Oleh :
NI PUTU CHYNTHIA PURNA DEWI
NIM : 219012785
KELAS : B13-B
4. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis diikuti
nekrosis jaringan sekitar menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8
minggu vili korialis belum menenmbus desidua secara dalam, jadi hasil
konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8-4 minggu
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan secara
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih
dari 14 mingu janin dikeluarkan lebih dahulu dari pada plasenta. Hasil
konsepsi keluar dalam berbagai bentuk seperti kantong kosong amnion
atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (blighted ovum). Janin lahir
mati atau janin lahir hidup. Apabila janin yang mati tidak dikeluarkan
dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah.
Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa
apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi,
sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola
tuberose dalam hal ini amniom tampak berbenjol-benjol karena terjadi
hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat
terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion
menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus
kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
pigmenperkamen. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas
dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi
lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna
kemerah-merahan (Prawirohardjo, 2010).
5. Pathway
Faktor kromosom, lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna, kelainan pada plasenta
Pengeluaran hasil
konsepsi (abortus)
RESIKO PERDARAHAN
Penurunan jumlah
eritrosit
Anemia
6. Klasifikasi
Klasifikasi abortus dapat dibagi atas dua golongan:
a. Abortus Spontan
Menurut Nurarif (2015), abortus spontan adalah abortus yang terjadi
dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis
semata-mata disebebkan secara alamiah tanpa intervensi dari luar
(buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
Berdasarkan gambaran kliniknya, abortus spontan dapat dibagi
menjadi:
1) Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.
2) Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks
uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
3) Abortus Inkomplit adalah peristiwa pengeluaran hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa
tertinggal di dalam uterus.
4) Abortus Komplit adalah peristiwa perdarahan pada kehamilan
muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari
cavum uteri.
5) Abortus Habitualis adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali
atau lebih berturut-turut.
6) Missed Abortion adalah kematian janin sebelum berusia 20
minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu
atau lebih.
7) Abortus Infeksius dan Abortus Septik adalah keguguran yang
disertai infeksi genetalia. Abortus septik adalah keguguran
disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya
ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
b. Abortus Provokatus (Induced Abortion)
Abortus Provokatus merupakan abortus yang disengaja dilakukan
dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi
menjadi:
1) Abortus Medisinalis
Abortus Medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri,
dengan alasan apabila kehamilan dilanjutkan dapat
membahayakan jiwa ibu.
2) Abortus Kriminalis
Abortus Kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis
dan biasanya dilakukan secara sembunyi - sembunyi oleh tenaga
tradisional.
7. Gejala Klinis
a. Terlambat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu.
b. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut
nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
c. Terdapat perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya
jaringan hasil konsepsi.
d. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
e. Perdarahan yang banyak atau sedikit serta memanjang serta sampai
terjadi keadaan anemis dan perdarahan mendadak banyak
menimbulkan keadaan gawat.
8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melakukan pemeriksaan ginekologi
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada atau tidak jaringan
hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau
tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Vaginal toucher: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba
atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih
kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak
nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan
tidak nyeri.
9. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Menurut Nurarif (2015), adapun pemeriksaan diagnosik/ penunjang yang
dapat dilakukan adalah:
a. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup,
bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
b. Pemeriksaan Doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin
masih hidup.
c. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus
submukosa dan anomal kongenital.
d. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada
atau tidak gangguan glandula thyroidea.
e. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat
perdarahan.
4. Implementasi
Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun
dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai
tujuan yang diharapkan. Menurut Kozier, B., Erb, G., Berman, A., &
Snyder (2010), pada proses keperawatan, implementasi terdiri atas
melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan
khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi (program
keperawatan).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses
keperawatan. Evaluasi keperawatan ialah evaluasi yang dicatat
disesuaikan dengan setiap diagnosis keperawatan. Format evaluasi yang
digunakan adalah SOAP. S (Subjective) yaitu pernyataan atau keluhan
dari pasien, O (Objective) yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau
keluarga, A (Analisys) yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif, P
(Planning) yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis (Dinarti dkk., 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan. 2013. Buku
Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan: Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.
Dinarti, R., Aryani, H., Nurhaeni, Chairani, & Tutiany. (2013). Dokumentasi
Keperawatan. Jakarta: CV Trans Info Media.
Kemenkes RI. 2012. Situasi Kesehatan Ibu. Jakarta: Infodatin (Pusat data dan
informasi Kemenkes RI.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik (7th ed). Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta :
Mediaction.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
World Health Organization. 2006. Pregnancy, Childbirth, Postpartum and
Newborn Care: A Guide for Essential Practice. Geneva: World Health
Organization.
Wiknjosastro Hanifa, dkk. 2008. Ilmu Kandungan, Edisi II. Cetakan VI. Jakarta:
PT Bina Pustaka.