Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL ASLI

POLA KUMAN DAN SENSITIFITAS ANTIBIOTIK KASUS DEMAM BERKEPANJANGAN


PADA PASIEN ANAK YANG DIRAWAT DI BAGIAN ANAK
RSUP SANGLAH DENPASAR

I Wayan Gustawan1, Ade Tarini2


1
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar
2
Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar

ABSTRAK

Demam berkepanjangan (prolong fever) merupakan salah satu kasus yang sering dijumpai dalam
perawatan pasien anak sehari-hari. Penyebabnya telah banyak dilaporkan, namun penelitian di RSUP
Sanglah belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kuman penyebab
dan sensitifitasnya terhadap antibiotik pada kasus demam berkepanjangan yang dirawat di bagian
anak RSUP Sanglah selama tahun 2011-2012 dengan desain penelitian deskriptif retrospektif. Hasil
penelitian didapatkan 146 pasien demam berkepanjangan selama kurun waktu 2 tahun (2011-2012),
namun hanya 75 pasien yang mempunyai data lengkap. Distribusi terbanyak pada umur 12-60 bulan
(30,7%) dan 62,7% merupakan pasien laki-laki. Penyebab terbanyak adalah infeksi (84,2%). Lima
penyebab infeksi terbanyak adalah pneumonia berat, sepsis, demam tifoid, HIV/AIDS, dan meningitis
bakteri. Tiga bakteri penyebab terbanyak adalah Pseudomonas aeruginosa, disusul Staphylococcus
epidermidis dan Klebsiella pneumoniae. Pseudomonas aeruginosa sebagian besar masih sensitif terhadap
gentamisin dan hanya sebagian sensitif terhadap meropenem, amikasin, dan sefepim, namun sudah
resisten terhadap ampisilin dan fosfomisin. Staphylococcus epidermidis resisten terhadap ampisilin,
seftazidim, sefepim, ertapenem, ampisilin sulbaktam, dan fosfomisin, namun masih sensitif terhadap
amikasin. Klebsiella pneumoniae resisten terhadap ampisilin, ampisilin sulbaktam, dan seftazidim,
namun masih sensitif terhadap meropenem.[MEDICINA 2014;45:25-30]

Kata kunci: demam berkepanjangan, pola kuman, antibiotik

BACTERIAL PATTERNS AND ANTIBIOTIC SUSCEPTIBILITY TEST PROFILE


IN PEDIATRIC PROLONGED FEVER PATIENTS
AT SANGLAH HOSPITAL DENPASAR

I Wayan Gustawan1, Ni Made Adi Tarini2


1
Department of Child Health, Udayana University Medical School / Sanglah Hospital, Denpasar
2
Department of Microbiology, Udayana University Medical School, Sanglah Hospital, Denpasar

ABSTRACT

Prolonged fever is one type of cases that often encountered the treatment of pediatric patients daily.
The causes have been widely reported, but research in Sanglah Hospital has not been reported. An
objective of this study was to find bacterial patterns and antibiotic susceptibility in pediatric patients
with prolonged fever at Sanglah Hospital Denpasar during 2011-2012. Study design was a retrospective
descriptive study. We obtained 146 patients with prolonged fever within a period of 2 years (2011-
2012), but only 75 patients who had complete data. Most were distributed at 12-60 months of age
(30.7%) and 62.7% were male patients. Infection disease was the commonest cause (84.2%), in which
severe pneumonia, sepsis, typhoid fever, HIV/AIDS, and bacterial meningitis as the top five. Pseudomonas
aeruginosa was the commonest causative agent, followed by Staphylococcus epidermidis and Klebsiella
pneumonia, respectively. Pseudomonas aeruginosa was mostly sensitized towards gentamicin, partly
responses towards meropenem, amikacin and cefepime, but was resistant to ampicillin and fosfomycin.
Staphylococcus epidermidis was resistant to ampicillin, ceftazidime, cefepime, ertapenem, ampicillin-
sulbactam and fosfomycin but still sensitive to amikacin. Klebsiella pneumoniae were resistant to
ampicillin, ampicillin-sulbactam and ceftazidime, but still sensitive to meropenem. [MEDICINA
2014;45:25-30]

Keywords: prolonged fever, bacterial patterns, antibiotics

JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN • 25


MEDICINA • VOLUME 45 NOMOR 1 • JANUARI 2014

maupun kondisi ekonomi pasien anak di RSUP Sanglah. Subjek


PENDAHULUAN merupakan faktor yang penelitian anak yang berusia >1
menentukan keberhasilan bulan yang didiagnosis dengan
D emam berkepanjangan
(prolong fever) merupakan salah
penanganan. Mengenai
penyebabnya, saat ini telah
demam berkepanjangan yang
dirawat inap di bagian anak
satu kasus yang sering dijumpai banyak dilaporkan penyebab RSUP Sanglah sejak Januari 2011
dalam perawatan pasien anak demam berkepanjangan tersebut. hingga Desember 2012. Data
sehari-hari. Insiden demam Penyebab yang sering dilaporkan pasien ditelusuri dari buku
berkepanjangan bervariasi antara meliputi infeksi, keganasan, register subBagian Infeksi dan
0,5-3% dari seluruh pasien anak penyakit jaringan ikat, penyakit Penyakit Tropis kemudian
yang dirawat.1 Sampai saat ini ada imunologi dan penyebab lainnya dilanjutkan penelusuran ke bagian
beberapa definisi demam (miscellaneous). 3 Infeksi masih rekam medis rumah sakit. Hanya
berkepanjangan ditinjau dari sisi dilaporkan sebagai penyebab data lengkap yang diikutkan
lamanya demam. Pizzo dkk 2 terbanyak kasus demam dalam penelitian ini. Definisi
mendefinisikan demam berkepanjangan.1-6 Etiologi infeksi demam berkepanjangan yang
berkepanjangan adalah apabila yang dilaporkan mulai dari infeksi digunakan pada penelitian ini
anak menderita demam dengan bakteri, infeksi virus dan infeksi adalah kondisi tubuh dengan suhu
suhu rektal e” 38,50C atau lebih jamur. tubuh lebih dari 380C yang terjadi
dalam waktu minimal selama 2 Penentuan penyebab definitif lebih dari 8 hari.
minggu. Teach3 memakai waktu dari infeksi bakteri saat ini masih
lebih dari 5 hari dalam menggunakan pemeriksaan HASIL
mengevaluasi anak yang biakan sebagai baku emas. Didapatkan 146 pasien
menderita demam Dengan pemeriksaan mikrobiologi demam berkepanjangan selama
berkepanjangan. Lorin dan maka kita akan dapat kurun waktu 2 tahun (2011-2012),
Feigin4 mendefinisikan demam mengidentifikasi patogen, hanya 75 pasien mempunyai data
kepanjangan adalah kondisi tubuh melakukan uji resistensi, yang lengkap. Distribusi
dengan suhu tubuh lebih dari 380C penentuan terapi definitif dan terbanyak pada umur 12-60 bulan
yang terjadi lebih dari 8 hari mengetahui pola kuman (30,7%) dan 62,7% merupakan
dengan penyebab yang sudah atau penyebab. Bahan pemeriksaan pasien laki-laki. Penyebab
belum diketahui. Saat ini lebih biakan dapat berasal dari darah, terbanyak adalah infeksi (84,2%).
sering digunakan istilah fever of cairan liquor serebrospinalis, urin Lima penyebab infeksi terbanyak
unknown origin, yang definisinya maupun cairan atau sekret tubuh adalah pneumonia berat, sepsis,
adalah suatu keadaan yang lainnya. Namun hasil biakan demam tifoid, HIV/AIDS, dan
ditandai demam intermiten tidak selalu sesuai dengan yang meningitis bakteri. Penyebab non
dengan suhu e” 38,3 0 C yang diharapkan. Hasil biakan sangat infeksi terbanyak adalah
terjadi selama 3 minggu atau lebih dipengaruhi oleh jumlah, waktu leukemia limfositik akut seperti
dengan penelusuran yang agresif pengambilan, jenis spesimen yang tercantum dalam Tabel 1.
selama rawat jalan atau telah diperiksa, cara pengambilan dan Bahan yang digunakan untuk
menjalani pemeriksaan intensif adanya riwayat pemberian biakan antara lain darah (78,7%),
selama perawatan 1 minggu antibiotik sebelumnya.7 Walaupun cairan serebrospinalis (9,3%), urin
namun belum ditemukan telah banyak dilaporkan (5,3%) dan sisanya dari jaringan,
penyebabnya. mikroagorganisme penyebab sekret saluran napas, dan tinja
Masalah pertama yang kasus demam berkepanjangan, pasien. Pemeriksaan biakan
dihadapi pada kasus demam penelitian di RSUP Sanglah belum dilakukan pada 75 pasien demam
berkepanjangan adalah penentuan pernah dilaporkan. Tujuan dari berkepanjangan. Didapatkan
etiologi demam secara cepat penelitian ini adalah mengetahui 74,7% pemeriksaan biakan tidak
sehingga tidak menyebabkan pola kuman penyebab dan ada pertumbuhan kuman, 22,7%
keterlambatan penanganan pasien sensitifitasnya terhadap antibiotik didapatkan pertumbuhan bakteri
tersebut. 3 Setiap petugas pada kasus demam dan 2,7% tumbuh jamur. Dari
kesehatan yang bertugas di berkepanjangan yang dirawat di biakan yang tidak tumbuh
penerimaan pasien pertama kali bagian anak RSUP Sanglah. tersebut didapatkan 12,5% sudah
harus mampu melakukan terpapar antibiotik sebelumnya
pemeriksaan yang benar mulai BAHAN DAN METODE dan sebagian besar dari bahan
dari anamnesis yang teliti sampai Penelitian deskriptif isolat darah (86,4%). Dari
pemeriksaan fisik yang cermat retrospektif untuk mengetahui identifikasi kuman penyebab
serta menentukan pemeriksaan pola kuman dan sensitifitasnya didapatkan 19 kuman penyebab
penunjang yang diperlukan. terhadap antibiotik pada kasus terdiri dari infeksi bakteri 17
Keterbatasan sarana kesehatan demam berkepanjangan pada pasien dan 2 pasien disebabkan

26 • JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN


Pola Kuman dan Sensitifitas Antibiotik Kasus Demam Berkepanjangan Pada Pasien Anak Yang ..... | I Wayan Gustawan, dkk.

Tabel 1. Distribusi berdasarkan umur, jenis kelamin, dan penyebab oleh infeksi jamur. Infeksi bakteri
demam berkepanjangan terbanyak adalah Pseudomonas
aeruginosa (6/17), disusul
Variabel n %
Staphylococcus epidermidis (4/17)
1. Umur pasien (bulan) dan Klebsiella pneumonia (3/17),
1-3 18 24,0 seperti tercantum dalam Tabel 2.
4-12 18 24,0 Gambar 1 memperlihatkan
13-60 23 30,7 pola sensitifitas bakteri penyebab
61-144 16 21,3 terhadap antibiotik menunjukkan
2. Jenis Kelamin lebih banyak bakteri yang resisten
Laki-laki 47 62,7
terhadap golongan penisilin,
Perempuan 28 37,3
3. Penyebab sefalosporin, gabungan
a. Infeksi betalaktam dan betalaktamase
Demam tifoid 7 9,3 inhibitor, fosfomisin dan
Ensefalitis 2 2,7 kloramfenikol, sedangkan
Erisipelas-selulitis 2 2,7 terhadap golongan aminoglikosida
HIV/AIDS 6 8,0 dan carbapenem masih lebih
CMV 2 2,7
banyak yang sensitif dibanding
ISK 2 2,7
Meningitis bakteri 4 5,3 yang resisten.
Pneumonia berat 10 21,3 Pola sensitifitas masing-
Sepsis 10 13,3 masing bakteri terhadap antibiotik
Infeksi jamur 2 2,7 seperti tercantum dalam Tabel 3
TB 2 2,7 tampak bahwa Pseudomonas
b. Keganasan aeruginosa yang merupakan
Leukemia limfositik akut 4 5,3
bakteri penyebab terbanyak pada
c. Penyakit kolagen-vaskuler
Lupus eritematosus sistemik 1 1,3 penelitian ini, sebagian besar
d. Penyebab lainnya masih sensitif terhadap
Penyakit Kawasaki 1 1,3 gentamisin (5/6) dan hanya
Hidrosefalus 1 1,3 sebagian terhadap meropenem (3/
Sindroma Guillan Bare 1 1,3 6), amikasin (3/6), dan sefepim (3/
Hipotiroid kongenital 1 1,3 6), namun sudah resisten terhadap
Cerebral palsy 1 1,3
ampisilin dan fosfomisin.
Kolestasis 1 1,3
Kelainan bedah 4 5,3 Staphylococcus epidermidis
Penyakit jantung bawaan 1 1,3 resisten terhadap ampisilin,
seftazidim, sefepim, ertapenem,
HIV/AIDS=Human Immunodeficiency Virus/Aquired Immunodefeciency ampisilin sulbaktam, dan
Syndrome; CMV=Cytomegalovirus;TB=Tuberkulosis; ISK=Infeksi saluran kencing fosfomisin namun masih sensitif

Tabel 2. Distribusi hasil biakan sesuai bahan isolat yang digunakan

Bahan biakan Total


Hasil biakan
Darah Jaringan CSF Sekret Tinja Urin n %
saluran
napas
Bakteri
Enterobacter gergoviae 1 0 0 0 0 0 1 1,3
Klebsiella peumoniae 2 0 0 0 0 1 3 4,0
Pseudomonas aeruginosa 0 1 3 2 0 0 6 8,0
Salmonella sp 1 0 0 0 0 0 1 1,3
Serratia liquefaciens 0 0 0 0 0 1 1 1,3
Staphylococcus epidermidis 4 0 0 0 0 0 4 5,3
Streptococcus viridans 0 0 1 0 0 0 1 1,3
Jamur 1 0 0 0 0 1 2 2,7
Tidak ada pertumbuhan 50 0 3 1 1 1 56 74,7
n (%) 59 (78,7) 1 (1,3) 7 (9,3) 3 (4,0) 1 (1,3) 4 (5,3) 75 100
Keterangan : CSF = cairan serebrospinal

JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN • 27


MEDICINA • VOLUME 45 NOMOR 1 • JANUARI 2014

Pada penelitian ini laki-laki


lebih banyak dari perempuan.
Beberapa penelitian sebelumnya
juga mendapatkan hasil yang
sama. 5,6,8,9 Hanya penelitian
Chouchane dkk 1 yang
mendapatkan hasil berbeda,
dimana perempuan lebih banyak
menderita demam
berkepanjangan. Penyebabnya
belum diketahui karena dari
penelitian yang ada tersebut belum
ada yang peneliti apakah faktor
gender berpengaruh terhadap
kejadian demam berkepanjangan.
Penyebab terbanyak demam
berkepanjangan pada penelitian
Keterangan : R = resisten; S = sensitif ini adalah infeksi. Sebagian besar
Gambar 1. Pola sensitifitas bakteri penyebab terhadap antibiotik. penelitian sebelumnya juga

Tabel 3. Jumlah bakteri yang sensitif terhadap antibiotik

Antibiotik Enterobacter Klebsiella Pseudomonas Salmonella Serratia Staphylococcus Streptococcus


gergoviae peumoniae aeruginosa sp liquefaciens epidermidis viridans

Ampisilin 0 0 0 1 0 0 0
Cefotaxim 1 0 1 1 0 2 1
Ceftazidim 0 0 2 1 0 0 0
Cefepime 0 0 3 1 0 0 1
Amikasin 0 2 3 1 1 4 0
Gentamisin 1 1 5 1 0 2 0
Imipenem 0 3 2 1 1 3 1
Meropenem 0 3 3 1 1 3 0
Ertapenem 0 2 0 1 1 0 0
Ampisilin sulbaktam 1 0 2 1 0 0 0
Amoksilin asam clavulanat 1 0 2 1 0 3 1
Piperasilin tazobaktam 0 2 1 0 0 1 0
Cefosperazon sulbaktam 0 1 1 0 0 1 0
Fosfomicin 0 1 0 1 1 0 0
Kloramfenikol 1 1 0 1 1 2 0

terhadap amikasin. Klebsiella mendapatkan kasus terbanyak mendapatkan hasil yang


pneumoniae resisten terhadap juga pada umur kurang dari 2 sama.1,5,6,8,9 Penelitian Chow dkk10
ampisilin, ampisilin sulbaktam tahun. Dari laporan penelitian- juga mendapatkan penyebab
dan seftazidim, namun masih penelitian tersebut dapat ditarik terbanyak adalah infeksi dan tidak
sensitif terhadap meropenem. kesimpulan bahwa kejadian didapatkan perbedaan yang
demam berkepanjangan lebih bermakna antara negara
DISKUSI banyak terjadi pada kelompok berkembang dan negara maju.
Pada penelitian ini kasus umur lebih muda. Berbeda dengan Dalam penelusuran penyebab
demam berkepanjangan penelitian Latupeirissa9 justru demam berkepanjangan, salah
terbanyak dijumpai pada golongan mendapatkan kejadian terbanyak satu pemeriksaan yang dilakukan
umur 13-60 bulan. Penelitian pada umur lebih dari 6 tahun, adalah pemeriksaan biakan darah
Cogulu dkk 8 mendapatkan perbedaan ini kemungkinan untuk mencari kuman penyebab,
kejadian terbanyak pada rentang disebabkan oleh perbedaan faktor walaupun pemeriksaan biakan
umur 1 bulan–2 tahun, lebih penyebab penyakit dimana pada tidak mempunyai sensitifitas yang
banyak pada kelompok umur lebih penelitian Latupeirissa9 penyebab begitu tinggi.10 Pada penelitian ini
muda dibandingkan kelompok infeksi terbanyak adalah demam didapatkan 10 kasus sepsis,
umur lebih tua. Bakry dkk 5 tifoid. namun yang positif hasil

28 • JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN


Pola Kuman dan Sensitifitas Antibiotik Kasus Demam Berkepanjangan Pada Pasien Anak Yang ..... | I Wayan Gustawan, dkk.

biakannya hanya pada 8 kasus (8/ tubuh normal. Pseudomonas isolat Pseudomonas aeruginosa
10). Keadaan ini sesuai dengan apa aeruginosa dapat menimbulkan yang diambil dari pasien yang
yang disebutkan di literatur bahwa infeksi apabila fungsi pertahanan dirawat di rumah sakit dan
pada sepsis hanya 30-50% abnormal. Bakteri ini merupakan lingkungannya, menemukan
ditemukan biakan darah yang penyebab utama infeksi kuman tersebut masih sensitif
positif.11 nosokomial seperti pada terhadap amikasin, meropenem,
Dari 75 kasus demam pneumonia, ISK, infeksi luka cefepim dan fluoroquinolon.
berkepanjangan yang dilakukan operasi, luka bakar, pasien yang Ramana dkk 18 menemukan
pemeriksaan biakan, terdapat 56 sedang menjalani kemoterapi atau keadaan yang berbeda, dalam
(74,7%) kasus tidak dijumpai pasien yang mendapat antibiotik.12 penelitiannya tentang pola
pertumbuhan kuman. Salah satu Perlu dilakukan evaluasi lebih resistensi antibiotik dari
kemungkinan penyebab adalah lanjut apakah infeksi tersebut Pseudomonas aeruginosa pada
paparan antibiotik sebelum didapat saat perawatan di rumah kasus Healthcare associated
dilakukan pemeriksaan biakan. sakit atau primer sebagai infections (HAIs) mendapatkan
Evaluasi lebih lanjut perlu penyebab. kejadian resistensi 40% terhadap
dilakukan untuk membuktikan Pada penelitian ini sefotaksim dan gentamisin, 39%
apakah faktor tersebut Staphylococcus epidermidis terhadap siprofloksasin, 26%
berpengaruh atau tidak. merupakan bakteri terbanyak terhadap amikasin, 22% terhadap
Bakteri penyebab infeksi pada kedua yang ditemukan dan sefoperazon sulbaktam, 16%
penelitian ini didapatkan 3 semuanya berasal dari biakan terhadap piperasilin tasobaktam
penyebab terbanyak yaitu darah. Penelitian Bakry dkk5 juga dan 12% terhadap meropenem.
Pseudomonas aeruginosa, melaporkan bakteri ini dalam Keadaan ini disebabkan karena
Staphylococcus epidermidis dan biakan darah pasiennya. pola resistensi dan sensitifitas
Klebsiella pneumonia. Penelitian Staphylococcus epidermidis kuman memang berbeda-beda di
Bakry dkk 5 menemukan biasanya membentuk koloni di masing-masing rumah sakit,
Staphylococcus epidermidis dan kulit dan membran mukosa sehingga sangat penting untuk
Eschericia coli, penelitian manusia dan mamalia lainnya. melakukan surveilan aktif untuk
Latupeirissa 9 menemukan Bakteri ini merupakan bakteri mengetahui pola kuman di tempat
Salmonella typhi pada biakan oportunistik. Saat ini didapatkan masing-masing.
darah dan Eschericia coli pada sering sebagai penyebab infeksi Pada penelitian ini
biakan urin sebagai bakteri yang didapat di rumah sakit, Staphylococcus epidermidis
terbanyak. Cogulu dkk 8 terutama pada pasien-pasien yang resisten terhadap ampisilin,
mendapatkan Escherichia coli, menggunakan alat (device) dalam seftazidim, sefepim, ertapenem,
Klebsiella oxytoca dan perawatannya.13,14 ampisilin sulbaktam dan
Pseudomonas aeruginosa pada Klebsiella pneumoniae fosfomisin namun masih sensitif
biakan urin, Staphylococcus merupakan bakteri penyebab terhadap amikasin. Hague dkk19
aureus pada biakan darah dan yang banyak dijumpai pada kasus mendapatkan bahwa
Haemophilus influenzae tipe b bakterimia. Pada penelitian ini Staphylococcus epidermidis yang
pada biakan cairan serebrospinal. bakteri ini menempati urutan diisolasi dari pasien rumah sakit
Pseudomonas aeruginosa ketiga sebagai penyebab, menunjukkan multidrug
yang ditemukan pada penelitian sedangkan penelitian Ghotaslou resistance terhadap antibiotik
ini tidak berasal dari biakan dkk 15 mendapatkan Klebsiella yang diberikan. Wen dkk 20
darah, bakteri ini tumbuh dari pneumoniae sebagai bakteri gram melaporkan insiden resistensi
biakan jaringan dasar bula, sekret negatif terbanyak pada kasus Staphylococcus epidermidis lebih
saluran napas dan cairan neonatal septikemia. Zakariya tinggi dibanding Staphylococcus
serebrospinalis. Kasus yang dkk16 juga mendapatkan 27,5% aureus pada pasien yang dirawat
mengalami infeksi Pseudomonas biakan darah dari pasien sepsis di ruang intensif dan resisten
aeruginosa juga menderita neonatal mengandung Klebsiella terhadap golongan penisilin,
penyakit jantung bawaan dan pneumoniae. linesolid, piperasilin tasobaktam,
sindrom Down. Penentuan Pseudomonas aeruginosa sefoperazon sulbaktam dan
Pseudomonas aeruginosa sebagai yang merupakan bakteri oxasilin. Klebsiella pneumoniae
penyebab infeksi yang primer penyebab terbanyak pada resisten terhadap ampisilin,
harus berhati-hati karena penelitian ini, sebagian besar ampisilin sulbaktam dan
Pseudomonas aeruginosa masih sensitif terhadap seftazidim, namun masih sensitif
merupakan kuman oportunistik. gentamisin (5/6) dan hanya terhadap meropenem. Keadaan
Pseudomonas aeruginosa sebagian terhadap meropenem (3/ ini sama dengan laporan penelitian
merupakan flora normal yang 6), amikasin (3/6), dan sefepim (3/ Zakariya dkk16 dimana Klebsiella
melekat pada tubuh kita dan 6). Hal ini sama dengan yang pneumoniae yang ditemukan
tidak akan menimbulkan ditemukan oleh penelitian Gad masih sensitif dengan meropenem.
penyakit selama pertahanan dkk17 yang meneliti kharakteristik

JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN • 29


MEDICINA • VOLUME 45 NOMOR 1 • JANUARI 2014

SIMPULAN Edisi ke-5. Philadelphia: 14. Rasheed M, Awole M.


Penyebab terbanyak demam Elsevier; 2004. h. 825-36. Staphylococcus epidermidis: a
berkepanjangan pada penelitian 5. Bakry BA,Tumbelaka AR, commensal emerging as a
ini adalah infeksi dan 3 penyebab Chair I. Etiologi dan pathogen with increasing
infeksi bakteri terbanyak adalah karakteristik demam clinical significance especially
Pseudomonas aeruginosa, berkepanjangan pada anak di in nosocomial infections. The
Staphylococcus epidermidis dan RS. Dr.Cipto Mangunkusimo, Internet Journal of
Klebsiella pneumonia. Pola Jakarta. Sari Pediatri. Microbiology 2007;3(2)
sensitifitas bakteri penyebab 2008;10:83-8. (diakses tanggal 15 Maret
terhadap antibiotik menunjukkan 6. Joshi N, Rajeshwari K, Dubey 2013). Diunduh dari: http://
lebih banyak bakteri yang resisten AP, Singh T, Kaur R. Clinical archive.ispub.com/journal/
terhadap golongan penisilin, spectrum of fever of unknown the-internet-journal-of-
sefalosporin, betalaktam dan origin among Indian children. microbiology/volume-3-
betalaktamase inhibitor, Ann Trop n u m b e r - 2 /
fosfomisin dan kloramfenikol, Paediatr. 2008;28(4):261-6. html#sthash.jxF4bwQm.dpbs.
sedangkan terhadap golongan 7. Ntusi N, Aubin L, Oliver S, 15. Ghotaslou R, Ghorashi Z,
aminoglikosida dan karbapenem Whitelaw A, Mendelson M. Nahaei MR. Klebsiella
masih lebih banyak yang sensitif Guideline for the optimal use pneumonia in neonatal sepsis:
dibandingkan yang resisten. of blood cultures. S Afr Med a 3 year study in the pediatric
Pseudomonas aeruginosa J. 2010;100:839-43. hospital of Tabriz, Iran. Jpn
sebagian besar masih sensitif 8. Cogulu O, Koturoglu J Infect Dis. 2007;60:126-8.
terhadap gentamisin dan hanya G, Kurugol Z, Ozkinay 16. Zakariya BP, Vishnu Bhat B,
sebagian sensitif terhadap F, Vardar F, Ozkinay C. Harish BN, Arun Babu T,
meropenem, amikasin dan Evaluation of 80 children with Joseph NM. Risk factors and
sefepim, namun sudah resisten prolonged fever. Pediatr outcome of Klebsiella
terhadap ampisilin dan fosfomisin. Int. 2003;45(5):564-9. pneumoniae sepsis among
Staphylococcus epidermidis 9. Latupeirissa D. Demam Newborns. Curr Pediatr Res.
resisten terhadap ampisilin, Berkepanjangan pada Anak di 2012;16 (2):115-8.
seftazidim, sefepim, ertapenem, RSUP Fatmawati Tahun 17. Gad GF, El-Domany RA, Zaki
ampisilin sulbaktam dan 2008-2010. Sari Pediatri. S, Ashour HM.
fosfomisin namun masih sensitif 2012;14(4):241-5. Characterization of
terhadap amikasin. Klebsiella 10. Chow A, Robinson JL. Fever Pseudomonas aeruginosa
pneumoniae resisten terhadap of unknown origin in isolated from clinical and
ampisilin, ampisilin sulbaktam children: a systematic review. environmental samples in
dan seftazidim, namun masih World J Pediatr. 2011;7(1):5- Minia, Egypt: prevalence,
sensitif terhadap meropenem. 10. antibiogram and resistance
11. Hadinegoro SRS. Sepsis pada mechanisms. Journal of
DAFTAR PUSTAKA anak, diagnosis dan Antimicrobial Chemotherapy.
1. Chouchane S, Chouchane tatalaksana. Dalam: 2007;60:1010-7.
CH, Ben Meriem CH, Seket Hadinegoro SRS, Prawitasari 18. Ramana BV, Chaudhury A.
B, Hammami S, Nouri S, T, Endyarni B, Kadim M, Antibiotic resistance pattern
dkk. Prolonged fever in Sjakti HA, penyunting. of Pseudomonas aeruginosa
children. Retrospective study Diagnosis dan tatalaksana isolated from healthcare
of 67 cases. Arch penyakit anak dengan kuning. associated infections at
Pediatr. 2004;11(11):1319-25. Edisi pertama. Jakarta: tertiary care hospital. J Sci
2. Pizzo PA, Lovejoy FH, Smith Departemen Ilmu Kesehatan Soc. 2012;39:78-80.
DH. Prolonged fever in Anak FKUI-RSCM; 2007. h. 19. Haque N, Hossain MA, Bilkis
children: review of 100 cases. 20-31. L, Musa AK, Mahamud C,
Pediatrics. 1975;55:468-73. 12. Anonim. Other Gram- Bari MS, dkk. Antibiotic
3. Teach SJ. Approach to the negative Rods. Dalam: Harvey susceptibility pattern of
child with prolonged fever in RA, Champe PC, Fisher BD, Staphylococcus epidermidis.
the pediatric emergency penyunting. Lippincott’s Ymensingh Med J.
department. Clin Ped Emerg Illustrated Reviews: 2009;18(2):142-7.
Med. 2000;1:157-63. Microbiology. Edisi ke-2. New 20. Wen MY, Zeng HK, Huang
4. Lorin MI, Feigin RD. Fever Jersey: Lippincott Williams & WP, Fang M. Distribution
without source and fever of Wilkins; 2007. h.138-40. and antibiotic resistance of
unknown origin. Dalam: 13. Otto M. Staphylococcus bacteria causing bloodstream
Feigin RD, Cherry JD, epidermidis–the “accidental” infections in patients in
Demmler GJ, Kaplan SL, pathogen. Nat Rev Microbiol. intensive care unit. Zhonghua
penyunting. Text book of 2009;7(8): 555–67. Wei Zhong Bing Ji Jiu Yi Xue.
pediatric, infectious diseases. 2013;25(4):215-8.

30 • JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN

Anda mungkin juga menyukai