Anda di halaman 1dari 19

Laporan Kasus dan Telaah Kritis Jurnal Diagnostik

POMPHOLYX

Oleh:
Ronny Andria
Andhika Citra Buana
Pembimbing:
Sitti Hajar

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSDU dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2016

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Shalawat
beserta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari jaman kebodohan ke jaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Sitti Hajar, Sp.KK yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam
penyusunan laporan kasus yang berjudul Pompholyx, serta para dokter di
bagian /SMF Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin yang telah memberikan arahan serta
bimbingan hingga terselesaikannya laporan kasus ini.
Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan serta keterbatasan. Oeh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap laporan kasus
ini demi perbaikan di masa yang akan datang.

Banda Aceh, September


2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI

iii

DAFTAR GAMBAR iv
PENDAHULUAN

LAPORAN KASUS 3
Identitas Pasien 3
Anamnesis 3
Pemeriksaan Tanda Vital
Pemeriksaan Fisik Kulit
Diagnosis Banding
4
Pemeriksaan Penunjang
Resume
5
Diagnosis Klinis 5
Tatalaksana5
Edukasi
5
Prognosis 5
ANALISIS KASUS

DAFTAR PUSTAKA 9
JURNAL
RESUME JURNAL
KRITISI JURNAL
SLIDE PRESENTASI

3
4
4

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Foto klinis pasien.7

Gambar 2 Diagnosa banding.1

PENDAHULUAN
Vesicular Palmoplantar eczema merupakan dermatitis yang terjadi di bagian
tangan dan kaki yang ditandai dengan lesi gelembung ukuran kecil hingga besar
secara klinis dan tampak vesikel spongiotik secara histologis. Penyakit ini
bermanifestasi sebagai dermatitis akut maupun kronik atau keduanya. Presentasi
klinis dan histologis dari dermatitis tangan, termasuk vesicular palmoplantar
eczema telah diketahui sangat tinggi pada dermatitis kontak dan alergi. Vesicular
palmoplantar eczema bisa dibagi kedalam empat kategori 1). Pompholyx, 2)
Chronic Vesicobulous Hand dermatitis, 3). Hyperkeratotic hand dermatitis, 4) Id
reaction. (1) (2)
Definsi pompholix adalah perkembangan dari vesikel yang terisolasi pada
telapak tangan, sisi dari telapak tangan dan pada sisi jari. Kondisi ini dapat eruptif
dan disertai dengan eritema dengan intensitas yang bervariasi serta adanya gejala
pruritus yang berat. Istilah pompoholix juga dapat diartikan munculnya vesikel
dan bula dari ukuran kecil hingga besar yang hadir secara tiba-tiba pada telapak
tangan dan telapak kaki dan paling sering pada tepi atau pinggir dari jari tangan,
jari kaki, telapak tangan dan telapak kaki. Pustul dapat tampak pada penderita
pompholix pada tahap awal atau dalam beberapa hari. (2) (3) (4)
Cheiropompholix dan podophompolix merupakan istilah yang kadang
digunakan untuk mendeskripsikan tempat lesinya apakah terdapat pada telapak
tangan atau telapak kaki. Ketika pompholix muncul pada telapak tangan disebut
dengan cheiropompholix dan ketika lesi timbul pada telapak kaki disebut
podopompholix. (2) (5)
Pompholix merupakan presentasi dermatitis tangan yang paling sedikit,
pada satu studi populasi, prevalensi 1 tahun dari pompholix diperkirakan sebesar
0,5%. Walaupun pompholix terjadi di seluruh dunia, penyakit ini sangat sedikit
ditemukan pada orang-orang Asia. Pompholix cenderung terjadi lebih sering pada
musim semi dan gugur. Kondisi ini sering juga dijumpai pada cuaca panas. Onset

tersering pompholix adalah orang-orang yang berusia antara 20-30 tahun. Dan
insiden antara laki-laki dan perempuan sama. (2) (6)
Beberapa etiologi pompholix adalah riwayat atopi, kontak alergi, stress
psikologi dan cuaca panas. Pompholix juga dilaporkan terjadi setelah konsumsi
piroxicam, setelah konsumsi beberapa bahan metal yang menjadi predisposisi
sensitisasi dari pasien yaitu nikel, kobalt dan chromate dan ada 39 kasus yang
dilaporkan menderita pompholix setelah terapi intravenous immunoglobulin.
Beberapa studi juga menunjukkan bahwa pada kebanyakan kasus penyebab
pompholix belum diketahui. (3) (4) (2) (6) (7)
Hubungan antara riwayat atopi dengan pompholix masih belum jelas. Pada
tahun 1992, Lodi et al melaporkan bahwa riwayat atopi menjadi faktor
predisposisi pada pathogenesis pompholix. Pada tahun 2003, Bryld et al,
melaporkan tidak adanya hubungan antara riwayat atopi dan pompholix. (3)
Terdapat sebuah algoritma untuk mendiagnosa pompholix, terutama dengan
membandingkannya terhadap jenis vesicular palmoplantar eczema yang lain.
Pompholix dapat terjadi cukup berat sehingga membuat pasien harus dirawat di
Rumah Sakit. Pompholix biasanya muncul dengan pola atau distribusi simetris.
Ketidaknyamanan dan rasa gatal bisanya mendahului perkembangan dari
gelembung, yang dideskripsikan seperti tapioca. Fase akut ini umumnya diikuti
dengan deskuamasi pada area yang menjadi tempat lesi. Penyakit ini biasanya
self-limited setelah 2-3 minggu, walaupun dapat kambuh kembali. (2) (8) (9)
Pada diagnosa kerja dari vesicular palmoplantar eczema, penting pertama
kali memeriksa bagian kaki untuk meng exlude kan diagnosa dermatophytid.
Kedua, pemeriksaan potassium hidroksida pada tangan digunakan untuk
mengesampingkan diagnose tinea manuum. Terakhir, patch test digunakan untuk
menyingkirkan diagnose dermatitis kntak atau reaksi sistemik pada kontak
allergen. Tidak ada temuan spesifik dari laboratorium mengenai karakteristik
vesicular palmoplantar eczema, walaupun IgE dapat meningkat pada pasien
dengan riwayat atopi. (2)

LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama

: Ny. L

Umur

: 26 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Subulussalam

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Status Pernikahan

: Menikah

HP/ Telp

: 081262926168

Nomor CM

: 1-10-28-00

Tanggal Periksa

: 20 September 2016

Anamnesis
Keluhan Utama

: Rasa gatal di jari kaki

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin


RSUDZA dengan keluhan gatal di kedua jari kaki .
Rasa gatal sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu.
Awalnya rasa gatal dirasakan di kaki kanan
kemudian kaki kiri pasien juga mengeluhkan rasa
gatal dan awalnya berbentuk berupa gelembunggelembung kecil namun karena rasa gatal ia
menggaruknya. Pasien mempunyai riwayat bersin di
pagi hari.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pernah berobat ke bidan di Subulussalam untuk
mengobatai keluhan rasa gatal namun tidak sembuh.
Riwayat Penggunaan Obat : Obat cream salap dari bidan di Subulussalam.
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak Ada keluarga pasien yang mengeluhkan
keluhan yang sama.
Riwayat Kebiasaan Sosial : Pasien merupakan seorang Ibu rumah tangga yang
sering membersihkan rumah.

Pemeriksaan Tanda Vital


Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Frekuensi nadi

: 80 kali/menit

Pemeriksaan Fisik Kulit


Regio

: Pedis dextra et sinistra

Diskripsi Lesi

: Tampak patch eritematous batas tidak tegas, tepi


irregular, , distribusi simetris dengan skuama kasar.

Gambar 1 Foto klinis pasien .

Diagnosis Banding
1.
2.
3.
4.
5.

Pompholyx
Keratosis Plantaris
Tinea Pedis Intradigitalis
Skabies
Kandidiasis Cutis

Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang yang spesifik untuk penyakit ini namun
patch test bisa dilakukan untuk menyingkirkan dermatitis kontak atau reaksi
sistemik terhadap alergen. Kadar IgE mungkin akan meningkat pada pompholyx.

Resume
Perempuan usia 26 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUDZA
dengan keluhan gatal-gatal pada jempol kaki sejak 3 bulan lalu. Pasien sering
bersin pada pagi hari dan pernah mendapat obat salap dari bidan di Subulussalam.
Pada pemeriksaan kulit tampat patch eritematous batas tidak tegas tepi irregular
distribusi simetris disertai skuama kasar.
Diagnosa Klinis
Pompholyx
Tatalaksana
Pasien diberikan Cetirizin tablet 2 kali sehari sebanyak 10 mg sebagai anti
histamin dan clobetasol proprionate 2x1 (pagi dan malam)

sebagai topical

kortikosteroid untuk mengurangi rasa gatal.


Edukasi
1. Memberitahukan bahwa penyakit pasien kemungkinan akan berulang.
2. Memberitahukan kepada pasien bahwa penyakit pasien bukan penyakit
yang berbahaya.
3. Memberitahukan kepada pasien untuk menjaga kebersihan untuk
menghindari infeksi.
4. Memberitahukan pasien untuk memakai obat sesuai anjuran dokter.
Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanactionam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

ANALISIS KASUS
Pasien pada kasus ini merupakan perempuan usia 26 tahun yang
didiagnosis dengan pompholix yang ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Pada anamnesis didapatkan keluhan berupa gatal pada jari kaki
yang sudah dirasakan sejak 3 bulan lalu.

Pasien menceritakan bahwa pertama

kali muncul lesi berupa gelembung-gelembung kecil pada kedua jari kaki. Karena
sering gatal, pasien jadi sering mengaruk bagian yang gatal pada kedua jari kaki.
Akibat sering digaruk maka timbul kulit yang terkelupas. Pasien juga memiliki
riwayat sering bersin di pagi hari. Pasien sebelumnya pernah mendapat obat salap
dari bidan di Subulusalam namun keluhan tidak berkurang.
Pasien dalam kasus merupakan seorang wanita berumur 26 tahun. Dalam
beberapa studi dari epidemiologi pompholix, wanita memiliki insiden yang sama
pada laki-laki. Dapat disimpulkan laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan
insidensi dalam kasus ini. Usia pasien juga sesuai dengan epidemiologi dari
beberapa studi yang menunjukkan bahwa pompholix paling sering terjadi pada
usia antara 20-30 tahun. (6)
Dari anamnesis, pasien mengatakan awalnya timbul lesi berbentuk
gelembung kecil yang terasa gatal di area lesi. Lesi yang timbul terjadi akibat dari
proses perjalanan penyakit dari pompholyx, dimana lesi yang terdapat pada
pompholix secara umum adalah gelembung dengan ukuran kecil hingga ukuran
yang lebih besar. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik juga didapatkan lesi
terletak pada pinggir jari kaki kanan dan kaki kiri, dimana lesi pompholix terjadi
pada telapak tangan, telapak kaki, pinggir jari tangan dan pinggir jari kaki. (2) (3)
Dari anamnesis pasien mengatakan memiliki riwayat bersin-bersin pada
pagi hari. Pompholix yang merupakan jenis akut paling sering dari vesicular
palmoplantar eczema, telah dilaporkan bahwa riwayat atopi dan dermatitis kontak
memiliki insidensi yang lebih tinggi dibandingkan etiologi lainnya. (2)
Dari anamnesis pasien juga mengaku mengalami stress akhir-akhir ini.
Beberapa etiologi yang menjadi faktor dari penyakit pompholix adalah riwayat
atopi, kontak alergi, stress psikologis dan cuaca panas. Oleh karena itu stress pada
pasien ini memainkan peranan dalam timbulnya penyakit. (2)
Tidak ada pemeriksaan yang spesifik pada pompholyx. Pemeriksaan dari
penyakit ini dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lainnya.
Pemeriksaan patch test diindikasikan apabila terdapat keraguan dalam
menentukan penyebab. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan patch test
karena indikasi untuk dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan. (2)

Pasien merupakan ibu rumah tangga, oleh karena itu tatalaksana yang
diberikan sebaiknya tidak menganggu aktivitasnya sehari-hari. Pada kasus ini,
pasien merasakan keluhan di bagian kakinya, oleh karena itu, untuk sementara
bagian kaki pasien tersebut harus banyak diistirahatkan. (5)
Pasien diberikan terapi antihistamin yaitu cetirizine. Obat ini diberikan
untuk mengurangi keluhan gatal dari pasien. Obat lainnya yaitu thyamisin dan
lotasbat oint digunakan sebagai antibiotik dan kortikosteroid topikal. Antibiotik
diberikan untuk menangani infeksi bakteri dan kortikosteroid topikal merupakan
first line dari pada penatalaksanaan pompholix yang berguna untuk menghentikan
inflamasi. (7) (2)
Edukasi pasien berupa menghindari factor pencetus yang diketahui memiliki
hubungan dengan penyebab terjadinya penyakit (faktor endogen dan eksogen),
serta menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit pompholix. Menghindari
faktor eksogen contohnya menjaga kebersihan diri untuk menghindari infeksi.
Faltor endogen contohnya adalah stress psikologi yang merupakan salah satu
etiologi dari pompholix. Selanjutnya memberitahukan kepada pasien tentang
penyakitnya bahwa penyakit ini berulang, sehingga tindakan pencegahan ini
sangat dianjurkan diterapkan bahkan setelah pasien sembuh. (2) (10)
Pompholix terkadang self-limited dalam 2-3 minggu, namun dapat kambuh
lagi. Pengobatan yang diberikan dalam beberapa kasus juga terbukti efektif untuk
meghilangkan gejala. Maka prognosis dari pompholix adalah dubia ad bonam
yang artinya penyakit ini memiliki prognosis baik, namun tetap dikhawatirkan
akan kambuh kembali. (2) (10)

Gambar 2.
No

Diagnosis

Alasan
Diagnosis

Definisi

Deskripsi Lesi

Gambar

Dermatiti
s Kontak
Iritan

Struktur
dan
bentuk
berupa
patch
eritemato
us

Dermatitis
Kontak
Alergika

Struktur
dan
bentuk
berupa
plak
eritema .

Dermatitis
Atopik

Penyakit
inflamasi
pada kulit
melalui
mekanis
me nonimunologi
k
yang
disebabka
n
iritan
eksogen
Merupaka
n
suatu
hipersens
itivitas
tipe
delayed
akibat
kontak
dengan
alergen
spesifik.

Tampak
patch
eritematous, lesi
berbatas
tegas,
jumlah multipel,
distribusi
bilateral.

Tampak plak
eritematous
batas
tidak
tegas,
tepi
irregular,
ukuran
lentikular
sampai
plakat,
distribusi
unilateral.
Tampak papul
disertai
ekskoriasi.
Struktur
Merupaka Tampak nodul
dan
n
suatu eritema,
bentuk
penyakit
batas tegas,
nodul
inflamasi
tepi regular,
eritemato kronis
distribusi
us
yang disertai
bilateral.
disertai
rasa gatal
rasa gatal yang
dimulai
sejak
bayi.

Palmoplant
ar
Pustulosis

Struktur
dan
bentuk
berupa
pustule

Merupaka
n
suatu
bentuk
yang
jarang
dari
psoriasis

Tampak
pustule
jumlah
multipel,
susunan
diskret,
ukuran
lentikuler
disertai
skuama
permukaan
kasar
dan
erosi
distribusi
bilateral.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suvirya S, Thakur A, Pandey SS, Tripathi SK, Dwivedi DK. Altered Levels of
Serum Zinc and Cadmium in Patients with Chronic Vesicobulous Hand and
Feet Dermatitis. Hindawi. 2016 March.
2. Doshi DN, Cheng CE, Kimball AB. Vesicular Palmoplantar Eczema. In
Goldsmith LA, Katz SE, Gilchrest B, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K.
Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. USA: Mcgraw-Hill; 2012. p.
187-193.
3. Schuttelaar LA, Coenraads PJ, Huizinga J, Monchy JGD, Veurmelen KM.
Increase in Vesicular Hand Eczema after House Dust Mite Inhalation
Provocation : A Double-Blind, Placebo-Controlled, Cross-over study. Contact
Dermatitis. 2012.
4. Yoon SY, Park HS, Lee JH, Cho LS. Histological Differentiation Between
Palmoplantar Pustulosis and Pompholyx. JEADV. 2012.
5. Berth-Jones J. Eczema, Lichenification, Prurigo and Erythroderma. In Burns
T, Breathnach S, Cox N, Griffths C. Rook's Textbook of Dermatology. UK:

Wiley-Blackwell; 2010. p. 1000-1002.


6. Leung AKC, Barankin B, Hon KL. Dyshidrotic Eczema. Enliven Archive.
2014 September.
7. Weller R, Hunter J, Savin J, Dahl M. Clinical Dermatology. 4th ed. Oxford:
Blackwell; 2011.
8. Kim DY, Kim JY, Kim TG, Kwon JE, Park J, Sohn H, et al. A Comparison of
Inflammatory Mediator Expression Between Palmoplantar Pustulosis and
Pompholyx. JEADV. 2013.
9. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews' Disease of the Skin Clinical
Dermatology. 11th ed. UK: Saunders-Elsevier; 2011.
10. Gawkrodger DJ. Dermatology (An Illustrated Colour Text). 4th ed. USA:
Elsevier; 2008.

RESUME JURNAL
Perbandingan Ekspresi Mediator Inflamasi antara Palmoplantar Pustulosis
dan Pompholyx
D.Y Kim 1, J.Y Kim2, T.G. Kim3, J.E Kwon4 , H.Sohn5, J.Park6, S.H.Oh

Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk membandingkan ekspresi dari beberapa


gen mediator inflamasi dan protein diantara pasien palmoplantar pustulosis dan
pompholix menggunakan sampel karingan kulit.
Metode :biopsy kulit yang diperoleh dari lesi di kulit pasien dengan palmoplantar
pustulosis dan pompoholix dianalisa dengan RT-PCR kuantitatif untuk mengukur
level mRNA dari Sembilan gen, yaitu IL-4, IL-8, IL-9, IL-17, IL-22, IFN-gamma,
CCL-20, granzyme dan perforin. Untuk analisa imunohistokimia , 34 parrafinembedded specimen dicampur dengan anti-IL-8, IL-17A, IL-22 dan antibody
granzyme B.
Results : hasil dari analisa gen, IL-8 dan IL-17A level ekspresi mRNA secara
signifikan lebih tinggi pada kelompok palmoplantar pustulosis dibandingkan

dengan kelompok pompholix, mengingat ekspresi mRNA dari granzyme B secara


signifikan lebih tinggi pada pompholix ketika dibandingkan dengan palmoplantar
pustulosis. Sehubungan dengan staining IL-17A imunohistokimia, jaringan dari
lesi PPP mengandung lebih banyak sel IL-17A+ secara signifikan pada epidermis
dan papillary dermis ketika dibandingkan dengan pompholix.

Selain itu,

intensitas dari imunorektifitas IL-8 juga besar pada lesi kulit PPP dibandingkan
jaringan dari pompholix
Conclusions : IL-8 dan IL-17A, keduanya meningkat pada jaringan PPP, hasil ini
menunjukkan mediator imunologik yang penting bagi kita untuk membedakannya
secara klini dengan pompholix. Penelitian ini menyediakan petunjuk yang
berguna untuk membedakan PPP dari pompholix, yang juga membantu kita untuk
memahami pathogenesis dari kedua penyakit ini
Resume
Palmoplantar Pustulosis ( PPP) merupakan penyakit umum kronis
kulit yang ditandai oleh adanya pustule yang steril didapat pada telapak
tangan dan telapak kaki. Meski PPP sering disebut sebagai variasi dari
gejala Psoriasis, seringkali lesi Psoriatic tidak ditemukan pada bagian
tubuh lainnya. Pompholyx merupakan vesicular palmoplantar eczema
yang biasanya muncul dengan erupsi vesikel akut kecil hingga besar dan
bula di telapak tangan dan telapak kaki walau lesi pustular dapat juga
muncul pada lesi sekunder.

Oleh karena kemiripan lesi pada kedua

penyakit ini, maka sulit untuk membedakan keduanya. Secara histologis,


pada PPP terjadi akumulasi neutrophil sedangkan pompholyx dengan
spongiosis dan vesikulasi intradermal. Meski terdapat banyak kesamaan di
antara kedua penyakit ini, mediator inflamasi belum pernah dibandingkan
sebelumnya sehingga penelitian ini bertujuan untuk membandingkan
ekspresi dari mediator inflamasi tertentu dan gen pada pasien pompholyx
dan PPP.
Penelitian ini menggunakan desain prospektif, analisa RT-PCR
menggunakan hasil biopsi kulit dari lesi dimana PPP (n=5) dan pompholyx
(n=7). untuk analisa immunohistochemical 34 spesimen dikumpulkan

antara 1995-2000 diambil dari Departemen Patology di Universitas Yonsei


di Korea Selatan. Dari 34 sampel, 22 diantaranya merupakan kasus PPP,
dan 12 diantaranya merupakan pompholyx. Dua kasus dengan kulit
telapak tangan yang normal mengelilingi tumor jinak juga dimasukkan
sebagai control.
Total RNA diekstraksi menggnakan RNeasy mini-kit. Satu
mikrogra, dari total RNA digunakan sebagai rangkaian pertama untuk
sintesis cDNA dengan Primescript. Kondisi siklus seperti berikut 2 menit
pada 50oC, 10 menit pada 95oC dan 40 siklus 90oC untuk 15 detik dan
60oC untuk 1 menit. Untuk setiap analisis mRNA ekspresi gen dikoreksi
dengan glyceraldehyde-3 phosphate dehydrogenase (GADPH) is mRNA
dalam sampel yang sama. Relatif kuantifikasi dihitung dengan
menggunakan hasil Ct dimana ( target Ct GADPH Ct). Kuantiti
relative dari mRNA dalam sampel PPP dalam pompholyx dihitung dengan
rasio relative 2-Ct diantara dua kondisi.
Semua bagian jaringan ditanam dan disimpan dan direhidrasi ,
untuk mendapatkan antigen sebelumnya menggunakan penyangga sitrat
mendidih. Setelah itu semua slide diberi kode dengan angka dan dievaluasi
dengan cara blinded

oleh dua pemeriksa independent. Data analisis

menggunakan test Mann-whitney dengan SPSS.


Hasilnya IL-8 dan IL-17A level ekspresi mRNA secara signifikan
lebih tinggi pada kelompok palmoplantar pustulosis dibandingkan dengan
kelompok pompholix, mengingat ekspresi mRNA dari granzyme B secara
signifikan lebih tinggi pada pompholix ketika dibandingkan dengan
palmoplantar

pustulosis.

Sehubungan

dengan

staining

IL-17A

imunohistokimia, jaringan dari lesi PPP mengandung lebih banyak sel IL17A+ secara signifikan pada epidermis dan papillary dermis ketika
dibandingkan dengan pompholix.

KRITISI JURNAL
Judul:

A Comparison of Inflammatory Mediator Expression Between Palmpoplantar


Pustulosis and Pompholyx
Penulis:
D.Y. Kim, J.Y. Kim, T.G. Kim, J.E. Kwon, H.Sohn, J.Park, B.J. Lim, S.H. Oh.
N
o
1.

PETUNJUK
Apakah

terdapat

KOMENTAR

ketersamaan

dengan baku emas (Gold Standard)

Pompholyx dan PPP ditandai secara


klinis oleh adanya erupsi akut vesikel
atau pustule pada telapak tangan atau

Jawab: Tidak ada

telapak kaki. Baik Pompholyx dan PPP


tidak

diketahui

penyebab

pastinya

hingga sekarang. Disebabkan juga pada


jurnal ini tidak disebutkan pemeriksaan
Golden standar pada kedua penyakit
2.

tersebut.
Apakah sampel subyek penelitian Pada penelitian ini, subjek penelitian dibagi
meliputi spectrum penyakit dari menjadi 2 bagian yaitu sampel untuk
yang ringan sampai berat, penyakit analisis ekpresi gen mediator inflamasi dan
yang

terobati

dan

tidak

terobati?
Jawab: Tidak
3.

tidak

disebutkan

adanya

pengambilan

sampel dari spectrum dari yang ringan ke

yang berat.
Apakah lokasi penelitian disebutkan Penelitian dilakukan di Bagian Patologi
dengan jelas?
Jawab: Ya

4.

dapat protein. Pada kedua bagian penelitian ini

Universitas Kedokteran Yonsei di Seoul,


Korea Selatan.

Apakah presisi uji diagnose dan Penelitian


variasi pengamat dijelaskan ?
Jawab: Ya

ini

membandingkan
inflamasi

dilakukan
ekpresi

antara

palmoplantar

mediator

Pompholyx

pustulosis

immunohistochemical

gen

untuk

dan

kedua

dan
analisa
penyakit

tersebut. Analisis data dilakukan dengan test


Mann-Whitney

dimana CT, rata-rata

SD , nilai CT yang lebih rendah


menunjukkan ekspresi mRNA yang lebih
5.

Apakah istilah normal dijelaskan?

normal

Jawab: Tidak

6.

tinggi
Pada penelitian ini tidak dijelaskan temuan
pada

kedua

bagian

penelitian

tersebut.

Apabila uji diagnose yang diteliti Penelitian ini menunjukkan ekspresi gen
merupakan

bagian

kelompok,

apakah

dari

suatu mediator inflamasi pada pompholyx dan

kontribusinya PPP. Hasil dari IL-8 dan IL-17A yang lebih

pada kelompok uji diagnose tersebut tinggi pada PPP dibandingkan Pompholyx
dijelaskan ?

kiranya bisa menjadi temuan khas pada PPP.

Jawab: Ya
7.

Apakah cara dan teknik melakukan Pada penelitian ini biopsy dari lesi kulit
uji diagnosa yang sedang diteliti pasien
dijelaskan,

sehingga

Jawab: Ya
Apakah kegunaan uji diagnose yang
sedang diteliti disebutkan ?
Jawab: Ya

dan

dilakukan

analisa

dapat terhadap ekspresi gen mediator inflamasi

direplikasi ?

8.

diambil

dengan menggunakan RT-PCR. Pada analisa


immunohistochemical

specimen

kulit

dengan melakukan staining pada sampel.


Peningkatan ekspresi dari IL-8 dan IL17A bisa untuk menunjukkan temuan
khas untuk PPP dan menyingkirkan
pompholyx

sebagai

kemungkinan

diagnosis.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil telaah kritis jurnal didapatkan dari 8 pertanyaan yang memilik
jawaban Iya adalah sebanyak 5 pertanyaan, Tidak Tahu sebanyak 0
pertanyaan dan Tidak sebanyak pertanyaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa

jurnal dengan judul A Comparison of Inflammatory Mediator Expression


Between Palmpoplantar Pustulosis and Pompholyx ini layak dibaca, dan layak
untuk diadaptasikan sebagai sebuah penelitian lanjutan di RSUDZA.

Anda mungkin juga menyukai