JUDUL PROGRAM
“OBRAL DAKU”
Pemanfaatan Bawang Merah (Allium cepa) sebagai Pereda Reaksi
Inflamasi
Disusun oleh:
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2016
JUDUL : “ Pemanfaatan Bawang Merah (Allium cepa) sebagai Pereda Reaksi Inflamasi”
Alasan :
Bawang merah tidak hanya dikenal sebagai bahan masakan namun juga dikenal
sebagai obat herbal. Salah satu manfaat bawang merah yang belum dikenal dan juga belum
banyak didengar masyarakat adalah manfaat bawang merah sebagai pereda inflamasi pada
kulit yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Bawang merah mengandung efek
antiseptic dan senyawa Allin. Senyawa Allin akan diubah menjadi asam piruvat, ammonia,
dan allisin sebagai anti mikroba yang bersifat bakterisida. Sifat bakterisida yang dimiliki oleh
bawang merah mampu membunuh bakteri dan mikroba pada luka dan dapat mempercepat
penyembuhan luka.
Tujuan penulis adalah mengembangkan inovasi dalam pemanfaatan bawang merah
untuk memaksimalkan penggunaan bahan alami dari sekitar kita. Selain itu, untuk
memaksimalkan pemanfaatan bawang merah yang notabenya dapat kita jumpai setiap hari,
mudah dicari, dan menjadi konsumsi public tiap hari. Pemanfaat ini kami kemas dalam
bentuk salep yang dikenal dan biasa digunakan oleh masyarakat untuk mengatasi berbagai
masalah kulit secara topical.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan hayati yang melimpah dan beranekaragam
terutama dalam bidang pertanian. Seluruh makhluk hidup yang ada di dalam
permukaan bumi saling berkoordinasi membentuk sebuah tatanan rantai kehidupan
yang luar biasa. Manusia adalah makhluk yang sangat bergantung dengan alam dan
sekitarnya. Kebutuhan manusia seakan tidak dapat dilepaskan oleh peran alam
sebagai penunjang kehidupan termasuk dalam pemanfaatan sebagai obat-obatan.
Salah satunya sebagai obat herbal yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
tradisional, bahkan saat ini tidak hanya masyarakat tradisional yang kerap
memanfaatkannya sebagai obat, namun masyarakat modern juga menggunakannya.
Indonesia adalah Negara agraris yang terkenal akan kekayaan rempah-rempah
dan berbagai jenis tanaman. Dari dulu hingga sekarang tanaman herbal ataupun
tanaman obat dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tanaman Obat atau
yang biasa kita sebut Tanaman herbal sangat banyak jenisnya dan manfaatnya, dari
mulai mampu mengobati penyakit kelas ringan bahkan sampai penyakit kelas berat.
Menurut penelitian masa kini, obat herbal atau obat-obatan tradisional memang
bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah
dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat
ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan
efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh. Banyak obat alternative disekitar
kita namun tidak diberdayakan dengan baik, karena minimnya pengetahuan dan
sarana pendukung.
Bahan baku utama dari obat herbal adalah tanaman yang ada di lingkungan
sekitar. Sebagai contoh tanaman yang kerap digunakan sebagai obat herbal adalah
kumis kucing, jeruk nipis, bawang putih, dan lain-lain. Salah satu tanaman herbal lain
yang telah dikenal oleh masyarakat adalah bawang merah. Bawang merah merupakan
salah satu anggota dari familia Liliaceae. Tanaman ini merupakan tanaman semusim
dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman mempunyai akar serabut, dengan daun
berbentuk silinder berongga.Tak banyak orang mengetahui manfaat bawang merah
selain sebagai bahan masakan juga dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal.
Bawang merah memiliki banyak khasiat yang belum diketahui oleh masyarakat, salah
satunya adalah pereda inflamasi pada kulit dan dapat mempercepat penyembuhan
luka. Bawang merah mengandung senyawa–senyawa yang dipercaya
berkhasiatsebagai antiinflamasi dan antioksidan sepertikuersetinyang bertindak
sebagaiagen untuk mencegah sel kanker.Selain itu, bawang merah juga mengandung
efek antiseptic dan senyawa allin. Senyawa alliin akan diubah menjadi asam piruvat,
ammonia, dan alliisin sebagai anti mikroba yang bersifat bakterisida.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana senyawa allain dan senyawa lain dalam bawang merah dapat
meredakan inflamasi?
2. Bagaimana proses pengolahan bawang merah sebagai obat pereda inflamasi?
3. Bagaimana efektivitas pemanfaatan bawang merah jika diaplikasikan dalam
bentuk salep?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara kerja bawang merah dalam meredakan inflamasi
2. Untuk mengetahui proses pengolahan bawang merah dalam meredakan inflamasi
3. Untuk mengetahui efektivitas bawang merah yang diaplikasikan dalam bentuk
salep dalam meredakan inflamasi
D. Kegunaan
1. Untuk mengetahui dan memastikan bawang merah dapat dijadikan sebagai pereda
inflamasi dan mempercepat penyembuhan luka
2. Untuk membantu dunia medis dan sarana informasi kepada masyarakat tentang
pemanfaatan bawang merah sebagai alternative pereda inflamasi dan
mempercepat penyembuhan luka
D. Unguentum / Salep
Obat Unguentum / Ointment (Salep) adalah sediaan obat dengan bentuk setengah
padat yang biasanya digunakan dengan cara dioleskan dan umumnya digunakan untuk
pemakaian luar. Obat Unguentum / Ointment (salep) juga diartikan sebagai sediaan
setengah padat yang digunakan untuk pemakaian topikal kulit atau selaput lendir.
Salep harus stabil, artinya tidak boleh mudah terpengaruh oleh kelembaban, suhu, dan
sinar matahari. Biasanya zat aktif pada salep akan bekerja saat diserap oleh kulit
melalui pori – pori tubuh, Tujuan penggunaan dan pembuatan salep adalah digunakan
sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit, sebagai bahan
pelumas pada kulit ,sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan
kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit ( Anief, 2005).
Keuntungan sediaan setengah padat :
Dapat diatur daya penetrasi dengan memodifikasi basisnya
Kontak sediaan dengan kulit lebih lama
Lebih sedikit mengandung air sehingga sulit tumbuh bakteri
Lebih mudah digunakan tanpa alat bantu
Kerugian sediaan setengah padat :
Menimbulkan bau menyengat terutama untuk sediaan-sediaan dengan basis lemak
tak jenuh
Terbentuk kristal atau keluarnya fase padat dari basisnya
Terjadinya perubahan warna
BAB III
METODE PENELITIAN
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
Tahap I : Penghalusan bawang merah dan pembuatan ekstrak bawang merah
Tahap II : Pembuatan salep
Tahap III : Pencampuran bawang merah kedalam salep
Tahap IV : Persiapan pengujian terhadap Mus musculus
Tahap V : Pengujian terhadap luka
Penghalusan bawang merah dan pembuatan ekstrak bawang merah :
1. Mengupas bawang merah dari kulitnya
2. Mencuci bersih dengan aquades
3. Meniriskan dan menghaluskan dengan blender.
4. Memeras hasil halusan (lumatan) dengan menggunakan kain penyaring, tanpa
penambahan air.
5. Menimbang hasil perasan tersebut dalam ml
Pembuatan salep :
1. Menyiapkan Vaselin flavum pada wadah
2. Menambahkan aquadest
3. Menambah pengharum
Keterangan:
b : vaseline (mg)
A. Anggaran Biaya
1. Bahan Habis Pakai
Jenis Bahas Biaya Satuan Kebutuhan Jumlah
Karagenin Rp 100 ml
Vaseline Rp 45.000/kg 1 kg Rp 45.000
Salep oksitetrasiklin Rp 20.000/tube 1 tube Rp 20.000
Etanol 96% Rp 22.500/liter 2 liter Rp 45.000
Tikus Rp 3.500/ekor 2 ekor Rp 7.000
Bawang Merah Rp 12.000/kg 0.5 kg Rp 6.000
Total Rp 123.000
3. Rekapitulasi Biaya
Jenis Jumlah
1. Bahan habis pakai Rp 123.000
2. Sarana dan prasarana Rp 200.000
Total Rp 323.000
Anjas, Asmara dkk. 2012. Vehikulum dalam Dermatoterapi Topikal. MDVI. Vol 39 No 1,
25-35.
Harbone, J. B., 1987, Metode Fitokimia; Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
diterjemahkan oleh Padmawinata, K., Penerbit ITB, Bandung.
Katzung B. G., 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahkan oleh Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Buku 2, Salemba Merdeka, Jakarta.
Kee, J. L., dan Hayes, E. R., 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan,
diterjemahkan oleh Anugrah, P., EGC, Jakarta.
Kesuma,Wardhana Tri.2009.Uji Efek Anti Inflamasi Sediaan Topikal Ekstrak Etanol dan Etil
Asetat Rimpang Tumbuhan Kunyit. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Tjay, T. H., dan Raharja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Edisi 5, Gramedia, Jakarta.
Wilmana, P. F., 1995, Analgetik Antipiretik, Analgetik Antiinflamasi Non Steroid dan Obat
Pirai, dalam Ganiswara, S. G., Setiabudy, R., Suyatna F. D., Purwantyastuti, dan
Nafrialdi, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta
Wullur, Adeanne.Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kulit Batang Jambu Biji (Psidium
Guajava) Terhadap Edema Kaki Tikus Jantan Galur Wistar.Manado:Unstrad
Wyatt EL, Sutter SH, Drake LA. 2001. Dermatological pharmacology. Dalam: Goodman and
Gillman’s the pharmacological basis of therapeutics. Edisi ke-10. New York: McGraw-
Hill. p. 1795-8.