Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA BP.

R DENGAN
RHEUMATIK DI PUSKESMAS BUAY RAWAN OKU SELATAN

Disusun Oleh :

Nama : Anjelia Novriani

NIM : 21118059

Dosen Pembimbing : Sukron, S.Kep.,Ns.,MNS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNILOGI

MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN 2021
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA BP.R DENGAN
RHEUMATIK

PENGKAJIAN

A. Identitas Klien
Nama : Bp. R
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 70 tahun
Status Pekerjaan : Tani
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Gunung Cahya, Buay Rawan OKU Selatan
Tanggal Pengkajian : 27 Agustus 2021
Diagnosa Mesids : Rhematik

B. Keluarga atau orang lain yang penting / dekat yang dapat dihubungi
Nama : Tn.A
Alamat : Gunung Cahya, Buay Rawan OKU Selatan
No. Telepon : 0812713764xx
Hubungan dgnklien : Anak Kandung

C. Alasan Masuk
Klien datang ke puskemas Buay Rawan OKU selatan dengan keluhan klien mengatakan
mengalami penyakit rematik dan dirasakan pada bagian pinggang dan kaki, timbulnya
dirasakan pada malam hari saat cuaca dingin dan banyak beraktivitas sehingga membuat
klien sulit untuk tidur karena menahan sakit dan nyeri.

D. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan sakit dirasakan pada bagian pinggang dan menjalar ke kaki sakit
timbul pada malam hari saat cuaca dingin dan banyak beraktivitas.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak ada mengalamai penyakit lain seperti : hipertensi, diabetes
melitus dan lain-lain, hanya penyakit rematik yang dialami klien saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit keturunan
seperti : hipertensi dan diabetes melitus.

E. Pola Kebiasaan Sehari


1. Nutrisi
Frekuensi Makan : 3 x Sehari
Nafsu Makan : Baik
Jenis Makanan : Makan Nasi + Sayur + Lauk Pauk
Kebiasaan Sebelum Makan : Berdoa
Makanan Yang Tidak Disukai : Tidak Ada
Alergi Terhadap Makanan : Tidak Ada
Pantangan Makanan : Kacang-Kacangan, Sayur Yang Bergetah
Keluhan : Nyeri Pingang, Kaki, Lutut
Makanan yang memicu terjadinya rematik : kacang-kacangan, sayur yang
mengandung getah seperti : daun singkong, paku, sayur kangkung, sayur labu.

2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi dan Waktu : 5x Sehari
Warna : kuning jernih
Bau : pesing
Kesulitan : Tidak ada
Kebiasaan BAK pada malam hari : Sekali-kali

b. BAB
Frekuensi dan Waktu : 1x Sehari
Keluhan : Tidak Ada
Kebiasaan BAB pada malam hari : Tidak Ada

c. Personal Higine
Mandi : 3x Sehari
Oral Higini : 1x Sehari
Cuci Rambut : 1x Sehari
Kuku Dan Tangan : 2x Sehari
d. Istirahat dan Tidur
Lama Tidur Malam : 6 Jam
Tidur siang : Tidak Ada
Keluhan : Tidak Ada

e. Kebiasaan Mengisi Waktu Luang


Olahraga : Tidak Ada
Tidur Siang : Sekali- kali
Berkebun / memasak : Pergi Kekebun Setiap Pagi

f. Kebiasan Yang Mempengaruhi Kesehatan : Tida ada

g. Uraian Kronologis Kegiatan Sehari-hari

NO JENIS KEGIATAN LAMA WAKTU


1. Shalat Thajud 15 menit
2. Shalat Subuh 5 menit
3. Masak Untuk Sarapan tidak ada
4. Membersihkan Halaman Dirumah 15 menit
5. Belanja 1 jam
6. Nonton TV 1 jam
7. Masak Untuk Makan Siang tidak ada
8. Shalat Zhuhur 5 menit
9. Makan Siang 10 menit
10. Tidur Siang tidak ada
11. Mandi ≤ 10 menit
12. Shalat Ashar 5 menit
13. Nonton TV 1 jam
14. Shalat Magrib Dan Isyah 10 menit
15. Makan Malam 20.00 wib
16. Nonton TV 15 menit
17. Tidur Malam 21.00 WIB

h. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat ini
a. Keluhan Utama dalam 2 tahun Terakhir : Keluhan ini sudah dialami 2
tahun yang laluPenyakit Rhematik
b. Gejala yang dirasakan : Nyeri pada bagian pingang,sampai kaki
c. Timbulnya Keluhan : Pada malam hari saat cuaca dingin
d. Upaya Mengatasi : Kompres dengan air hangat ngilu kuku dan meminum
obat dari puskesmas.

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a. Penyakit pernah diderita : Tidak Ada
b. Riwayat alergi : Tidak ada
c. Riwayat kecelakaan : Tidak ada
d. Riwayat pemakaian obat : Tidak ada
e. Riwayat dirawat dirumah sakit : Tidak ada

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum ( TTV)
TD : 140 / 80 mmHg
N : 80 x/i
RR : 22 x/i
S : 37ºC40
b. Head to too
a) BB / TB : 55 kg / 165 cm
b) Rambut : sudah beruban dan bersih
c) Mata : Simetris, kunjungtiva tidak anemis
d) Telinga : simetris ki / ka tidak ada serumen
e) Mulut, gigi, dan bibir : mulut bersih, mukosa bibir kering, mulut
berbaun, gigi tidak lengkap, caries gigi (+)
f) Dada
Inspeksi : Retraksi dada sama kanan kiri, Tidak menggunakan otot
bantu pernafasan
Palpasi : Taktil Fremitus Teraba kanan kiri
Perkusi : Sonor Auskultasi : vesikuler
g) Abdomen
Inspeksi : L1 Kuadran abdomen simetris ki/ka, bentuk abdomen datar
Auskultasi : Bising Usus (-)
Perkusi : Thympani Palpasi : Tida ada nyeri tekan dan lepas
h) Kulit : Berwarna sawo matang, Struktur Kulit Keriput
i) Ekstermitas
Atas : inspeksi : tidak ada fraktur deformitas
Palpasi : tida ada nyeri pembengkakan pada sendi
Bawah : inspeksi : tidak ada fraktur, lesi (-) Palpasi : tidak ada
pembengkakan

4. Hasil Pengkajian Khusus


a. Masalah Kesehatan Kronis : Penyakit Rematik
b. Status Fungsional : Tingkat Kesadaran Penuh
c. Status Psikologis : Klien kooperatif, tidak mengalami psikologis
d. Dukungan Keluarga : Klien tinggal dengan istri sehari- hari, dirawat oleh
istri
5. Lingkungan Tempat Tinggal
a. Kebersihan dan kerapian ruangan : Ruangan bersih dan rapi
b. Penerapan dan sirkulasi udara : Sirkulasi udara baik
c. Keadaan kamar mandi dan WC : Kamar mandi bersih dan tidak
berbau
d. Pembuangan air kotor : Pembuangan melalui selokan
e. Sumber air minum : Air minum yang digunakan air
sumur di rebus
f. Pembuangan sampah : Tempat pembuangan sampah ada
g. Sumber pencemaran : Tidak ada sumber pencemaran /
baik
h. Penata halaman : Halaman bersih dan rapi
i. Privasi : Baik
j. Resiko injuri : Tidak ada resiko injuri

6. Masalah Kesehatan Kronis

NO Keluhan Kesehatan Selalu Sering Jarang T.Pernah


atau Gejala yang ( 3) ( 2) (1) (0)
dirasakan Klien dalam
waktu 3 bln
terakhir fungsi-fungsi
A Fungsi Penglihatan
Penglihatan Kabur 0
Mata Berair 1
Nyeri pada Mata 0
B Fungsi Pendengaran
Pendengaran Berkurang 0
Telinga Berdenging 0
C Fungsi Paru (Pernafasan)
Batuk lama disertai 1
keringat
malam
Sesak nafas 0
Berdahak / sputum 1
D Fungsi Jantung
Jantung berdebar-debar 0
Cepat lelah 1
Nyeri dada 0
E Fungsi Pencernaan
Mual / muntah 1
Nyeri ulu hati 1
Makan / minum banyak ( 0
berlebihan )
Perubahan kebiasaan 0
buang air besar ( mencret
/ sembelit
F Fungsi Pergerakan
Nyeri kaki saat berjalan 2
Nyeri pingang atau 2
tulang
belakang
Nyeri persendiaan atau 2
bengkak
G Fungsi Persarapan
Lumpuh atau kelemahan 0
pada kaki dan tangan
Kehilangan rasa 1
Gemetar / tremor 0
Nyeri / pegal pada daerah 2
tekuk
H9 Siapa
Fungsinama presiden
Saluran republic
Perkemihan 1
Indonesia sekarang : Bpk
Jokowi
10 Coba hitung angka terbalik 1
dari angka 20 ke 1 : 19 18, 17,
16, 15, 14, 13, 12, 11, 10, 9,
8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1

Hasil : Tidak Ada Nasalah

8. Fungsi Fisional

NO AKTIVITAS Mandiri Terantung


( nilai 1) (0)
1 Mandi dikamar mandi (mengosok, 1
membersihkan, dan mengeringkan
badan)
2 Menyiapkan pakian, membuka dan 1
mengenakan
3 Memakan makanan yang telah 1
disiapkan
4 Memelihara kebersihan diri untuk 1
penampilan diri ( menyisir rambut,
mencuci rambut, mengosok gigi)
5 Menggunakan sarana transfortasi 1
umum untuk berpergian
6 Buang air besar di WC 1
(membersihkan dan mengeringkan
daerah bokong )
7 Dapat mengontrol pembuangan feses 1
(tinja)
8 Buang air kecil dikamar mandi 1
membersihkan dan mengeringkan
daerah kemaluan.
9 Dapat mengontrol pengeluaran air 1
kemih.
10 Berjalan dilingkungan tempat tinggal 1
atau keluar ruangan tanpa alat bantu
seperti tongkat
11 Menjalankan ibadah sesuai 1
kepercayaan yang dianut
12 Melakukan pekerjaan rumah, seperti 1
merapikan tempat tidur, mencuci
pakaian, memasak dan membersihkan
ruangan
13 Berbelanja untuk kebutuhan sehari 1
dan kebutuhan keluarga
14 Mengelola keuangan ( menyiapkan 1
dan menggunakan uang sendiri )
15 Menyiapkan obat dan meminum obat 1
sesuai aturan
16 Merencanakan dan mengambil 1
keputusan untuk kepentingan
keluarga dalam penggunaan uang,
aktivitas social yang dilakukan dan
kebutuhan akan pelayanan kesehatan
17 Melakukan aktivitas diwaktu luang 1
( kegiatan keagamaan, social, rekreasi,
olahraga, dan menyalurkan hobi.

Hasil : Tidak Ada Masalah


ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1 DS : Proses menua Nyeri

 Bp.R mengatakan sudah lama Perubahan hormonal


merasa sakit pada bagian
pingang, kaki, dan lutut Proses Inflamasi
 Bp. R mengatakan nyeri pada
bagian pingang Permukaan tulang
 Bp. R mengatakan nyeri dibagian dan
pingang sampai kaki dirasakan sendi tidak lagi licin
pada malam hari
Tulang Mengalami
DO : gesekan

 Bp.R tampak memegang pada Nyeri


bagian pingang
 TD : 140 / 80 mmHg
 RR : 22 X/I
 S : 37 ºC
 N : 80 x/i
 P : Sebab nyeri karena penyakit
rematik
 Q : 1 – 3 menit
 R : pada bagian pingang, lutut,
dan kaki
 S :Skala nyeri 6

2 DS : Proses menua Krang pengetahuan


tentang rematik
 Bp. R mengatakan tidak penurunan daya ingat
mengerti tentang penyakit Kurang terpapar
rematik, makanan patangan dan informasi
cara pengobatan untuk rematik
 Bp.R mengatakan penyakit ini Kurang pengetahuan
sudah terjadi sejak lama dialami tentang rematik
klien.

DO :

 Bp. R tampak bertanya tentang


rematik, makanan pantangan dan
cara pengobatan rematik

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan kurangnya pemahaman/ mengingat,kesalahan interpretasi informasi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

N DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN


O TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
1 Nyeri akut/kronis berhubungkan Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan : agen pencedera; distensi keperawatan 2x24 secara komprehensif
jaringan oleh akumulasi cairan/ proses Jam diharapkan nyeri termasuk local,
inflamasi, destruksi sendi. dapat berkurang karakteristik, durasi,
dengan criteria hasil : frekuensi, kualitas dan
DS :
factor presipitasi.
 Mampu 2. Observasi rekasi nonverbal
 Bp.R mengatakan sudah lama
mengontrol nyeri dari ketidaknyamanan.
merasa sakit pada bagian pingang,
(tahu penyebab, 3. Gunakan teknik
kaki, dan lutut
mampu komunikasi terapeutik
 Bp. R mengatakan nyeri pada menggunakan untuk mengetahui
bagian pingang teknik pengalaman nyeri pasien.
 Bp. R mengatakan nyeri dibagian nonfarmakologi 4. Kaji kultur yang
pingang sampai kaki dirasakan pada untuk mempengaruhi respon
malam hari mengurangi rasa nyeri.
nyeri) (2-4) 5. Control lingkungan yang
DO :
 Melalporkan dapat memepengaruhi
 Bp.R tampak memegang pada bahwa nyeri nyeri seperti suhu ruangan,
bagian pingang berkurang pencahayaan dan
 TD : 140 / 80 mmHg dengan kebisingan.
 RR : 22 X/I manajemen nyeri 6. Kurangi factor persitipasi
(2-4) nyeri.
 S : 37 ºC
 Menyatakan rasa 7. Pilih dan lakukan
 N : 80 x/i
nyaman setelah penanganan nyeri
 P : Sebab nyeri karena penyakit
nyeri berkurang (Farmakologi, non
rematik (2-4) farmakologi dan inter
 Q : 1 – 3 menit personal).
 R : pada bagian pingang, lutut, dan 8. Kaji tipe dan sumber nyeri
kaki untuk menentukan
 S :Skala nyeri 6 9. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi.
10. Evaluasi keefekan control
nyeri.
11. Tingkatkan istirahat

Intervensi lainnya :

Lakukan Senam Rematik


untuk mengurangi nyeri :

1. Gerakan diawali menoleh


kiri dan kanan
2. Tundukkan kepala
3. Miringkan kepala
4. Memutar kepala
5. Lengan kedepan
6. Telapak tangan kearah
badan
7. Telapak tangan kedepan
8. Putar bahu kedepan
9. Putar bahu kebelakang
10. Busungkan dada
11. Telapak tangan kearah
bawah
12. Rentangkan tangan
13. Dorongkan tangan keatas
14. Putar pinggang
15. Bermain piano
16. Kaki kiri dan kanan
kedepan
17. Kaki kiri dan kanan
kebelakang
18. Angkat lutut
19. Tumit kedepan
20. Tumit kesamping
21. Kaki kebelakang
22. Tangan dilipat
23. Tepuk tangan
24. Tumit diangkat
25. Jalan ditempat

2 Kurang pengetahuan (kebutuhan Ssetelah dilakukan 1. Berkan penilaian tentang


tingkat pengetahuan pasien
belajar), mengenai penyakit, prognosis tindakankeperawatan
tentang proses penyakit
dan kebutuhan pengobatan selama 2x24 jam yang spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari
berhubungan kurangnya pemahaman/ diharapkan klien
penyakit dan bagaimana
mengingat,kesalahan interpretasi dapat memahami hal ini berhubungan
dengan anatomi dan
informasi penatalaksanaan
fisiologi,dengan cara yang
nyeri yang sering tepat.
DS : 3. Gambarkan tanda dan
timbul dengan
gejala yang biasa muncul
kriteria hasil : pada penyakit, dengan cara
 Bp. R mengatakan tidak mengerti yang tepat.
tentang penyakit rematik, makanan 4. Gambarkan proses
 Klien penyakit, dengan cara yang
patangan dan cara pengobatan menyatakan tepat.
pemahaman 5. Identifikasi kemungkinan
untuk rematik
tentang penyakit, penyebab, dengan cara
 Bp.R mengatakan penyakit ini kondisi dan cara yang tepat.
mengatasi 6. Sediakan informasi pada
sudah terjadi sejak lama dialami nyerinya. pasien tentang kondisi,
klien. dengan cara yang tepat.
 Klien mampu
7. Diskusikan perubahan gaya
menjelaskan
hidup yang mungkin
kembali apa yang
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
DO : dijelaskan masa yang akan datang dan
perawat/ tim atau proses pengontrolan
kesehatan penyakit.
Bp. R tampak bertanya tentang rematik,
lainnya. 8. Diskusikan pilihan terapi
makanan pantangan dan cara atau penanganan.
9. Instruksikan pasien
pengobatan rematik
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

WAKTU TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI


Hari 1 1. Melakukan Senam untuk 1. Klien terlihat nyaman
mengurangi rasa nyeri 2. Klien terlihat nyaman dan
2. Menggunakan teknik komunikasi dapat mengulangi nama
teraputik untuk mengetahui perawat.
pengalaman nyeri. 3. TD : 110/70 mmHg RR :
3. Mengukur TD, RR, Nadi 20x/menit Nadi :
4. Memberikan penilaian tingkat 79x/menit
pengetahuan klien tentang rematik 4. Klien mengatakan tidak
5. Mengidentifikasi kemungkinan tahu rematik itu apa, yang
penyebab sakit dikaki itu muncul dirasakan hanya sakit pada
6. Melakukan pengkajian nyeri kaki
7. Mengkaji kultur yang 5. Klien mengatakan sakit
mempengaruhi respon nyeri muncul pada subuh hari
8. Mengkaji tipe dan sumber nyeri dan pada saat klien
yang menentukan intervensi \ merasakan dingin
9. Mengajarkan klien teknik relaksasi Klien mengatakan P= kaki,
nafas dalam Q=seperti ditusuk-tusuk,
10. Mengkaji kemampuan klien dalam R= lutut sebelah kiri, S=
mobilisasi skala 6 menggunakan
11. Mengidentifikasi prilaku dan faktor wong beker, T= sakit
yang mempengaruhi risiko jatuh terasa hilang timbul
12. Memberikan klien alat bantu jika 6. Klien mengatakan nyeri
diperlukan datang pada subuh hari
13. Mengidentifikasi potensi jatuh dan pada saat klien merasa
klien dingin
14. Mengidentifikasi lingkungan klien 7. Klien mengatakn nyeri
15. Mengajarkan klien tentang teknik
ambulasi dilutut sebelah kiri
16. Membantu klien untuk 8. Klien dapat melakukan
menggunakan alat bantu jalan teknik relaksasi nafas
17. Meminta klien untuk beristirahat dalam
9. Klien menggunakan alat
bantu jalan (kruk) ketika
kakinya tidak sakit
10. Klien mengatakan tidak
pernah ja
11. Klien memerlukan alat
bantu jalan
12. Klien tidak dapat berdiri
dan klien memakai alat
bantu jalan
13. Lingkungan klien terlihat
rapi dan bersih
14. Klien terlihat antusias
untuk mengggunakan alat
bantu jalan
15. Klien tidak mampu
mengangkat bokongnya
16. Klien akan beristirahat

Hari Ke 2 1. Mengukur TD, RR, dan Nadi 1. TD : 120/70 mmHg, RR:


2. Melakukan pengkajian nyeri 21x/menit, Nadi :
3. Mengobservasi reaksi nonverbal 83x/menit
dari ketidaknyamanan 2. Klien mengatakan P= sakit
4. Mengevaluasi keefektifan kontrol dikaki, Q= sakit seperti
nyeri ditusuk-tusuk, R= bagian
5. Melakukan kompres menggunakan lutut sebelah kiri, s= skala
buli-buli panas menggunakan wong beker,
6. Menyarankan klien untuk T= sakit terasa hilang
melakukan relaksasi nafas dalam timbul
7. Mendorong klien menggunakan 3. Klien terlihat meringis
alat bantu jalan 4. Klien melakukan relaksasi
8. Membantu klien menggunakan alat nafas dalam ketika
bantu jalan kakinya sakit
9. Melatih klien dalam pemenuhan 5. Klien mengatakan merasa
ADL Menyarankan klien merubah nyaman ketika diberi
gaya berjalan kompres panas
6. Klien melakukan relaksasi
nafas dalam saat diberi
kompres
7. Klien akan menggunakan
alat bantu jalan
8. Klien dapat menggunakan
alat bantu jalan
9. Klien menggunakan kruk
untuk berjalan
JURNAL TERKAIT

Vol XII Jilid 1 No.79 Januari 2018

PENGARUH SENAM REMATIK TERHADAP PENURUNAN NYERI REMATIK PADA


LANSIA

Ridhyalla Afnuhazi

Akademi Keperawatan Nabila Padang Panjang Email : ridhyallaafnuhazi@yahoo.co.id

ABSTRACT

Changes will occur on the body in line with increasing age. The circumstances of the case it look
on the system muskuloskletal and the other networks which will cause rheumatic diseases.
According to the WHO about the arthritis sufferer 2014 355 million people throughout the world
while in Indonesian rheumatism sufferers about 69.43 million inhabitants. The refore
implemented an arthritic gymnastics can decrease scale of pain in sufferers of rheumatism. The
type of research used Quasi experimental nature of pre-post test with control group. The
population in this research is elderly aged 60 to 80 years. The sample in this research totalled 16
people given gymnastics rheumatism. With the techniques of sampling the sampling porpusive.
This research has been conducted in april-may 2016. Dikumpulkandengan data using the
observation sheets are then processed with computerized analyzed by Univariate and bivariat.
The research results obtained on the implementation of the results of the univariate gymnastics
rheumatism as many as 16 people. Result of the decline in the scale of pain not significant after
doing gymnastics rheumatism. The results of statistical tests in the get sign = 0.004 invisible
means there is influence of gymnastics rheumatism pain scale decline in the elderly Maternal
Affection PSTW Batusangkar. The conclusion to be drawn that there is a decreasing scale of pain
after doing gymnastics rheumatism on the elderly and also recommend to the elderly to
routinely perform gymnastics rheumatism.
Keywords : Rheumatic, Rheumatic Gymnastics, Decreased Pain.

ABSTRAK

Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh sejalan dengan meningkatnya usia. Keadaan
demikian itu tampak pada sistem muskuloskletal dan jaringan yang lain yang akan
menyebabkan penyakit rematik. Menurut WHO tahun 2014 penderita rematik sekitar 355 juta
penduduk seluruh dunia sedangkan di Indonesia penderita rematik sekitar 69.43 juta penduduk.
Maka dari itu dilaksanakan senam rematik yang dapat menurunkan skala nyeri pada penderita
rematik. Jenis penelitian yang digunakan bersifat Quasi Experimental pre-pos test with control
group. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia berumur 60-80 tahun.Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 16 orang yang diberikan senam rematik. Dengan teknik pengambilan
sampel porpusive sampling. Penelitian ini telah dilakukan bulan april-mei tahun 2016. Data
dikumpulkan dengan menggunakan lembaran observasi kemudian diolah dengan komputerisasi
dianalisis dengan univariat dan bivariat. Hasil penelitian univariat didapatkan hasil tentang
pelaksanaan senam rematik sebanyak 16 orang responden. Hasil penurunan skala nyeri tidak
signifikan setelah melakukan senam rematik. Hasil uji statistik di dapatkan sign= 0.004 berarti
terlihat ada pengaruh senam rematik terhadap penurunan skala nyeri pada lansia di PSTW
Kasih Sayang Ibu Batusangkar. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa ada penurunan skala
nyeri setelah melakukan senam rematik pada lansia dan juga di sarankan kepada lansia agar
selalu rutin melakukan senam rematik.

Kata Kunci : Rematik, Senam Rematik, Penurunan Nyeri.


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah – masalah kesehatan akibat penuaan usia terjadi pada berbagai sistem tubuh salah
satunya adalah rematik. Rematik adalah penyakit inflamasi non bakterial yang bersifat sistemik,
progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris
(Chairuddin, 2011).

Menurut WHO tahun 2014 penderita rematik 355 juta penduduk seluruh dunia. Di indonesia
penderita rematik menurut laporan badan pusat statistik pada tahun 2010 sebanyak 69,43 juta
penduduk dari persentase lansia 7,18%. Pada tahun 2011 menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
penderita rematik 69,65 juta penduduk lansia dengan persentase 7,58% lansia. Menurut data
dinas kesehatan Sumatera Barat pada tahun 2009 Penyakit rematik menempati urutan ke 2
dengan jumlah penderita 48.219 orang.

Rematik dapat disebabkan oleh kegemukan, usia, jenis kelamin, genetik, (Soumya, 2011). Tanda
dan gejala rematik yaitu: nyeri sendi, inflamasi, deformitas (Roehadi 2010).

Nyeri pada sendi membuat penderita rematik mengalami ganguan aktivitas sehari- hari sehingga
dapat menurunkan produktivitas. Proses penyakit rematik mengancam kemandirian dan kualitas
hidup dengan dan membebani kemampuan melakukan perawatan personal dan aktivitas sehari-
hari (Smeltzel dan Bare, 2010). Menurut penelitian Zeng QY El tahun 2008 di Indonesia
intensitas skala nyeri rematik mencapai 23,6 % hingga 31,6 % pada lansia usia 60-90 tahun
penderita rematik.

Penatalaksanaan rematik terdiri dari 2 yaitu secara farmakologis seperti obat-obatan analgetik,
anti inflamasi dan non farmakologis seperti kompres panas, kompres dingin, tarik nafas dalam,
hipnosis dan senam rematik untuk menghilangkan rasa nyeri pada sendi serta inflamasi pada
sendi (Lemone dan Burke, 2010).

Mempertahankan dan meningkatkan status fungsional lansia dapat dilakukan tindakan preventif
dan promotif yang berupa latihan fisik guna meningkatkan kebugaran. Lansia dengan rematik
dapat ditingkatkan status fungsional dengan mengurangi nyeri menggunakan metode gerak tubuh
yang dikenal dengan senam rematik (Chandra, 2011).

Senam rematik berfokus pada gerakan sendi sambil merengangkan otot dan menguatkan otot,
karena otot-otot inilah yang membantu sendi untuk menopang tubuh (Chandra, 2011). Senam
rematik dapat dilakukan 1 kali dalam seminggu yang gunanya menurunkan rasa nyeri pada sendi
agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan sendiri tanpa meminta bantuan pada orang
lain (Roehadi 2010).

Menurut penelitian oleh Havard (2009) dengan buku yang berjudul “High Dosage Medical
Exercise Therpy In Patient With Long Term Subacrominal Shoulde Paint didapatkan bahwa
dengan pemberian senam rematik dapat menurunkan rasa nyeri dimana skala nyeri pre senam
rematik 5,3 tetapi post senam rematik terjadi penurunan nyeri menjadi 3,2.

Berdasarkan hasil Survey yang dilakukan PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar Pada bulan
november tahun 2015 didapatkan data penderita rematik sekitar 45 % dari jumlah lansia 70 orang
dengan umur 60-80 tahun sedangkan di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Pada bulan mei tahun
2016 didapatkan data penderita rematik sekitar 30 %. Berdasarkan hasil wawancara dengan 10
orang lansia didapatkan penderita rematik sekitar 6 orang, dimana para lansia tidak mengetahui
bagaimana cara melakukan senam rematik yang bermanfaat dalam menurunkan skala nyeri pada
sendi yang sakit untuk bergerak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini adalah
“Apakah ada pengaruh senam rematik terhadap penurunan skala nyeri rematik pada lansia ?”

C. Tujuan Penelitian

Diketahui pengaruh senam rematik terhadap penurunan nyeri pada lansia umur 60- 80 tahun
penderita rematik di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar.
METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini kuantitatif menggunakan desain “Quasi experimental pre post test with
control group”. Desain ini terdiri dari 3 tahap yaitu tahap identifikasi nyeri pada penderita
rematik sebelum dilakukan intervensi dengan menggunakan Numerical Rating Scale, tahap
intervensi (senam rematik), dan tahap evaluasi setelah dilakukan intervensi dengan
menggunakan Numerical Rating Scale. Penelitian dilakukan di PSTW Kasih Sayang Ibu
Batusangkar dengan populasi seluruh lansia berusia 60-80 tahun yang menderita penyakit
rematik berjumlah 70 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Non
Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi unsur atau anggota popilasi yang dipilih menjadi sampel (sugiyono,
2001). Dengan jenis pengambilan sampelnya yaitu, Purposive Sampling dimana peneliti meneliti
memilih responden tersebut dapat memberikan informasi yang memadai untuk menjawab
pertanyaan penelitian (Sastroas dan Ismael, 2008).

Dari rumus sampel di atas, maka jumlah responden adalah 16 orang dengan kriteria sampel
(inklusi) :

1) Mengalami rematik.
2) Bersedia menjadi sampel.
3) Tidak mengalami penyakit stroke.

Data diperoleh dengan Observasi, wawancara dan tindakan senam rematik. Setelah mendapatkan
izin dari pihak PSTW Kasih Sayang Ibu peneliti memberikan informasi kepada semua responden
yang akan dijadikan sampel dalam penelitian setiap responden berhak untuk menolak atau
bersedia sebagai sampel penelitian. Bagi mereka yang bersedia menjadi sampel diminta untuk
menandatangani Informed Consent sebagai bukti kesediaan menjadi sampel kemudian
menjelaskan secara singkat tentang maksud peneliti dan manfaat senam rematik. Setelah itu
peneliti mulai melakukan pretest pengukuran skala nyeri untuk dijadikan data sebelum diberi
perlakuan (intervensi). Selanjutnya peneliti melakukan senam rematik terhadap responden
berkelompok sebagai terapi untuk menurunkan skala nyeri selama 8 menit dan dilakukan secara
langsung. Dan setelah dilakukan senam rematik pada responden, peneliti melakukan pengukuran
skala nyeri kembali, kemudian dilakukan pencatatan. Setelah semua data terkumpul, peneliti
melakukan perhitungan dengan komputerisasi.

Data yang telah dikumpulkan diperiksa apakah sudah sesuai dengan tujuan penelitian, serta
pemeriksaan apakah kuesioner telah diisi dengan benar dan semua item telah dijawab oleh
responden selanjutnya proses koding.

Senam rematik diberikan kode sebagai berikut :

1 : Dilakukan senam rematik

0 : Tidak dilakukan senam rematik


Skala nyeri rematik di berikan kode sebagai berikut :

1 : Tidak nyeri (0)


2 : Nyeri ringan (1 – 3)
3 : Nyeri sedang (4 – 7)
4 : Nyeri berat (8 – 9)
5 : Nyeri sangat berat ( 10)

Memasukkan data agar dapat di analisis dengan cara memindahkan data kuesioner ke dalam
master tabel. Hasil dari setiap item dinilai sesuai dengan kategori penilaian dari masing- masing
variabel.

Skala nyeri menurut penilai Numerical Rating Scale

1. 0 : Tidak ada nyeri


2. 1-3 : Nyeri ringan, secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
3. 4-7 :Nyeri sedang, secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
4. 7-9 : Nyeri berat, secara objektif klien terkadang tidak dapt mengikuti perintah tetapi
masih dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang dan distraksi.
5. 10 : Nyeri sangant berat, pasien tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul
Langkah-langkah gerakan Persendian :

26. Gerakan diawali menoleh kiri dan kanan


27. Tundukkan kepala
28. Miringkan kepala
29. Memutar kepala
30. Lengan kedepan
31. Telapak tangan kearah badan
32. Telapak tangan kedepan
33. Putar bahu kedepan
34. Putar bahu kebelakang
35. Busungkan dada
36. Telapak tangan kearah bawah
37. Rentangkan tangan
38. Dorongkan tangan keatas
39. Putar pinggang
40. Bermain piano
41. Kaki kiri dan kanan kedepan
42. Kaki kiri dan kanan kebelakang
43. Angkat lutut
44. Tumit kedepan
45. Tumit kesamping
46. Kaki kebelakang
47. Tangan dilipat
48. Tepuk tangan
49. Tumit diangkat
50. Jalan ditempat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas senam rematik terhadap penurunan skala
nyeri dengan menggunakan uji statistik untuk menguji beda mean dependent yakni dengan uji
dependent t-test, setelah dilakukan uji kenormalan data dilakukan secara komputerisasi dengan
program SPSS. Berdasarkan hasil uji t test tersebut akan diketahui bahwa hipotesis penelitian
(Ha) diterima bila nilai p lebih kecil dari nilai tabel < 0,05. Sebaliknya jika nilai p lebih besar
dari nilai tabel, maka hipotesis penilaian (Ho) ditolak > 0,05.

Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh bertentangan dengan etik.
Tujuan penelitian ini harus etis dalam arti hak responden harus terlindungi. Menurut
Hidayat (2007), dalam melakukan penelitian harus memperhatikan etika penelitian yaitu :
1. Informed concent (Lembar persetujuan penelitian)
2. Anonimity (Tanpa nama)
3. Confidentiality (Kerahasiaan)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian setelah dilakukannya proses analisa adalah sebagai berikut :

1. Nyeri Rematik sebelum dilakukan Senam Rematik

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Nyeri Rematik sebelum Senam Rematik di PSTW Kasih Sayang Ibu
Batusangkar
No. Skala Nyeri Frekuensi Persentase
1 Tidak Nyeri 0 0,0
2 Ringan 0 0,0
3 Sedang 13 81,25
4 Berat 3 18,75
5 Sangat Berat 0 0,0
Total 16 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui gambaran tingkat nyeri Lansia sebelum diberikan
senam rematik dari 16 orang responden diperoleh yaitu 13 orang (81.25%) memiliki skala nyeri
yang sedang dan 3 orang (18.75%) memiliki skala nyeri berat.

2. Nyeri Rematik setelah dilakukan Senam Rematik

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Nyeri Rematik setelah Senam Rematik di PSTW Kasih Sayang Ibu
Batusangkar

No. Skala Nyeri Frekuensi Persentase


1 Tidak Nyeri 0 0,0
2 Ringan 4 25
3 Sedang 12 75
4 Berat 0 0,0
5 Sangat Berat 0 0,0
Total 16 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui gambaran tingkat nyeri Lansia setelah diberikan senam
rematik dari 16 orang responden diperoleh yaitu 12 orang (75%) memiliki skala nyeri sedang dan
4 orang (25%) memiliki skala nyeri ringan.

3. Perbedaan Skala Nyeri Rematik sebelum (Pretest) dan sesudah (Postest)


diberi Intervensi (Senam Rematik)

Tabel 3 Perbedaan Nyeri rematik sebelum (Pretest) dan sesudah (Postest) diberi intervensi
senam rematik Di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar.

No. Skala Nyeri Mean SD SE P value n


1 Pre test 3,19 0,403 0,101 16
2 Post test 2,75 0,447 0,112 0,004 16
Berdasarkan tabel diatas dapat
diketahui rata-rata nyeri rematik sebelum dilakukan senam rematik adalah sebesar 3,19 dengan
standar deviasi 0,403. Sedangkan rata-rata sesudah dilakukan senam rematik adalah 2,75 dengan
standar deviasi 0,447. Hasil uji T didapatkan nilai p 0,004 maka dapat disimpulkan ada
perbedaan yang signifikan antara nyeri sebelum dilakukan senam rematik dengan nyeri sesudah
senam rematik.

PEMBAHASAN

1. Distribusi Pre Senam Rematik dan Post Senam Rematik

Penelitian yang dilakukan pada 16 orang didapatkan skala nyeri pre test yaitu 3 orang (18,75%)
mengalami nyeri yang berat dan 13 orang (81,75%) mengalami nyeri sedang dan pada saat post
test didapatkan 12 orang (75%) mengalami nyeri sedang dan 4 orang (25%) mengalami nyeri
ringan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Rohman (2012) pengaruh senam rematik pre test dan post
test pada lansia di desa Handipulo Kudus yang dilakukan pada sampel sebanyak 27 orang
didapatkan skala nyeri pre test 7 orang (25%) mengalami nyeri berat dan 20 orang (75%)
mengalami nyeri sedang. Pada saat post test di dapatkan hasil penelitian 17 orang (63%)
mengalami nyeri sedang dan 10 orang (37%) mengalami nyeri ringan.
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual, dikatakan bersifat
individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan
dengan lainnya (Kuntaraf, 2010).

Menurut kuntaraf (2010) senam rematik memiliki dampak psikologis langsung yakni membantu
memberi perasaan santai, mengurangi ketengangan dan meningkatkan perasaan senang karena
saat senam kelenjar pituari menambah produksi beta endorpin. Senam juga mempelanjar
penyaluran saraf didalam otak yaitu meningkat neurotransmitter parasimpatis (norepinephrine,
dopamine, dan serotinin). Teknik senam rematik juga menormalkan denyut jantung dan tekanan
darah. Riset membuktikan bahwa teknik ini meningkatkan produksi beta endorfin yang dapat
mengurangi rasa nyeri pada penderita rematik (Kuntaraf 2010).

Pendapat peneliti bahwa penurunan yang terjadi dipengaruhi oleh tanggapan responden yang
berbeda - beda saat dilakukan senam rematik. Penurunan nyeri juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain yaitu pengalaman seseorang terhadap nyeri dan bagaimana mengatasinya,
ansietas atau cemas dapat meningkatkan persepsi terhadap nyeri. Jika seorang klien
menfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang
meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan
dengan respon nyeri yang menurun.

2. Pengaruh Skala Nyeri Rematik Sebelum (Pre-Test) dan Setelah (Post-Test) dilakukan
Senam Rematik

Penelitian disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara skala nyeri pada sebelum dan
sesudah dilakukan senam rematik. Dimana p = 0,004 ( α = 0,05), yang berarti p lebih kecil dari α
< 0,05 berarti Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam rematik
terhadap penurunan skala nyeri rematik.

Berdasarkan hasil penelitian menurut Rohman (2012) ada perbedaan yang signifikan antara skala
nyeri pada sebelum dan sesudah senam dimana nilai p = 0.003 yang berati nilai p lebih kecil dari
nilai sign α yang berarti nilai p diterima. Bahwa ada pengaruh senam rematik terhadap
penurunan skala nyeri.

Menurut teori adaptasi Roy pada saat seseorang diberi stimulus akan terjadi proses adaptasi
kognator dan regulator. Perantara sistem regulator dinamakan kimiawi, saraf, atau endokrin dan
perantara sistem kognator dinamakan persepsi atau proses informasi, pengambilan keputusan,
dan emosi. Dalam mempertahankan integritas seseorang, regulator dan kognator bekerja secara
bersamaan. Senam rematik yang dilakukan akan mempengaruhi kerja cerebral cortex dalam
aspek kognitif maupun emosi, sehingga menghasilkan persepsi positif dan relaksasi, sehingga
secara tidak langsung akan membantu dalam menjaga keseimbangan homeostasis tubuh. melalui
jalan HPA Axis, untuk menghasilkan Coticitropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF
merangsang kelenjar pituitary untuk menurunkan produksi ACTH sehingga produksi endorphine
meningkat yang kemudian menurunkan produksi cortisol dan hormon – hormon stres lainnya
sehingga tekanan darah menurun.
Endorphine merupakan polipeptida-polipeptida yang terdiri dari 30 unit asam amino. opiod
hormon penghilang stress seperti kortikotrofin, kortisol dan katekolamin (adrenalin
Noradrenaline) yang dihasilkan tubuh untuk mengurangi stress dan menghilangkan rasa nyeri.

Tubuh menghasilkan sedikitnya 20 endorphine yang berbeda manfaat dan kegunaannya (masih
diteliti). Beta-endorphine muncul sebagai endorphine yang kelihatannya untuk memiliki
pengaruh yang paling di otak dan tubuh selama latihan itu adalah satu jenis hormon peptida yang
dibentuk sebagian besar oleh Tyrosine, satu asam amino. Struktur yang molekular adalah sangat
serupa dengan morfin hanya dengan kekayaan kimia yang berbeda.

Menurut peneliti kerja sama yang baik antara terapis dan klien memiliki pengaruh besar terhadap
keberhasilan proses senam rematik dalam menghasilkan hormon endorphine
yang berfungsi dalam menurunkan skala nyeri pada penderita rematik. Berdasarkan hasil
penelitian, rata-rata skala nyeri sebelum diberikan intervensi adalah 3,19, sedangkan rata- rata
sesudah diberikan intervensi adalah 2,75. Artinya terdapat perbedaan rata-rata skala nyeri pada
sebelum dan sesudah diberikan intervensi yaitu sebesar 0,44. Hal ini dikarenakan bahwa
endorphine yang berasal dari kata Endogenous + Morphine yang merupakan molekul protein
yang diproduksi sel-sel dari system syaraf dan beberapa bagian tubuh yang berguna untuk
bekerja bersama reseptor sedative untuk mengurangi rasa sakit. Reseptor analgesik ini diproduksi
di spinal cord dan ujung syaraf. Ini dapat dilihat sebelum senam rematik dengan skala nyeri berat
(8-9) responden sebanyak 3 orang (18.75%). Setelah dilakukan intervensi senam rematik
sebanyak 4 kali dengan hasil skala nyeri menjadi nyeri sedang (4-7) responden sebanyak 3 orang
(18.75%).

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Ibu Ns. Febria Syafyu Sari,
M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan kepada
penulis melakukan penyusunan artikel ini

SIMPULAN

Ada perbedaan yang signifikan antara pengaruh senam rematik terhadap penurunan skala
nyeri sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam rematik terhadap skala nyeri
pada lansia yang menderita rematik.

SARAN

Diharapkan pada peneliti selanjutnya meneliti dengan variabel yang berbeda atau menambah
variabel penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Ambardini Rachmah Laksmi. 2011 Peran Latihan Fisik dalam Manajemen Terpadu
Osteoartritis. Jurnal Yogyakarta: FIK Universitas Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. 2008. Survey Ekonomi Nasional (SUSENAS) Pedoman Pencacah Kor.

Jakarta: BPS.
Chairuddin. 2011. Askep Rematik pada
Lansia.https://id.scribd.com/document/330062245/Askep-Rematik-Pada-Lansia.

Diakses tanggal 23 November 2015.

Chandra, 2014. Askep Reumatoid Artritis pada Lansia.


http://nursechandrakicot.blogspot.co.id/2014/03/askep-reumatoid-artritis-pada- lansia.html.
Diakses tanggal 23 November 2015.

Dharma. 2011. Metode Quasi Experiment : Teori dan Aplikasi oleh Dharma. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Dhoni. 2010. Nyeri. Jakarta: PT. Erlangga.

Hidayat. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kuntaraf, J. 2010. Olahraga Sumber Kesehatan. Bandung : Advent Indonesia.

Kuswanto, Heri. 2014. Pengaruh Senam Rematik Terhadap Nyeri Sendi Pada Lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budimulia 04 Margaguna JakartaSelatan.
http://digilib.esaunggul.ac.id/pengaruh-senam-rematik-terhadap-nyeri-sendi-pada- lansia-di-
panti-sosial-tresna-werdha-budimulia-04-margagunajakarta-selatan- 3177.html. Diakses
tanggal 23 November 2015.

Lemone, P., & Burke, M.K. 2008. Medical Surgical Nursing : Critical Thinking In Clien Care.

New Jensey : Person Education Inc.

Misnadiarly. 2010. Osteoartritis. Penyakit Sendi pada orang dewasa dan anak. Jakarta: Pustaka
Popular Obor.
Pabri. 2014. Diagnosis dan Penatalaksanaan Osteoartritis.

http:// reumatologi. or.id/var/rekomendasi/RekomendasiIRA Osteoarthritis2014.pdf. Diakses


tanggal 23 November 2015.

Roehadi, 2010. Rematik. https://id.scribd.com/ doc/58140180/rematik. Diakses tanggal 23


November 2015.

Rohman. 2012. Pengaruh Senam Rematik Terhadap Penurunan Nyeri Pada Lansia. Skripsi.

Tidak Diterbitkan. Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhamdiyah. Smeltzer,


S.C., & Bare, B.G. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Soumya.
2010. Teori rematik. Jakarta: PT. Gramadia.

Sugiono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Suhendriyo. 2015. Pengaruh Senam Rematik Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Pada
Penderita Osteoartritis Lutut di Karangasem Surakarta.
https://biologifuture.wordpress.com/2015/03/27/pengaruh-senam-rematik-review- jurnal-
terhadap-pengurangan-rasa-nyeri-pada-penderita-osteoartritis-lutut-di- karangasem-
surakarta/. Diakses tanggal 23 November 2015.

Tamsuri. 2010. Panduan Nyeri: Tinjauan Dari Berbagai aspek. Jakarta: PT Gramedia.

WHO. 2014. Health Topics Rematik Disease. http://www.WHO.Topics Rematik. Diakses


tanggal 23 November 2015.

Anda mungkin juga menyukai