Anda di halaman 1dari 32

CASE

TINEA KAPITIS ( Gray


Patch Ringworm)
Pembimbing : dr. Rudianto Sutarman, Sp.KK
Disusun oleh : Sri Yuliani Citra - 03012182
KE P A NIT E RA A N K L INI K ILMU P E NY A K IT D A LA M RSU D CIL E G ON
F A K UL TA S K E DO K TE R A N UN IV E R SITA S T RI SA K TI
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Dermatofitosis adalah jamur yang menyerang dan berkembang biak didalam
jaringan keratin (kulit, rambut, kuku) yang menyebabkan infeksi. Dermatofita
dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok: Trichophyton (yang
menyebabkan infeksi pada kulit, rambut, dan kuku), dan Epidermophyton
(yang menyebabkan infeksi pada kulit dan kuku), Mycrosporum (yang
menyebabkan infeksi pada kulit dan rambut).

Berdasarkan lokasi yang terkena, diklasifikasikan secara klinis kedalam tinea kapitis
(kepala), tinea faciei (wajah), tibea barbe (jenggot), tinea corporis (tubuh), tinea
cruris (selangkangan), tinea pedis et manun, tinea unguium. Sistem klasifikasi
dermatofit yang tersering digunakan adalah Zoofilik, Antropofilik, dan Geofilik.

Tinea kapitis atau infeksi jamur kulit kepala disebabkan oleh Microsporum gypseum
(geofilik), Microsporum ferrugineum (antrofilik) dan Trichophyton mentagrophytes
(zoofilik yang ditemukan pada hewan kucing, anjing, kuda, kambing dll .
I. Identitas Pasien

Nama : An. M
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 11 tahun
Alamat : Jl. Yasin Beji, Kebun dalem purwakarta, Cilegon
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum kawin
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Pelajar
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Pemeriksaan : 15 Juni 2017
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Gatal pada kulit kepala
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan gatal pada kulit kepala sejak 1 bulan yang lalu. Gatal terutama
dirasakan pada kulit kepala sebelah kiri. Gatal dirasakan terus menerus dan mengganggu
aktivitas, membuat pasien sering menggaruk-garuk kepalanya.Gatal bertambah jika
berkeringat, sedikit berkurang jika mandi berkeramas. Awalnya timbul bercak kemerahan pada
kulit kepala yang tidak berambut, berukuran kecil yang kemudian semakin meluas sebesar koin
diameter 4 cm berwarna pucat dan bersisik. Rambut di sekitarnya menjadi menjadi rapuh dan
mudah patah sehingga lama-lama terjadi kebotakan setempat di daerah kulit kepala tersebut.
Sudah berobat ke klinik sebelumnya, 3 minggu yang lalu dan diberi 2 macam obat salep (lupa
nama obatnya), warna obat putih dan biru lalu dioles 2x sehari pagi dan malam setelah
mandi, namun keluhan tidak berkurang. Pasien tidak pernah pernah diberi obat minum.
ANAMNESIS
- Pengobatan yang pernah didapat:

Salep bewana putih dan biru, diapakai 2xsehari (diolesi pagi dan malam)
- Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat alegi makanan dan obat disangkal

Riwayat asma disangkal

Riwayat bersin di pagi hari disangkal

Riwayat diabetes melitus disangkal


- Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat alegi makanan dan obat disangkal

Riwayat asma disangkal

Riwayat bersin di pagi hari disangkal


Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah pelajar kelas 5 SD. Pasien tinggal bersama seorang kakak dan kedua
orangtuanya di sebuah rumah di daerah pedesaan. Kondisi rumah cukup padat
penduduk. Tidak ada orang-orang sekitar yang mengalami hal serupa. Keluarga pasien
memiliki hewan peliharaan yaitu kucing , di sekitar rumah ada yang memiliki hewan
peliharaan kucing. Pasien sering bermain bersama kucing peliharaan kurang lebih 1
bulan
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis : Kepala : Dalam batas normal
Tekanan Darah : Tidak diperiksa Rambut : Terdapat borok ( sesuai status
Nadi : 100 x/menit lokalis )
Suhu : tidak diperiksa Leher : pembesaran KGB (-)
Respirasi : 20x/menit Mulut :Oral hyginen baik
Berat badan : 28 kg Thorak : Anemis (-), Ikterus (-), Cyanosis (-),
Keadaan Umum : Tamapak sakit ringan Dyspneu(-)
Kesadaran : Compos Metis Aksilla : pembesaran KGB (-)
Gizi : Cukup Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ektremitas : Atas : Akral hangat, edema (-)
Bawah :Akral hangat, edema (-)
Status Lokalis :
Lokasi: pada scalp regio temporalis
sinistra
Efloresensi : pada pemeriksaan fisik
tampak bercak yang menjadi pucat dan
bersisik, skuama disekitar muara rambut,
alopesia setempat(+),
Rambut disekitar bewarna keabuan dan
rapuh, tampak gambaran wheat field.
DEFINISI
DEFINISI
Tinea kapitis (Ringwormof the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes
tonsurans) adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang
disebabkan oleh spesies Microsporum dan Trichophyton.

3 bentuk Tinea Kapitis:


Gray patch ringworm
Kerion
Black dot ringworm
EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
Sering pada anak-anak 3-14 tahun dan jarang FKUI/RSCM tinea kapitis (1989-1992) hanya
ditemukan pada dewasa. 0,61-0,87% dari kasus jamur kulit.
Di Manado (1990-1991) sebesar 1,2-6,0% ,
Pasien tinea kapitis terbanyak pada masa Semarang 0,2%.
anak-anak <14 tahun (93,33%), anak laki-laki
Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%)
lebih banyak (54,5) dibanding anak
perempuan (45,5%). daripada tipe Gray Patch (37,5%)

Kasus pada dewasa karena infeksi Trychophytontonsurans dapat misalkan pada pasien AIDS.
Transmisi meningkat dengan berkurangnya hygiene dan sanitasi individu, padatnya
penduduk, serta status ekonomi rendah.
Spesies penyebab Microsporum gypseum (geofilik), Microsporum ferrugineum (antropofilik)
dan Trichophyton mentagrophytes (zoofilik yang dijumpai pada hewan kucing, anjing, sapi,
kambing, babi, kuda, dan kera
ETIOLOGI
ETIOLOGI
Penyebab tinea kapitis berbeda-beda berdasarkan letak
geografis.
Tinea kapitis disebabkan oleh spesies Trichophyton sp dan
Microsporum sp.
Di Amerika serikat penyebab terbanyak ialah Trichophyton
Tonsurans dan Microsporum Canis
Di Eropa, Amerika Selatan, Australia, Asia, dan Afrika Utara,
Tinea kapitis umumnya disebabkan oleh M.canis
Spesies antropifilik sebagai penyebab yang predominan
PATOGENESIS
PATOGENESIS
Terjadinya infeksi dermatofit melalui tiga langkah utama, yaitu:
1. Perlekatan Dermatofit pada Keratinosit
Perlekatan artrokonidia pada jaringan keratin tercapai maksimal setelah 6 jam, dimediasi oleh serabut
dinding terluar dermatofit yang memproduksi keratinase (keratolitik) yang dapat menghidrolisis
keratin dan memfasilitasi pertumbuhan jamur ini di stratum korneum. Dermatofit juga melakukan
aktivitas proteolitik dan lipolitik dengan mengeluarkan serine proteinase (urokinase dan aktivator
plasminogen jaringan) yang menyebabkan katabolisme protein ekstrasel dalam menginvasi pejamu.

2. Penetrasi Dermatofit melewati dan di antara Sel


Spora harus tumbuh dan menembus masuk stratum korneum dengan kecepatan melebihi proses
deskuamasi. Proses penetrasi menghasilkan sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang
menjadi nutrisi bagi jamur. Diperlukan waktu 46 jam untuk germinasi dan penetrasi ke stratum
korneum setelah spora melekat pada keratin.

3. Respons Imun Pejamu


Terdiri dari dua mekanisme, yaitu imunitas alami yang memberikan respons cepat dan imunitas
adaptif yang memberikan respons lambat. Pada kondisi individu dengan sistem imun yang lemah
(immunocompromized), cenderung mengalami dermatofitosis yang berat atau menetap.
PATOFISIOLOGI TINEA KAPITIS
PATOFISIOLOGI TINEA KAPITIS
1. Infeksi ektotrik (diluar rambut)
Di stratum korneum perifolikulitis

Batang rambut pada tengah-akhir anagen

Hifa turun ke folikel


Rambut menembus korteks

Berhenti di Adamsons fringe

Rambut patah di dasarnya


AA
TT
OO 2. Infeksi endotrik (di dalam rambut)

FF
II - kutikula tidak terkena
SS - artrokonidia dalam batang rambut menggantikan keratin intrapilari

II
OO
Rambut sangant rapuh dan patah pada permukaan kepala

LL Black dot

OO -lebih kronis karena tetap berlangsung difase anagen ke fase telogen

GG
I
MANIFESTASI KLINIS
MANIFESTASI KLINIS
1.Bentuk non inflamasi/tipe gray patch
Karena jamur ektotriks antropofilim, 2. Bentuk inflamasi/tipe kerion
M.ferugineum di Asia. Karena jamur ektotrik zoofilik
- papul eritematus di batang rambutmeluas (M.canis)/geofilik (M. Gypseum)
- folikulitis, pustula-kerionalopesia
- skuama,radang ringan sikatrik
- Rambut abu-abu dan kusam patah beberapa - gatal, nyeri, limfadenopati servikal,
mm demam
- puber asam lemak meningkat(fungistatik)
sembuh spontan
3. Tinea Kapitis black dot
Karena jamur endotrik antropofilik (T. Tonsurans atau T. Violaecum)
- Rambut rontok+/-, positif black dot
- Skuama difus, dibanyak tempat, batas jelek- jari2 membuka
- Rambut normal masih ada di alopesianya
Tinea Kapitis tipe Gray Patch.

Tinea Kapitis Black Dot


Tinea Kapitis tipe Kerion
PENEGAKAN DIAGNOSIS
PENEGAKAN DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
1. Gejala Klinis
PENUNJANG PENUNJANG
2.Pemeriksaan sediaan KOH
- Anak - anak -Infeksi ektotrik
- Alopesia, berskuama 1. Lampu Wood Artrokonidia pada sekitar
- Limfadenopati servical posterior - Fluoresen (+): hijau terang batang rambut kutikula
- Limfadenopati aurikuler posterior - Karena pteridin diproduksi rusak
- Kerion/ abses jamur yang tumbuh aktif
- - Positif: - Infeksi endotrik
- Microsporum canis, Atrokonidia dalam batang
- Microsporum audouinii rambut kutikula tidak
- Microsporum ferrugineum rusak
3. KulturMedia biakan yang
biasa dipakai adalah agar
Sabourand. Jamur akan
tumbuh dalam 5-14 hari
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS BANDING
a. Dermatitis seboroik
Peradangan yang biasanya terjadi pada sebelum usia 1 tahun
atau sesudah pubertas yang berhubungan dengan rangsangan
kelenjar sebasea. Tampak eritema dengan skuama diatasnya
sering berminyak, rambut yang terkena biasanya difus, tidak
setempat. Rambut tidak patah

b. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik yang berat dan luas mungkin mengenai kepala dengan
skuama kering putih dan halus. Khas tidak berhubungan dengan kerontokan
rambut, bila ada biasanya karena trauma sekunder karena garukan kepala
yang gatal-
DIAGNOSIS BANDING
3.Psoriasis Vulgaris
- seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematos berbatas
jelas dan berskuama lebih jelas dan keperakan
diatasnya, dan rambut-rambut tidak patah. Pada anak
sering hanya di kepala lihat kuku

4. Pitiriasis amiantasea (Pitiriasis asbestos))


Merupakan tumpukan skuama dalam masa yang kusut. Dermatitis
kepala lokalisata yang non infeksius, etiologi ?
- skuama tebal melekat dan mengikat batang rambut proksimal
- Kepala tampak beradang. Rontok rambut sementara dapat terjadi
dengan pelepasan manual skuama yang melekat
-
DIAGNOSIS BANDING
1. Alopesia area tepi yang eritematus pada stadium permulaan, tetapi dapat
berubah kembali ke kulit normal. jarang ada skuama dan rambut-rambut pada tepinya
tidak patah tetapi mudah dicabut
2. Trikotilomaniakarena pencabutan rambut oleh pasien sendiri. Umumnya panjang
rambut berukuran macam-macam pada daerah yang terkena. Tersering di kepala atas,
daerah oksipital dan parietal yang kontra lateral dengan tangan dominannya.
3. Pseudopelade alopesia sikatrik progresif yang pelan-pelan, umumnya sebagai
sindroma klinis : likhen planus, lupus eritematus stadium lanjut.

1.Alopesia area 2. Trikotilomania 3. Pseudopelade


Diagnosis banding tinea kapitis yang inflamasi

Pioderma bakteri infeksi kulit karena bakteri Staphylococcus aerius atau Streptococcus
pyogenes, misalkan folikulitis, furunkel atau karbunkel.
Folliculitis decalvans Merupakan sindroma yang secara klinis berupa folikulitis kronis
sampai sikatrik progresif. Folikulitis atrofik pada dermatitis seboroik.
Diagnosis banding alopesia sikatrik
- Diskoid Lupus Eritematosus
Diskoid LE di kepala tampak alopesia dan biasanya permanen khas ada foliculler plugging.
Tampak pada 1/3 pasien DLE.
- Liken planopilaris
- Lesi folikular disertai skuama yang kemudian menjadi alopesia sikatrik.
- Pseudopelade
- Dermatitis radiasi
TATALAKSANA
TATALAKSANA
Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk mencegah infeksi pada anak-anak lain.
Mencari kontak manusia atau keluarga, dan bila perlu dikultur
Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau topi, handuk, sarung bantal dan lain yang dipakai dikepala.
Anak-anak kontak disekolah atau penitipan anak diperiksakan ke dokter/ rumah sakit bila anak-anak terdapat kerontokan
rambut yang disertai skuama. Dapat diperiksa dengan lampu Wood.
Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan, sering perlu 3-6 bulan. Bila ada kerion dapat terjadi
beberapa sikatrik dan alopesia permanen.
Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, boneka dan pakaian pasien, dan sarung bantal pasien
dengan air panas dan sabun atau lebik baik dibuang.
Begitu pengobatan dimulai dengan obat anti jamur oral dan shampo, pasien dapat pergi ke sekolah
Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai penutup kepala.
TATALAKSANA
TATALAKSANA
Penatalaksanaan Khusus
1. Tablet Griseofulvin
Merupakan terapi Gold Standard. Dosis:
Tablet microsize (125, 250, 500mg) 20 mg/Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu.
Tablet ultramicrosize (330mg) 15 mg/Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu.
Secara umum griseofulvin dalam bentuk fine particle dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g
untuk orang dewasa dan 0,25-0,5 g untuk anak sehari-hari tau 10-25 mg/kgbb
Griseofulvin diberikan bersama makanan yang mengandung lemak. Lama pengobatan
bergantung keadaan klinis dan mikologik, minimal 6-8 mingg.
2.Itrakonazol (100 mg)
Sangat efektif untuk tinea kapitis baik spesies Microsporum maupun
Trichopphyton dengan dosis 5 mg/kgBB/hari selama 2-4 mingguu sampai
3-4 bulan
3.Tablet Terbinafin (tablet 250 mg)
Obat ini bersifat fungisidal primer terhadap dermatofit, Terbinaine yang
bersifat fungisidal juga dapat diberikan sebagai pengganti griseofulvin,
dosis yang diberikan adalah 3-6mg/KgBB/ hari selama 4 minggu
4. Tablet Flukonazol
Lebih diindikasikan untuk infeksi mukosa dan infeksi sistemik pada kasus Kandidiasis,
dan Kriptokokosis, terutama pada pasien imunokompromais. Flukonazol lebih cepat
resisten dibanding obat jamur lain, sedangkan untuk tinea kapitis, flukonazol tidak
lebih superior, sehingga sebaiknya flukonazol digunakan untuk kasus selektif. Dosisya 8
mg/Kg BB/minggu selama 8-16 minggu. Efektif untuk Microsporum maupun
Trichophyton.
TERAPI AJUVAN
Shampo
Shampo obat berguna untuk mempercepat penyembuhan, mencegah kekambuhan dan
mencegah penularan, serta membuang skuama dan membasmi spora viabel, diberikan
sampai sembuh klinis dan mikologis:
Shampo selenium zulfit 1% - 1,8% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit baru
dicuci.
Shampo ketokonazole 1% - 2% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit baru dicuci.
Shampo povidine iodine dipakai 2 kali / minggu selama 15 menit.
Pilihan Obat Sistemik pada Tinea Kapitis.
KOMPLIKASI
KOMPLIKASI

Infeksi Sekunder Alopesia Sikatrik


permanen
PROGNOSIS
PROGNOSIS
Umumnya pasien membaik
Penyakit ini dapat sembuh tetapi perlu adanya edukasi bahwa
penyakit ini dapat kambuh kembali jika imunitas penderita menurun,
higiene sanitasi yang jelek. Sehingga penderita diharuskan menjaga
kesehatan dan kebersihan diri
KESIMPULAN
Pasien seorang anak laki-laki berusia 11 tahun datang dengan rambut gatal pada kulit kepala
sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya timbul bercak kemerahan pada kulit kepala, berukuran kecil
yang kemudian semakin meluas menjadi bercak sebesar koin ukuran diameter 4 cm berwarna
pucat dan bersisik. Rambut pada pada bercak menjadi rapuh dan mudah patah. Dari status lokalis
(dermatologis) ditemukan tinea kapitis tipe Gray Patch.
Tinea kapitis (Ringwormof the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans) adalah infeksi
dermatofit pada kepala, alis mata dan bulu mata karena spesies Microsporum dan Trichophyton.
Pemeriksaan penunjang yang dapat mendukung diagnosis diantaranya adalah lampu Wood, KOH,
dan kultur.
Pengobatan pasien yaitu menggunakan obat sistemik dan topikal, gold standar terapi yang
digunakan sistemik adalah griseofulvin 20-25 mg/kgBB, sedangkan obat topical yang bersifat
adjuvant dapat berupa antifungal krim miconazol yang bertujuan mencegah perburukan penyakit
dan reinfeksi
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta. Fakultas Kedokteran
Indonesia:2011.p.95-99
Suyoso S, Agusni I, Ervianti E, Murtiastutik D. 2008. Tinea Kapitis pada Bayi dan Anak. Surabaya. Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga .
Verma S, Hefferman M. 2008. Supericial Fungal Inection: Dermatophytosis. Onychomycosis, tinea Nigra, Piedra. In K,
Wolf, L Goldsmith, S. Katz, B Gilchrest, A Paller & O. Leffel, Fitzpatrcks Dermatology in General Medicine. New York: Mc
Graw-Hill.p.1807-21
Kurniati, C. R. (2008). Etiopatogenesis Dermatofitosis. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 243-250.
Richardson, M., & Edwart, M. (2000). Model System for the Study of Dermatophyte and Non-dermatophyte Invasion of
Human Keratine. Revista Iberoamericana de Micologia , 115-21.
Koga, T. (2005). Immune Surveillance against Dermatophytes Infection. In P. Fidel, & G. Huffnagle, Fungal Imunologi
from Organ Perspective (pp. 443-9). Netherlands: Spinger.
Kakourou, T., & Uksal, U. (2010). Guidelines for the Management of Tinea Capitis. Pediatric Dermatology, 226-28.

Anda mungkin juga menyukai