Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

IUFD

A. DEFINISI
Kematian janin yang dikemukakan oleh World Health Organization
(WHO) dan The American College of Obstetricians and Gynecologists
(ACOG) yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim
pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil
akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi
(Prawirohardjo, 2014).
Kematian janin dalam rahim atau Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari
rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Manuaba, 2014).
IUFD adalah kematian intrauterin sebelum seluruh produksi
konsepsi manusia dikeluarkan, ini tidak diakibatkan oleh aborsi terapeutik
atau kematian janin juga disebut kematian intrauterine dan mengakibatkan
kelahiran mati. (wiknjosastro, hanifa. 2010)
Menurut WHO dan The Amerian college of Obstetricians and
gynecologists yang disebut kematian janin adalah yang mati dalam Rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam Rahim
pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil
akhir dari gangguan pertumbuhan janin, atau infeksi (Sarwono, 2009)

B. ETIOLOGI

Penyebab dari IUFD seringkali dipicu oleh ketidak cocokan rhesus


darah ibu dan janin, ketidak cocokan golongan darah ibu dan janin,grakan
janin yang terlalu aktif, penyakit pada ibu, kelinan kromosom,trauma saat
hamil, infeksi pada ibu, kelainan bawaan janin, pedarahan antepartum,
penyakit saluran kencing, penyakit endokrin, malnutrisi, dll.
Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian
janin dapat disebebkan oleh factor maternal, fetal, atau kelainan patologis
plasenta.

1. Factor maternal antara lain adalah :


Post term (>42 minggu), diabetes mellitus tidak terkontrol, sistematik
lupus eritematosus, infeksi, hipertensi, preeklamsia, eklamsia,
hemoglobinopati, umur ibu tua,penyakit rhesus, rupture uteri,
antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, kematia ibu.
2. Factor fetal antara lain adalah :
Hamil kembar, hamil tumbuh terhambat, kelainan konginital, kelainan
genetic, infeksi.
3. Factor plasenta antara lain adalah :
Kelainan tali pusatlepasnya plasenta, ketuban pecah dini, vasa previa.
4. Sedangkan factor resiko terjadinya kematian janin intrauterine
meningkat pada usia ibu >4o tahun, pada ibu infertile, kemokonsentrasi
pada ibu riwayat bayi dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu
(ureplasma urealitikum), kegemukan, ayah berusia lanjut.
Kecuali itu, ada berbagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian
janin di kandungan, diantaranya :
a. Ketidak cocokan rhesus darah ibu dan janin akan timbul masalah
bila ibu rhesus negatif,sementara bapak rhesus positif. Sehingga
anak akan mengikuti yang dominan, menjadi rhesus positif.
Akibatnya antara ibu dan janin mengalami ketidakcocokan rhesus.
Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi janin tersebut.
b. Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin. Terutama
pada golongan darah A,B,O “yang kerap terjadi antara golongan
darah anak atau A atau B dengan ibu bergolongan O atau
sbaliknya.” Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah ibu
dan janin akan mengalir lewat plasenta. Bila darah janintidak cocok
dengan darah ibunya, makan ibu akan membentuk zat antibodinya.
c. Gerakan janin berlebihan. Gerakan bayi dalam Rahim yanga sangat
berlebihan, terutama jika terjadi gerakan satu arah saja. Karena
gerakannya berklebihan, terlebih satu arah saja, maka tali pusat
terlilit, makan pembuluh darah yang mengalirkan plasenta ke bayi
jadi tersubat.
d. Berbagai penyakit pada ibu hamil
e. Kelainan kromosom/penyakit bawaan
f. Trauma saat hamil
g. Infeksi maternal
h. Kelainan bawaan bayi. Kelainan bawaan bayi sendiri, seperti
jantung dan paru-paru, bisa mengakibatkan kematian di kandungan
(Sarwono:2009)

C. PATOFISIOLOGI
1. Perdarahan; solution placenta, placeta previa
2. Hipertensi, pre eklamsia, eklamsia
3. Penyakit infeksi
4. Komplikasi tali pusat dan placenta
5. Anomaly bawaan
6. Infeksi dalam rahim (TORCH)
7. Malnutrisi (Sarwono:2009)

D. TANDA DAN GEJALA


1. Pertumbuhan janin tdak ada, bahkan janin mengecil sehingga tinggi
fundus uteri menurun.
2. Kurangnya geakan janin
3. Bunyi jantung janin tak terdengar dengan fetoskop dan dipastikan
dengan Doppler.
4. Keluhan ibu : menghilangnya gerakan janin
5. Berat badan ibu menurun
6. Tulang kepala kolaps
7. USG : merupakan sarana penunjang diagnostic yang baik untuk
memastikan kematian janin diaman gambarannya menunukkan janin
tanpa tanda kehidupan.
8. Catatan : pemeriksaan radiologi dapat menimbukan masalah dan tidak
perlu. Bila dilakukan 5 hari setelah kematian janin, akan tampak
gambaran sebagai berikut :
a. Tulang kepala janin tumpang tindih satu sama lain
b. Tulang gelangan mengalami hiperfleksi
c. Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah
d. Edema disekitar tulang kepala
9. Periksaan HCG urin menjadi negative. Hsdil ini terjadi beberapa hari
setelah kematian janin (Sarwono:2009)

E. DIAGNOSIS
Penetapan diagnose diperoleh dengan cara : annamnesa, pemeriksaan yang
meliputi palpasi, auskultasi, reaksi kehmilan, rotgen foto abdomen.
1. Anamesis :
a. Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari/gerakan
janin berkurang
b. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar
c. Ibu merasakan perutnya sering menjadi keras
d. Ibu mersakan sakit seperti mau melahirkan
2. Inspeksi : tidak kelihatan gerakan-gerakan janin
3. Palpasi :
a. TFU lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
b. Tidak teraba gerakan janin
4. Auskultasi : tidak terdengan DJJ
5. Rotgen foto abdomen
6. USG : tidak terlihat DJJ dan gerakan janin
(yeyeh, aih rukiyah dkk;2010)

F. KOMPLIKASI
1. Trauma emosional yang berat terjadi bila waktu anatar kematian janin
dap persalinan cukup lama
2. Dapat terjadi infeksi bilan ketuban pecah
3. Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih 2
minggu

G. PENATALAKSANAAN
Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin,
gawat janin atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis
sebelumnya sehingga tidak diobati.
1. jika pemeriksaan radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah
5 hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak,
hiperfleksi kolumna vertebralis, gelembung udara di dalam jantung dan
edema scalp.
2. USG : merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik
untuk memastikan kematian janin dimana gambarnya menunjukkan
janin tanpa tanda kehidupan / tidak ada denyut jantung janin, ukuran
kepala Janin, dan cairan ketuban berkurang.
3. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya
pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya. yakinkan bahwa
besar kemungkinan dapat lahir pervaginam.
4. Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun
Ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum
keputusan diambil.
5. Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif :
a. tunggu persalinan spontan hingga 2 minngu.
b. yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa
komplikasi.
6. Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan,
lakukan penanganan aktif.
7. jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks.
a. Jika serviks matang. Cakukan induksi persalinan dengan oksitosin
atau prostlagandin.
b. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan
prostaglandin atau kateter Foley
Catatan : jangan lakukan amniotomi karena berisiko infeksi.
c. persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternati terakhir.
8. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit
menurun, dan serviks belum matang & matangkan serviks dengan
misoprostol :
a. Tempatkan misoprostol 25 mcg di puncak vagina : dapat diulangi
sesudah 6 jam.
b. Jika tidak ada respons sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis
menjadi 50 mcg setiap 6 jam.
Catatan / jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali dan jangan
melibihi 4 dosis.
9. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.
10. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah
Pecah, waspada koagulopati.
11. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan
melakukan berbagai kegiatan ritual bagi janin !ang meningal tersebut.

Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan


adanya patologi plasenta dan infeksi (wiknjosastro, Hanifa. 2010).

H. PENCEGAHAN
Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau
mendekati aterm adalah bila ibu mersa gerakan janin menurun,
tidak bergerak, atau gerakan janin terlalu keras, perlu dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi. perhatikan adanya solusio plasenta. Pada
gamelli dengan T + T (twin to twin transfusio) pencegahan dilakukan
dengan koagulasi pembuluh anastomosis (Sarwono, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Buku Ajar Panthoom Obstetri. Jakarta : Trans
InDo Media.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Yeyeh, Ai Rukiyah dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi Kebidanan. Jakarta :


TIM.

Anda mungkin juga menyukai