Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

“OBRAL DAKU”
Pemanfaatan Bawang Merah (Allium cepa) sebagai Pereda Reaksi
Inflamasi

Disusun oleh:

Yunika Prajna Suyoso (J500150041)

Imtiyas Risna Safitri (J500150048)

Brimasdia Argarachmah Kiyenda (J500150086)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SURAKARTA

2016
JUDUL : “ Pemanfaatan Bawang Merah (Allium cepa) sebagai Pereda Reaksi Inflamasi”

Alasan :
Bawang merah tidak hanya dikenal sebagai bahan masakan namun juga dikenal
sebagai obat herbal. Salah satu manfaat bawang merah yang belum dikenal dan juga belum
banyak didengar masyarakat adalah manfaat bawang merah sebagai pereda inflamasi pada
kulit yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Bawang merah mengandung efek
antiseptic dan senyawa Allin. Senyawa Allin akan diubah menjadi asam piruvat, ammonia,
dan allisin sebagai anti mikroba yang bersifat bakterisida. Sifat bakterisida yang dimiliki oleh
bawang merah mampu membunuh bakteri dan mikroba pada luka dan dapat mempercepat
penyembuhan luka.
Tujuan penulis adalah mengembangkan inovasi dalam pemanfaatan bawang merah
untuk memaksimalkan penggunaan bahan alami dari sekitar kita. Selain itu, untuk
memaksimalkan pemanfaatan bawang merah yang notabenya dapat kita jumpai setiap hari,
mudah dicari, dan menjadi konsumsi public tiap hari. Pemanfaat ini kami kemas dalam
bentuk salep yang dikenal dan biasa digunakan oleh masyarakat untuk mengatasi berbagai
masalah kulit secara topical.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan hayati yang melimpah dan beranekaragam
terutama dalam bidang pertanian. Seluruh makhluk hidup yang ada di dalam
permukaan bumi saling berkoordinasi membentuk sebuah tatanan rantai kehidupan
yang luar biasa. Manusia adalah makhluk yang sangat bergantung dengan alam dan
sekitarnya. Kebutuhan manusia seakan tidak dapat dilepaskan oleh peran alam
sebagai penunjang kehidupan termasuk dalam pemanfaatan sebagai obat-obatan.
Salah satunya sebagai obat herbal yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
tradisional, bahkan saat ini tidak hanya masyarakat tradisional yang kerap
memanfaatkannya sebagai obat, namun masyarakat modern juga menggunakannya.
Indonesia adalah Negara agraris yang terkenal akan kekayaan rempah-rempah
dan berbagai jenis tanaman. Dari dulu hingga sekarang tanaman herbal ataupun
tanaman obat dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tanaman Obat atau
yang biasa kita sebut Tanaman herbal sangat banyak jenisnya dan manfaatnya, dari
mulai mampu mengobati penyakit kelas ringan bahkan sampai penyakit kelas berat.
Menurut penelitian masa kini, obat herbal atau obat-obatan tradisional memang
bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah
dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat
ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan
efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh. Banyak obat alternative disekitar
kita namun tidak diberdayakan dengan baik, karena minimnya pengetahuan dan
sarana pendukung.
Bahan baku utama dari obat herbal adalah tanaman yang ada di lingkungan
sekitar. Sebagai contoh tanaman yang kerap digunakan sebagai obat herbal adalah
kumis kucing, jeruk nipis, bawang putih, dan lain-lain. Salah satu tanaman herbal lain
yang telah dikenal oleh masyarakat adalah bawang merah. Bawang merah merupakan
salah satu anggota dari familia Liliaceae. Tanaman ini merupakan tanaman semusim
dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman mempunyai akar serabut, dengan daun
berbentuk silinder berongga.Tak banyak orang mengetahui manfaat bawang merah
selain sebagai bahan masakan juga dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal.
Bawang merah memiliki banyak khasiat yang belum diketahui oleh masyarakat, salah
satunya adalah pereda inflamasi pada kulit dan dapat mempercepat penyembuhan
luka. Bawang merah mengandung senyawa–senyawa yang dipercaya
berkhasiatsebagai antiinflamasi dan antioksidan sepertikuersetinyang bertindak
sebagaiagen untuk mencegah sel kanker.Selain itu, bawang merah juga mengandung
efek antiseptic dan senyawa allin. Senyawa alliin akan diubah menjadi asam piruvat,
ammonia, dan alliisin sebagai anti mikroba yang bersifat bakterisida.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana senyawa allain dan senyawa lain dalam bawang merah dapat
meredakan inflamasi?
2. Bagaimana proses pengolahan bawang merah sebagai obat pereda inflamasi?
3. Bagaimana efektivitas pemanfaatan bawang merah jika diaplikasikan dalam
bentuk salep?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara kerja bawang merah dalam meredakan inflamasi
2. Untuk mengetahui proses pengolahan bawang merah dalam meredakan inflamasi
3. Untuk mengetahui efektivitas bawang merah yang diaplikasikan dalam bentuk
salep dalam meredakan inflamasi

D. Kegunaan
1. Untuk mengetahui dan memastikan bawang merah dapat dijadikan sebagai pereda
inflamasi dan mempercepat penyembuhan luka
2. Untuk membantu dunia medis dan sarana informasi kepada masyarakat tentang
pemanfaatan bawang merah sebagai alternative pereda inflamasi dan
mempercepat penyembuhan luka

E. Luaran Yang Diharapkan


Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah keberhasilan pengaplikasian salep
dalam meredakan inflamasi. Selain itu, hasil dari kegiatan ini mahasiswa dapat
meningkatkan kreativitas dalam memanfaatkan hasil alam sekitar serta menambah
daya guna dari bawang merah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bawang Merah
Bawang merah (Allium ascalonicum L) family Lilyceae yang berasal dari Asia
Tengah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sering digunakan sebagai
penyedap masakan. Kebutuhan bawang merah di Indonesia dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan sebesar 5%. Bawang merah memiliki bunga majemuk yang
berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50 – 200 kuntum bunga. Pada setiap ujung
dan pangkal tangkai mengecil dan bagian tengahnya mengembung, bentuknya seperti
pipa yang memiliki lubang dibagian dalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat
panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri, ketinggiannya bisa mencapai 30 – 50cm.
Bunga bawang merah tergolong bunga sempurna, karena dalam setiap bunga terdapat
benang sari dan kepala putik. Bakal buah sebenarnya berbentuk tiga daun buah yang
disebut Carpel, yang membentuk tiga buah ruang dimana dalam ruang tersebut
terdapat dua calon biji. Buah berbentuk bulat dengan ujung tumpul. Bentuk biji agak
pipih. Biji bawang merah dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman
secara generatif. Tanaman ini berasal dari Asia Barat yaitu Palestina dan masuk ke
Indonesia melalui India

B. Kandungan Bawang Merah


Bawang merah mengandung vitamin C, kalium, serat, dan asam folat. Selain itu,
bawang merah juga mengandung kalsium dan zat besi. Bawang merah juga
mengandung zat pengatur tumbuh alami berupa hormon auksin dan giberelin.
Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang merah dikenal
sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dan senyawa alliin. Senyawa alliin
oleh enzim alliinase selanjutnya diubah menjadi asam piruvat, amonia, dan alliisin
sebagai anti mikoba yang bersifat bakterisida.

Nilai Gizi Per 100 G ( 3.5 Oz)


Energi 166kJ (40 kcal)
Karbohidrat 9.34 g
Gula 4.24 g
Diet serat 1.7 g
Lemak 0.1 g
Jenuh 0.042 g
Monounsaturated 0.013 g
Polyunsaturated 0.017 g
Protein 1.1 g
Air 89.11 g
Vitamin A equiv 0 mg (0 %)
Thiamine ( Vitamin B1) 0.046 mg (4%)
Riboflavin (vitamin B2) 0.027 mg (2%)
Niacin (Vitamin B3) 0.116 mg (1%)
Vitamin B6 0.12 mg (9%)
Folat (Vitamin B9) 19 mg (5%)
Vitamin B12 0 mg (0%)
Vitamin C 7.4 mg (12%)
Vitamin E 0.02 mg
Vitamin K 0.4 mg
Kalsium 23 mg
Besi 0.21 mg
Magnesium 0.129 mg
Fosfor 29 mg
Kalium 146 mg
Sodium 4 mg
Seng 0.17 mg
Sumber: USDA Nutrient database

C. Senyawa Aktif Pada Bawang Merah


Berdasarkan penelitian bawang merah (Allium cepa) memiliki sejumlah kandungan
kimia yang memiliki banyak manfaat.
 Allisin dan Alliin
Alliin berupa hemihidrat yang tidak berwarna C6H11NO2S.½H2O bentuk
jarumtumpul yang diperoleh dari hasil rekristalisasi menggunakan pelarut aseton.
Titik leburnya 164-166oC (dengan mengeluarkan gas), praktis larut dalam air. Allisin
dan Alliin bersifat hipolipidemik, yaitu dapat menurunkan kadar kolesteroldarah.
Mengonsumsi satu suing bawang merah segar dapat meningkatkan kadar kolesterol
baik (HDL) sebesar 30 %. Senyawa ini juga berfungsi sebagai antiseptik, yaitu
menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
 Flavonoid
Bahan aktif ini dikenal sebagai antiinflamasi atau anti radang. Jadi, bawang merah
bisa digunakan untuk menyembuhkan radang hati (hepatitis), radang sendi(arthritis),
radang tonsil (tonsillitis), radang pada cabang tenggorokan (bronchitis),serta radang
anak telinga (atitis media). Flavonoid juga berguna sebagai bahan antioksidan
alamiah, sebagai bakterisida, dan dapat menurunkan kolesterol jahat(LDL) dalam
darah secara efektif
 Alilpropil disulfide
Seperti flavonoid, senyawa ini juga bersifat hipolipidemik atau mampumenurunkan
kadar lemak darah. Khasiat lainnya yaitu sebagai antiradang. Kandungan sulfur dalam
bawang merah sangat baik untuk mengatasi reaksi radang, terutama radang hati,
bronchitis, maupun kongesti bronchial
 Fitosterol
Fitosterol adalah golongan lemak yang hanya bisa diperoleh dari minyak tumbuh-
tumbuhan atau yang lebih dikenal sebagai lemak nabati. Jenis lemak ini cukup aman
untuk dikonsumsi, termasuk oleh para penderita penyakit kardiovaskuler.Oleh karena
itu, penggunanya justru akan menyehatkan jantung.
 Flavonol
Flavonol bersama kuersetin dan kuersetin glikosida, memiliki efek farmakologis
sebagai bahan antibiotic alami. Hal ini dikarenakan kemampuannya untuk
menghambat pertumbuhan virus, bakteri, maupun cendawan. Senyawa ini juga
mampu bertindak sebagai antikoagulan dan anti kanker.
 Pektin
Bahan ini merupakan golongan polisakarida yang sukar dicerna. Oleh karena
itu,seperti pada flavonoid, pektin bersifat menurunkan kadar kolesterol. Senyawa ini
juga mempunya kemampuan mengendalikan pertumbuhan bakteri.
 Saponin
Saponin termasuk senyawa penting dalam bawang merah, yang memiliki cukup
banyak khasiat. Senyawa ini berperan sebagai antikoagulan, yang berguna untuk
mencegah penggumpalan darah. Saponin juga dapat berfungsi sebagai ekspektoran,
yaitu mengencerkan dahak.
 Tripropanal sulfoksida
Ketika umbi bawang merah diiris atau dilukai, akan keluar gas tripropanalsulfoksida.
Gas ini termasuk salah satu senyawa aktif eteris dalam bawang merahyang
menyebabkan keluarnya air mata (lakrimator). Agar mata tidak pedih dan berair saat
mengiris bawang merah, simpanlah bawang merah dalam lemari pendingin selama
kurang lebih 30 menit. Bersamaan dengan keluarnya tripropanal sulfoksida, akan
muncul pula bau menyengat yang merupakan aroma khas bawang merah. Bau ini
berasal dari senyawa propil disulfide dan propil metil disulfide. Ketika bawang merah
ditumis atau digoreng, senyawa ini menebarkan aroma harum. Baik tripropanal
sulfoksida, propil disulfida, maupun propilmetil disulfide dapat berfungsi sebagai
stumulansia atau perangsang aktivitas fungsiorgan-organ tubuh. Jadi, senyawa-
senyawa ini sangat berguna untuk merangsang fungsi kepekaan saraf maupun kerja
enzim pencernaan.

D. Unguentum / Salep
Obat Unguentum / Ointment (Salep) adalah sediaan obat dengan bentuk setengah
padat yang biasanya digunakan dengan cara dioleskan dan umumnya digunakan untuk
pemakaian luar. Obat Unguentum / Ointment (salep) juga diartikan sebagai sediaan
setengah padat yang digunakan untuk pemakaian topikal kulit atau selaput lendir.
Salep harus stabil, artinya tidak boleh mudah terpengaruh oleh kelembaban, suhu, dan
sinar matahari. Biasanya zat aktif pada salep akan bekerja saat diserap oleh kulit
melalui pori – pori tubuh, Tujuan penggunaan dan pembuatan salep adalah digunakan
sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit, sebagai bahan
pelumas pada kulit ,sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan
kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit ( Anief, 2005).
Keuntungan sediaan setengah padat :
 Dapat diatur daya penetrasi dengan memodifikasi basisnya
 Kontak sediaan dengan kulit lebih lama
 Lebih sedikit mengandung air sehingga sulit tumbuh bakteri
 Lebih mudah digunakan tanpa alat bantu
Kerugian sediaan setengah padat :
 Menimbulkan bau menyengat terutama untuk sediaan-sediaan dengan basis lemak
tak jenuh
 Terbentuk kristal atau keluarnya fase padat dari basisnya
 Terjadinya perubahan warna
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Tempat penelitian dilaksanakan di laboratorium Biomedik I sublaboratorium
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Waktu
penelitian dilakukan selama dua bulan.
B. Bahan dan Alat
Penelitian ini menggunakan berbagai macam bahan kimia yang digunakan baik
sebagai bahan uji percobaan maupun bahan untuk analisa hasil percobaan. Berbagai
alat proses dan alat ukur juga digunakan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan
penelitian ini.
Alat :
- Kasa steril - Lumpang dan alu
- Timbangan analitik - Gelas ukur
- Tabung reaksi - Kamera
- Blender
- Spuit injeksi - Kapas
- Kain saring - Alat pengaduk
Bahan :
- Bawang merah (Allium cepa) - Karagenin
- Marmut (Mus muculus) - Vaselin flavum
- Nacl fisiologis - Etanol 96%
- Aquades - Salep oksitetrasiklin
- Alkohol 70 %

C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
Tahap I : Penghalusan bawang merah dan pembuatan ekstrak bawang merah
Tahap II : Pembuatan salep
Tahap III : Pencampuran bawang merah kedalam salep
Tahap IV : Persiapan pengujian terhadap Mus musculus
Tahap V : Pengujian terhadap luka
Penghalusan bawang merah dan pembuatan ekstrak bawang merah :
1. Mengupas bawang merah dari kulitnya
2. Mencuci bersih dengan aquades
3. Meniriskan dan menghaluskan dengan blender.
4. Memeras hasil halusan (lumatan) dengan menggunakan kain penyaring, tanpa
penambahan air.
5. Menimbang hasil perasan tersebut dalam ml
Pembuatan salep :
1. Menyiapkan Vaselin flavum pada wadah
2. Menambahkan aquadest
3. Menambah pengharum

Pencampuran bawang merah kedalam salep


1. Menambahkan hasil perasan bawang merah kedalam salep
2. Dengan perhitungan sebagai berikut :
Ekstrak bawang merah dicampurkan vaseline dengan menggunakan rumus:
𝑎
L= × 100%
𝑏

Keterangan:

L : konsentrasi daun kumis kucing (%)

a : ekstrak daun kumis kucing (ml)

b : vaseline (mg)

Pembuatan konsentrasi ekstrak bawang merah dilakukan dengan


menambahkan vaseline sebanyak 50 mg sesuai rumus di atas, sehingga didapatkan
hasil sbb:
a. Konsentrasi 15% : 7,5 ml ekstrak bawang merah dicampurkan dengan 50 mg
vaseline.
b. Konsentrasi 30% : 15 ml ekstrak bawang merah dicampurkan dengan 50 mg
vaseline.
c. Konsentrasi 45% : 22,5 ml ekstrak bawang merah dicampurkan dengan 50 mg
vaseline.
Persiapan pengujian terhadap Mus musculus
1. Mengukur berat badan mus musculus menggunakan timbangan analitik.
2. Megukur kaki mus musculus diukur terlebih dulu dengan menggunakan
pletismometer.
Pengujian terhadap luka
1. Menginjeksi pada sub plantar pedis dengan pemicu inflamasi (karagenin) yang
dosisnya disesuaikan dengan berat badan tikus.
2. Inflamasi yang timbul setelah diinjeksi karagenin diberi salep ekstrak bawang
merah dengan konsentrasi 15% , 30%, atau 45%
3. Inflamasi yang timbul setelah diinjeksi karagenin diberi salep oksitetrasiklin
4. Mengukur dengan platismometer.
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

A. Anggaran Biaya
1. Bahan Habis Pakai
Jenis Bahas Biaya Satuan Kebutuhan Jumlah
 Karagenin Rp 100 ml
 Vaseline Rp 45.000/kg 1 kg Rp 45.000
 Salep oksitetrasiklin Rp 20.000/tube 1 tube Rp 20.000
 Etanol 96% Rp 22.500/liter 2 liter Rp 45.000
 Tikus Rp 3.500/ekor 2 ekor Rp 7.000
 Bawang Merah Rp 12.000/kg 0.5 kg Rp 6.000
Total Rp 123.000

2. Sarana dan Prasarana Penelitian


Jenis Biaya Satuan Kebutuhan Jumlah
 Sewa laboratorium Rp 100.000/bln 2 bulan Rp 200.000
Total Rp 200.000

3. Rekapitulasi Biaya
Jenis Jumlah
1. Bahan habis pakai Rp 123.000
2. Sarana dan prasarana Rp 200.000
Total Rp 323.000

B. Jadwal Kegiatan Program


Bulan 1 Bulan 2
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
Penyiapan bahan
yang dibutuhkan
Penelitian
pendahuluan
Penelitian utama
Pengumpulan data
Analisis data
Penyususnan laporan
awal
Revisi laporan
Penyelesaian laporan
akhir
Daftar Pustaka

Anjas, Asmara dkk. 2012. Vehikulum dalam Dermatoterapi Topikal. MDVI. Vol 39 No 1,
25-35.

Anonim, 1993, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia Dan Pengujian Klinik,


Phitomedica, Jakarta.

Harbone, J. B., 1987, Metode Fitokimia; Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
diterjemahkan oleh Padmawinata, K., Penerbit ITB, Bandung.

Katzung B. G., 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahkan oleh Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Buku 2, Salemba Merdeka, Jakarta.

Kee, J. L., dan Hayes, E. R., 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan,
diterjemahkan oleh Anugrah, P., EGC, Jakarta.

Kesuma,Wardhana Tri.2009.Uji Efek Anti Inflamasi Sediaan Topikal Ekstrak Etanol dan Etil
Asetat Rimpang Tumbuhan Kunyit. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Mycek, M. J, Harvey, R. A., Champe, P. C., 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar,


diterjemahkan oleh Agoes, A., Edisi 2, Widya Medika, Jakarta.

Narayana, K. R., Reddy, M. R, and Chaluvadi, M. R., 2001, Bioflavonoids Classification,


Pharmacological, Biochemical Effects and Therapeutic Potential, Indian Journal
Pharmacology, (online), 2-16, (http://medind.nic.in/ibi/t01/i1/ibit01i1p2.pdf, diakses
tanggal 20 Desember 2016).

Siahaan, Manampin Sahat.2007.Uji Antiinflamasi Perasan Buah Naga [Hylocereus Undatus


(Haw.) BRITT dan ROSE] dari Daerah Rembangan Jember Pada Tikus Putih (Strain
Wistar) yang Diinduksi dengan Karagen.Jember:Universitas Jember

Tjay, T. H., dan Raharja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Edisi 5, Gramedia, Jakarta.

Wilmana, P. F., 1995, Analgetik Antipiretik, Analgetik Antiinflamasi Non Steroid dan Obat
Pirai, dalam Ganiswara, S. G., Setiabudy, R., Suyatna F. D., Purwantyastuti, dan
Nafrialdi, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta

Wullur, Adeanne.Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kulit Batang Jambu Biji (Psidium
Guajava) Terhadap Edema Kaki Tikus Jantan Galur Wistar.Manado:Unstrad

Wyatt EL, Sutter SH, Drake LA. 2001. Dermatological pharmacology. Dalam: Goodman and
Gillman’s the pharmacological basis of therapeutics. Edisi ke-10. New York: McGraw-
Hill. p. 1795-8.

Anda mungkin juga menyukai