Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

SEORANG ANAK USIA 1 TAHUN 4 BULAN DENGAN KEJANG DEMAM


KOMPLEKS

PENYUSUN
Yunika Prajna Suyoso, S.Ked, J510195047

PEMBIMBING
dr. Eko Jaenudin, Sp.A

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
MARET 2020
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS


LAPORAN KASUS
Prodi Profesi Doker Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Seorang Anak Berusia 1 Tahun 4 Bulan dengan Kejang Demam


Kompleks

Penyusun : Yunika Prajna Suyoso, S.Ked/J510195047


Pembimbing : dr. Eko Jaenudin, Sp. A
Ponorogo, 18 Maret 2020
Penyusun

Yunika Prajna S., S.Ked

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Eko Jaenudin, Sp. A

Mengetahui,
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

Dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD


Seorang Anak Berusia 1 Tahun 4 Bulan dengan Kejang Demam Kompleks

Yunika Prajna Suyoso*, Eko Jaenudin**


*Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
**Bagian Kesehatan Anak, RSUD Harjono Ponorogo

ABSTRAK

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada ke-naikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam dibagi menjadi
dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam kompleks
ditandai dengan kejang berlangsung > 15 menit; kejang fokal atau parsial satu sisi, atau
kejang umum didahului kejang parsial; dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Insiden kejang demam 2,2-5% pada anak di bawah usia 5 tahun. Dilaporkan sebuah kasus
seorang anak perempuan usia 1 tahun 4 bulan dengan diagnosis kejang demam kompleks.
Pasien mengalami kejang pada malam hari SMRS lebih dari 5 menit dan terjadi pada seluruh
tubuh, sebelum kejang pasien demam 2 hari dan kejang terjadi berulang dalam 24 jam.
Keluhan lain batuk dan flu diakui. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 37,9oC, refleks
fisiologis normal, refleks patologis dan meningeal sign tidak didapatkan. Hasil pemeriksaan
laboratorium darah lengkap didapatkan leukositosis. Tatalaksana medikamentosa yang
diberikan O2 nasal 1lpm, infus cairan D5 ½ Ns 12 tpm, injeksi cefotaxime 3x250mg, asam
valproat tab 1x1, paracetamol syr 4x1 cth. Tatalaksana non medikamentosa yaitu edukasi
terhadap keluarga mengenai risiko kejang berulang.
Kata kunci: kejang demam, kejang demam kompleks
Pendahuluan lama kejang, frekuensi kejang, dan sifat
kejang. Klasifikasi ini berpengaruh pada
Kejang demam ialah bangkitan kejang
pengobatan dan menjadi salah satu faktor
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari.
(suhu rektal diatas 38ºC) yang disebabkan
Kejang demam kompleks (complex febrile
oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang
seizure) berlangsung lebih dari 15 menit,
demam dapat juga didefinisikan sebagai
bersifat fokal atau parsial satu sisi,
kejang yang disertai demam tanpa bukti
berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24
adanya infeksi intrakranial, kelainan
jam.
intrakranial, kelainan metabolik, toksin
Untuk membantu menegakkan diagnosis,
atau endotoksin seperti neurotoksin
berbagai pemeriksaan penunjang dapat
Shigella. Insiden kejang demam 2,2-5%
dilakukan. Melalui pemeriksaan
pada anak di bawah usia 5 tahun. 1-3 Anak
laboratorium dapat dievaluasi sumber
laki-laki lebih sering dari pada perempuan
infeksi penyebab kejang demam.
dengan perbandingan 1,2–1,6:1. 62,2%,
Pemeriksaan cairan serebrospinal melalui
kemungkinan kejang demam berulang
lumbal pungsi dilakukan untuk
pada 90 anak yang mengalami kejang
menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
demam sebelum usia 12 tahun, dan 45%
banding meningitis. EEG
pada 100 anak yang mengalami kejang
(elektroensefalografi) dan CT scan juga
setelah usia 12 tahun.
dapat dikerjakan untuk mengetahui apakah
Kejang demam dipicu oleh proses infeksi
ada kerusakan pada otak.
ekstrakranium. Infeksi ini menyebabkan
Penatalaksanaan kejang demam meliputi
naiknya suhu tubuh yang berlebihan
pemberian obat-obat antikonvulsan untuk
(hiperpireksia) sehingga timbul kejang.
memberantas kejang dan antipiretik untuk
Beberapa penelitian menunjukkan
menurunkan demam. Untuk mencegah
pencetus kejang demam terbanyak adalah
berulangnya kejang, dapat dilakukan
infeksi saluran napas atas (38%), diikuti
pengobatan profilaksis secara
dengan otitis media (23%), pneumonia
intermittentdan rumatan. Meskipun kejang
(15%), gastroenteritis (7%), roseola
demam memiliki prognosis jangka panjang
infantum (5%), dan penyakit non-
yang sangat baik, masih ada kemungkinan
infeksi(12%).
terjadi kejang demam berulang dan
Kejang demam dikelompokkan menjadi
epilepsi di kemudian hari, terutama pada
kejang demam sederhana dan kompleks
anak yang memiliki faktor risiko.
berdasarkan manifestasi klinisnya yaitu
Laporan Kasus dengan susu formula, gizi dan tumbuh
kembang pasien baik sesuai usia.
Seorang anak perempuan usia 1 tahun 4
bulan dibawa ke RSUD Dr. Hardjono Hasil pemeriksaan fisik didapatkan
Ponorogo dengan keluhan kejang. Kejang keadaan umum pasien tampak lemah,
terjadi pada tanggal 10 Maret 2020 jam kesadaran compos mentis GCS E4V5M6.
00.30, kejang dirasakan satu kali dengan Vital sign menunjukan suhu 37.9oC, nadi
waktu kurang dari 5 menit, kejang 105x/m, SpO2 97%. Dari pemeriksaan
kelojotan seluruh tubuh, dan setelah kejang kepala normochepal, ubun-ubun menutup,
pasien menangis lalu tertidur. Pada pagi rambut baik, tidak didapatkan konjungtiva
hari ketika bangun tidur, pasien kembali anemis, ikterik, sianosis, dan tidak
mengalami kejang, kejang lebih dari 15 didapatkan pembesaran KGB leher.
menit dengan tipe kejang kaku seluruh Thoraks dalam batas normal, rhonki (-/-),
tubuh, kejang berhenti beberapa menit lalu wheezing (-/-), abdomen distended (-),
berulang lagi dengan karakteristik kejang nyeri tekan (-), timpani (+), suara
yang sama selama kurang lebih 2 jam. peristaltik usus normal. Pemeriksaan
neurologis yang dilakukan menunjukan
Sebelum kejang pasien mengalami demam
refleks fisiologis pasien dalam batas
sejak 2 hari SMRS, dan selama kejang
normal, refleks patologis tidak ada dan
dirasakan suhu tubuh pasien meningkat.
pemeriksaan tanda meningeal pada pasien
Keluhan lain, pasien sempat mengalami
tidak ditemukan.
batuk dan flu 3 hari SMRS, pasien rewel
dan nafsu makan menurun. Keluhan nyeri Pemeriksaan penunjang laboratorium
kepala disangkal, penurunan kesadaran darah lengkap didapatkan hasil :
secara tiba-tiba disangkal, keluhan Tabel 1. Hasil lab darah lengkap tgl 10-3-
kelemahan anggotan gerak disangkal, 2020
sesak (-), mual/muntah (-), nyeri perut (-),
LEUKOSIT 14.0
BAK dan BAB dalam batas normal.
ERITROSIT 4.43
Ibu pasien menyangkal bahwa anaknya HEMOGLOBIN 12.1
pernah mengalami kejang serupa HEMATOKRIT 35.2
sebelumnya, riwayat keluarga tidak ada PLATELET 327

kejang serupa, riwayat trauma kepala MCV 79.5

disangkal, riwayat persalinan spontan, MCH 27.3


MCHC 34.4
riwayat pemberian ASI disangkal hanya
HITUNG JENIS (DIFF)
EOSINOFIL 0.2 mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di
BASOFIL 0.5 atas 380C, dengan metode pengukuran
NEUTROFIL 82.3 suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh
LIMFOSIT 5.8
proses intrakranial. Kejang demam terjadi
MONOSIT 11.2
pada 2-5% anak berumur 6 bulan – 5
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
tahun.
dan pemeriksaan penunjang dapat
Kejang demam diklasifikasikan menjadi
ditegakkan diagnosis pada pasien yaitu
dua menurut durasi kejang, tipe kejang,
kejang demam kompleks. Tatalaksana
dan karakterisitik kejangnya. Kejang
pada pasien yaitu meliputi medikamentosa
demam sederhana yaitu Kejang demam
diberikan O2 nasal 1lpm, infus cairan D5
yang berlangsung singkat (kurang dari 15
½ Ns 12 tpm, injeksi cefotaxime 3x250mg,
menit), bentuk kejang umum (tonik dan
asam valproat tab 1x1, paracetamol syr
atau klonik), serta tidak berulang dalam
4x1 cth. Tatalaksana non medikamentosa
waktu 24 jam. Kejang demam kompleks
yaitu edukasi terhadap keluarga mengenai
ditandai dengan kejang berlangsung > 15
risiko kejang berulang. Evaluasi yang
menit; kejang fokal atau parsial satu sisi,
dilakukan pada pasien meliputi evaluasi
atau kejang umum didahului kejang
kejang yang kemungkinan berulang,
parsial; dan berulang atau lebih dari 1 kali
namun selama pasien dirawat di RS kejang
dalam 24 jam.
tidak terjadi, pemantauan suhu tubuh, dan
Patofisiologi kejang demam secara pasti
gejala lain yang berhubungan.
belum diketahui, dimperkirakan bahwa
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
pada keadaan demam terjadi peningkatan
dilakukan setiap 3 hari untuk evaluasi
reaksi kimia tubuh. Dengan demikian
infeksi pernafasan. Pada hari ke 5, keadaan
reaksi-reaksi oksidasi terjadi lebih cepat
klinis pasien membaik, hasil laboratorium
dan akibatnya oksigen akan lebih cepat
dalam batas normal, dan tidak terjadi
habis, terjadilah keadaan hipoksia.
kejang yang berulang maka pasien
Transport aktif yang memerlukan ATP
diperbolehkan KRS.
terganggu, sehingga Na intrasel dan K
Pembahasan ekstrasel meningkat yang akan

Menurut Konsensus penatalaksaan kejang menyebabkan potensial membran

demam anak IDAI 2016, kejang demam cenderung turun atau kepekaan sel saraf

adalah bangkitan kejang yang terjadi pada meningkat. Terdapat enam faktor yang

anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang berperan dalam etiologi kejang demam,
yaitu : demam, usia, dan riwayat keluarga,
faktor prenatal (usia saat ibu hamil, dan hasil laboratorium darah menunjukan
riwayat pre-eklamsi pada ibu, hamil adanya leukositosis.
primi/multipara, pemakaian bahan toksik), Tatalaksana kejang demam berdasarkan
faktor perinatal (asfiksia, bayi berat lahir rekomendasi penatalaksanaan kejang
rendah, usia kehamilan, partus lama, cara demam IDAI 2016 yang pertama adalah
lahir) dan faktor paskanatal (kejang akibat tatalaksana saat anak kejang dengan
toksik, trauma kepala). pemberian diazepam intravena dengan
Penegakan diagnosis kejang demam dosis 0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis 5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg.
dapat digunakan untuk menilai Pada kejadian kejang saat di rumah dapat
karakteristik kejang yang terjadi dan dapat diberikan Dosis diazepam rektal adalah
mengklasifikasikan dalam kategori kejang 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg
demam sederhana atau kompleks. Rata- untuk anak dengan berat badan kurang dari
rata dari hasil pemeriksaan fisik pada anak 12 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih
dalam batas normal kecuali ada kelainan dari 12 kg. Bila setelah pemberian
yang bersifat kongenital. Pemeriksaan diazepam rektal kejang belum berhenti,
laboratorium tidak dikerjakan secara rutin dapat diulang lagi dengan cara dan dosis
pada kejang demam, tetapi dapat yang sama dengan interval waktu 5 menit.
dikerjakan untuk mengevaluasi sumber Bila setelah 2 kali pemberian diazepam
infeksi penyebab demam. Pemeriksaan rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke
laboratorium yang dapat dikerjakan atas rumah sakit. Yang kedua dengan
indikasi misalnya darah perifer, elektrolit, pemberian antipiretik yaitu paracetamol
dan gula darah. dosis yang digunakan adalah 10-15
Pada pasien terjadi kejang yang berulang mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis
dalam 24 jam dengan lama kejang lebih ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
dari 15 menit dan kejang bersifat Pemberian antikonvulsan intermitten
umum/general. Sebelum timbul kejang (profilaksis saat anak demam) dengan obat
terdapat demam 2 hari dan selama kejang yang digunakan adalah diazepam oral 0,3
demam masih ada. Berdasarkan mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5
karakteristik kejang maka dikelompokkan mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12
ke dalam klasifikasi kejang demam kg dan 10 mg untuk berat badan >12 kg),
kompleks. Dari pemeriksaan fisik sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis
didapatkan suhu tubuh yang meningkat maksimum diazepam 7,5 mg/kali.
Diazepam intermiten diberikan selama 48 neurologis umumnya tetap normal pada
jam pertama demam. pasien yang sebelumnya normal. Kelainan
Antikonvulsan rumatan diberikan jika ada neurologis dapat terjadi pada kasus kejang
indikasi seperti kejang >15 menit, kejang lama atau kejang berulang, baik umum
fokal, terdapat kelainan neurologis nyata maupun fokal.
sebelum atau sesudah kejang. Pemberian Kesimpulan
obat fenobarbital atau asam valproat setiap Kasus ini menggambarkan seorang anak
hari efektif dalam menurunkan risiko usia 1 tahun 4 bulan dengan gejala klinis
berulangnya kejang. Dosis asam valproat kejang yang berdasarkan anamnesis,
adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 pemeriksaan fisik dan penunjang dapat
dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari ditegakkan sebagai diagnosis kejang
dalam 1-2 dosis. Lama pengobatan demam kompleks. Penatalaksanaan yang
rumatan diberikan selama 1 tahun, dan diberikan sesuai dengan rekomendasi
tidak perlu dilakukan tappering off. penatalaksanaan kejang demam IDAI 2016
Pada kasus ini pasien diberikan yaitu dengan pemberian antikonvulsan dan
pengobatan berupa asam valproat 1x1tab antipiretik serta obat-obatan lain untuk
dan untuk antipiretik diberikan gejala tambahannya. Evaluasi kejang yang
parasetamol sirup 4x1 sendok teh. Pada dapat terjadi berulang, serta edukasi
pasien tidak terdapat indikasi diberikan kepada orangtua ketika kejang berulang
antikonvulsan rumatan. kembali adalah hal yang penting untuk
Prognosis kejang demam secara umum mengantisipasi terjadinya kejang dan
sangat baik. Kejadian kecacatan sebagai komplikasi yang dapat terjadi di kemudian
komplikasi kejang demam tidak pernah hari.
dilaporkan. Perkembangan mental dan Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai