FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
2019
BAB I – ILUSTRASI KASUS
1. Identitas pasien
Nama : Ny. H
Usia : 52 tahun
Alamat : Pasir Jaya
Status : Menikah
2. Anamnesis
- Keluhan utama
2
Pasien tidak memiliki gejala penyerta seperti demam, batuk ataupun
pilek. Pasien juga tidak merasakan gejala semakin memburuk saat
menggerakan leher.
- Riwayat kebiasaan
3. Pemeriksaan fisik
3
- Tanda-tanda Vital : Tekanan Darah = 120/90 mmHg
: Denyut Jantung = 78x/menit
: Laju Nafas = 16x/menit
: Suhu tubuh = 36.4 oC
Pemeriksaan Generalis
4
- Tonsil T1-T1
- Faring tidak hiperemis
- Mukosa tampak basah
Thorax*
5
- Aortic Bruits (-)
- Metallic sound (-)
- Clicking sound (-)
6
Tenar - Nyeri tekan (-)
Resume
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan sering mengalami kesemutan dan
sering merasa kebas pada kedua telapak tangan sejak 3 bulan lalu. Rasa
kesemutan menjalar ke telapak tangan dan ibu jari, jari telunjuk, jari tengah dan
jari manis. Pasien juga pernah merasakan seperti tersetrum ketika sedang
memegang ponsel. Selain itu pasien juga mengeluhkan adanya nyeri ketika
menggerakan pergelangan tangan sejak seminggu lalu. Pada pemeriksaan fisik
terdapat hasil positif pada Tinnel test, Phalen test, Flick sign.
Tatalaksana
a. Puskesmas
- Medikamentosa
Ibuprofen 400mg 2 kali sehari selama
- Nonmedikamentosa
Mengurangi aktivitas yang memperburuk seperti mengulak, mencuci baju
dengan tangan, memasak dan lain-lain
7
Fiksasi pergelangan tangan
b. Saran tatalaksana
- Medikamentosa
Injeksi atau oral kortikosteroid
- Non-medikamentosa
Mengurangi aktivitas yang dapat memperburuk gejala
Fiksasi pergelangan tangan
Melakukan olahraga, Yoga
Edukasi tentang CTS
4. Diagnosis kerja
BAB II
LANDASAN TEORI
a. Definisi
8
neuropati yang disebabkan oleh kompresi pada saraf median yang
melewati carpal tunnel pada pergelangan tangan. Gejala awal meliputi
nyeri, mati rasa dan paresthesias. Gejala-gejala tersebut muncul dalam
beberapa variasi, pada ibu jari, jari telunjuk, jari tengah dan sisi jari dari
jari manis.1
b. Epidemiologi
9
wanita/pria di dua pertiga hingga sepertiga. Perkembangan CTS juga
terkait dengan umur. Meskipun CTS dapat terjadi pada semua umur, CTS
sering tejadi dalam rentang puncak usia 40-60 tahun. Hanya 10% dari
kasus CTS yang dilaporkan adalah pada pasien kurang dari 30 tahun.2
c. Etiologi
Penyebab utama dari CTS masih tidak diketahui jelas namun ada literatur
medis yang melaporkan beberapa studi dimana beberapa insiden CTS
memiliki beberapa penyabab, diantaranya adalah penyakit vaskular.
Trombosis arteri median adalah penyebab CTS pada fase akut. Bentuk lain
dari CTS yang belum sepenuhnya jelas diketahui, tetapi muncul di pasien
yang menderita insufisiensi ginjal kronis adalah ketika terjadinya fistula
arterio-vena yang menetap di dalam atau di sekitar kanal karpal dan pada
akhirnya menyebabkan kerusakan pembuluh darah.3
d. Patofisiologi
10
Terjadinya gangguan nutrisi intrafasikuler dapat menyebabkan rusaknya
jaringan endotel. Rusaknya jaringan endotel ini menyebabkan keluarnya
protein sehingga menyebabkan edema epineural. Jika hal ini dibiarkan
maka akan terjadi fibrosis epineural yang dapat merusak serabut saraf.
Pengingkatan tekanan di intrafasikuler juga mengakibatkan terjadinya
gangguan pada aliran darah.3,4
e. Faktor resiko
- Jenis kelamin wanita
- Peningkatan umur
- Obesitas
- Penyakit tiroid
- Diabetes
- Kehamilan
- Penyakit gagal ginjal
- Alkoholism
- Amiloidosis primer
- Keracunan obat.4
f. Manifestasi klinis
g. Diagnosis
11
1. Phalen’s maneuver
Pasien akan diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal, apabila
dalam 60 detik pasien merasakan gejala maka dapat mengarah ke
diagnosis CTS.
2. Torniquest test
Pada pemeriksaan ini dapat dilakukan pemasangan tourniquet dengan
menggunakan tensimeter di atas siku dan memberi ketakan sedikit di
atas tekanan sistolik dan apabila dalam jangka waktu 1 menit pasien
merasakan gejala maka dapat mengarah ke diagnosis CTS
3. Tinnel’s sign: pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan perkusi
pada kanal karpal dan apabila ditemukanya paresthesia atau nyeri di
bagian nervus medianus maka dapat menegakan diagnosis CTS.
4. Flick’s sign: pasien akan diminta mengibaskan tangan atau
menggerakan jari-jarinya dan apabila pasien merasakan keluhan
berkurang atau menghilang maka dapat membantu menegakan
diagnosis CTS.
5. Menilai kekuatan otot secara manual maupun dengan alat
dinamometer.
6. Pressure test: pemeriksaan ini dilakukan dengan memberi tekanan pada
kanal karpal dengan ibu jari dan apabila dalam jangka waktu kurang
dari 120 detik pasien merasakan gejala maka dapat mengarah ke
diagnosis CTS.
7. Bottle’s sign: pada pemeriksaan ini pasien akan diminta untuk
melingkarkan ibu jari dan jari telunjuk pada botol dan apabila pasien
tidak dapat menyentuh rapat maka hasilnya positif.6
h. Diagnosis Banding
a. C6 Radiculopathy
Cervical Radiculopathy adalah nyeri dan atau sindrom deficit
sensorimotor yang didefinisikan sebagai kondisi yang disebabkan oleh
12
kompresi pada akar nervus servikal. Kompresi dapat terjadi akibat
herniasi diskus, spondylosis, trauma atau tumor yang jarang terjadi.
Gejala dari C6 radiculopathy dapat berupa keluhan nyeri, mati rasa
atau kesemutan pada ekstremitas atas hingga nyeri seperti tersetrum
atau bahkan kelemahan. Untuk mendiagnosis C6 radiculopathy dapat
dilakukan pemeriksaan fisik seperti Spurling’s test dan neck
distraction. Pada pemeriksaan spurling’s test secara efektif
menyebabkan patologik foramen untuk menutup dan menyebakan
produksi ulang gejala.8
b. Tenosynovitis
Tenosynovitis adalah proses inflamasi yang mempengaruhi penutup
dari tendon. Tenosynovitis dapat terajadi pada tendon ekstensor
maupun fleksor dan pergelangan tangan dan tangan biasanya umum
terkena. Gejala tenosynovitis dapat berupa nyeri, pembengkakan, dan
kontraktur tendon/ektremitas yang terkena. Untuk mendiagnosa
Tenosynovitis biasa dilakukan pemeriksaan fisik yaitu Kanavel signs
untuk melihat nyeri tekan pada penutup fleksor, pembesaran tendon
yang terkena.9
i. Staging
Untuk mengevaluasi tingkat keparahan elektrofisiologikal dari CTS dapat
menggunakan five-stage scale. Skala ini dapat mengevaluasi muncul atau
absennya motor dan sensori respon, dan normal atau abnormalnya sensory
conduction velocity (SCV), distal motor latency (DML) saraf median, dan
uji kecepata konduski saraf komparatif.
5 tahapan yaitu:
- Skala I: DML normal dan segmen-digit pergelangan tangan dan
setidaknya ada dua tes yang abnormal dari tes komperatif yaitu
perbedaan antara latensi median dan saraf ulnar dalam segmen 8 cm
dari tangan ke pergelangan tangan; perbedaan antara SCV saraf
median dan ulnaris pada saluran digit-pergelangan tangan keempat;
13
perbedaan antara SCV saraf median dan radial pada saluran digit-
pergelangan tangan pertama; perbedaan antara otot lumbrical
interoseus kedua DML; perbedaan antara otot abduktor pollicis
brevis abductor digiti minimi DML
- Skala II: perlambatan segmen median digit-pergelangan tangan SCV
dan DML normal
- Skala III: perlambatan SCV dan DML segmen digit-pergelangan
tangan
- Skala IV: tidak adanya potensi aksi saraf sensorik (SNAP) di segmen
digit-pergelangan tangan (setidaknya M4) dan keterlambatan DML
- Skala V: tidak adanya SNAP dan potensi aksi otot majemuk.7
j. Scoring
k. Terapi
Terapi yang dapat diberikan pada pasien dengan CTS dapat dikategorikan
menjadi terapi konservatif dan surgikal. Pada pasien yang menderita CTS
yang sangat buruk maka biasanya akan menjalani prosedur operasi namun
jika pasien hanya mengalami gejala ringan hingga sedang dapat diberikan
terapi konservatif seperti perubahan bentuk aktivitas, splinting, olahraga,
yoga dan obat obatan oral atau injeksi steroid.3
14
l. Komplikasi
Komplikasi dari CTS dapat muncul dalam beberapa cara seperti nyeri,
kemerahan, erythema yang dapat disebabkan oleh infeksi, edema pasca
operasi, radang sendi seperti gout, atau sindrom nyeri regional kompleks.5
m. Prognosis
Secara general, CTS merespon baik terhadap terapi, tetapi kurang dari
setengah dari individu-individu yang menderita CTS melaporkan bahwa
tangan mereka sepenuhnya kembali normal setelah operasi.3
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
15
Rasa kesemutan yang dirasakan oleh pasien karena ketika nervus
median tertekan akan menyebabkan rasa kesemutan karena nervus median
sangat sensitif terhadap tekanan. Dan kesemutan hanya dirasakan di
beberapa jari yaitu ibu jari, jari telunjuk, jari tengah dan jari manis nervus
median melewati kanal karpal juga pada jari-jari tersebut.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, yaitu pada pemeriksaan fisik
Tinnel’s test yang digunakan untuk melihat apakah ada masalah saraf,
pada pasien ditemukan rasa seperti tersetrum yang menandakan Tinnel’s
test positif. Selain itu pasien juga ditemukan positif pada pemeriksaan fisik
Phlane’s test, Flick sign yang biasa digunakan untuk menegakan diagnosa
CTS.
Selain berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, Ny. H juga
memiliki beberapa faktor resiko terjadinya CTS yaitu trauma pada
pergelangan tangan dan obesitas.
16
digunakan untuk mendiagnosa tenosynovitis yaitu Finkelstein dan
Kanavel’s sign, hasilnya keduanya negatif maka kemungkinan Ny. H tidak
menderita Flexor Carpi Radialis Tenosynovitis.
REFERENSI
1. Sevy JO, Varacallo M. Carpal Tunnel Syndrome. [Updated 2019 Dec 21].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448179/
17
3. Luchetti, R. and Amadio, P. Carpal Tunnel Syndrome. Springer. 2010;
4:21-22. 14:105. 21:150
4. Wright AR, Atkinson RE. Carpal Tunnel Syndrome: An Update for the
Primary Care Physician. Hawaii J Heatlh Welf. 2019 Nov; 78(11 suppl 2):
6-10. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6874691/
18
19