Setyo Handryastuti
Abstrak
Kejang demam (KD) adalah kejang yang berkaitan dengan kenaikan suhu tubuh
di atas 38°C, bukan disebabkan oleh infeksi susunan saraf pusat (SSP), kelainan
elektrolit maupun metabolik, dapat terjadi pada usia 6 bulan sampai 6 tahun.
Kejang demam merupakan penyebab tersering kejang pada anak, dengan perjalanan
penyakit yang benign, mempunyai prognosis yang baik dan menghilang pada usia
6 tahun. Diagnosis KD adalah diagnosis klinis, yang perlu diperhatikan adalah
menyingkirkan infeksi SSP, terutama pada KD kompleks. Dari telaah literatur,
indikasi pemeriksaan penunjang serta tata laksana mengalami banyak perubahan.
Pemeriksaan penunjang laboratorium, elektroensefalografi, maupun pencitraan
hanya atas indikasi sesuai rekomendasi. Tatalaksana meliputi terapi simtomatik
dan profilaksis. Rekomendasi tata laksana meliputi tatalaksana pada saat kejang
dan terapi profilaksis intermiten maupun rumatan jangka panjang. Rekomendasi
terapi profilaksis telah disusun dan disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Kejang
demam kerap menyebabkan kecemasan yang berlebihan pada orang tua sehingga
diperlukan edukasi yang baik tentang prognosis, perjalanan penyakit, risiko dan
manfaat pemberian terapi profilaksis. Dokter umum, dokter anak, maupun dokter
neurologi anak diharapkan menerapkan rekomendasi yang telah disusun agar
pemeriksaan penunjang dan tatalaksana yang berlebihan dapat dihindari.
J Indon Med Assoc, Volum: 71, Nomor: 5, Oktober - November 2021 241
Tatalaksana Kejang Demam pada Anak Terkini
Current Management
of Febrile Seizure in Children
Setyo Handryastuti
Abstract
kerentanan otak yang imatur dan dalam masa si kejang yang diperlukan adalah bentuk ke-
perkembangan yang pesat terhadap kejadian jang (umum, fokal/fokal menjadi umum),
demam, serta berkaitan juga dengan faktor durasi kejang, kesadaran selama kejang, serta
lingkungan dan genetik.8,9 Hal-hal tersebut kondisi pasca kejang. Selain itu gejala yang
diduga menyebabkan penurunan ambang ke- menyertai demam untuk mencari sumber in-
jang sehingga mencetuskan kejang pada saat feksi penyebab demam. Perlu juga ditanyakan
demam. Hal ini terlihat dari fakta bahwa anak riwayat kejang sebelumnya, dengan atau tanpa
yang mengalami KD paling sering di bawah demam, KD atau epilepsi dalam keluarga, ri-
usia 3 tahun yaitu terdapat ambang kejang wayat perkembangan dan imunisasi. Riwayat
terendah.10 Suhu yang tinggi merupakan fak- pemberian obat seperti antipiretik, antikejang
tor risiko yang lebih bermakna dibandingkan dan antibiotik juga perlu ditanyakan.20
peningkatan suhu yang mendadak sebagai Evaluasi klinis ditujukan untuk men-
pencetus KD pertama kali.10 cari tanda-tanda infeksi sebagai penyebab
Penelitian menunjukkan bahwa sep- demam serta adakah tanda-tanda infeksi SSP
ertiga anak dengan KD memiliki riwayat KD seperti meningitis dan ensefalitis. Pada bayi
dalam keluarga. Risiko terjadinya KD pada dan anak kurang dari 2 tahun, tanda dan geja-
anak sebesar 20% jika terdapat riwayat KD la infeksi SSP seperti meningitis sangat samar
pada saudara kandung, dan 33% jika terdapat karena jarang ditemukan tanda rangsang men-
riwayat KD pada kedua orang tua.11 Predis- ingeal. Tanda dan gejala yang dapat memban-
posisi genetik KD diturunkan secara autoso- tu ke arah kecurigaan meningitis antara lain
mal dominan dengan pengurangan penetrasi ubun-ubun besar yang membonjol, anak tam-
atau faktor poligenik.12,13 Kemungkinan KD pak letargi, dan kurang aktif.22 Pemeriksaan
pada kembar monozigot sebesar 35–69%, kesadaran juga penting untuk membedakan
sedangkan dizigot 14–20%.14 Gen yang terli- dengan ensefalitis, terutama pada anak pas-
bat antara lain SCNIA, IL-1β, CHRNA4, and ca pemberian obat antikonvulsan rektal yang
GABRG212 Lokus genetik yang berperan dapat menyebabkan anak mengantuk serta le-
meningkatkan risiko KD adalah 1q31, 2q23– targi.22
34, 3p24, 3q26, 5q14–5, 5q34, 6q22–24, Pemeriksaan laboratorium tidak diker-
8q13–21, 18p11, 19p13, 19q, and 21q22.13-15 jakan secara rutin pada kejang demam, tetapi
Meskipun beberapa gen dan lokus ge- dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber
netik telah dilaporkan pada beberapa peneli- infeksi penyebab demam. Pemeriksaan labo-
tian, gen penyebab belum dapat diidentifikasi ratorium yang dapat dikerjakan atas indikasi
secara jelas pada sebagian besar pasien KD.16 misalnya pemeriksaan darah perifer, elek-
Kaitan antara KD dan faktor genetik telah trolit, dan gula darah.23 Pemeriksaan cairan
lama dipikirkan, tetapi tidak terdapat hubun- serebrospinal dilakukan untuk menegakkan
gan yang meyakinkan dan konsisten sehingga atau menyingkirkan kemungkinan meningi-
diperlukan penelitian lebih lanjut pada popu- tis. Berdasarkan bukti-bukti terbaru, saat ini
lasi yang lebih besar.16 pemeriksaan pungsi lumbal tidak dilakukan
Demam karena infeksi virus terjadi secara rutin pada anak berusia <12 bulan yang
pada 80% kasus KD.17 Penyebab tersering mengalami kejang demam sederhana den-
adalah ISPA, roseola infantum, influenza A, gan keadaan umum baik.23,24 Indikasi pungsi
otitis media, faringitis, disentri karena Shigel- lumbal sesuai rekomendasi UKK Neurologi
la.18 Terdapat risiko KD pasca vaksinasi DPT IDAI adalah: (1) Terdapat tanda dan gejala
whole-cell, tetapi risiko absolutnya sangat rangsang meningeal; (2) Terdapat kecurigaan
kecil.19 adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan klinis; (3) Dipertimbang-
Diagnosis kan pada anak dengan kejang disertai demam
yang sebelumnya telah mendapat antibio-
Anamnesis merupakan hal yang tik dan pemberian antibiotik tersebut dapat
penting untuk memperoleh data yang akurat mengaburkan tanda dan gejala meningitis.24
dan detail. Perlu diperjelas apakah terdapat Pemeriksaan elektroensefalografi
demam yang mendahului kejang, berapa suhu (EEG) tidak diperlukan pada kejang demam,
tubuh yang terukur, apakah demam terjadi kecuali jika kejang bersifat fokal untuk me-
sebelum atau sesudah kejang serta interval nentukan adanya fokus kejang di otak yang
antara awitan demam dengan kejang.20 Se- membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Jika pe-
bagian besar kejang pada KD terjadi pada meriksaan EEG dilakukan,sebaiknya minimal
hari pertama demam. Jika kejang terjadi 3 48 jam setelah episode KD, untuk mengh-
hari setelah awitan demam, perlu dipikirkan indari kebingungan jika ditemukan abnormal-
penyebab lain seperti infeksi SSP.21 Deskrip- itas EEG pasca kejang.23 Perlambatan pada
J Indon Med Assoc, Volum: 71, Nomor: 5, Oktober - November 2021 243
Tatalaksana Kejang Demam pada Anak Terkini
hasil pemeriksaan EEG bukan faktor prediksi gan tanda dan gejala red flags, kejang lama,
epilepsi. Demikian juga abnormalitas EEG KD kompleks, gejala sisa neurologi (paresis
pada KD kompleks bukan merupakan petan- Todd’s), curiga infeksi berat, sumber infeksi
da risiko epilepsi.24 Kejang demam pada anak tidak dapat ditentukan, usia anak kurang dari
sehat yang jelas menunjukkan sumber infeksi 18 bulan, terdapat risiko kejang berulang dan
tidak memerlukan pemeriksaan EEG.25 Pe- orang tua atau pengasuh tidak dapat melaku-
meriksaan EEG dapat dipertimbangkan pada kan pengawasan secara rutin pasca kejang.30
kasus kejang berulang tanpa keterkaitan yang Intervensi rutin untuk mencegah ke-
jelas dengan demam, kejang lama atau status jang berulang tidak diperlukan pada kasus
epileptikus.21 Pemeriksaan pencitraan (CT kejang yang berhenti sendiri.21 Meskipun de-
scan atau MRI kepala) tidak rutin dilakukan mikian, komplikasi kejang lama/kejang be-
pada anak dengan kejang demam sederhana.26 rulang dapat terjadi. Oleh karena itu, tatalaksa-
Pemeriksaan tersebut dilakukan bila terdapat na terbagi 3: (1) Tatalaksana pada saat kejang,
indikasi, seperti kelainan neurologis fokal yang tidak akan dibahas disini; (2) Terapi pro-
yang menetap, misalnya hemiparesis atau pa- filaksis terbagi menjadi profilaksis intermiten
resis nervus kranialis.27,28 dan kontinyu/rumatan ;(3) Terapi anti piterik.7
Diazepam rektal efektif untuk menghentikan
Diagnosis Banding kejang yang sedang berlangsung, dan dapat
disediakan di rumah jika terdapat riwayat KD
Diagnosis banding KD antara lain: terutama jika terdapat riwayat status epilep-
(1) Menggigil karena demam tinggi, kondisi tikus. Pada anak dan remaja yang pemberian
ini dapat dibedakan dari KD, yaitu anak tetap diazepam rektal tidak lagi ideal, maka midaz-
sadar ketika menggigil.; (2) Febrile synco- olam intranasal dapat menjadi pilihan.7
pe; (3) Breath holding attack: anak mena-
han napas untuk beberapa waktu sehingga Tatalaksana Profilaksis Intermiten
hilang kesadaran; (4) Reflex anoxic seizures:
anak tiba-tiba lemas akibat nyeri atau syok; Profilaksis intermiten adalah pemberi-
(5) Demam yang mencetuskan kekambuhan an obat antikonvulsan hanya ketika anak men-
kejang pada epilepsi; (6) Infeksi SSP seperti galami demam, untuk mencegah kejang. Saat
meningitis dan ensefalitis.20 ini banyak literatur tidak lagi merekomen-
Kejang demam yang atipikal/tidak dasikan pemberian diazepam oral intermiten
khas perlu dibedakan dengan epilepsi yang secara rutin untuk mencegah kejang demam
mengalami kekambuhan karena demam, dengan pertimbangan perjalanan penyakit
GEFS+ (Generalized/genetic epilepsy with yang benign dan pertimbangan efek samping
febrile seizures plus), dan FIRES (Febrile in- yang lebih besar dibandingkan manfaatnya.31
fection-related epilepsy syndrome).21 Meskipun demikian, pada beberapa kondisi
dengan terdapat kekhawatiran orang tua, adan-
Tatalaksana ya kejang berulang dengan/tanpa kejang lama
atau status epileptikus, serta risiko berulang-
Seorang anak dengan KD sederhana nya kejang maka pemberian terapi profilaksis
tidak perlu dirawat jika klinis baik dan sumber intermiten dapat dipertimbangkan.32,33
infeksi jelas. Pasien dapat dipulangkan setelah
Unit Kerja Koordinasi Neurologi
observasi selama sekitar 6 jam di IGD. Seba- IDAI tetap merekomendasikan pemberian di-
gian besar kejang pada KD berlangsung sing- azepam oral atau rektal intermiten. Obat yang
kat, berhenti sendiri serta tidak memerlukan digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/
obat anti konvulsan jangka panjang.29 Pada kali per oral atau rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg
saat evaluasi anak dengan KD, perlu dikenali untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk
red flags yang diperlukan untuk memutuskan berat badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari,
tindakan selanjutnya. Red flags tersebut ada- dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/
lah: (1) Anak dengan KD kompleks; (2) Tanda kali. Diazepam intermiten diberikan selama
rangsang meningeal; (3) Penurunan kesadaran 48 jam pertama demam. Perlu diinformasikan
masih ada setelah lebih dari satu jam kejang pada orang tua bahwa dosis tersebut cukup
berhenti; (4) Terdapat ruam pada anak dengan tinggi dan dapat menyebabkan ataksia, irita-
klinis yang tidak baik; (5) Ubun-ubun mem- bilitas, serta sedasi.24 Studi lain memperlihat-
bonjol; (6) Takikardia menetap meskipun kan efektivitas yang sama dengan pemberi-
suhu badan telah terkoreksi; (7) Tanda dis- an midazolam bukal.28 Pemberian diazepam
tres napas sedang sampai berat.29 Perawatan intermiten berdasarkan rekomendasi UKK
untuk observasi diperlukan pada pasien den- Neurologi IDAI dapat dipertimbangkan pada
244 J Indon Med Assoc, Volum: 71, Nomor: 5, Oktober - November 2021
Tatalaksana Kejang Demam pada Anak Terkini
kondisi: (1) Kelainan neurologis berat, mis- pada saat anak tidak sedang demam.24,37 Se-
alnya palsi serebral; (2) Kejang demam be- belum memutuskan untuk pemberian obat
rulang 4 kali atau lebih dalam setahun; (3) antikonvulsan jangka panjang, dicoba ter-
Usia <6 bulan; (4) Kejang terjadi pada suhu lebih dahulu pemberian obat antikonvulsan
tubuh kurang dari 39°C; (5) Apabila pada ep- profilaksis intermiten, jika tidak berhasil atau
isode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh orang tua khawatir dapat dipertimbangkan
meningkat dengan cepat. Meskipun demikian pemberian obat anti konvulsan rumatan jang-
efek pemberian diazepam oral/rektal inter- ka panjang.24
miten dengan dosis yang cukup tinggi patut Edukasi orang tua tentang efikasi dan
diwaspadai efeknya berupa sedasi, anak men- efek samping obat anti konvulsan harus diber-
jadi tampak letargi dan mengantuk sehingga ikan sebelum memutuskan pemberian obat
kadang sulit dibedakan dengan gejala menin- anti konvulsan jangka panjang.38 Harus diin-
gitis.21 gat juga bahwa prognosis jangka panjang tim-
bulnya epilepsi, masalah neurologi maupun
Tatalaksana Profilaksis Kontinyu kognitif tidak dipengaruhi oleh pemberian
obat antikonvulsan sebagai pencegahan KD
Profilaksis kontinyu atau rumatan meskipun terjadi berulang kali.39 Bahkan pada
adalah pemberian obat anti konvulsan untuk anak dengan status neurologi normal, kejang
mencegah kejang yang diberikan setiap hari. yang lama pun tidak menimbulkan kerusakan
Meskipun terdapat risiko terjadi kekambu- otak.21 Setiap orang tua anak dengan KD ha-
han KD dan risiko epilepsi meskipun rendah, rus dijelaskan bahwa KD adalah benign den-
beberapa literatur saat ini tidak merekomen- gan prognosis yang baik sehingga tidak perlu
dasikan lagi pemberian terapi profilaksis jang- kekhawatiran yang berlebihan.21
ka panjang untuk KD, karena tidak menguran-
gi rekurensi maupun mencegah epilepsi.21,34 Pemberian Obat Antipiretik
Telaah dari Cochrane menunjukkan
bahwa pemberian natrium valproat dan feno- Tidak ditemukan bukti bahwa penggu-
barbital tampaknya bermanfaat untuk mence- naan antipiretik mengurangi risiko terjadinya
gah terjadinya KD, tetapi efek samping juga kejang demam. Meskipun demikian, dokter
ada, sehingga harus dipertimbangkan dari segi neurologi anak di Indonesia sepakat bahwa
risiko dan manfaatnya.33,35 Hampir 30–40% antipiretik tetap dapat diberikan untuk mem-
anak memperlihatkan efek samping dengan berikan kenyamanan pada anak. Dosis para-
pemberian obat antikonvulsan jangka pan- setamol yang digunakan adalah 10–15 mg/kg/
jang. American Academy of Pediatrics juga kali diberikan tiap 4–6 jam. Dosis ibuprofen
tidak merekomendasikan pemberian obat anti 5–10 mg/kg/kali, 3–4 kali sehari.24
konvulsan jangka panjang pada KD.7,21,33
Rekomendasi tersebut tidak mudah Prognosis
diterapkan di Indonesia karena kekhawatiran
orang tua yang tinggi,oleh karena itu UKK Sebagian besar anak dengan KD mem-
Neurologi IDAI masih merekomendasikan punyai pertumbuhan dan perkembangan yang
pemberian antikonvulsan jangka panjang normal.2 Prognosis jangka panjang KD baik
dengan indikasi ketat, antara lain: (1) Kejang dan akan menghilang sendiri pada saat usia
fokal; (2) Kejang lama >15 menit; (3) Ter- 6 tahun. Sekitar 30–35% KD akan berulang
dapat kelainan neurologis yang nyata sebelum pada masa anak dini, 75% akan berulang da-
atau sesudah kejang, misalnya palsi serebral, lam kurun waktu 1 tahun setelah episode KD
hidrosefalus, hemiparesis.24 Pemakaian feno- pertama. Sekitar 90% berulang pada usia 2 ta-
barbital setiap hari dapat menimbulkan gang- hun. Rekurensi dapat terjadi pada pasien-pa-
guan perilaku dan kesulitan belajar pada 40– sien dengan awitan dini KD sebelum usia 15
50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam bulan, kejang terjadi pada peningkatan suhu
valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama badan yang rendah, interval yang pendek (ku-
yang berumur kurang dari 2 tahun, asam val- rang dari 1 jam) antara awitan demam dan
proat dapat menyebabkan gangguan fungsi kejang, adanya riwayat epilepsi dan KD pada
hati. Dosis asam valproat adalah 15–40 mg/ saudara kandung, anak berada di tempat pen-
kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan fenobarbital itipan anak (karena risiko terkena infeksi se-
3–4 mg/kg/hari dalam 1–2 dosis.24,36 Pengo- bagai penyebab demam lebih tinggi), episode
batan diberikan selama 1 tahun, penghentian demam yang sering, KD kompleks dan adan-
pengobatan rumat untuk kejang demam tidak ya kelainan neurologi.17,21,40
membutuhkan tapering off, tetapi dilakukan Faktor risiko menjadi epilepsi di
J Indon Med Assoc, Volum: 71, Nomor: 5, Oktober - November 2021 245
Tatalaksana Kejang Demam pada Anak Terkini
25. Deng H, Zheng W, Song Z. The genetics 34. Canpotal M, Per H, Gumus H, Elmali F,
and molecular biology of fever-associated Kumandas S. Investigating the prevalence
seizures or epilepsy. Expert Rev. Mol. Med. of febrile convulsion in Kayseri, Turkey: an
2010;20:e3. assessment of the risk factors for recurrence
26. American Academy of Pediatrics, Subcom- of febrile convulsion and for development of
mittee on febrile seizure. Pediatrics. 2011 epilepsy. Seizures.2018 Feb;55;36–47.
Feb;127(2):389–94. 35. Offringa M, Newton R, Cozijnsen MA, Nevitt
27. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dok- SJ. Prophylactic drug management for febrile
ter Indonesia. Rekomendasi Penatalaksanaan seizures in children. Cochrane Database Syst
Kejang Demam. Jakarta: Badan Penerbit Rev.2017;2:CD003031.
IDAI; 2016. 36. Knudsen FU. Progress in Epilepsy Research.
28. Wong V, Ho MHK, Rosman NP, Fukuyama Y, Febrile Seizures: Treatment and prognosis.
Yeung CY, Chan KH, dkk.HK J of Paediatr. Epilepsia. 2000;41(1):2–9.
2002;7(3):143-151. 37. Knudsen FU. Febrile Seizures: Treatment and
29. Laino D, Mencaroni E, Esposito S. Manage- Outcome. Brain Dev. 1996 Nov;18(6):438–
ment of Pediatric Febrile Seizures. Int J Envi- 49
ron Res Public Health. 2018 Okt;15:22–32. 38. Gholipoor P, Saboory E, Ghazavi A, Kiyani,
30. National Institute for Health and Care Ex- A. Prenatal stress potentiates febrile seizures
cellence. Feverish illness in children: As- and leads to long-lasting increase in cortisol
sessment and initial management in children blood levels in children under 2 years of old.
younger than 5 years of age. Clinical Guide- Epilepsy Behav.2017 Jul;72:22–7.
line No 160; Nice: London, UK, 2013 May 5. 39. Sharawat IK, Singh J, Dawman L, Singh A.
31. Offringa M, Newton R. Prophylactic drug Evaluation of risk factors associated with
management for febrile seizures in children first episode febrile seizures. J Clin Diagn
(Review). Evid Based Child Health. 2013 Res.2016;10(5):SC10–3.
Jul;8(4):1376–485. 40. Fetveilt A. Assessment of febrile seizures in
32. Leung AK. Febrile seizures. Dalam: Leung children. Eur J Pediatr.2008;167(10):17–27.
AK, penyunting. Common problems in am- 41. Nelson KB, Ellenberg JH. Predictors of ep-
bulatory pediatrics: specific clinical prob- ilepsy in children who have experienced fe-
lems, New York: Nova Science Publishers, brile seizures. N Eng J of Med. 1976 Nov
Inc; 2011. pp. 199–206. 4;295(19):1029–33.
33. Steering Committee on Quality Improve- 42. Nelson KB, Ellenberg JH. Prognosis in chil-
ment and management. Subcommittee on dren with febrile seizures. Pediatr. 1978
Febrile seizures: Clinical Practice Guideline May;61(5):720–7.
for the long-term management of the child
with simple febrile seizures. Pediatrics. 2008
Jun;121(6):1281–6.
J Indon Med Assoc, Volum: 71, Nomor: 5, Oktober - November 2021 247