Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada kongres Nasional kedua di Surabaya tahun 1980 Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) mulai merekomendasikan perlunya bahan-bahan
perundang-undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan.
Karena tidak adanya undang-undang perlindungan
bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh belum dapat bertanggung
jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan. Sehingga membuat terjadinya
umpang tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi dan
beberapa perawat lulusan pendidikan tinggi merasa frustasi karena tidak adanya
kejelasan tentang peran, fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan
semua perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa
memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.
Salah satu tenaga kesehatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan adalah tenaga profesi perawat. Perawat merupakan tenaga profesional
yang memiliki body of knowledge yang khusus dan spesifik dan dalam
menjalankan praktik profesinya memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat,
sehingga perawat juga sangat terikat oleh atauran-aturan hukum yang mengatur
praktik tenaga kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan praktik keperawatan?
2. Apa tujuan praktik keperawatan?
3. Apa saja peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan praktik keperawatan?
4. Apa pentingnya undang-undang praktik keperawatan?
5. Apa saja perundang-undangan yang berkaitan dengan praktik keperawatan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui praktik keperawatan.
2. Untuk mengetahui tujuan praktik keperawatan.

1
3. Untuk mengetahui peraturan dan kenijakan yang terkait praktik keperawatan.
4. Untuk mengetahui pentingnya praktik perundang-undangan.
5. Untuk mengtahui perundang-undangan yang terkait praktik keperawatan.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari pembuatan makalah ini adalah penulis menjabarkan
tentang peraturan, kebijakan serta perundang-undangan praktik keperawatan yang
nantinya pembaca khusus nya perawat dapat lebih mengetahui tentang peraturan
kebijakan serta perundang-undangan tersebut dalam praktiknya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Praktik Keperawatan


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan. Didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik
sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat melalui kolaborasi
dengan system klien dan tenaga kesehatan lain dalam membrikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai
tatanan pelayanan, termasuk praktik keperawatan individual dan berkelompok.
Adapun tujuan praktik keperawatan, yaitu:
Pengaturan penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk:
1. memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima dan
pemberi jasa pelayanan keperawatan.
2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan oleh perawat.
2.2 Tujuan Penyelenggaraan Praktik Perawat
Praktik keperawatan dilaksanakan berazaskan Pancasila dan berlandaskan
pada nilai ilmiah, etika dan etiket, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan
dan perlindungan serta keselamatan penerima dan pemberi pelayanan
keperawatan. Pengaturan penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk:
1. Memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada klien dan perawat.
2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan oleh perawat.

3
2.3 Peraturan dan Kebijakan Praktik Keperawatan
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 17 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR HK.02.02/MENKES/148/I/2010 TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTIK PERAWAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat perlu disesuaikan dengan
perkembangan hukum dan kebutuhan pelayanan kesehatan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/Menkes/148/ I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Perawat;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);

4
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063); Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3637);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/
Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 585);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/
Per/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 603);

5
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI
KESEHATAN NOMOR NOMOR
HK.02.02/MENKES/148/I/2010TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTIK PERAWAT.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat,
diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 1 angka 2 dan angka 3 diubah, di antara angka 3 dan angka 4
disisipkan 1 (satu) angka, yakni angka 3a, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif, yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat.
3. Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti
tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik keperawatan di
fasilitas pelayanan kesehatan berupa praktik mandiri.
3a. Surat Izin Kerja Perawat yang selanjutnya disingkat SIKP adalah bukti
tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik keperawatan di
fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri.

6
4. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi, dan
standar prosedur operasional.
5. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah
memiliki sertifikat kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
6. Obat Bebas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter.
7. Obat Bebas Terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang
dapat diperoleh tanpa resep dokter.
8. Organisasi Profesi adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
2. Ketentuan Pasal 2 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 2 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 2
(1) Perawat dapat menjalankan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
(2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan/atau
praktik mandiri.
(3) Perawat yang menjalankan praktik mandiri sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berpendidikan minimal Diploma III (D III) Keperawatan.
3. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 3
(1) Setiap Perawat yang menjalankan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan di luar praktik mandiri wajib memiliki SIKP.
(2) Setiap Perawat yang menjalankan praktik keperawatan di praktik mandiri
wajib memiliki SIPP.

7
(3) SIKP dan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota dan berlaku untuk 1
(satu) tempat.
4. Pasal 4 dihapus.
5. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 5
(1) Untuk memperoleh SIKP atau SIPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
Perawat harus mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota dengan melampirkan:
a. fotocopy STR yang masih berlaku dan dilegalisasi;
b. surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;
c. surat pernyataan memiliki tempat di praktik mandiri atau di fasilitas
pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri;
d. pas foto berwarna terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;
e. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat
yang ditunjuk; dan
f. rekomendasi dari organisasi profesi.
(2) Apabila SIKP atau SIPP dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota,
persyaratan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e tidak
diperlukan.
(3) Contoh surat permohonan memperoleh SIKP atau SIPP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir I terlampir yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Contoh SIKP dan SIPP sebagaimana tercantum dalam Formulir II dan
Formulir III terlampir yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(5) Permohonan SIKP atau SIPP yang disetujui atau ditolak harus disampaikan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atau dinas kesehatan kabupaten/kota

8
kepada pemohon dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal
permohonan diterima.
6. Di antara Pasal 5 dan Pasal 6 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 5A dan Pasal
5B, yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 5A
Perawat hanya dapat menjalankan praktik keperawatan paling banyak di 1 (satu)
tempat praktik mandiri dan di 1 (satu) tempat fasilitas pelayanan kesehatan di
luar praktik mandiri.
Pasal 5B
(1) SIKP atau SIPP berlaku selama STR masih berlaku dan dapat diperbaharui
kembali jika habis masa berlakunya.
(2) Ketentuan memperbarui SIKP atau SIPP mengikuti ketentuan memperoleh
SIKP atau SIPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
7. Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 7
SIKP atau SIPP dinyatakan tidak berlaku karena:
a. tempat kerja/praktik tidak sesuai lagi dengan SIKP atau SIPP;
b. masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang;
b. dicabut atas perintah pengadilan;
c. dicabut atas rekomendasi organisasi profesi; atau
d. dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin.
8. Ketentuan Pasal 14 ayat (2) diubah sehingga Pasal 14 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 14
(1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13, Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan tindakan
administratif kepada perawat yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan penyelenggaraan praktik dalam Peraturan ini.

9
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; atau
c. pencabutan SIKP atau SIPP.
9. Di antara Pasal 15 dan Pasal 16 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 15A, yang
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 15A
(1) Perawat yang telah melaksanakan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan di luar praktik mandiri sebelum ditetapkan Peraturan Menteri ini
dinyatakan telah memiliki SIKP berdasarkan Peraturan Menteri ini.
(2) Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki SIKP
berdasarkan Peraturan Menteri ini paling lambat 1 (satu) tahun sejak
Peraturan Menteri ini diundangkan.
2.4 Pentingnya Undang-Undang Praktik Keperawatan
Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan
dibutuhkan. Yaitu:
1. Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam
peningkatan derajat kesehatan.
Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari
pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa
terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya
belum diimbangi dengan pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung
menjadi objek hukum. Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap
rasional, etis dan profesional, semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin,
kreatif, terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi.
Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki tujuan, lingkup profesi yang
jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak (masyarakat,
profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang,

10
optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan, universal,
keadilan, serta kesetaraan dan kesesuaian interprofesional (WHO, 2002).
2. Kedua, alasan yuridis. UUD 1945, pasal 5, menyebutkan bahwa Presiden
memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat. Demikian Juga UU Nomor 23 tahun 1992, Pasal
32, secara eksplisit menyebutkan bahwa pelaksanaan pengobatan dan atau
perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya
dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.
Sedang pasal 53, menyebutkan bahwa tenaga kesehatan berhak
memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya. Ditambah lagi, pasal 53 bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan
tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak
pasien. Disisi lain secara teknis telah berlaku Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat.
3. Ketiga, alasan sosiologis. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan keperawatan semakin meningkat.
Hal ini karena adanya pergeseran paradigma dalam pemberian
pelayanan kesehatan, dari model medikal yang menitikberatkan pelayanan
pada diagnosis penyakit dan pengobatan, ke paradigma sehat yang lebih
holistik yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai
fokus pelayanan (Cohen, 1996). Disamping itu, masyarakat membutuhkan
pelayanan keperawatan yang mudah dijangkau, pelayanan keperawatan yang
bermutu sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dan memperoleh
kepastian hukum kepada pemberian dan penyelenggaraan pelayanan
keperawatan.

11
2.5 Perundang-Undangan yang Berkaitan dengan Praktik Keperawatan
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1239/Menkes/SK/XI/2001
TENTANG
TEGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT
MENTERI KESEHATAN REPUBLIC INDONESIA
Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah perlu diadakan
penyempurnaan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
647/Menkes/SK/2000 tentang Regristrasi dan Praktik Perawat;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaga Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3495);
2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Nomor 60 Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3839);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaga Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3637);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai
Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan
dn Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaga Negara tahun 2001 Nomor 41 Tambahan Lembaga
Negara Nomor 39 Tahun 2001
6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan Dekonsentrasi (Lembaga Negara Tahun 2001
Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4095).

12
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIC
INDONESIA
TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Surat izin perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis pemberian
kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatann diseluruh wilayah
Indonesia.
3. Surat izin kerja selanjutnya disebut SIk adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada perawat untuk melakukan]\[praktik keperawatan disarana pelayanan
kesehatan.
4. Surat Izin Praktik Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada perawat untuk menjalankan praktik perawat perorangan
/berkelompok.
5. Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk
dalam menjalankan profesi secara baik.
BAB II
PELAPORAN DAN REGISTRASI
Pasal 2
(1) Pimpinan penyelenggara pendidikan perawat wajib menyampaikan laporan
secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi mengenai peserta
didik yang baru lulus, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah dinyatakan
lulus pendidikan keperawatan

13
(2) Bentuk da nisi laporan dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam
formulir I terlampir.
Pasal 3
(1) Perawat yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan
kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dimana
sekolah berada guna memperoleh SIP selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
setelah menerima ijasah pendidikan keperawatan.
(2) Kelengkapan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Foto kopi ijazah pendidikan perawat.
b. Surat keterangan sehat dari dokter.
c. Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar.
(3) Bentuk permohonan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam formulir II terlampir.

Pasal 4
(1) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atas nama MenteriKesehatan, melakukan
registrasi berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
untuk menerbitkan SIP.
(2) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi atas nama Menteri Kesehatan, dalam waktu selambat-
lambatnya 1(satu) bulan sejak permohonan diterima dan berlaku secara
nasional
(3) Bentuk dan isi SIP sebagaimana tercantum dalam formulir III terlampir.
Pasal 5
(1) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi harus membuat pembukuan registrasi
mengenai SIP yang telah diterbitkan.
(2) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi menympaikan laporan secara berkala
kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretariat Jenderal c.q Kepada Biro
Kepada Kepegawaian Departemen Kesehatan mengenai SIP yang telah

14
diterbitkan untuk kemudian secara berkala akan diterbitkan dalam
bukuregistrasi Nasional.
Pasal 6
(1) Perawat lulusan lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi untuk
melengkapi persyaratan mendapatkan SIP.
(2) Adaptasi sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana
pendidikan milik pemerintah.
(3) Untuk melakukan adaptasi perawat mengajukan permohonan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi.
(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan melampirkan:
a. Foto kopi ijazah yang telah dilegalisir oleh Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi.
b. Transkip nilai ujian yang bersangkutan
(5) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) menerbitkan rekomendasi untuk melaksanakan
adaptasi.
(6) Perawat yang telah melaksanakan adaptasi berlaku ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2, pasal 3 dan pasal 4.
Pasal 7
(1) Sip berlaku selama 5(lima) tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan
dasar untuk memperoleh SIK dan/atau SIPP.
(2) Pembaharuan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada
Dinas Kesehatan Provinsi dimana perawat melaksanakan asuhan keperawatan
dengan melampirkan:
a. SIP yang telah habis masa berlakunya
b. Surat keterangan sehat dari dokter
c. Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
BAB III
PERIZINAN

15
Pasal 8
(1) Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan, praktik perorangan san/atau bekelompok.
(2) Perawat yang melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan harus memiliki SIK
(3) Perawat yang melakukan praktik perorangan/berkelompok harus memiliki
SIPP.
Pasal 9
(1) SIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan melampir
kan :
a. foto kopi ijazah pendidikan keperawatan
b. foto kopi SIP yang masih berlaku;
c. surat keterangan sehat dari dokter;
d. pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar;
e. surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang meny
atakantanggal mulai bekerja;
f. rekomendasi dari Organisasi Profesi
(3) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum pada formulir IVterlampir
Pasal 10
SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.
Pasal 11
Permohonan SIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, selambat - lambatnya
diajukan dalam waktu 1(satu) bulan setelah diterima bekerja.
Pasal 12

16
(1) SIPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
(2) SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya
keperawatan atau memiliki pendidikan
keperawatan dengan kompetensi lebih tinggi.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
dengan melampirkan :
a. foto kopi ijazah ahli madya keperawatan, atau ijazah pendidikan
dengankompetensilebih tinggi yang diakui pemerintah;
b. surat keterangan pengalaman kerja minimal 3(tiga) tahun dari pimpinan
sarana tempat kerja, khusus bagi ahli madya keperawatan;
c. foto kopi SIP yang masih berlaku;
d. surat keterangan sehat dari dokter;
e. pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar;
f. rekomendasi dari organisasi profesi;
(4)Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti tercantum p
adaformulir V terlampir;
(5) Perawat yang telah memiliki SIPP dapat melakukan praktik berkelompok.
(6) Tata cara perizinan praktik berkelompok sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Pasal 13
(1) Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan/atau SIPP dilakukan melalui
penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan dalam
bidang keperawatan, kepatuhan terhadapkode etik profesi serta
kesanggupan malakukan praktik keperawatan.
(2) Setiap perawat yang melaksanakan praktik keperawatan berkewajiban
meningkatkan kemampuan keilmuan dan/atau keterampilan bidang
keperawatan melalui pendidikan dan/atau pelatihan.

17
Pasal 14
(1) SIK dan SIPP berlaku sepanjang SIP belum habis masa berlakunya
dan selanjutnyadapat diperbaharui kembali.
(2) Pembaharuan SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan melampirkan :
a. foto kopi SIP yang masih berlaku;
b. foto kopi SIK yang lama;
c. surat keterangan sehat dari dokter;
d. pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar;
e.surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang menyata
kan masihbekerja sebagai perawat;
f. rekomendasi dari organisasi profesi.
(3) Pembaharuan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat dengan melampirkan :
a. foto kopi SIP yang masih berlaku;
b. foto kopi SIPP yang lama;
c. surat keterangan sehat dari dokter;
d. pas foto 4 x 6 cm sebayak 2(dua) lembar;
e. rekomendasi dari organisasi profesi.
BAB IV
PRAKTIK PERAWAT
Pasal 15
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berwenang untuk :
1. melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan
diagnose keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
evaluasikeperawatan;
2. tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir a meliputi : intervensi
keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan;

18
3. dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf a dan
b harussesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organi
sasi profesi;
4. pelayanan tindakan medic hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan
tertulis dari dokter .
Pasal 16
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15
perawat berkewajiban untuk:
a. Menghormati hak pasien;
b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani;
c. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang -
undangan yang berlaku;
d. Memberikan informasi;
e. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
f. Melakukan catatan perawatan dengan baik
Pasal 17
Perawat dalam melakukan praktik keperawatan harus sesuai dengan kewenang
an yang diberikan, berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta dalam memberikan
pelayanan berkewajiban mematuhi standar profesi.
Pasal 18
Perawat dalam menjalankan praktik harus membantu
program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pasal 19
Perawat dalam menjalankan praktik keperawatan harus
senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, baik diselenggarakan oleh
pemerintah maupun organisasi profesi.
Pasal 20

19
(1) Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien, perawat
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan
sebagaimana dimaksud dalamPasal 15.
(2) Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituju
kan untukpenyelamatan jiwa.
Pasal 21
(1) Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan
SIPPdiruang praktiknya
(2) Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak dibolehkan memasang
papan praktik.
Pasal 22
(1) Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan keperawatan dalam ben
tukkunjungan rumah.
(2) Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dalam bentuk kunjungan
rumah harus membawa perlengkapan perawatan sesuai kebutuhan.
Pasal 23
(1)Perawat dalam menjalankan praktik perorangan sekurang-kurangnya
memenuhi persyaratan:
a. Memiliki tempat praktik yang memenuhi syarat kesehatan;
b. Memiliki perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan maupun ku
njungan rumah;
c. Memiliki perlengkapan administrasi yang meliputi buku catatan
kunjungan, formulir catatan tindakan
asuhan keperawatan serta formulir rujukan;
(2) Persyaratan perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai dengan
standar perlengkapan asuhan keperawatan
yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
BAB V
PEJABAT YANG BERWENANG MENGELUARKAN DAN MENCABUT

20
IZIN KERJA ATAU IZIN PRAKTIK
Pasal 24
(1)Pejabat yang berwenang mengeluarkan dan mencabut SIK atau SIPP adalah
KepalaDinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(2)Dalam hal tidak ada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Din
asKesehatan Propinsi dapat menunjuk pejabat lain.
Pasal 25
(1) Permohonan SIK atauSIPP yang disetujui atau ditolak harus disampaikan
olehKepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada pemohon dalam waktu
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal permohonan diterima.
(2)Apabila permohonan SIK atau SIPP disetujui, Kepala Dinas Kesehatan Kabu
paten/Kotaharus menerbitkan SIK atau SIP
(3) Apabila permohonan SIK atau SIPP ditolak, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota harus memberi alasan penolakan tersebut.
(4) Bentuk dan isi SIK atau SIPP yang disetujui sebagaimana dimaksud pada ay
at (2)tercantum dalam formulir VI dan VII terlampir.
(5) Bentuk surat penolakan SIK atau SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (
3)tercantum dalam formulir VIII dan IX terlampir.
Pasal 26
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota menyampaikan laporan secara
berkala kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat tentang pelaksanaan
pemberian atau penolakan SIK atau SIPP di wilayahnya dengan tembusan kepada
organisasi Profesi setempat.
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 27
(1) perawat wajib mengumpulkan sejumlah angka kredit yang besarnya
ditetapkan oleh organisasi profesi

21
(2) Angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikumpulkan dari kegiata
npendidikan dan kegiatan ilmiah lain.
(3) Jenis dan besarnya angka kredit dari masing-
masing unsur sebagaimana dimaksud padaayat (2) ditetapkan oleh organisasi
profesi.
(4) Organisasi profesi mempunyai kewajiban membimbing dan mendorong
para anggotanya untuk dapat mencapai angka kredit yang ditentukan.
Pasal 28
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib melaporkan perawat yang melak
ukan praktik dan yang berhenti melakukan praktik pada sarana pelayanan
kesehatannya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kpada
organisasi profesi
Pasal 29
(1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau organisasi yang terkait
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perawat yang menjalankan
praktik keperawatan di wilayahnya.
(2) Kegiatan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) d
apat dilakukan melalui pemantauan yang hasilnya dibahas dalam pertemuan
periodiksekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
Pasal 30
Perawat selama menjalankan praktik perawat wajib mentaati semua peraturan
perundang- undangan.
Pasal 31
(1) Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP dilarang :
a. Menjalankan praktik selain ketentuan yang tercantum dalam izin terseb
ut;
b. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi;

22
(2) Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau
menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain,
dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir a.
Pasal 32
(1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau organisasi profesi dapat
memberi peringatan lisan atau tertulis kepada perawat yang melakukan
pelanggran terhadap ketentuan keputusan ini.
(2) Peringatan lisan atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
paling banyak 3(tiga) kali dan apabila peringatan tersebut tidak diindahkan,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut SIK atau SIPP
tersebut.
Pasal 33
Sebelum keputusan pencabutan SIK atau SIPP ditetapkan, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota terlebih dahulu mendengar pertimbangan dari Majelis
Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK) atau Majelis Pembinaan dan Pengawasan Etika
Pelayanan Medis (MP2EPM) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 34
(1) Keputusan pencabutan SIK atau SIPP disampaikan kepada perawat yang
bersangkutan dalam waktu selambat-lambatnya 14(empat belas) hari terhitung
sejak keputusan ditetapkan.
(2) Dalam keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebutkan lama
pencabutan SIK atau SIPP.
(3) Terhadap keputusan pencabutan SIK atau SIPP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diajukan keberatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
dalam waktu 14(empat belas) hari setelah keputusan diterima, apabila dalam
waktu 14(empat belas) hari tidak diajukan keberatan, maka keputusan
pencabutan SIK atau SIPP tersebut dinyatakan mempunyai kekuatan hukum
tetap.

23
(4) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi memutuskan ditingkat pertama dan terakhir
semua keberatan mengenai pencabutan SIK atau SIPP.
(5) Sebelum prosedur krberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditempuh
Pengadilan Tata Usaha Negara tidak berwenang mengadili sengketa tersebut
sesuai dengan maksud pasal 48 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Pengadilan Tata Usaha Negara.
Pasal 35
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan
setiap pencabutan SIK atau SIPPkepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat de
ngan tembusan kepada organisasiprofesi setempat.
Pasal 36
(1) Dalam keadaan luarbiasa untu kepentingan Nasional Menteri Kesehatan
dan/atau atas rekomendasi organisasi profesi dapat mencabut untuk sementara
SIK atau SIPP perawat yang melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Pencabutan izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya
proses sesuai dengan ketentuan keputasan ini.
BAB VII
SANKSI
Pasal 37
(1) Perawat yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15
dan/atau pasal 31 ayat (1) dikenakan sanksi administrasif sebagai berikut:
a. Untuk pelanggaran ringan, pencabutan izin selama-lamanya 3 (tiga) bulan.
b. Untuk pelanggaran sedang, pencabutan izin selama-lamanya 6 (enam
bulan.
c. Untuk pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya 1 (satu) tahun.
(2) Penetapan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan motif
pelamggaran serta situasi sistempat.

24
Pasal 38
Terhadap perawat yang sengaja:
a. Melakukan praktik keperawatan tanpa mendapat pengakuan/ adaptasi
sebagaimana dimaksud dalam pasad 6; dan/ atau
b. Melakukan praktik keperawatan tanpa izizn sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8;
c. Melakukan praktik keperawatan yang tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 16; dan/atau
d. Tidak melaksanakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17. Dipidana sesuai
dengan ketentuan pasal 35. Peraturan perintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan

Pasal 39

Pemimpin sarana pelayanan kesehatan yang tidak melaporkan perawat yang


berperaktik sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 dan/atau mempekerjakan perawat
tanpa izin dikenakan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 40

(1) Perawat yang telah memiliki SIP, SIK, dan SIPP berdasarkan keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 647/ Menkes / SK/ IV/2000 tentang Registrasi dan
Praktik Perawat, dianggap telah memiliki SIP, SIK dan SIPP berdasarkan
ketentuan ini.
(2) SIP, SIK dan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku 5 (lima)
tahun sejak ditetapkan keputusan ini.

Pasal 41

25
(1) Perawat yang saat ini telah melakukan praktik perawat pada sarana playanan
kesehatan yang belum memiliki SIP, SIK dan SIPP berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 647/Menkes/SK/IV/2000, wajib memiliki SIP, SIK
dan SIPP.
(2) SIP dapat diperoleh secara kolektif dengan mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat.
(3) SIK dapat diperoleh secara kolektif dengan mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
(4) Permohonan mendapat SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperoleh
dengan melampirkan:
a. Fotokopi ijasah pendidikan keperawatan;
b. Surat keterangan sehat dari dokter;
c. Pas foto 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
(5) Permohonan mendapat SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilengkapi
dengan :
a. Fotokopi ijasah pendidikan keperawatan;
b. Fotokopi SIP;
c. Surat keterangan sehat dari dokter;
d. Surat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyatakan
masih bekerja sebagai perawat pada institusi bersangkutan;
e. Pas foto 4x6 cm sebanyak2 (dua) lembar
(6) Perawat yang saat ini tidak berpraktik dapat memperoleh SIP dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan
melampirkan
a. Fotokopi ijazah keperawatan;
b. Surat keterangan sehat dari dokter;
c. Pas foto 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

BAB IX

26
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 42
Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan
Menteri Kesehatan No.647/Menkes/SK/IV/2000 tentang Registrasi dan Praktik
Perawat dinyatakan tidak berlakulagi.
Pasal 43
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan keputusan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

27
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Adapun tujuan praktik keperawatan, yaitu:
Pengaturan penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk:
1. memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima dan
pemberi jasa pelayanan keperawatan.
2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan oleh perawat.
Peraturan dan kebijakan dalam praktik keperawatan diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor Hk.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat. Beberapa alasan mengapa undang-Undang
praktik keperawatan dibutuhkan yaitu karena alasan filosofi, alasan yuridis dan
alasan sosiologis. Sedangkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan praktik keperawatan di tetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesianomor 1239/Menkes/Sk/Xi/2001 Tentang Tegistrasi Dan
Praktik Perawat
3.2 Saran
Dengan adanya perutaran, kebijakan dan perundang-undangan dalam praktik
keperawatan membuat perawat lebih mampu menjalankan tugas sesuai hukum
yang berlaku sehingga tidak menimumbulkan masalah dalam praktik
keperawatan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Sumsel. Keputusan Menteri Kehehatan Republik Indonesia


Nomor 1239/Menkes/SK/ XI /2001. Diakses pada Minggu, 12 Maret 2017.
www. dinkes.sumselprov.go.id/

Dokumen Tips. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Hk.02.02/Menkes/148/I/2010


Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. Diakses pada Minggu,
12 Maret 2017. http://dokumen.tips/documents/kmk-no-148-tahun-2010-ttg-
praktik-perawat.html

29

Anda mungkin juga menyukai