Penyusun :
Penanggung Jawab :
RUMUSAN MASALAH
1. JURNAL 1
Dari kasus demam tifoid di RSUD dr.H. Soemarno Sosroatmodjo
Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Timur, terbanyak umur >14
tahun. Hal ini juga terlihat dari kondisi lingkungan sebagian besar wilayah
Kabupaten Bulungan masih kurang memadai, yang bisa dilihat dari
cakupan sarana kesehatan lingkungan, seperti air bersih yang memenuhi
syarat 62,25% lebih rendah dari target 76%, cakupan pemilikan jamban
49,72% lebih rendah dari target 73%, cakupan rumah sehat 61,23% lebih
rendah dari target 75% dan cakupan pengawasan tempat-tempat
pengelolaan makanan (TPM) sehat 43,12 % lebih rendah dari target 70%
Dinas Kesehatan Kabupaten Bulungan.
2. JURNAL 2
Diagnosis penyakit demam thypoid masih menjadi tantangan para klinisi
karena gambaran klinis yang tidak khas sehingga pengenalan gejala dan
tanda klinik menjadi sangat penting untuk membantu diagnosis. Hasil
penelitian lain menyatakan bahwa demam, dan gangguan pencernaan
seperti diare dan konstipasi merupakan keluhan utama dan terbanyak
dialami pasien demam tifoid. Sedangkan pemeriksaan hematologi tidak di
temukan tanda-tanda khas.
3. JURNAL 3
Demam thypoid banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita, baik
di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya
dengan kualitas yang mendalam dari higiene pribadi dan sanitasi
lingkungan seperti higiene perorangan dan higiene penjamah makanan
yang renda, lingkungan yang kumuh, kebersihan tempat-tempat umum
(rumah makan, restoran) yag kurang serta perilaku masyarakat yang tidak
mendukung untuk hidup sehat. Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi
yang berkepanjangan akan menimbulkan peningkatan kasus-kasus
penyakit menular, termasuk thypoid.
4. JURNAL 4
Sampai saat ini kloramfenikol masih merupakan terapi pilihan untuk
demam tifoid karena efektivitasnya terhadap Salmonella thypi disamping
harga obat tersebut relatif murah. Namun dengan banyaknya informasi
mengenai timbulnya strain Salmonella thypi yang resisten terhadap
kloramfenikol membuat para ahli mencari obat lain yang terbaik untuk
demam tifoid.
5. JURNAL 5
Demam tifoid merupakan suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh
bakteri salmonella thypi. Bakteri ini dapat menghasilkan endotoksin yang
mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologis dan merangsang demam
pada penderita demam tifoid.
TUJUAN
1. JURNAL 1
Untuk mengidentifikasi faktor resiko yang berkaitan dengan kejadian
demam tifoid pada orang dewasa di Kabupaten Bulungan, Kalimantan
Timur.
2. JURNAL 2
Untuk menjelaskan karakteristik tersangka demam tifoid pasien rawat inap
di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Periode Tahun 2010.
3. JURNAL 3
Untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan dengan kejadian demam
thypoid pada anak.
4. JURNAL 4
Untuk mengetahui pola pemberian antibiotika pengobatan demam tipoid
anak di rumah sakit Fatmawati Jakarta tahun 2001-2002.
5. JURNAL 5
Untuk mengethaui hubungan tingkat demam dengan hasil pemeriksaan
hematologi pada penderita demam tifoid.
BAB II METODE PENELITIAN
HASIL
PEMBAHASAN
2. Usia
Tabel 1. Distribusi Suspek Demam Tifoid Berdasarkan Usia (N=65)
Usia (Tahun) N %
< 12 28 43,08
12-30 33 50,76
>30 4 6,16
Jumlah 65 100
3. Tempat Tinggal
4. Gejala Subjektif
5. Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan hematologi menunjukan dari 65 pasien, terdapat
anemia 61,54% dengan anemia, leukopeni 52,31%, leukositosis
10,77%, trobositopeni 46,16%, aneosinofilia 47,69%, limfositofeni
1,54%, dan leukositosis 44,62%.
6. Tes Widal
Hasil tes widal pasien tersangka demam tifoid yang dirawat inap
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Periode 01 Januari-31
Desember 2010 yang paling banyak adalah Typhi O 1/320 (67,70%),
dan Typhi H 1/320 (61,53%)
8. Pemberian antibiotika
Berdasarkan jenis antibiotika yang digunakan dalam pengobatan
tersangka demam tifoid terlihat bahwa seftriakson (30,77%)
merupakan antibiotika pilihan terbanyak yang diberikan untuk
tersangkademam tifoid yang dirawat inap di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Kloramfenikol merupakan antibiotika
yang kedua sebanyak 27,69%, Hal ini tidak jauh dengan penelitian
yang dilakukan oleh Widiastuti tahun 2011 mengenai Pola Penggunaan
Antibiotik Untuk Demam tifoid. Hasil penelitian menunjukan bahwa
Seftriakson merupakan antibiotika yang paling banyak digunakan
(31,76%) dan Siprofloksasin (21,06%).13 Hasil ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Chowta M.N.,Chowta N.K. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa Ciprofloksasin merupakan antibiotika
yang paling banyak digunakan (52,3 % ).
KESIMPULAN