikel (-), Edema (-), hiperemi (-), folikel (-),
Tarsalis Inferior papil (-) papil (-)

Konjungtiva Bulbi Hiperemis (-) edema (-), injeksi (-), Hiperemis (-) edema (-), injeksi (-),
selaput (-) selaput (-)

Kornea Jernih, edema (-), infiltrate (-), Jernih, edema (-), infiltrate (-),
sikatrik (-) sikatrik (-)
Bilik Mata Depan Hipopion (-), hifema (-), Hipopion (-), hifema (-),
kedalaman sedang kedalaman sedang
Pupil Bulat, isokor, diameter 3mm, Bulat, isokor, diameter 3mm,
refleks cahaya direk indirek +/+ refleks cahaya direk indirek +/+

Iris Warna coklat, gyrus (+), lymph (+) Warna coklat, gyrus (+), lymph (+)

Lensa Jernih, shadow test (-) Jernih, shadow test (-)


• Pemeriksaan Slit Lamp dan Biomicroscopy :
Tidak dilakukan pemeriksaan
• Tonometri : OD 4/5.5 = 20.6
OS 5/5.5 = 17.3
• Gonioscopy : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Visual Field : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Pemeriksaan lain-lain :
Tidak dilakukan pemeriksaan
Funduskopi
Resume
Pria, 50 tahun mengeluhkan penglihatan buram pada mata kiri
sejak 10 hari yang lalu. Penglihatan buram dirasakan secara tiba-
tiba. Keluhan tidak disertai dengan mata merah dan nyeri pada
mata. Keluhan disertai dengan nyeri kepala. Riwayat hipertensi
baru diketahui. Riwayat merokok diakui.
Pemeriksaan Fisik :
Tekanan Darah: 160/110 mmHg
Visus : OD: 6/20 Koreksi OD S-0.50 C-0.50 X 150 = 6/6
OS: 6/20 Koreksi OD S-0.50 C-0.75 X 150 = 6/6
Add S+ 2.25
Tonometri : OD 4/5.5 = 20.6
OS 5/5.5 = 17.3
Funduskopi :
Diagnosis Banding
• Branch Retina Vein Occlusion (BRVO) Okuli Sinistra
+ Hipertensi Stage II
• Central Retina Vein Occlusion (CRVO) Okuli Sinistra
+ Hipertensi Stage II
• Branch Retina Artery Occlusion (BRAO) Okuli
Sinistra + Hipertensi Stage II
• Central Retina Artery Occlusion (CRAO) Okuli
Sinistra + Hipertensi Stage II
Diagnosis Kerja
Branch Retina Vein Occlusion (BRVO) Okuli
Sinistra + Hipertensi Stage II
Rencana Pemeriksaan
• Darah rutin
• Profil lipid
• Angiografi fluorescein
• OCT
Rencana Terapi
• Aspilet 80 mg 1x1 PO
• Konsul IPD
Prognosis
• Quo ad vitam : Ad bonam
• Quo ad functionam : Dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Anatomi Retina
Retina adalah lembaran tipis jaringan saraf yang
melapisi permukaan dalam 2/3 – 3/4 bagian posterior
bola mata, kecuali pada area diskus optik.
• Retina beserta pembuluh darah retina (dan diskus optik)
membentuk fundus okuli, yaitu bagian dsalam bola mata yang
terlibat melalui pemeriksaan oftalmoskopi.
• Pada pemeriksaan fundus atau oftalmoskopi, retina normal
akan terlihat cerah dan berwarna jingga, karena dibalik retina
yang transparan terdapat latar belakang pigmen melanin dari
lapisan epitel pugmen retina dan koroid.
• Bagian sentral retina posterior dikenal sebagai macula
lutea, yang berwarna kekuningan akibat adanya pigmen
luteal (xantofil) dan berdiameter sekitar 5.5 mm.
• Macula memiliki ketajaman pengelihatan terbalik atau
resolusi spasial tertinggi, yang bertanggung jawab
terhadap pengelihatan sentral.
• Pusat macula, subah daerah berdiameter 1.5 mm yang
disebut forvea, merupakan daerah paling tipis dari retina,
bersifat avascular, dan hanya terdiri dari sel kerucut tanpa
sel batang.
10
lapisan
retina
pada
potongan
lintang
dari luar
ke
dalam:
Retina
Neurosensorik
Retina neurosensorik
memiliki 3 elemen yaitu:
1. Elemen Neuronal
Elemen neuronal terdiri atas sel
fotoreseptor, sel bipolar, sel
horizontal, sel amakrin, dan sel
ganglion. Fotoreseptor terdiri dari
sel batang (rods) dan sel kerucut
(cones), dan pada setiap retina
manusia terdapat sekitar 120 juta
sle batang serta 6 juta sel kerucut.
2. Elemen Glial Sel Penyokong Pada Retina
Sel glial terdapat diantara akson sel ganglion di dalam
retina dan nervus optikus. Sel penyokong pada retina
adalah sel Müller, astrosit dan sel mikrogial.

3. Elemen Vascular
Retina memiliki dua suplai pendarahan, dan dua sawar
darah-retina (blood-retinal barrier). Kedua suplai ini
bersumber dari arteri ofttalmika, yang merupakan
cabang pertama arteri carotid interna. Fovea sepenuhnya
disuplai dari koriokapilaris.
Vaskularisasi

• Arteri retinal sentralis (cabang arteri oftakmika)  retina bagian


dalam yaitu lapisan nuklea interna dan lapisan sel ganglion
• Arteri retinal sentralis membagi kedalam 4 cabang utama di dalam
retina.
• Didalam retina, cabang-cabang utama arteri serta vena berjalan
didalam lapisan serabut saraf, dan mencabangkan arteriol
• Venula, cabang-cabang dari arteriola intraretina ini akan menjadi
kapiler yang bersambungan dengan kapiler vena di semua lapisan
bagian dalam retina, ke venula, hingga ke vena terminal sentral.
• Drainase sirkulasi arterial yang berasal dari arteri siliaris posterior
akna menuju 1-2 vena vortex yang berada pada keempat kuadran
bola mata. Vena vortex ini akan bergabung membentuk vena
oftalmika.
Fisiologi Retina
• Sel batang dan sel kerucut merupakan sel reseptor untuk indera
penglihatan.
• Cahaya mengubah visual purple yang terdapat di segmen luar
sel batang dan di epitel pigmen menjadi zat yang tak berwarna.
• Fungsi sel pigmen untuk pembentukan kembali visual purple
yang telah terurai.
• Vitamin A diperlukan untuk membentuk visual purple.
• Cahaya yang jatuh di retina diterima sel batang dan
kerucut  diubah menjadi rangsangan saraf yang
dihantarkan melalui sel bipolar dan sel-sel gangliom
sampai di otak,  diterima disana sebagai sensasi
cahaya.
• Sel-sel kerucut berperan utama pada penglihatan di
tempat terang (penglihatan fotopik) sedangkan sel-sel
batang terutama untuk penglihatan di tempat gelap
(penglihatan skotopik).
• Sel-sel kerucut digunakan untuk melihat jelas dan
persepsi warna dan sel-sel batang berperan terutama
untuk penglihatan malam dan orientasi visual.
Oklusi Pembuluh Darah Retina
Oklusi pembuluh darah retina adalah
tersumbatnya pembuluh darah retina yang dapat
disebabkan thrombosis atau emboli.
Faktor Predisposisi
• Hipertensi
• Diabetes mellitus (DM)
• Kelainan jantung
• Kelainan darah
• Penyalahgunaan obat/narkotika
• Penggunaan kontrasepsi
• Kehamilan
• Penyakit inflamasi seperti giant cell arteritis
(GCA)
Oklusi Pembuluh Darah Retina

Arteri Vena
CRAO (Central CRVO (Central
Retinal Artery Retinal Vein
Occlusion) Occlusion)

BRAO (Branch BRVO (Branch


Retinal Artery Retinal Vein
Occlusion) Occlusion)
Oklusi Arteri Retina
• Oklusi arteri retina (retinal artery occlusion/RAO)
merupakan suatu kelainan dimana terjadi sumbatan
pada arteri yang memperdarahi retina.
• Oklusi arteri retina merupakan manifestasi dari
gangguan sistemik sehingga diperlukan evaluasi
menyeluruh untuk mendapatkan gangguan yang
mendasarinya.
Epidemiologi
• Umumnya terjadi pada usia di atas 40 tahun
(90%), dan 10% terjadi pada usia di bawah 40
tahun.
• Pria > wanita
• Biasanya terjadi secara unilateral, hanya 1-2%
yang terjadi secara bilateral.
Faktor Predisposisi
• Hipertensi (tersering)
• Diabetes mellitus (tersering)
• Dyslipidemia
• Hiperhomosisteinemia
• Penggunaan alat kontrasepsi oral
• Penyakit jantung seperti infark miokard dan
endocarditis
• Giant cell arteritis
• Trauma
• Kelainan pembekuan darah
Patogenesis
• Trombosis terkait aterosklerosis yaitu terdapatnya sumbatan
akibat terbentuknya plak serta penebalan dinding tunika
intima arteri retina sentral
• Emboli yang berasal dari arteri karotid ataupun dari jantung
• Obliterasi pembuluh darah dan periarteritis yang biasanya
terkait dengan keluhan inflamasi seperti giant cell arteritis
atau SLE
• Angiospasme
• Peningkatan tekanan intra okuler
• Kelainan pembekuan darah yang biasa terjadi pada
seseorang dengan usia muda
• Thrombosis dan emboli merupakan mekanisme tersering
yang mendasari terjadinya oklusi arteri retina
Oklusi Arteri Retina Sentral (CRAO)

• Penderita CRAO umumnya datang dengan keluhan


penglihatan kabur mendadak pada satu mata tanpa disertai
mata merah ataupun nyeri.
• Pada sebagian penderita CRAO dapat terjadi kehilangan
penglihatan transien yang dapat terjadi selama beberapa detik,
menit hingga 2 jam yang disebut sebagai amarousis fugax
Etiologi
• Atherosclerosis-related thrombosis
• Carotid embolism
• Giant cell arteritis
• Cardiac embolim
• Periarteritis
• Thrombophilic disorder
• Retinal migraine
Pemeriksaan
Anamnesis:
• Penglihatan kabur mendadak atau gangguan lapang
pandangan tanpa mata merah atau nyeri
• Riwayat penyakit lengkap untuk mencari faktor predisposisi
Pemeriksaan oftalmologi:
• Visus sangat buruk, antara HM atau LP
• Refleks pupil (-)
• RAPD dapat (+)
Funduskopi:
• Retina pucat sebagian
• Cherry red spots
Pemeriksaan Penunjang
• Darah lengkap
• Kadar glukosa darah
• Fungsi jantung
• Angiografi fluoresin
• Elektroretinogram (ERG)
• Optical Coherence Tomography
Tatalaksana
Prinsip pengobatan:
• mengatasi thrombus atau embolus
• menurunkan tekanan intraocular
• mempertahankan status oksigenasi retina
• Melebarkan
• pembuluh darah mata sehingga memperbaiki
status perfusi retina
• Tekanan intraocular diturunkan segera dengan
asetazolamid 500 mg per oral atau obat tetes mata.
• Masase bola mata menggunakan kedua jari telunjuk
atau lensa kontak Goldmann dengan menekan bola
mata selama 5-10 detik kemudian dilepas 
vasodilatasi  trombus terlepas
• Tindakan ini dilakukan berulang selama 10-15 menit.
• Status oksigenasi retina dipertahankan dengan
memberikan terapi karbogen berupan campuran 5%
karbondioksida dan 95% oksigen.
• Karbondioksida akan menyebabkan dilatasi arteriol
retina, dan oksigen meningkatkan aliran oksigen ke
jaringan sistemik
• Fotokoagulasi laser bila terdapat neovaskularisasi
• Vitrektomi bila terjadi perdarahan vitreus
Preventif
Pemberian aspirin, clopidogrel, atau
dipirinnamid untuk mencapai agregasi platelet
yang normal.
Oklusi Arteri Retina Cabang (BRAO)
• Penderita BRAO umumnya datang dengan
keluhan penurunan penglihatan parsial, atau
• Gangguan lapang pandangan secara mendadak
pada satu mata
• Tanpa disertai mata merah ataupun nyeri
• Visus penderita BRAO lebih baik dibandingkan
CRAO.
• BRAO dapat berjalan asimtomatik dan diperlukan
penelusuran faktor predisposisi yang mendasari
terjadinya BRAO tersebut.
Anamnesis:
• Penglihatan kabur mendadak atau gangguan lapang
pandangan tanpa mata merah atau nyeri
• Riwayat penyakit lengkap untuk mencari faktor predisposisi
Pemeriksaan oftalmologi:
• Visus bervariasi
• Reflex pupil biasanya (+)
• RAPD dapat (+)/(-)
Funduskopi:
• Retina pucat sebagian
• Lokasi emboli dan trombus dapat ditemukan
• Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat daerah
yang pucat pada sebagian retina, bergantung pada
area yang mengalami sumbatan.
• Biasanya terjadi di daerah bifurkasio
(percabangan) pembuluh darah dengan area
tersering adalah daerah temporal.
• Emboli dapat terlihat pada 62% kasus
• Pembentukan kolateral arteri-arteri dapat terjadi
pada tanpa kronis
• Dapat juga terjadi hilangnya lapisan secara parsial
bergantung pada retina yang mengalami iskemia.
• Neovaskularisasi (jarang)
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan
faktor predisposisi
• Angiografi fluoresin
• Elektroretinogram
• OCT
Tatalaksana
• Pada BRAO prognosis visus pasien biasanya baik
dengan BCVA >6/12, oleh karena itu terapi
agresif seperti pada CRAO seringkali tidak
dibutuhkan kecuali tidak terdapat fovea.
• Faktor sistemik yang menjadi faktor predisposisi
perlu ditangani dengan profilaksis seperti
pemberian aspirin, clopidogrel dan lain-lain.
• Pada BRAO dengan penyakit jantung seperti
fibrilasi atrium dapat diberikan warfarin secara
hati-hati.
Oklusi Vena Retina (Retina vein
occlusion/RVO)
• Oklusi Vena Retina (Retina vein
occlusion/RVO) merupakan salah satu kelainan
vascular retina yang sering di temukan
• Potensial sebagai penyebab kebutaan peringkat
kedua setelah retinopati diabetic.
• Oklusi retina lebih sering terjadi dibandingkan
dengan oklusi arteri retina
Faktor Predisposisi
Aterosklerosis  menekan vena retina dan
mengakibatkan oklusi pada vena
• Apabila penekanan ini terjadi pada daerah
lamina kribosa yang sempit maka akan terjadi
oklusi vena retina sentral
• Apabila terjadi penekanan pada vena retina
diluar daerah lamina kribosa maka akan terjadi
oklusi vena retina cabang
Patogenesis
Aterosklerosis  menekan vena retina 
mengakibatkan oklusi pada vena  perlambatan
(stagnasi) aliran darah dan peningkatan tekanan
pada vena dan kapiler  Perdarahan dan
kebocoran cairan/edema.
Selain itu, jika terjadi iskemia maka dapat terjadi
neovaskularisasi.
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi terjadinya sumbatan:
• CRVO  daerah papil saraf optic
• BRVO  cabang dari vena retina

Berdasarkan klinis:
1. CRVO
– Iskemik : sumbatan secara total & tidak terdapat perfusi
untuk retina
– Non-iskemik : sumbatan secara parsial & masih terdapat
perfusi untuk retina
2. BRVO
Oklusi Vena Retina Sentral (CRVO)
Kelainan ini disebabkan oleh adanya sumbatan
pada vena retina sentral yang biasanya terjadi di
area lamina kribosa, dimana arteri dan vena
saling bersilangan dalam satu selubung yang
sempit.
• Funduskopi CRVO non-iskemik akan terlihat
vena retina yang berdilatasi dan berkelok-kelok
(tortunous), perdarahan blot dan dot atau flame-
shaped (lidah api) pada seluruh kuardian retina,
disertasi edema macula dan papil saraf optik.
• Neovaskularisasi retina/iris jarang ditemukan
pada tipe ini.
• Pada kasus CRVO yang iskemik, perdarahan
retina terjadi lebih ekstensif. Dengan dilatasi vena
yang lebih hebat, serta gambaran cooton wool
spots.
Manifestasi klinis
Anamnesis
• Visus turun mendadak
Pemeriksaan funduskopi
• Dilatasi vena
• Perdarahan intraretina
• Edema macula dan papil
• Cotton wool spots
Tatalaksana
Algoritma Penanganan Sumbatan Vena Retina Sentral Non-Iskemik
Pemeriksaan awal:
• Pemeriksaan ketajaman penglihatan
• Foto fundus
• Angiografi fluoresin
• OCT macula
• Pemeriksaan tekanan bola mata dan bila perlu gonioskopi
Bila tidak ada neovaskularisasai dan ada edema macula:
• Bila visus > 5/12: observasi
• Bila visus antara 6/12 dan 4/60: injeksi intravitreal anti VEGF atau
Ozurdex
• Bila visus <4/60: kemungkinan untuk terjadi perbaikan kecil, dan
resiko untuk menjadi iskemik dan terjadi komplikasi tingggi. Tetap
lakukan terapi dengan injeksi anti VEGF intra viteral, dan dilakukan
pengawasan untuk terjadinya NVI dan NVA.
Algoritma Penanganan Sumbatan Vena Retina Sentral Tipe
Iskemik
Bila terdapat neovaskularisasi iris atau sudut tapi sudut
iridokornea terbuka:
• Laser fotokoagulasi pan retina (PRP) urgen untuk dilakukan
• Evaluasi ulang 2 minggu kemudian
• Apabila amsih ada neovasikularisasi dilakukan PRP
tambahan injeksi intravitreal anti-VEGF
Bila terdapat neovaskularisasi iris atau sudut iridokornea,
sudut iridokornea tertutup, dan kenaikan tekanan intra okuli:
• PRP dengan diode laser urgen untuk dilakukan, atau
dilakukan tube shunt surgery
• Apabila terdapat pendarahan vitreous, yang menghalangi
visualisasi, dilakukan transkleral laser diode atau terapi krio
Bila belum ada neovaskularisasi iris dan sudut iridokornea:
• Observasi ketat
• Bila dipandang observasi ketat tidak efisien atau kepatuhan
rendah, maka pertimbangkan tindakan PRP profilaksi.
Oklusi Vena Retina Cabang (BRVO)
• Sumbatan dapat terjadi pada beberapa tempat
antara lain:
- pada cabang utama di sekitar daerah diskus
- pada daerah persilangan arteri-vena
- pada sebagian kecil daerah makula
Epidemiologi
• Penderita BRVO biasanya berusia di atas 50
tahun
• Setengahnya terjadi pada usia di atas 65 tahun.
• BRVO terjadi 5 kali lebih sering dari pada
CRVO
• Prevalensi BRVO sekitar 4,42/1000 populasi.
Faktor Risiko
• Usia di atas 60 tahun (lebih dari 50% berkaitan dengan
penyakit kardiovaskular)
• Hipertensi
• Diabetes mellitus
• Hyperlipidemia
• Diskrasia darah
• Perubahan konstituen darah dan viskositas darah
(missal anemia, leukemia, dan polisitemia),
• Kenaikan TIO (misal glaucoma)
• Kelainan kongenital
• Periflebitis
• Hyperopia.
Klasifikasi
1. Major branch vein occlusion
Dibagi menjadi:
a. Oklusi first order temporal branch pada optic disc
b. Oklusi first order temporal branch jauh dari optic disc
tapi melibatkan cabang macula

2. Minor macular branch occlusion


Hanya melibatkan cabang macula

3. Peripheral branch occlusion


Tidak melibatkan sirkulasi macula
Manifestasi klinis
• Oklusi dapat menyebabkan perdarahan retina,
perdarahan vitreus, dan edema retina.
• Akibat sumbatan vena maka terjadi stagnasi aliran
darah yang disebabkan oleh peningkayan tekanan intra
kapiler.
• Karena stagnasi ini kemudian terjadi iskemia retina
yang berakibat pengeluaran VEGF, akibatnya terjadi
1) kenaikan permeabilitas vascular yang berakibat edema
macula dan perdarahan retina serta
2) terbentuknya neovaskularisasi di retina dan iris yang
mengakibatkan perdarahan badan kaca dan glaucoma
neovaskular.
• Gambaran klinis
Pandangan buram secara mendadak dan gangguan
lapang pandang. Pasien dengan oklusi perifer
mungkin asimtomatik
• Visual acuity bervariasi berdasarkan keterlibatan
macula
• Fundus
• Dilatasi vena
• Flame-shaped dan dot-blit haemorrhages, edema
retina dan cotton wool spots
• Fluorescen Angiography (FA) pada fase awal
menunjukkan hipofluorescence karena perdarahan
retina sedangkan fase lambat menunjukkan
hiperfluorescence karena terjadi kebocoran
Pemeriksaan
Anamnesis:
• Visus turun mendadak
Pemeriksaan funduskopi:
• Dilatasi vena
• Pendarahan intraretina
• Edema macula dan papil
• Cotton wool spots
Funduskopi:
• Ditemukan vena yang berkelok-kelok,
• Perdarahan intraretinal berbentuk lidah api,
• Cotton-wool spots
• Edema retina
• Pada kondisi kronis, pendarahan dapat tidak
ditemukan. Pada kondisi tesebut biasanya tanda
yang dapat ditemui antara lain terbentuknya
telengiektasis dan edema macula.
• Neovaskularisasi jarang terjadi pada BRVO.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan faktor
predisposisi
• Angiografi fluorescein  ditemukan perpanjangan
waktu sirkulasi retina, area non-perfusi kapiler,
mikroaneurisma, telangiektasis pembuluh darah
kolateral, dan peningkatan permeabilitas kapiler
• Elektronetinogram
• OCT  menilai edema macula
Tatalaksana
• Terapi sistemik yang mendasari seperti hipertensi
atau hiperkolesterolemia
• Kortikosteroid seperti triamsinolon asetat injeksi
intravitreal untuk mengatasi edema macula
• Anti-VEGF intravitreal seperti bevacizumab atau
ranibizumab, berguna untuk mengurangi risiko
neovaskularisasi dan mengetasi edema macula.
• Fotokoagulasi laser dilakukan untuk mencegah
timbulnya neovaskularisasi, yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intraocular
dan pendarahan vitreus.
• Vitrektomi dapat dilakukan bila terjadi
perdarahan vitreus
Algoritma Penanganan Sumbatan Vena Retina Sentral Tipe Iskemik

Bila terdapat neovaskularisasi iris atau sudut tapi sudut


iridokornea terbuka:
• Laser fotokoagulasi pan retina (PRP) urgen untuk dilakukan
• Evaluasi ulang 2 minggu kemudian
• Apabila masih ada neovasikularisasi dilakukan PRP
tambahan injeksi intravitreal anti-VEGF
Bila terdapat neovaskularisasi iris atau sudut iridokornea,
sudut iridokornea tertutup, dan kenaikan tekanan intra okuli:
• PRP dengan diode laser urgen untuk dilakukan, atau
dilakukan tube shunt surgery
• Apabila terdapat pendarahan vitreous, yang menghalangi
visualisasi, dilakukan transkleral laser diode atau terapi krio
Bila belum ada neovaskularisasi iris dan sudut iridokornea:
• Observasi ketat
• Bila dipandang observasi ketat tidak efisien atau kepatuhan
rendah, maka pertimbangkan tindakan PRP profilaksi.
Algoritma penanganan oklusi vena retina cabang (BRVO) non
iskemik
Pada awal:
• Bila visus >6/12: dilakukan observasi selama 3 bulan
• Bila 6/12, ada edema macula, tapi fovea tidak tertutup
pendarahan:
- Bila fovea tidak iskemik: observasi regular selama 3 bulan
- Forvea iskemik ringan sampai sedang: injeksi anti VEGF
- Pengawasan ketat untuk terjadinya neovaskularisasi
• Bila visus  6/12 ada edema maskula, forvea tertutup
pendarahan retina:
• Injeksi anti VEGF intra vitreal selama 3 bulan (3x injeksi).
Setelah 3 bulan, dilakukan FFA: bila forvea iskemia berat:
terapi dihentikan.
Pada pemeriksaan tindak lanjut 3 bulan:
• Lakukan grid laser bila:
- Edema macula persisten
- Tidak terdapat iskemia forvea atau iskemia forvea ringan
- Penanganan lain tak berhasil atau tidak tersedia
• Bila visus menjadi >6/9 tanpa edema maskula:
- Bila semua hanya diobservasi, lanjutkan obeservasi.
- Bila semua injeksi anti VEGF, lanjutka penanganan tersebut.

Pemeriksaan tindak lanjut selanjutnya:


• Bila sebelumnya hanya diobservas: observasi tiap 3 bulan
sampai 18 bulan
• Bila terjadi edema macula rekuren: inisialisasi injeksi anti
VEGF kembali.
Algoritma penanganan untuk BRVO tipe iskemik
• Pengawasan ketat untuk terjadinya NV
• Apabila timbul NV: fotokoagulasilaser sectoral
• Injeksi anti VEGF intra vitreal bila
ditambahkan selain laser
Komplikasi
Terdapat 2 komplikasi utama yang mengancam,
diantaranya:
• Chronic macular oedema
Visual acuity yang buruk secara persisten setelah
terjadi BRVO. Beberapa pasien dengan visus 6/12
atau lebih buruk dapat melakukan fotokoagulasi
laser.
• Neovascularization
Dapat menyebabkan perdarahan vitreus dan
perdarahan preretinal yang berulang.
Prognosis
• Prognosis pada umumnya baik.
• Dalam 6 bulan sekitar 50% visus menjadi 6/12
atau lebih baik.
• Penyembuhan visus berdasarkan jumlah
drainase vena yang berhubungan dengan sisi
dan ukuran dari oklusi vena dan keparahan
dari iskemik macular.
• Prognosis dalam 6 bulan dapat terbentuk
cabang kolateral pada 50% kasus
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai