Anda di halaman 1dari 11

Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019

Kualitas Hidup Penderita Kusta

Adiratna Sekar Siwi1, Rohayanih2


12
Prodi Sarjana Keperawatan Universitas Harapan Bangsa Purwokerto
1
Email: rohayanihtriwahyu@gmail.com
2
Email: adiratnasiwi@gmail.com

ABSTRACT

Introduction. Leprosy is an infectious disease caused by Mycobacterium leprae that first


attacks the peripheral nerve system, skin, mucosa (mouth), upper respiratory tract,
endothelial reticulo system, eyes, muscle, bone and testes. Psychosocial problems arising
in leprosy patients are more prominent than the medical problem itself because of the
stigma and leprophobia influenced by misinformation about leprosy. Leprosy patients
tend to close themselves, reduce social activities, feel depressed and ashamed for
treatment so that it will affect the life quality level.
Objective. To desribe the quality of life of leprosy outpatients.
Method. The research used descriptive with cross sectional survey design. There were 45
respondents of leprosy patients in outpatient departements invited. A total sampling
technique was applied from from leprosy data registers. WHOQOL-BREF questionnaire
was utilized to measure the quality of life.
Results. Most leprosy patients in Purbalingga District are 46-60 years old, male,
elementary school graduation, 0 (zero) level defect, and good quality of life.
Conclusion. The leprosy patients’s quality of life were good.

Keywords: Quality of Life, Leprosy

PENDAHULUAN penyakit tropis yang masih terabaikan

Kusta merupakan penyakit tertua dengan angka kejadiannya yang masih

yang diketahui manusia dan sudah tinggi, dari lima wilayah WHO (World

hampir 2000 tahun sebelum masehi. Hal Health Organization) Asia Tenggara

ini dapat diketahui dari catatan tulisan menduduki tingkat pertama yaitu dengan

peninggalan sejarah dari Mesir, jumlah penderita sebanyak 8.572 orang

Tiongkok dan Mesopotamia, namun (WHO, 2016).

tulisan yang memberikan gambaran Penyakit kusta tersebar diseluruh

kusta yang sebenarnya dicatat di India dunia dengan endemisitas yang berbeda-

pada tahun 600 sebelum masehi beda. Indikator yang digunakan untuk

(Pedoman Konseling Kusta, Kemenkes menilai situasi kusta dalam suatu

RI 2011). Penyakit kusta merupakan wilayah adalah jumlah penemuan kasus

119
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019

baru atau New Case Detection Rate Data kementerian kesehatan


(NCDR) per 100.000 penduduk. Angka menyebutkan pada tahun 2012 tercatat
penularan kusta di dunia masih terjadi New Case Detection Rate (NCDR) 8,3
dan menjadi masalah kesehatan per 100.000 penduduk dengan tipe
masyarakat ditandai dengan masih pembagian NCDR tipe MB (Multi
ditemukannya 14.059 kasus baru yang Basiler) dan tipe PB (Pausi Basiler). Di
terdaftar pada tahun 2015 (WHO Weekly wilayah Jawa Tengah pada tahun 2014
Epidemical Record, 2016). dilaporkan tipe MB sebanyak 1.252
Indonesia merupakan wilayah kasus dan tipe PB sebanyak 207 kasus
Asia Tenggara dengan angka kasus yang (Dinkes Jateng, 2015).
tinggi, sampai saat ini masih ada 14 Kusta merupakan penyakit yang
Propinsi diantaranya yaitu Jawa Timur, erat kaitannya dengan stigma, dimana
Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi hal tersebut menimbulkan dampak
Selatan melaporkan lebih dari 1000 psikologis bagi pasien, keluarganya dan
kasus kusta per tahun. Sampai tahun masyarakat, bahkan pada orang yang
2010 Indonesia masih merupakan negara pernah mengalami penyakit tersebut.
ketiga di dunia dengan kasus kusta yang Stigma akan menyebabkan pasien
tertinggi (Kemenkes RI, 2011). menyembunyikan diri sehingga
Menurut World Health terlambat diobati dan akan menjadi
Organization Weekly Epidemiological sumber penularan bagi orang lain. Pasien
Report (2016), selama tahun 2015 yang terlambat diobati juga akan besar
terdapat 20.160 kasus baru di Indonesia kemungkinan menderita cacat dan
dengan 14.545 kasus teridentifikasi kondisi ini akan semakin memperburuk
sebagai kasus kusta tipe Multi Basiler gambaran masyarakat terhadap orang
(MB) yang merupakan tipe menular. yang mengalami kusta (Kemenkes RI,
Dari data kasus kusta baru tipe MB tahun 2011).
2015 tersebut 6.421 kasus diantaranya Masalah psikososial yang timbul
diderita kaum perempuan, sebanyak pada penderita kusta lebih menonjol
1.930 kasus diderita oleh anak-anak dibandingkan masalah medis itu sendiri.
sedangkan sisanya kasus kusta pada Hal ini disebabkan oleh adanya stigma
orang dewasa laki-laki yaitu sebanyak dan leprofobi yang dipengaruhi oleh
6.194 kasus. paham dan informasi yang keliru

120
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019

mengenai penyakit kusta. Sikap dan keadaan penyakitnya sehingga


perilaku masyarakat yang negatif kebutuhan hidup tidak dapat terpenuhi,
terhadap penderita kusta seringkali apalagi mayoritas penderita kusta
menyebabkan penderita kusta merasa berasal dari kalangan ekonomi
tidak mendapat tempat di keluarganya menengah ke bawah, padahal penderita
dan lingkungan masyarakat (Kemenkes kusta memerlukan perawatan lanjut
RI, 2011). sehingga memerlukan biaya perawatan.
Kondisi penemuan penderita di Hal-hal tersebut yang akhirnya akan
Kabupaten Purbalingga dengan proporsi mempengaruhi tingkat kualitas hidup
cacat tingkat 2 yang tinggi menandakan (Linpakarnjanarat, 2011).
keterlambatan dalam penemuan dini
METODE
penderita kusta sehingga menyebabkan
penderita seringkali tidak dapat Penelitian ini menggunakan

menerima kenyataan bahwa metode penelitian deskriptif dengan

penderitanya mengalami penyakit kusta. rancangan survey cross sectional.

Akibatnya penderita kusta akan berusaha Tehnik pengambilan sampel

untuk menyembunyikan keadaannya menggunakan total sampling sebanyak

sebagai orang yang menderita kusta. Hal 45 responden. Pengumpulan data dengan

ini tidak menunjang proses pengobatan kuisioner WHOQOL-BREF. Waktu

dan kesembuhan, sebaliknya akan pengambilan data dimulai pada bulan

memperbesar risiko timbulnya cacat. Juli tahun 2017 di Puskemas Wilayah

Akibatnya penderita cacat kusta Kabupaten Purbalingga. Data yang

cenderung hidup menyendiri dan diperoleh dianalisis menggunakan

mengurangi kegiatan sosial dengan analisis univariat dan disajikan dalam

lingkungan sekitar, tergantung kepada bentuk distribusi frekuensi.

orang lain, merasa tertekan dan malu


HASIL
untuk berobat. Dari segi ekonomi
Gambaran Karakteristik Responden
penderita kusta cenderung mengalami
Di Puskesmas Wilayah Kabupaten
keterbatasan ataupun ketidakmampuan Purbalingga
dalam bekerja maupun mendapat Tabel 1 menunjukkan bahwa
diskriminasi untuk mendapatkan hak dan karakteristik responden dalam penelitian
kesempatan untuk mencari nafkah akibat ini sebagian besar responden berusia 46-

121
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019

60 tahun sebanyak 23 orang (51,1%), tingkat kecacatan kusta kategori tingkat


jenis kelamin laki-laki sebanyak 28 0 sebanyak 20 orang (44,4%).
orang (62,2%), tingkat pendidikan tamat
SD sebanyak 17 orang (37,8%) dan Gambaran Kualitas Hidup Penderita
Kusta di Puskesmas Wilayah
Kabupaten Purbalingga
Tabel 1 Karakteristik Responden di Puskesmas
Wilayah Kabupaten Purbalingga Tahun 2017 Tabel 2 menunjukan sebagian
(N=45)
besar responden memiliki kualitas hidup
Karakteristik f %
Individu
baik yaitu sebanyak 35 orang (77,8%)
PEMBAHASAN
Umur
18-25 tahun 6 13,6 Karakteristik Responden Di
26-45 tahun 16 35,6 Puskesmas Wilayah Kabupaten
46-60 tahun 23 51,1
Purbalingga
Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian
Laki-laki 28 62,2
Perempuan 17 37,8 didapatkan gambaran umur penderita

Tingkat kusta terbanyak adalah usia 46-60 tahun


Pendidikan yaitu sejumlah 23 orang (51,1%), ini
Tidak tamat SD 16 35,6
Tamat SD 17 35,6 menunjukan bahwa sebagian besar
Tamat SLTP 8 17,6
penderita kusta di Wilayah Kabupaten
Tamat SLTA 3 6,6
D3/S1 1 1,2 Purbalingga berusia lansia pertengahan
(middle age). Hal ini mungkin
Tingkat kecacatan
Cacat tingkat 0 disebabkan kurangnya pengetahuan
Cacat tingkat 1 20 44,4
tentang tanda dan gejala awal penyakit
Cacat tingkat 2 16 35,6
9 20 kusta, pada umumnya responden tidak
mengetahui bahwa dirinya menderita
kusta dan informasi terkait penyakit
kusta didapat dari petugas kesehatan di
Tabel 2 Kualitas Hidup Penderita Kusta
di Puskesmas Wilayah Kabupaten Puskesmas atau rumah sakit.
Purbalingga Tahun 2017
Menurut Harahap (2013) gejala
Kualitas Hidup f % klinik penyakit kusta biasanya
Kurang 10 22,2
menunjukan gejala yang jelas pada
Baik 35 77,8
Jumlah 45 100 stadium lanjut dan diagnosa cukup
ditegakkan dengan pemeriksaan fisik

122
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019

saja. Selain itu rata-rata timbul gejala menyatakan karakteristik responden


sejak pertama kali terinfeksi (masa terbanyak adalah usia 40-59 tahun yaitu
inkubasi) adalah 2-5 tahun (Kemenkes sebanyak 55%, hal ini menunjukan
RI, 2011). Pada penyakit kronik seperti kesamaan dengan karakteristik umur
kusta, informasi berdasarkan data penderita kusta di Kabupaten
prevalensi dan data umur pada saat Purbalingga yaitu sebagian besar
timbulnya penyakit mungkin tidak penderita adalah usia lanjut. Berbeda
menggambarkan resiko spesifik umur. dengan penelitian di Kota Tanggerang
Kebanyakan penelitian melaporkan yang menyatakan sebagian penderita
distribusi penyakit kusta menurut umur kusta berusia 18-40 tahun (usia
berdasarkan prevalensi, hanya sedikit produktif), selain itu Solikhah (2016)
yang berdasarkan insiden karena pada dalam penelitiannya terhadap penderita
saat timbulnya penyakit sangat sulit kusta di Kabupaten Sukoharjo
diketahui (Depkes RI, 2006). Umumnya menyatakan sebagian karakteristik umur
penderita kusta di Kabupaten penderita adalah usia produktif 31-40
Purbalingga merantau keluar kota pada tahun yaitu sebesar 40% sedangkan usia
usia dewasa dan kembali ke Purbalingga 41-50 tahun sebesar 28,6%. Kusta
setelah muncul gejala penyakit kusta diketahui terjadi pada semua umur
setelah memasuki usia lanjut (>45 berkisar antara bayi sampai umur tua (3
tahun), keterlambatan penegakan minggu sampai lebih dari 70 tahun)
diagnosa kusta pada penderita tetapi yang terbanyak adalah pada umur
ditunjukan dengan tingginya penemuan muda dan produktif (Depkes RI,2006).
penderita cacat tingkat 2 yaitu sebesar Karakteristik responden menurut
20%, target angka nasional <5%. jenis kelamin ditemukan bahwa sebagian
Penelitian terhadap penderita kusta penderita kusta sebanyak 28 orang
di Kabupaten Lembata Nusa Tenggara (62,2%) berjenis kelamin laki-laki, lebih
Timur menyatakan bahwa umur besar persentasenya dibandingkan
penderita kusta yang berusia 41-60 tahun dengan jenis kelamin perempuan yaitu
sebesar 38,3% dan usia lebih dari 60 sebanyak 17 orang (37,8%).
tahun adalah 23,1%. Penelitian lain oleh Berdasarkan pengkajian data pada kartu
Ulfa (2015) terhadap penderita kusta di pengobatan kusta yang terdapat di
Puskesmas Wilayah Jember Jawa Timur Puskesmas umumnya penderita kusta

123
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019

berjenis kelamin laki-laki memiliki Karakteristik responden


riwayat merantau keluar kota dan berdasarkan tingkat pendidikan sebagian
berinteraksi dengan orang-orang yang penderita kusta di Kabupaten
berasal dari daerah endemis kusta dan Purbalingga mengenyam pendidikan
terpapar oleh bakteri kusta, sehingga sampai tamat SD yaitu sebanyak 17
mayoritas penderita kusta di Kabupaten orang (37,8%). Hal ini menunjukan
Purbalingga berjenis kelamin laki-laki. sebagian besar responden berstatus
Data jumlah kasus dan prevalensi sosial ekonomi rendah. Sudah diketahui
kusta menurut jenis kelamin di Propinsi bahwa faktor sosial ekonomi berperan
Jawa Tengah tahun 2014 menyatakan penting dalam kejadian kusta. Hal ini
bahwa penderita kusta berjenis kelamin terbukti pada negara-negara di Eropa,
laki-laki lebih besar dari perempuan dengan peningkatan sosial ekonomi
yaitu sebanyak 1.341orang laki-laki dan maka kejadian kusta sangat cepat
772 orang perempuan, ini menunjukan menurun bahkan hilang. Kasus pada
bahwa di Propinsi Jawa Tengah negara tersebut ternyata tidak
prevalensi penyakit kusta secara umum menularkan kepada orang yang sosial
lebih banyak diderita oleh laki-laki. ekonominya tinggi (Depkes RI, 2006).
Penelitian oleh Making et al (2008) Penelitian lain oleh Making et al (2008)
terhadap penderita kusta di Kabupaten menunjukan tingkat pendidikan
Lembata Nusa Tenggara Timur responden sebagian adalah tingkat SD
menunjukan penderita kusta sebagian yaitu sebanyak 51,2% dan menurut
besar adalah laki-laki yaitu sebanyak Solikhah (2016) sebanyak 51,43%
64,1%, selain itu penelitian di Kabupaten responden kusta di Kabupaten Sukoharjo
Jember menunjukan penderita kusta hanya mengenyam pendidikan sampai
laki-laki sebesar 70% hampir dua kali tingkat SD. Pendidikan yang rendah
lipat penderita perempuan (Ulfa, 2015). merupakan salah satu faktor kurangnya
Harahap (2013) menyatakan bahwa pengetahuan penderita terhadap penyakit
distribusi penyakit kusta dapat mengenai kusta, sehingga penderita tidak
semua orang tetapi laki-laki lebih banyak memahami gejala awal dan akibat buruk
terkena dibandingkan perempuan yang ditimbulkan penyakit kusta.
dengan perbandingan 2:1. Berdasarkan hasil penelitian
sebagian penderita kusta sebanyak 20

124
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019

orang (44,4%) mengalami kecacatan pengetahuan, lama sakit dan keteraturan


tingkat 0. Penderita kusta di Wilayah berobat (Laoming. K et al, 2015). Hal ini
Kabupaten Purbalingga seluruhnya didukung dengan penelitian yang
merupakan penderita kusta tipe MB dilakukan oleh Eliningsih (2010) di
(multi basiler) dimana tipe ini Kabupaten Tegal bahwa terdapat
merupakan tipe kusta yang lebih berat hubungan antara tipe kusta dengan
dari tipe PB (pausi basiler), namun kecacatan, besarnya peluang tipe MB
mayoritas dari 45 orang responden yaitu untuk menimbulkan cacat dibandingkan
sebanyak 20 orang hanya menderita tipe PB dikaitkan dengan ditemukannya
cacat tingkat 0, sedangkan sebanyak 16 Basil Tahan Asam (BTA) pada tipe MB,
orang mengalami cacat tingkat 1 dan sedangkan pada tipe PB tidak ditemukan
sisanya sebanyak 9 orang mengalami (negatif). Berbeda dengan penelitian
cacat tingkat 2. Banyaknya penderita yang dilakukan oleh Saputri (2009) yang
kusta tipe MB dengan cacat tingkat 0 meneliti kejadian cacat tingkat 2 di
dimungkinkan karena faktor keteraturan Kampung rehabilitasi rumah sakit kusta
berobat, seperti telah diketahui lama Donorojo Jepara yang menyatakan
pengobatan kusta tipe MB adalah satu bahwa faktor yang berhubungan dengan
tahun dimana diperlukan keteraturan dan kejadian cacat tingkat 2 adalah
disiplin penderita kusta dalam pengetahuan penderita tentang
menjalankan pengobatan. kecacatan, sikap penderita terhadap
Penelitian oleh Prastiwi (2010) di kecacatan, perilaku pencegahan cacat
Rumah Sakit Kusta Kediri Jawa Timur penderita kusta, jenis kelamin,
mengenai faktor-faktor yang pendapatan, keteraturan berobat,
berhubungan dengan cacat tingkat 2 kelambatan berobat dan reaksi kusta
pada penderita kusta menunjukan bahwa sedangkan faktor yang tidak
terdapat hubungan antara diagnosa dini, berhubungan dengan kejadian cacat
kepatuhan berobat, reaksi kusta, luka tingkat 2 pada penderita kusta adalah
akibat kusta dan lama sakit dengan tingkat pendidikan dan jenis kusta.
kejadian cacat tingkat 2 pada penderita Gambaran Kualitas Hidup Penderita
kusta. Beberapa faktor yang berpengaruh Kusta Rawat Jalan Di Puskesmas
Wilayah Kabupaten Purbalingga
terhadap kecacatan pada penderita kusta
Hasil penelitian menunjukkan
diantaranya adalah tipe kusta,
bahwa lebih dari separuh penderita kusta

125
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019

yaitu sebanyak 35 orang (77,8%) lebih sehat, lebih sukses bahkan dalam
memiliki kualitas hidup baik, lebih tinggi menghadapi kesulitan. Dengan adanya
persentasenya dibandingkan dengan persepsi individu yang positif
yang memiliki kualitas hidup kurang menyebabkan penderita kusta di
yaitu sebanyak 10 orang (22,2%). Dari Kabupaten Purbalingga dapat menerima
10 orang yang memiliki skor kualitas dirinya dan mau menjalani pengobatan
hidup kurang sebanyak 6 orang yang hingga tuntas, dengan demikian tingkat
mengalami cacat tingkat 1, terdapat 2 kesehatan penderita kusta di Kabupaten
orang yang mengalami cacat tingkat 2 Purbalingga dapat semakin ditingkatkan
dan sisanya terdapat 2 orang yang dan hal ini akan berimbas pada
mengalami cacat tingkat 0. peningkatan kualitas hidup penderita
Penderita kusta di Kabupaten kusta itu sendiri.
Purbalingga umumnya memiliki skor Berdasarkan hasil penelitian yang
kualitas hidup yang baik hal ini tertuang dalam kuesioner WHOQOL-
dimungkinkan selain faktor tingkat BREF nilai rata-rata skor tinggi (>50)
kecacatan (cacat tingkat 0 sebesar kualitas hidup penderita kusta di
44,4%) juga akibat adanya persepsi Kabupaten Purbalingga berada pada
individu yang positif dari masing- domain psikologi yaitu sebanyak 37
masing individu yang tertuang dalam responden. Domain kesejahteraan
alat ukur kualitas hidup dari WHOQOL- psikologis meliputi: body image dan
BREF. Menurut O’Connor (1993) dalam appearance yang menggambarkan
Nofitri (2009) yaitu dalam bagaimana individu memandang
mempersepsikan posisi kehidupannya keadaan tubuh dan penampilannya,
saat ini, individu melihat seberapa jauh perasaan negatif atau perasaan yang
perbedaan antara kondisi kehidupannya tidak menyenangkan dari individu,
saat ini dengan kondisi kehidupan yang perasaan positif atau perasaan
diinginkan. Menurut Efklides (2013) menyenangkan yang dimiliki individu,
kualitas hidup merupakan mekanisme self esteem yaitu melihat bagaimana
yang terdiri dari perspektif psikologi individu menilai atau menggambarkan
yang positif, khususnya emosi positif dirinya sendiri dan gambaran kognitif
dan kekuatan yang berkontribusi individu yang memungkinkan untuk
terhadap kehidupan yang lebih bahagia, berkonsentrasi, belajar dan menjalankan

126
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019

fungsi kognitif lainnya. Hal ini SARAN


menunjukan adanya persepsi subyektif Diharapkan penderita kusta dapat
yang positif dan penerimaan diri yang mempertahankan psikologi positif yang
baik dalam diri responden. dimiliki dan semakin meningkatkan
Penelitian kualitas hidup yang kualitas hidup yang lebih baik dalam
terbaru oleh Mazziya et al (2016) menunjukan peranan diri terhadap
berbasis Health Model Belief (HBM) lingkungan sosialnya. Petugas kesehatan
terhadap penderita kusta di Wilayah diharapkan lebih meningkatkan
Surabaya Utara menunjukan 83,3% kompetensi dalam mengenal gejala dini
penderita kusta memiliki kualitas hidup penyakit kusta, memberikan asuhan
baik, persepsi individu, kerentanan dan keperawatan secara komprehensif dan
keseriusan menjadi faktor yang meningkatkan mutu pelayanan
mempengaruhi kualitas hidup penderita khususnya yang berkaitan dengan
kusta. Berbeda dengan penelitian yang pengendalian pengobatan dan
dilakukan terhadap penderita kusta di perawatan/pencegahan cacat akibat
Brazil dengan menggunakan instrumen penyakit kusta serta melibatkan peranan
WHOQOL-BREF yang menunjukan keluarga dalam perawatan penderita
skor rata-rata kualitas hidup penderita kusta. Sedangkan Puskesmas, perlu
kusta lebih rendah dan dipengaruhi oleh mempertahankan peran aktif petugas
keterbatasan aktifitas yang dimiliki dalam memonitor pengobatan dan selalu
(Victor et al, 2015). melaksanakan Preventif Of Disability
(POD) setiap kali penderita berkunjung
SIMPULAN
ke Puskesmas untuk mencegah
Sebagian besar penderita kusta
kecacatan lebih lanjut dan memberikan
rawat jalan di Puskesmas Wilayah
konseling yang sangat diperlukan oleh
Kabupaten Purbalingga berusia 46-60
penderita kusta.
tahun (51,1%), berjenis kelamin laki-laki
Penelitian selanjutnya diharapkan
(62,2%), berpendidikan tamat SD
untuk meningkatkan kualitas hidup
(37,8%) dan mengalami cacat kusta
penderita kusta yang ada di masyarakat
kategori tingkat 0.
mengenai penyakit kusta serta menggali
Sebagian besar penderita kusta
faktor-faktor yang berhubungan dengan
memiliki kualitas hidup baik (77,8%)
kejadian cacat tingkat 2 pada penderita

127
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019

kusta, perlu dipertimbangkan pula untuk Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.
Universitas Airlangga. Surabaya
menggunakan metode observasi dan
Harahap, M. 2013. Ilmu Penyakit Kulit.
wawancara sehingga diperoleh hasil Edisi 1, Hipokrates. Jakarta
International Federation of Anti-
yang lebih baik.
Leprosy Association/ILEP. 2011.
Guidelines To Reduce Stigma.
DAFTAR PUSTAKA Edisi 1, London
Kemenkes RI. 2011. Pedoman
Departemen Kesehatan RI. 2006. Buku Konseling Kusta. Kementrian
Pedoman Nasional Pemberantasan Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Penyakit Kusta. Edisi 8. Dirjen Pengendalian Penyakit dan
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta
Penyehatan Lingkungan. Jakarta Linpakarnjanarat, K. 2011. Enchanced
Dinas Kesehatan Kabupaten Global Stategy for Futher
Purbalingga. 2015. Profil Reducing The Desease Burden due
Kesehatan Kabupaten Purbalingga to Leprosy 2010-2015. WHO.
tahun 2014. Dinas Kesehatan Geneva
Kabupaten Purbalingga Making, M, Aulawi, K, Warsini, S.
Dinas Kesehatan Kabupaten 2008. Gambaran Kualitas Hidup
Purbalingga. 2016. Laporan Situasi Penderita Kusta Di Kabupaten
Kusta di Kabupaten Purbalingga. Lembata. Jurnal. Program Studi
Dinas Kesehatan Kabupaten Ilmu Keperawatan. FK UGM.
Purbalingga Yogyakarta
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Mazziya, N, Nursalam, N, Mariyanti, H.
2015. Profil Kesehatan 2016. Kualitas Hidup Penderita
Kabupaten/kota Jumlah Angka dan Kusta Berbasis Teori Health Belief
Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Model (HBM). Indonesian Nursing
Tipe/jenis, Jenis Kelamin dan Journal Of Education And Clinic.
Kabupaten/kota Propinsi Jawa Volume 1
Tengah. Semarang. Dinas Nofitri, NFM. 2009. Gambaran
Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Kualitas Hidup Penduduk Dewasa
Efklides, A. 2013. A Positive Pada Lima Wilayah Di Jakarta .
Psychology Perspective On Quality FPsi UI. Skripsi. Jakarta
Of Life. Edisi 1. Springer. Prastiwi, T. 2010. Faktor-Faktor Yang
Netherlands Berhubungan Dengan Cacat
Eliningsih, D. 2010. Faktor Yang Tingkat II Pada Penderita Kusta
Berhubungan Dengan Kecacatan Di Rumah Sakit Kusta Kediri Jawa
Pada Penderita Kusta Di Timur. Skripsi. Perpustakaan
Kabupaten Tegal. Jurnal. Volume Universitas Airlangga. Surabaya
18. No. 2 Rahayuningsih, E. 2012. Analisis
Ertiandani, P. 2013. Penerimaan Diri Kualitas Hidup Penderita Kusta Di
Penderita Dan Anggota Keluarga Puskesmas Kedaung Wetan Kota
Penderita Kusta Di Keacamatan Tanggerang Tahun 2012. Tesis.
Sumber Kabupaten Rembang FKM UI.
Provinsi Jawa Tengah. Jurnal. Saputri, R. 2009. Faktor-Faktor Yang
Departemen Antropologi Fakultas Berhubungan Dengan Kejadian
Cacat Tingkat 2 Di Kampung

128
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019

Rehabilitasi Rumah Sakit Kusta Kerja Puskesmas Jenggawah Dan


Donorojo Jepara Tahun 2008. Wilayah Kerja Puskesmas
Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Kemuningsari Kidul Kabupaten
Masyarakat. Universitas Negeri. Jember. Skripsi. Fakultas
Semarang Kesehatan Masyarakat. Universitas
Solikhah, A. 2016. Hubungan Tingkat Jember. Jawa Timur
Pengetahuan Tentang Kusta Victor, S, Oliveira, LS, Castro, FDD,
Dengan Perawatan Diri Penderita Gois-Santos. VT, Lemos, LMD,
Kusta Di Wilayah Kabupaten Ribeiro, MdCO. 2015. Functional
Sukoharjo. Jurnal. Fakultas Ilmu Activity Limitation And Quality Of
Kesehatan. Universitas Life Of Leprosy Cases In an
Muhammadiyah Surakarta Endemic Area In Notrheastern
Tsutsumi, A, Izutsu. T, Akramul. I, Brazil. PLOS. Neglected Tropical
Amed. J.U, Nakahara. S. 2004. Disease 9 (7). Journal. University
Depressive status of Leprosy Of Tennessee. United State
Patient in Bangladesh: Association World Health Organization/WHO.
with self-perception of stigma. 2016. Global Leprosy Update.
Pubmed Jurnal Vol.75 (1) 57-66 Weekly Epidemiological Record
Ulfa, F. 2015. Kualitas Hidup Orang no. 35, 405-420.
Yang Pernah Menderita Kusta
(OYPMK) Studi Kasus Di Wilayah

129

Anda mungkin juga menyukai