Anda di halaman 1dari 13

JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2.

Juli 2016 ISSN: 1979-2344

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT


KUSTA DI RUMAH SAKIT KHUSUS KUSTA DR SITANALA
KOTA TANGERANG TAHUN 2015

Sri Komalaningsih
Prodi S-1 Kesehatan Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung

ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN PERSONAL HYGIENE WITH OCCURENCE OF LEPROSY IN


DR. SITANALA LEPROSY SPECIAL HOSPITAL TANGERANG CITY ON 2015.

x + 64 halaman +14 tabel +2 gambar +3 lampiran

Leprosy is an infectious disease still prevalent in developing countries, including at


Indonesia. In this study the problem is personal hygiene factor in leprosy patients in
dr. Sitanala Leprosy Special Hospital Tangerang City. The purpose of this research
was to determine the relationship between personal hygiene with occurrence of
leprosy in dr. Sitanala Leprosy Special Hospital. This study uses a case-control
approach. The population was outpatients in dr. Sitanala Leprosy Special Hospital
diagnosed leprosy (cases) and Diabetes Mellitus (control). Samples are 108 patients.
The instrument used was questionnaire. Data were analyzed with Chi-square test
formula. The research results that there was a relationship between hand washing
habits (p=0,023, OR=3,357) but there were not relationship bathing habits
(p=0,066, OR=2,340), towel cleaning habits (p=0,740,OR=1,563), cloth cleaning
habits (p=0,525, OR=1,862) and bed, blanket , pillow cases cleaning (p=0,171,
OR=2,105) with occurrence of leprosy in dr. Sitanala Leprosy Special Hospital.
Suggestion put forward is expected to improve personal higiene the patient and who
live around them expecially on seven step hand washing habit according WHO so as
not to be a source of transmission of leprosy.

Keywords : personal hygiene, leprosy

Latar Belakang lingkungan dengan perilaku hidup


Tujuan pembangunan nasional sehat serta memiliki kemampuan
kesehatan adalah menciptakan untuk menjangkau pelayanan dan
keadaan masyarakat yang memiliki fasilitas kesehatan yang bermutu
kemampuan untuk menjangkau secara adil dan merata diseluruh
pelayanan kesehatan yang bermutu, wilayah Republik Indonesia dan dapat
adil dan merata yang diwujudkan mewujudkan bangsa yang mandiri
dalam visi Indonesia Sehat 2015 yaitu maju dan sejahtera (Depkes, 2011).
meningkatkan kesadaran, kemauan Beberapa faktor yang
dan kemampuan hidup sehat bagi mempengaruhi derajat kesehatan
setiap orang agar terwujud derajat masyarakat diantaranya tingkat
kesehatan masyarakat yang optimal. ekonomi, pendidikan, keadaan
Keadaan tersebut ditandai dengan lingkungan, kesehatan dan sosial
adanya penduduk yang hidup dalam budaya. Namun pada kenyataannya

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 20


JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2. Juli 2016 ISSN: 1979-2344

Indonesia masih mempunyai berbagai berulang-ulang melalui saluran


macam masalah diantaranya adalah pernapasan dan kulit (kontak
masalah kesehatan pada tahun 2012 langsung yang lama dan erat), kuman
WHO mencatat Indonesia masih mencapai permukaan kulit melalui
menduduki 3 besar setelah India dan folikel, rambut dan keringat.
Brazil untuk kasus penyakit kusta Banyaknya penyakit kusta yang
dengan prevalensi 9,6/100.000 terdapat di Jawa Barat dan Banten
penduduk. telah mendorong pemerintah
Penyakit kusta tersebar di melakukan berbagai upaya yaitu
seluruh provinsi yang ada di Indonesia pencegahan dan pengobatan yang
salah satu provinsi dengan tingkat dilakukan di berbagai fasilitas
prevalensi tertinggi yaitu provinsi kesehatan termasuk Puskesmas.
maluku utara dengan angka Apabila terdapat pasien yang
49,1/100.000 penduduk. Sementara membutuhkan rehabilitasi fisik dan
prevalensi untuk provinsi Jawa Barat melakukan operasi rutin, operasi yang
sebesar 5,2/100.000 penduduk. lebih kompleks atau mengobati ulkus
Sedangkan prevalensi untuk provinsi komplikata dan mengobati penderita
Banten sebesar 6,7/100.000 penduduk kusta dengan efek samping obat yang
(Depkes, 2012). berat maka pasien tersebut harus di
Sehubungan dengan hal tersebut, rujuk ke Rumah Sakit Khusus Kusta
WHO telah mengeluarkan strategi Nasional (Depkes, 2006).
global untuk terus berupaya Penyakit Kusta menimbulkan
menurunkan beban penyakit kusta masalah yang sangat kompleks tidak
dalam: '''Enhanced global strategy for hanya dilihat dari segi medis namun
futher reducng the disease burden due meluas sampai masalah sosial,
to leprosy 2011 - 2015" (1) Indonesia ekonomi dan budaya. Karena selain
telah mencapai eliminasi pada tingkat cacat yang ditimbulkan, rasa takut
nasional karena prevalensi kurang dari yang berlebihan terhadap kusta
1 per 10.000 penduduk pada tahun (leptophobia) akan memperkuat
2000, dimana target yang ditentukan persoalan sosial ekonomi penderita
adalah penurunan sebesar 35% kusta kusta. Program Penanggulangan
pada akhir tahun 2015. Penyakit (P2) kusta yang dilaksanakan
Penyakit kusta merupakan di Indonesia mempunyai tujuan jangka
penyakit kronik yang disebabkan oleh panjang yaitu eradikasi kusta di
kuman Mycobakterium leprae Indonesia
(M.leprae). pertama kali menyerang Rumah Sakit Khusus Kusta Dr.
susunan saraf tepi, selanjutnya dapat Sitanala Tangerang melaporkan pada
menyerang kulit, mukosa(mulut), tahun 2013 terdapat 8688 penderita
saluran pernapasan bagian atas, sistem kusta yang terdaftar dalam rekam
retikulo endotelial, mata, otot, tulang medis, terdiri dari kusta tipe Pausi
dan testis. Penyakit kusta pada basiler (PB) sebanyak 820 orang dan
umumnya terdapat dinegara-negara penderita dengan tipe Multi basiler
yang sedang berkembang. (MB) adalah 7868 penderita, kusta
M.leprae hanya dapat tipe PB memerlukan waktu
menyebabkan penyakit kusta pada pengobatan 6 bulan, sedang tipe MB
manusia tidak pada hewan. memerlukan waktu pengobatan 1
Penularannya melalui kontak yang tahun. Pencegahan penyakit kusta
lama karena pergaulan yang rapat dan dapat dilakukan dengan meningkatkan

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 21


JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2. Juli 2016 ISSN: 1979-2344

personal hygiene, diantaranya kebutuhan personal hygiene ini


pemeliharaan kulit, pemeliharaan diperlukan baik pada orang sehat
rambut, kebersihan tangan, pakaian maupun orang sakit. oleh karena itu
dan tempat tidur karena penularan Pencegahan penyakit kusta dapat
kusta sangat dipengaruhi oleh adanya dilakukan dengan meningkatkan
kontak langsung dengan penderita personal hygiene, diantaranya
(Wartonah. 2007). pemeliharaan kulit, pemeliharaan
Hasil penelitian yang dilakukan rambut, kebersihan tangan, pakaian
Deddy tahun 2013 tentang Gambaran dan tempat tidur karena penularan
faktor yang berhubungan dengan kusta sangat dipengaruhi oleh kontak
penderita kusta di RSK sitanala langsung dengan penderita (Wartonah.
Tangerang. Hasilnya persentase 2007).
responden berdasarkan kategori Penelitian yang dilakukan oleh
hygiene perorangan dari 31 responden, Rismawati tentang hubungan antara
distribusi frekuensi berdasarkan sanitasi rumah dan personal hygiene
pesonal hygiene menunjukkan bahwa dengan kejadian kusta Multibasiler di
293 responden tidak menjaga Poliklinik Kusta RSUD Tugurejo Kota
kebersihan tubuhnya dan menjaga Semarang yakni dengan Odd Rasio
kebersihan tubuh nya dengan baik sebesar 3,11 artinya bahwa personal
sebanyak 16 responden (34%). hygiene menjadi faktor penyebab
Dengan demikian dari penderita kusta terjadinya penyakit kusta (Rismawati.
di rumah sakit sitanala pada periode 2013).
januari 2013 jumlah frekuensi Secara umum penelitian ini
personal hygiene pada penderita kusta bertujuan : 1) untuk mengetahui
masih sangat kurang. Pada dasarnya frekwensi kejadian penyakit dan
personal hygiene sangat penting bagi frekuensi personal hygiene yang
setiap oranng (Rismawati. 2013). meliputi, mandi, kebesihan tangan,
Personal hygiene merupakan kebersihan pakaian, kebersihan
perawatan diri sendiri yang dilakukan handuk dan kebesihan seprai selimut,
untuk mempertahankan kesehatan, sarung bantal di RSK Kusta Dr
baik secara fisik maupun psikologis, Sitanala Kota Tangerang; 2) untuk
personal hygiene adalah perawatan mengetahui hubungan antara variabel
diri dimana individu mempertahankan personal hygiene diantarnya adalah
kesehatannya dan dipengaruhi oleh Mandi, kebersihan tangan, kebersihan
nilai serta keterampilan. Dalam upaya handuk, kebersihan pakaian dan
seseorang dalam memeliharan mengganti seprai dengan kejadian
kebersihan dan kesehatan dirinya penyakit kusta di RSK Kusta Dr.
untuk memperoleh kesejahteraan pisik Sitanala Kota Tangerang.
dan psikologis, dan kesehatan,

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 22


JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2. Juli 2016 ISSN: 1979-2344

Kerangka Teori

Gambar 1 Kerangka Teori Hubungan Personal Hygiene


Terhadap Kejadian Penyakit Kusta.
Menurut Marwali Harahap dan Prawoto (2008)

Pada gambar di atas terlihat bahwa personal hygiene meliputi kebersihan


kulit, kebersihan rambut, kebersihan gigi, telinga dan kebersihan kuku tangan dan
kaki, selain itu juga perilaku atau kebiasaan personal hygiene meliputi, mandi,
menjemur handuk mengganti baju dan mengganti seprai juga sarung bantal menjadi
indikator penyebab terjadinya penyakit kusta. Adapun tipe kusta terbagi menjadi dua
tipe yaitu tipe PB (Pausi Basiler) dan tipe MB (Multi Basiler).7.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 23


JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2. Juli 2016 ISSN: 1979-2344

METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2 Kerangka Konsep Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Penyakit Kusta

Definisi Operasional
Tabel 1 Definisi Operasional Hubungan Pesonal Hygiene Dengan Kejadian Penyakit
Kusta di RSK. Kusta Ditanala Kota Tangerang Tahun 2014

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur


1 Penderita Kusta Kondisi Responden yang Rekam Medis 0 Kusta Nominal
dinyatakan kusta pada rekam medis 1 Tidak Kusta
dengan pemeriksaan kulit, saraf tepi
dan fungsinya.
a Personal Faktor resiko angka kejadian kusta Kuesioner 0 Kusta Nominal
Hygiene meliputi kebersihan kulit, cuci 1 Tidak Kusta
tangan, kebersihan rambut,
kebersihan pakaian, kebersihan
handuk dan kebersihan tempat tidur
b Mandi suatu upaya menjaga kebersihan Kuesioner 0 Kusta Nominal
dengan cara melakukan mandi 1 Tidak Kusta
minimal dua kali sehari dengan
memakai sabun
c Cuci Tangan Upaya Melakukan cuci tangan Kuesioner 0 Kusta Nominal
pakai sabun sebelum dan sesudah 1 Tidak Kusta
makan juga sebelum tidur
d Kebersihan Kebiasaan mengganti pakaian Kuesioner 0 Kusta Nominal
Pakaian sehari-hari 1 Tidak Kusta
e Kebersihan Kebiasaan menjemur handuk Kuesioner 0 Kusta Nominal
Handuk sehabis mandi 1 Tidak Kusta
f Mengganti Kebiasaan mengganti seprai dan Kuesioner 0 Kusta Nominal
seprai dan sarung bantal dilakukan minimal 1 Tidak Kusta
sarung bantal seminggu sekali

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 24


JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2. Juli 2016 ISSN: 1979-2344

Jenis Penelitian terlebih dahulu kita harus mencari


Jenis Penelitian ini adalah seberapa besar OR dan P2, kemudian
penelitian observasional analitik setelah didapat nilai OR dan P2
dimana peneliti hanya melakukan tersebut kita dapat menghitung besar
observasi tanpa melakukan intervensi sampel yang akan menjadi penelitian
pada variabel yang akan diteliti berikut hasil penelitian terdahulu
kemudian menggali seberapa besar dinama nilai OR dan P2 telah
pengaruhnya faktor risiko diketahui, karena karakteristik
menyebabkan masalah kesehatan penelitian yang dilakukan hampir
tersebut. Kemudian dilakukan analisis sama maka nilai OR menjadi acuan
korelasi antara variabel besas dan bagi penelitian berikut nya,
variabel terikat yang telah dirancang
(Wibowo A. 2014).
Dalam penelitian ini peneliti HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan desain peneltian dengan Hasil Penelitian
menggunakan metode Penelitian case Penelitian mengenai hubungan
control yaitu penelitian obsevasional Personal hygiene dengan kejadian
analitik yang menyangkut bagaimana penyakit kusta di RSK Sitanala Kota
faktor risiko dipelajari dengan Tangerang tahun 2014, dengan
menggunakan pendekatan retrospektif, sampel sebanyak 108 orang jumlah
dimulai dengan mengidentifikasi kasus sebanyak 54 orang dan jumlah
pasien dengan efek atau penyakit kontrol sebanyak 54 orang. Hasil
tertentu (kelompok kasus) dan pengumpulan data di analisis secara
kelompok tanpa efek (kelompok univariat yaitu untuk mengetahui
kontrol), kemudian diteliti faktor distribusi frekuensi persnoal hygiene
risiko yang dapat menerangkan yang mencakup, variabel mandi, cuci
mengapa kelompok kasus terkena tangan, kebersihan pakaian,
efek, sedangkan kelompok kontrol kebersihan handuk dan kebersihan
tidak (astroasmoro. 2008). seprai selimut dan sarung bantal.
Populasi pada penelitian ini Sedangkan analisis secara bivariat
adalah penderita kusta rawat jalan yaitu untuk mengetahui hubungan
yang terdaftar pada rekam medis RSK antara variabel variabel personal
Kusta Dr. Sitanala Kota Tangerang hygiene dengan kejadian penyakit
bulan April Tahun 2015 sedangkan kusta di RSK kusta Sitanala Kota
untuk kontrol diambil yaitu bukan Tangerang Tahun 2014. Berikut yaitu
penderita kusta di RSK kusta sitanla hasil analisisnya :
kota Tangerang, Adapun data jumlah Hasil Analisis Univariat
pasien kusta rawat inap di RSK Kusta Analisis univariat yaitu untuk
Dr. Sitanala adalah rata-rata 8 mengetahui distribusi personal
pasien/bulan dan jumlah kunjungan hygiene Distribusi setiap variabel
rawat jalan pada bulan April 2015 dapat dilihat pada tabel univariat
adalah 430 pasien. Untuk mencari berikut ini :
besar sampel yang akan diteliti maka

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 25


JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2. Juli 2016 ISSN: 1979-2344

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Personal Hygiene di RSK Kusta Sitanala Kota


Tangerang Tahun 2015.
Kasus Kontrol Jumlah
No Variabel (n=54) (n=54) (n=108)
N % n % n %
1 Kejadian Kusta 54 50 54 50 108 100
2 Mandi
- Kurang Baik 23 42,59 13 24,07 36 33,33
- Baik 31 57,40 41 75,92 72 66,67
3 Kebersihan Tangan &
kuku 18 83,33 7 12,96 25 23,19
- Kurang Baik 36 66,66 47 87,03 83 76,81
- Baik
4 Kebersihan Handuk
- Kurang Baik 6 11,11 4 7,41 10 9,26
- Baik 48 88,89 50 92,59 98 90,74
5 Kebersihan Pakaian
- Kurang Baik 7 12,96 4 7,41 11 10,18
- Baik 47 87,04 50 92,59 97 89,82
6 Kebersihan Seprai, selimut
& sarung bantal
- Kurang Baik 16 29,63 9 16,67 25 23,15
- Baik 38 70,37 45 83,33 83 76,85

Berdasarkan tabel di atas, (83,33%) memiliki kebesihan tangan


menunjukkan bahwa sebanyak 54 yang kurang baik, sedangkan
responden (50%) Penyakit kusta yang responden pada kelompok kasus
merupakan kelompok kasus dan 54 sebanyak 36 (66,66%) dan kelompok
responden (50%) tidak menderita kontrol sebanyak 47 (87,03%)
penyakit kusta yang merupakan memiliki tingkat kebersihan tangan
kelompok kontrol. yang baik.
Frekuensi variabel mandi Frekuensi kebersihan handuk
menunjukkan bahwa responden menunjukkan bahwa responden
kelompok kasus sebanyak 23 kelompok kasus sebanyak 6 (11,11%)
(42,59%) dan kelompok kontrol dan kelompok kontrol sebanyak 4
sebanyak 13 (24,07%) melakukan (7,41%) memiliki kebesihan handuk
mandi kurang baik, sedangkan yang kurang baik, sedangkan
responden pada kelompok kasus responden pada kelompok kasus
sebanyak 31 (57,40%) dan kelompok sebanyak 48 (88,89%) dan kelompok
kontrol sebanyak 41 (875,92%) kontrol sebanyak 50 (92,59%)
melakukan mandi dengan baik. memiliki kebersihan handuk yang
Frekuensi kebersihan tangan baik.
menunjukkan bahwa responden Frekuensi kebersihan pakaian
kelompok kasus sebanyak 8 (24,07%) menunjukkan bahwa responden
dan kelompok kontrol sebanyak 7 kelompok kasus sebanyak 7 (12,96%)

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 26


JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2. Juli 2016 ISSN: 1979-2344

dan kelompok kontrol sebanyak 4 kebesihan seprai selimut dan sarung


(7,41%) memiliki kebesihan pakaian bangal yang kurang baik, sedangkan
yang kurang baik, sedangkan responden pada kelompok kasus
responden pada kelompok kasus sebanyak 38 (70,37%) dan kelompok
sebanyak 47 (87,04%) dan kelompok kontrol sebanyak 45 (83,33%)
kontrol sebanyak 50 (92,59%) memiliki kebersihan seprai selimut
memiliki kebersihan pakaian yang dan sarung bantal yang baik.
baik.
Hasil Analisis Bivariat
Frekuensi kebersihan seprai, Hubungan antara personal
selimut dan sarung bantal
hygiene di RSK Kusta Dr. Sitanala di
menunjukkan bahwa responden
Kota Tangerang Provinsi Banten
kelompok kasus sebanyak 16
dengan mengunakan uji chi-square
(29,63%) dan kelompok kontrol yang disajikan pada tabel berikut ini:
sebanyak 9 (16,67%) memiliki

Personal Tabel 3 Hubungan Hygiene dengan Kejadian Penyakit Kusta di RSK Kusta
Dr. Sitanala Kota Tangerang Tahun 2015
Kasus Kontrol
Total P OR 95%
No Variabel (n=54) (n=54)
value CI
n % N % f %
Mandi
1 Kurang Baik 23 42,59 13 12,96 36 33,33 2,340
0,066
1,03 –5,34
2 Baik 31 57,40 41 75,92 72 66,67
Jumlah 54 100 54 100 108 100
Kebersihan Tangan
& Kuku
1 Kurang Baik 18 83,33 7 12,96 25 23,19 3,357
0,023
1,27 –8,90
2 Baik 36 66,66 47 87,03 83 76,81
Jumlah 54 100 54 100 108 100
Kebesihan Handuk
1 Kurang Baik 6 11,11 4 7,41 10 9,26 1,563
0,740
0,41–5,88
2 Baik 48 88,89 50 92,59 98 90,74
Jumlah 54 100 54 100 108 100
Kebesihan Pakaian
1 Kurang Baik 7 12,96 4 7,41 11 10,18 1,862
0,525
0,51–6,77
2 Baik 47 87,04 50 92,59 97 89,82
Jumlah 54 100 54 100 108 100
Kebesihan Seprai dll
1 Kurang Baik 16 29,63 9 16,67 25 23,15 2,105
0,171
0,19–5,30
2 Baik 38 70,37 45 83,33 83 76,85
Jumlah 54 100 54 100 108 100

Berdasarkan tabel di atas kebiasaan mandi yang kurang baik


diperoleh data responden, bahwa dari sebanyak 23 responden (69,3%)
46 responden yang mempunyai diantaranya mengalami kejadian kusta,

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 27


JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2. Juli 2016 ISSN: 1979-2344

sedangkan dari 72 responden yang dibandingkan dengan orang yang


mempunyai kebiasaan mandi yang mempunyai kebiasaan kebersihan
baik diantaranya 31 (43,1%) menderita handuk yang baik, tetapi tidak
penyakit kusta. Berdasarkan hasil uji bermakna signifikan.
statistik didapat OR 2,340 (p= 0,066 > Diperoleh data dari 11 responden
0,05;CI95% 1,03-5,34). Artinya yang mempunyai kebiasaan
peluang orang yang mempunyai kebersihan pakaian yang kurang baik
kebiasaan mandi yang kurang baik sebanyak 7 responden (63,6%)
mempunyai risiko mudah tertular diantaranya mengalami kejadian kusta,
penyakit kusta 2,34 kali lebih besar sedangkan dari 98 responden yang
dibandingkan dengan orang yang mempunyai kebiasaan kebersihan
mempunyai kebiasaan mandi yang handuk yang baik diantaranya 47
baik, tetapi tidak bermakna signifikan. (48,5%) menderita penyakit kusta.
Diperoleh data dari 83 responden Berdasarkan hasil uji statistik didapat
yang mempunyai kebiasaan OR 1,862 (p= 0,340 > 0,05;CI95%
kebersihan tangan yang kurang baik 1,03-5,34). Artinya peluang orang
sebanyak 36 responden (43,4%) yang mempunyai kebiasaan
diantaranya mengalami kejadian kusta, kebersihan pakaian yang kurang baik
sedangkan dari 25 responden yang mempunyai risiko mudah tertular
mempunyai kebiasaan kebersihan penyakit kusta 1,862 kali lebih besar
tangan yang baik diantaranya 18 dibandingkan dengan orang yang
(72%) menderita penyakit kusta. mempunyai kebiasaan kebersihan
Berdasarkan hasil uji statistik didapat pakaian yang baik, tetapi tidak
OR 3,357 (p= 0,023 < 0,05;CI95% bermakna signifikan.
1,03-5,34). Artinya peluang orang Diperoleh data dari 25 responden
yang mempunyai kebiasaan yang mempunyai kebiasaan
kebersihan tangan yang kurang baik kebersihan seprei, selimut dan sarung
mudah tertular penyakit kusta 3,357 bantal yang kurang baik sebanyak 16
kali lebih besar dibandingkan dengan responden (64%) diantaranya
orang yang mempunyai kebiasaan mengalami kejadian kusta, sedangkan
kebersihan tangan yang baik, dan dari 83 responden yang mempunyai
bermakna signifikan. kebiasaan kebersihan seprei, selimut
Diperoleh data dari 10 responden dan sarung bantal yang baik
yang mempunyai kebiasaan diantaranya 38 (45,8%) menderita
kebersihan handuk yang kurang baik penyakit kusta. Berdasarkan hasil uji
sebanyak 6 responden (60%) statistik didapat OR 2,105 (p= 0,110 >
diantaranya mengalami kejadian kusta, 0,05;CI95% 1,03-5,34). Artinya
sedangkan dari 98 responden yang peluang orang yang mempunyai
mempunyai kebiasaan kebersihan kebiasaan kebersihan seprei, selimut
handuk yang baik diantaranya 48 dan sarung bantal yang kurang baik
(49%) menderita penyakit kusta. mempunyai risiko mudah tertular
Berdasarkan hasil uji statistik didapat penyakit kusta 2,105 kali lebih besar
OR 1,563 (p= 0,507 > 0,05;CI95% dibandingkan dengan orang yang
1,03-5,34). Artinya peluang orang mempunyai kebiasaan kebersihan
yang mempunyai kebiasaan seprei, selimut dan sarung bantal,
kebersihan handuk yang kurang baik tetapi tidak bermakna signifikan.
mempunyai risiko mudah tertular
penyakit kusta 1,563 kali lebih besar

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 28


JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2. Juli 2016 ISSN: 1979-2344

Pembahasan 1. Faktor kuman kusta


Pada tabel 3 menunjukkan rata Hasil penelitian di buktikan bahwa
rata personal hygiene pada penderita kuman kusta yang masih utuh
kusta sudah cukup baik sehingga (solid) bentuknya lebih besar
personal hygiene tesebut tidak ada kemungkinan menyebabkan
hubungan dengan kejadian penyakitk penularan dari pada kuman yang
kusta. Data yang diperoleh dari tidak utuh lagi. Mycobakterium
penelitian ini yang didapat dari leprae bersifat tahan asam,
wawancara dengan responden bahwa berbentuk batang dengan panjang
personal hygiene yang di miliki oleh 1-8 mikron dan lebar 0,2 -0,5
penderita kusta di RSK Kusta Sitanala miron, biasanya berkelompok dan
Kota Tangerang tergolong cukup baik, ada yang tersebar satu-satu, hidup
sehingga faktor personal hygiene tidak dalam sel terutama, jaringan yang
terdapat hubungan dengan dengan beruhu dingin antara 1-9 hari
kejadian penyakit kusta, namun tergantung suhu atau cuaca dan
demikian perlu adanya penelitian lebih diketahui hanya kuman kusta yang
lanjut bahwa ada faktor lain yang lebih utuh (solid) saja dapat
dominan terdapat hubungan dengan menimbulkan penularan19.
penyakit kusta 2. Faktor Imunitas
Jika melihat hasil data diatas Faktor Imunitas sebagian manusia
ternyata personal hygiene bukan faktor kebal terhadap penyakit kusta
dominan terhadap penularan penyakit (95%) dari hasil penelitian
tetapi ada faktor yang lebih dominan menunjukkan bahwa dari 100
terhadap penularan penyakit kusta. orang yang terpapar, 95 orang
Infeksi penyakit kusta dipengaruhi tidak menjadi kusta, 3 orang
oleh beberapa faktor diantaranya sembuh sendiri tanpa obat dan 2
adalah tinggal didaerah endemik kusta, orang menjadi sakit. Hal ini belum
mempunyai hygiene yang buruk, lagi mempertimbangkan pengaruh
sistem imun, gizi dan sanitasi pengobatan3.
lingkungan ini semua merupakan 3. Faktor Lingkungan
faktor faktor yang dapat Faktor Lingkungan keadaan rumah
mempengaruhi kejadian penayakit yang berjejal atau kepadatan
kusta. hunian berkaitan dengan
Data yang diperoleh dari kemiskinan, merupakan faktor
penelitian ini yang didapat dari penyebab tingginya angka kusta,
wawancara dengan responden bahwa sebaliknya dengan taraf hidup dan
personal hygiene yang di miliki oleh perbaikan imunitas merupakan
penderita kusta di RSK Kusta Sitanala faktor utama mencegah munculnya
Kota Tangerang tergolong cukup baik, penyakit kusta3.
sehingga faktor personal hygiene tidak 4. Faktor Umur
terdapat hubungan dengan dengan Penyakit kusta jarang ditemukan
kejadian penyakit kusta, namun pada bayi. Insiden Rate penyakit
demikian perlu adanya penelitian lebih ini meningkat sesuai dengan umur
lanjut bahwa ada faktor lain yang lebih puncak pada umur 10-20 tahun dan
dominan terdapat hubungan dengan kemudian menurun. Prevalensinya
penyakit kusta. juga meningkat sesuai dengan
Timbulnya penyakit kusta bagi umur dengan puncak umur 30
seseorang tidak mudah dan tidak perlu sampai dengan 50 tahun dan
ditakuti tergantung dari beberapa kemudian secara perlahan-lahan
faktor antara lain : menurun.3.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 29


JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2. Juli 2016 ISSN: 1979-2344

Menurut penelitian Yessita. folikel, rambut dan keringat.


Tentang faktor risiko yang Pencegahan penyakit kusta dapat
berhubungan dengan penyakit kusta di dilakukan dengan meningkatkan
Puskemmas Sarang Kabupaten personal hygiene, diantaranya
Rambang Pada tahun 2011 hasil pemeliharaan kulit, pemeliharaan
penelitiannya didapatkan ada rambut, kebersihan tangan, pakaian
hubungan antara tingkat pengetahuan dan tempat tidur karena penularan
(p=0,026, OR=4,343) personal kusta sangat dipengaruhi oleh kontak
hygiene (p=0,012, OR=5,333); jenis langsung dengan penderita.
pekerjaan (p=0,001, OR=11,400), Personal hygiene merupakan
dengan kejadian kusta. Penelitian tindakan pencegahan yang
yang dilakukan oleh Norlatifah tahun menyangkut tanggung jawab individu
2009 tentang Hubungan kondisi fisik untuk meningkatkan kesehatan serta
rumah, sarana air bersih dan membatasi menyebarnya penyakit
karateristik masyarakat dengan menular terutama yang ditularkan
kejadian kusta di Kabupaten Tapin melalui kontak langsung seperti
Kalimantan Selatan. Hubungan halnya penyakit kusta. Personal
kondisi fisik rumah didapatkan OR Hygiene diantaranya meliputi mandi,
3,169 dengan p value =0,013 CI 95% kebersihan tangan, kebersihan handuk,
1,258-7,982 terdapat hubungan yang kebersihan pakaian, kebersihan seprai,
bemakna antara kondisi fisik rumah selimut dan sarung bantal.(4)
dengaan kejadian penyakit kusta,
Hubungan riwayat kontak serumah SIMPULAN DAN SARAN
didapatkan OR 5,06 dengan p value Simpulan
=0,000 CI 95% 1,962-13,047 terdapat Berdasarkan pembahasan dan
hubungan yang bermakna riwayat analisis maka dapat ditarik kesimpulan
kontak serumah dengan penyakit bahwa hubungan antara personal
kusta. hygiene pada penderita penyakit kusta
Penyakit kusta adalah penyakit di RSK Kusta Dr. Sitanala Kota
menular menahun yang disebabkan Tangerang adalah sebagai berikut :
oleh M.leprae yang terutama 1. Jumlah pasien yang datang untuk
menyerang saraf tepi, kulit dan organ berobat ke RSK Kusta Sitanala
tubuh lain kecuali susunan saraf pusat. Kota Tangerang 3 bulan terakhir
Untuk mendiagnosanya mencari adalah pada bulan maret 477
kelainan kelainan yang berhubungan pasien, pada april sebanyak 430
dengan gangguan saraf tepi dan orang, dan pada bulan mei
kelainan kelainan yang tampak pada sebanyak 436 orang.
kulit.(3) 2. Hasil Penelitian didapatkan bahwa
Pada tabel 2 menunjukkan yang mempunyai kebiasaan mandi
Mycobacterium leprae hanya dapat yang kurang baik 69,3% yang
menyebabkan penyakit kusta pada diantaranya mengalami kejadian
manusia tidak pada hewan. kusta, sedangkan yang mempunyai
Penularannya melalui kontak yang kebiasaan mandi yang baik 43,1%
lama karena pergaulan yang rapat dan menderita penyakit kusta.
berulang-ulang melalui saluran Berdasarkan hasil uji statistik
pernapasan dan kulit (kontak didapat OR 2,340 (p= 0,066 >
langsung yang lama dan erat), kuman 0,05;CI95% 1,03-5,34). Artinya
mencapai permukaan kulit melalui peluang orang yang mempunyai

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 30


JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2. Juli 2016 ISSN: 1979-2344

kebiasaan mandi yang kurang baik Artinya peluang orang yang


mempunyai risiko mudah tertular mempunyai kebiasaan kebersihan
penyakit kusta 2,34 kali lebih pakaian yang kurang baik
besar dibandingkan dengan orang mempunyai risiko mudah tertular
yang mempunyai kebiasaan mandi penyakit kusta 1,862 kali lebih
yang baik. besar dibandingkan dengan orang
3. Kebersihan tangan yang kurang yang mempunyai kebiasaan
baik 43,4% diantaranya kebersihan pakaian yang baik.
mengalami kejadian kusta, 6. Kebersihan seprei, selimut dan
sedangkan yang mempunyai sarung bantal yang kurang baik
kebiasaan kebersihan tangan yang sebanyak 64% diantaranya
baik 72% menderita penyakit mengalami kejadian kusta,
kusta. Berdasarkan hasil uji sedangkan yang mempunyai
statistik didapat OR 3,357 (p= kebiasaan kebersihan seprei,
0,023 < 0,05;CI95% 1,03-5,34). selimut dan sarung bantal yang
Artinya peluang orang yang baik 45,8% menderita penyakit
mempunyai kebiasaan kebersihan kusta. Berdasarkan hasil uji
tangan yang kurang baik mudah statistik didapat OR 2,105 (p=
tertular penyakit kusta 3,357 kali 0,110 > 0,05;CI95% 1,03-5,34).
lebih besar dibandingkan dengan Artinya peluang orang yang
orang yang mempunyai kebiasaan mempunyai kebiasaan kebersihan
kebersihan tangan yang baik. seprei, selimut dan sarung bantal
4. Kebersihan handuk yang kurang yang kurang baik mempunyai
baik 60% yang diantaranya risiko mudah tertular penyakit
mengalami kejadian kusta, kusta 2,105 kali lebih besar
sedangkan yang mempunyai dibandingkan dengan orang yang
kebiasaan kebersihan handuk yang mempunyai kebiasaan kebersihan
baik 49% menderita penyakit seprei, selimut dan sarung bantal.
kusta. Berdasarkan hasil uji 7. Tidak ada hubungan yang
statistik didapat OR 1,563 (p= bermakna antara personal hygiene
0,507 > 0,05;CI95% 1,03-5,34). mandi, Kebersihan tangan,
Artinya peluang orang yang kebersihan handuk, kebersihan
mempunyai kebiasaan kebersihan pakaian dan kebersihan sprei,
handuk yang kurang baik selimut dan tangan dengan
mempunyai risiko mudah tertular kejadian penyakit kusta di RSK
penyakit kusta 1,563 kali lebih Kusta Dr. Sitanala Kota Tangerang
besar dibandingkan dengan orang Tahun 2014.
yang mempunyai kebiasaan
kebersihan handuk yang baik Saran
5. Kebersihan pakaian yang kurang 1. RSK kusta Dr Sitanala hendaknya
baik sebanyak 63,6% diantaranya menggerakkan personal hygiene
mengalami kejadian kusta, yang baik bagi penderita kusta
sedangkan yang mempunyai maupun masyarakat yang tinggal di
kebiasaan kebersihan handuk yang sekitar penderita.
baik 48,5% menderita penyakit 2. Dilakukan penyuluhan baik bagi
kusta. Berdasarkan hasil uji penderita penyakit kusta dan
statistik didapat OR 1,862 (p= masyarakat sekitar memahami akan
0,340 > 0,05;CI95% 1,03-5,34). pentingnya perilaku personal

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 31


JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2. Juli 2016 ISSN: 1979-2344

hygiene yang baik diantaranya 8. Djuandi,A. 2009, Ilmu Penyakit


dengan cara mandi dua kali sehari, Kulit. Jakarta : Fakultas
memakai sabun sendiri, selalu Kedokteran Universitas Indonesia
mencuci tangan pakai sabun setelah 9. Malik S. 2011. Metodologi
beraktifitas, selalu menjaga Penelitian Kesehatan Masyarakat.
kebersihan kuku, menjemur handuk Jakarta : CV Trans Info Media.
setalah mandi, pakai handuk kering 10. Wibowo A. 2014. Metodologi
pada saat mengeringkan badan, Penelitian Praktis Bidang
ganti baju sehari sekali, ganti baju Kesehatan. Jakarta : Raja
setelah berkeringat, selalu memakai GrafindoPersada.
seprai yang bersih dan mencuci nya 11. Sastroasmoro. 2008. Dasar-dasar
minimal seminggu satu kali dll. Metodologi Penelitian Klinis.
3. Perlu di lakukan penelitian lebih Jakarta: Sagung Seton.
lanjut terhadap faktor lain yang 12. Notoatmodjo. 2005. Metodologi
dapat menimbulkan pola Penelitian Kesehatan. Jakarta :
penyebaran penyakit kusta di RSK Rineka Cipta
kusta Dr Sitalana Kota Tangerang. 13. Nazir,M. 2003. Metode Penelitian.
Jakarta : Ghalia Indonesia.
14. Hiswani,M.2001, Kusta Salah Satu
DAFTAR PUSTAKA
Penyakit Menular yang Masih Di
1. “Visi Misi Indonesia Sehat ” . 2011. Jumpai di Indonesia, Fakultas
http://www.depkes.go.id/index.php Kedokteran Universitas Sumatera
?vw=2&id=2225. (23 April 2014, Utara.
20.30) 15. Irianto, K, 2007. Menguak Dunia
2. “Profil kesehatan Nasional” .2012. Mikroorganisme. Bandung : CV
http://www.depkes.go.id/index.php Yrama Widya.
?vw=2&pg=Profil Kesehatan_ 16. Pratisto, A.2013. Statitstik Menjadi
Nasional. (23 April 2014, 21.00) Mudah dengan SPSS 17 Bandung :
3. Departemen Kesehatan. 2006. Flex Media Komputindo
Pedoman Nasional 17. Wolf, W, 2000. Dasar-dasar Ilmu
Pemberantasan Penyakit Kusta. Keperawatan, Jakarta : Penerbit
Jakarta : Departemen Kesehatan Gunung Agung.
Republik Indonesia. 18. Sajida, A dkk. 2012 “Hubungan
4. Wartonah. 2007. Kebutuhan Dasar Personal hygiene dengan keluhan
Manusia dan Proses Keperawatan. penyakit kulit dikeluran denai
Jakarta : Medika. Kota medan Tahun 2012”
5. Rismawati. 2013. “Hubungan 19. Depkes RI , 2002c. Buku Pedoman
Antara Sanitasi Rumah dan Pemberantasan ProgramP2
Personal Hygiene Dengan Kusta. Dit. Jen PPM & PLP.
Kejadian Penyakit Kusta Jakarta
Multibasiler”. Unnes Journal of
Public Health 2 (1) 2013.
6. Amiruddin. 2012. Penyakit Kusta
Sebuah Pendekatan Klinis Jakarta:
Brilian Internasional
7. Harahap,M. 2013, Ilmu Penyakit
Kulit,. Jakarta : Hipokrates.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 32

Anda mungkin juga menyukai