Disusun Oleh:
Pembimbing:
dr. Sani Rachman Soleman, M. Sc
1
LEMBAR PENGESAHAN
PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK
PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI DESA SURODADI
KECAMATAN CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG
Disusun Oleh :
Rizky Fitri Ardiani 10711024
Indah Permata Bunda 10711229
Devy Maya Kusuma Sari 11711039
Nadia Lakshita Anindya Devi 11711151
Muhammad Bimo Pradito 11711154
2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
“Alhamdulillah hirobbil’alamin” puji syukur atas kehadirat dan rahmat Allah
SWT yang telah memberikan curahan nikmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
berpartisipasi, berbakti dan mengabdi di masyarakat melalui kegiatan kepanitraan klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Segala kekurangan dan kesalahan yang penulis tidak harapkan mungkin pernah
terjadi, namun berkat adanya dukungan semangat dari diri sendiri dan pihak-pihak yang
sangat berjasa, dalam segi fisik maupun moril akhirnya seluruh tahap dapat dilalui
dengan lancar. Sehubungan dengan itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Sani Rachman Soleman, M. Sc selaku dosen pembimbing fakultas
2. dr. Lies Pramudiyanti, MM selaku Kepala Puskesmas Candimulyo sekaligus
dosen pembimbing lapangan I
3. dr. Syirotul Aini selaku dokter fungsional Puskesmas Candimulyo sekaligus
dosen pembimbing lapangan II
4. Kepala Desa Surodadi beserta jajarannya
5. Kepala Dusun dari 15 dusun di Desa Surodadi
6. Kader Posyandu Desa Surodadi
7. Masyarakat Desa Surodadi
8. Kedua orang tua penulis
9. Seluruh pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang ikut
membantu kelancaran penyusunan laporan ini, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan yang mungkin masih
ditemukan, sehubungan dengan itu penulis menerima dengan lapang dada segala bentuk
pendapat, kritik dan saran yang membangun. Diharapkan pada penulisan yang akan
datang, penulis dapat menjadi lebih baik lagi.
3
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penulis
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
Aedes dari sub genus Stegomya. Vektor DBD di Indonesia adalah nyamuk Ae.
aegypti sebagai vektor utama dan nyamuk Ae. albopictus sebagai vektor
sekunder. Kedua species tersebut merupakan nyamuk permukiman. Stadium pra
dewasa nyamuk tersebut mempunyai habitat pada kontainer yang berada di
sekitar permukiman dengan air yang relatif jernih (Depkes RI, 2004; Sukowati,
2010). Nyamuk Ae. aegypti mempunyai sifat anthropofilik dan multiple feeding.
Kedua sifat tersebut meningkatkan risiko penularan DBD di wilayah
permukiman, karena dalam satu siklus gonotropik nyamuk yang infektif dapat
menggigit dan menularkan virus kepada lebih satu orang (Sukowati, 2010).
Kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap keberadaan jentik nyamuk Ae.
aegypti adalah kelembaban udara, pH air, dan suhu air (Ridha, et al., 2013).
Perilaku masyarakat dan jenis kontainer juga berpengaruh terhadap keberadaan
nyamuk Ae. aegypti di permukiman (Yudhastuti, et al., 2005). Beberapa kondisi
yang mendukung kehidupan jentik nyamuk Ae. aegypti adalah: suhu udara
berkisar 20-30ºC (Iskandar, et al., 1985), kelembaban udara untuk jentik berkisar
pada 81,5-89,5% (Mardihusodo, 2006), sedang untuk nyamuk dewasanya > 60%
(Sigit, et al., 2006) serta suhu air berkisar antara 25-30ºC (Eritja, et al., 2005
disitasi oleh Cristo, et al., 2006).
Kabupaten Magelang termasuk daerah endemis tinggi DBD, secara topografi
dan geografi termasuk dataran tinggi yang berada pada ketinggian ± 380 m di atas
permukaan laut, dengan kemiringan berkisar antara 5-45º. Suhu udara rata-rata
20-32ºC, dengan kelembaban nisbi antara 58,5%-90,8%. Rata-rata curah hujan
bulanan di kawasan berkisar ± 234 mm dan termasuk ke dalam bulan basah
sepanjang tahun (BPS Kota Magelang, 2013).
Jenis permukiman yang terdapat di Kabupaten Magelang berdasarkan
sifatnya, menurut KEPMENKES RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan Kesehatan Perumahan, dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu
perkampungan tradisional, perumahan baru/real estate, dan permukiman khusus
atau asrama tentara. Menurut Sigit, et al. (2006), lingkungan permukiman
6
dibangun dan diciptakan untuk kepentingan kenyamanan hidup manusia, tetapi
pada kenyataannya banyak makhluk hidup lain termasuk vektor DBD,
memanfaatkan kondisi itu sebagai habitat, tempat istirahat, dan tempat mencari
makan. Jumlah kasus DBD terbanyak terjadi di perkampungan tradisional, diikuti
real estate, dan asrama tentara. Menurut Hadinegoro, et al. (2001), terdapat tiga
faktor yang berperanan dalam penyebaran kasus DBD yaitu manusia, virus
dengue, dan vektor perantara. Sedangkan menurut Murti (1997) penyakit DBD
merupakan penyakit infeksi yang kejadiannya dipengaruhi oleh tiga komponen,
yaitu: host, agent, dan environmental (segitiga epidemiologi). Perubahan pada
satu komponen akan mengubah keseimbangan ketiga komponen, dengan akibat
akan menaikkan atau menurunkan kejadian penyakit.
Program kesehatan masyarakat dalam pengendalian penyakit DBD yang telah
dilakukan oleh Pemerintah Kota Magelang meliputi: Gerakan 5 Pemberantasan
Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD), penyuluhan DBD,
Pemantauan Jentik Berkala (PJB), larvisidasi, dan fogging focus. Kegiatan PSN-
DBD di masyarakat berkaitan erat dengan perilaku masyarakat dalam
pengendalian vektor DBD, diwujudkan dalam bentuk gerakan 3M (meguras,
menutup, dan mengubur) terhadap barang-barang yang dapat dipakai sebagai
tempat perindukan nyamuk yang dilaksanakan secara terus menerus (Widiastuti,
et al., 2010). Kegiatan PSN-DBD merupakan wujud peran serta masyarakat yang
secara berkesinambungan terus berjalan karena bersinergi dengan kegiatan PJB
rutin maupun PJB silang oleh kelompok Dasa Wisma (Dawis) yang dipantau oleh
seorang Juru Pemantau Jentik (Jumantik) pada tiap-tiap kelurahan. Praktek
pengendalian vektor DBD secara kimiawi dengan menggunakan insektisida juga
telah dilakukan, baik oleh Pemerintah Kota Magelang maupun masyarakat.
7
1.2 Program-Program untuk DBD
Banyak langkah yang telah ditempuh oleh pemerintah untuk mengurangi
jumlah penderita DBD di Indonesia, mulai dari program pencegahan sampai
program case management untuk masyarakat yang telah terjangkit oleh virus
dengue ini, tahapan-tahapan program tersebut, antara lain :
A. Pemberantasan Sarang Nyamuk
1) Definisi PSN
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yaitu kegiatan memberantas
jentik nyamuk di tempat berkembangbiaknya baik dengan cara kimia,
yaitu dengan larvasida, biologi dengan cara memelihara ikan pemakan
jentik atau dengan bakteri ataupun dengan cara fisik yang kita kenal
dengan kegiatan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur) yakni menguras
bak mandi, bak WC; menutup TPA rumah tangga (tempayan, drum dll)
serta mengubur atau memusnahkan barang-barang bekas (kaleng, ban dll).
Pencegahan penyakit DBD melalui metode lingkungan atau fisik
untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan
perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:
a) Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali
seminggu.
b) Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu
sekali.
c) Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar
rumah dan lain sebagainya.
2) Program 3M Plus
Sebenarnya pelaksanaan 3M Plus merupakan upaya Pemberantasan
Sarang Nyamuk yang sederhana dan efektif. Melalui program ini,
8
masyarakat dapat memutus rantai perkembang biakan nyamuk Aedes
Aegypti. Sebagai gambaran, beberapa hal pembersihan yang dilakukan
dalam 3M Plus merupakan upaya untuk mempersempit penyediaan sarang
reproduksi bagi hewan vektor penyakit ini dan hal ini merupakan bagian
yang sangat penting sebagai langkah awal untuk menghindari peningkatan
prevalensi penderita PBD serta menghindari terjadinya KLB pada
penyakit ini. Sedangkan untuk membasmi jumlah nyamuk dewasa yang
telah dapat berkembang biak, dapat dilakukan dengan pengasapan
(fogging) digunakan untuk mengurangi jumlah nyamuk dewasa yang
dapat bertelur sebanyak 200-400 per hari. Jika dibandingkan dari kedua
langkah diatas, tentu saja program 3M Plus memiliki peranan yang sangat
penting untuk membatasi penyebaran virus penyakit ini asalkan
masyarakat melakukannya secara kontinyu dan teratur.
Permasalahan mengenai efektifitas pelaksanaan program
Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui 3M Plus adalah kurangnya minat
masyarakat untuk melakukan semua hal tersebut. Hal ini berkaitan dengan
pemahaman masyarakat untuk terbiasa memiliki pola hidup bersih dan
sehat sehingga merasa bahwa bukan hal yang kondusif untuk hidup
berdampingan dengan nyamuk Aedes Aygepti. Efektifitas pelaksanaan
kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk ini melalui 3M Plus ini dapat
terlaksana dengan baik jika semua jajaran masyarakat memiliki kesadaran
untuk melakukannya secara serempak dan kontinyu di seluruh bagian
negara Indonesia.
9
di wilayah Provinsi DKI, lanjut Salimar, dasarnya adalah Surat Edaran
(SE) Gubernur DKI No 46/SE/2004 tentang PSN digelar tidak hanya di
luar, tapi juga dalam rumah dan ruangan. Adapun dalam Peraturan Daerah
Provinsi Daerah Khusus DKI Jakarta, nomor 6 tahun 2007 tentang
pencegahan demam berdarah melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN), dijelaskan pada:
Pasal 4
1. PSN 3M Plus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, dilakukan
untuk memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus melalui kegiatan 3M Plus.
2. Pemutusan siklus hidup nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan oleh
orang perorang, pengelola, penanggung jawab atau pimpinan pada
semua Tatanan Masyarakat.
3. Kegiatan pemutusan siklus hidup nyamuk sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilaksanakan secara terus menerus dan
berkesinambungan dengan membasmi jentik nyamuk di semua tempat
penampungan / genangan air yang memungkinkan menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk.
4. Kegiatan PSN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat
(3) dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu sekali.
B. Abatisasi (Larvasiding)
Larvasiding adalah pemberantasan jentik dengan bahan kimia dengan
menaburkan bubuk larvasida. Pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan
bahan kimia terbatas untuk wadah (peralatan) rumah tangga yang tidak dapat
dimusnahkan, dibersihkan,dikurangi atau diatur. Dalam jangka panjang
penerapan kegiatan larvasiding sulit dilakukan dan mahal. Kegiatan ini tepat
digunakan apabila survelans penyakit dan vector menunjukkan adanya
10
periode berisiko tinggi dan di lokasi dimana wabah mungkin timbul.
Menentukan waktu dan tempat yang tepat untuk pelaksanaan larvasiding
sangat penting untuk memaksimalkan efektifitasnya.
Terdapat 2 jenis larvasida yang dapat digunakan pada wadah yang
dipakai untuk menampung air minum (TPA) yakni: temephos (Abate 1%) dan
Insect growth regulators (pengatur pertumbuhan serangga) Untuk
pemberantasan larva dapat digunakan abate 1 % SG. Cara ini biasanya
digunakan dengan menaburkan abate kedalam bejana tempat penampungan
air seperti bak mandi, tempayan, drum dapat mencegah adanya jentik selama
2-3 bulan.
C. Fogging
Fogging merupakan suatu kegiatan penyemprotan insektisida dan
PSN-DBD serta penyuluhan pada masyarakat sekitar kasus dengan radius 200
meter, dilaksanakan 2 siklus dengan interval 7 hari oleh petugas. Biasanya
fogging diadakan 2 kali di suatu tempat menggunakan malathion dalam
campuran solar dosis 438 g/ha. (500 ml malathion 96%technical grade/ha).
Sasaran adalah rumah serta bangunan di pinggir jalan yang dapat dilalui mobil
di desa endemis tinggi. Alat yang dipakai swing fog SN 1 untuk bangunan dan
mesin ULV untuk perumahan. Waktu pengasapan pagi dan sore ini dengan
memperhatikan kecepatan angin dan suhu udara. Fogging dilakukan oleh tim
yang terlatih dari Dinas Kesehatan Propinsi dan Pusat sesudah survei dasar.
Penanggulangan fogging fokus ini dilakukan dengan maksud untuk
mencegah/membatasi penularan penyakit. Cara ini dapat dilakukan untuk
nyamuk dewasa maupun larva. Untuk nyamuk dewasa saat ini dilakukan
dengan cara pengasapan (thermal fogging) atau pengagutan (colg Fogging =
Ultra low volume). Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan
menggunakan cara penyemprotan pada dinding (resisual spraying) karena
nyamuk Ae.aegypti tidak suka hinggap pada dinding, melainkan pada benda-
11
benda yang tergantung seperti kelambu dan pakaian yang tergantung. Untuk
pemakaian di rumah tangga dipergunakan berbagai jenis insektisida yang
disemprotkan yang disemprotkan kedalan kamar atau ruangan misalnya,
golongan organophospat atau pyrethroid synthetic. Adapun syarat-syarat
untuk melakukan fogging, yaitu:
1. Adanya pasien yang meninggal di suatu daerah akibat DBD.
2. Tercatat dua orang yang positif terkena DBD di daerah tersebut.
3. Lebih dari tiga orang di daerah yang sama, mengalami demam.
Plus adanya jentik-jentik nyamuk Aedes Aegypti.
12
1.4 Perumusan Masalah
Perumusan masalah diambil berdasarkan dari latar belakang yang telah
dijelaskan sebelumnya, diantanya:
1. Apa saja yang menjadi penyebab banyaknya kasus DBD di Desa
Surodadi?
2. Bagaimana intervensi yang sesuai dalam mengatasi permasalahan DBD di
Desa Surodadi?
13
14
BAB II
METODOLOGI PENGAMBILAN DATA
Keterangan :
N = Jumlah populasi total 603 KK
n = Jumlah Sampel minimal
15
d = Nilai presisi yang digunakan 0,1
𝛼
𝑍 2 = Angka distribusi normal dengan nilai p = 0,5 adalah 1,96
b) Dusun Barisan
148
Jumlah KK = 148 603 x 83 = 20,37 x 1,5 ≈ 31 KK
e) Dusun Dalangan
117
Jumlah KK = 117 x 83 = 16,10 x 1,5 ≈ 25 KK
603
16
2.2. Survey Mawas Diri (SMD)
Setelah melakukan konsultasi dengan pembimbing maka SMD segera
dilaksanakan. Kegiatan SMD dilaksankan dalam rentang waktu 3 November – 8
November 2014 di Seluruh dusun yang ada di Desa Candimulyo. Sebelumnya kami
melakukan sosialisasi dengan Seluruh kepala dusun dan juga Bapak Wardhono selaku
Kepala Desa Candimulyo mengenai kegiatan SMD. Sosialisasi dilakukan bertepatan
dengan rapat rutin setiap hari senin selesai apel pagi, jadi seluruh kepala dusun hadir
dalam sosialisasi yang kami adakan.
Tanggapan para tokoh masyarakat cukup positif terhadap kegiatan yang akan
kami lakukan. Selanjutnya kami melakukan kegiatan SMD dengan sistem pembagian
perorang dalam kelompok. Dikarenakan ada 5 orang dalam kelompok kami maka 1
orang estimasi melakukabn SMD kepada 25 warga. Dilakukan wawancara terpimpin
untuk membantu warga-warga. Sebelumnya kami mendapat nama-nama KK dalam1
dusun dari bapak kepala dusun. Dengan bantuan software di situs
www.randomizer.org maka kami melakukan pengacakan. Untuk mencari alamat dari
nama nama yang terpilih kami bertanya pada warga sekitar.
Tanggapan para warga cukup positif sehingga SMD berjalan dengan lancar.
Ditengah kesibukan adanya proses bantuan bedah rumah dari daerah, para warga
masih dapat menyempatkan untuk melakukan SMD. Hasil dari SMD sebanyak 127
lembar kuesioner SMD kemudian di coding untuk di analisis menggunakan Software
IBM SPSS 21. Analisis yang dilakukan berupa analisis distribusi data dalam bentuk
frekwensi dan persentase. Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel dan diagram
batang. Hasil yang sudah ada kemudian di sampaikan pada Musyawarah Masyarakat
Desa di Desa Candimulyo.
17
a. MMD Jilid I
Pada MMD Jilid I direncanakan untuk pemaparan hasil dari SMD yang
telah diolah menggunakan Analisis statistik. Dipaparkan 5 besar masalah
yang memiliki persentase terbesar. Pada MMD Jilid I kali ini turut
mengundang Tokoh masyarakat, Kader Posyandu dan Petugas Puskesmas.
Dengan dibantu oleh para dokter muda, dilakukan scoring PAHO secara
bersama-sama untuk menentukan prioritas masalah utama. Setelah
didapatkan masalahnya kemudian dilakukan perancangan PoA (Plan of
Action) yang memandu dalam melakukan Intervensi.
b. MMD Jilid II
MMD Jilid II dilaksanakan setelah dilaksanakannya intervensi yang
direncakan dalam PoA. Pada pertemuan kali ini diagendakan untuk
mengevaluasi hasil intervensi yang dilakukan dan menilai respon warga.
Dilakukan diskusi bersama menganai kelanjutan intervensi serta dalam
forum ini diharapkan dapat menghimpun usulan, kritik dan saran yang
membangun. Selain itu pada MMD jilid II kali ini juga dapat disampaikan
berbagai macam penyuluhan terkait intervensi yang dipilih. Pada
pertemuan kali ini turut mengundang Tokoh masyarakat, warga, Kader
posyandu dan petugas puskesmas.
2.4. Intervensi
Intervensi merupakan tindak lanjut dari permasalahan yang berhasil dijaring
saat melakukan MMD. Intervensi merupakan tindakan nyata baik secara penyuluhan
maupun produk. Dalam kegiatan ini diharapkan memberikan solusi terhadap masalah
yang menjadi prioritas utama. Sebelum dilakukan intervensi maka disusun terlebih
dahulu PoA (Plan of Action). Dalam proses penyusunannya para peneliti akan
berkonsultasi dengan dokter pembimbing agar didapatkan solusi terbaik.
18
BAB III
HASIL
19
3.1.3. Pendidikan Penduduk Desa Candimulyo
NO Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Tidak Sekolah 149
2 Tidak Tamat SD 537
3 SD 467
4 SMP 244
5 SMA 97
6 D1-D3 48
7 Sarjana 81
8 Pondok Pesantren 27
Pendidikan Ayah
Pekerjaan Ayah
20
Total 127 98.4 100.0
Missing System 2 1.6
Total 129 100.0
Pendidikan Ibu
Pekerjaan Ibu
21
Sarana Kesehatan
Tradisional
Mengobati Sendiri
22
Jarak
Transport
Jaminan Kesehatan
23
Dikeluarga responden ada balita/bumil
RS 1 .8 4.2 4.2
24
Jumlah ANC pada kehamilan anak terakhir
25
Kematian bayi
Ya 1 .8 4.8 4.8
Kematian balita
Kematian bumil
26
Pernah lahir BBLR cukup umur (37-41 minggu)
Ya 1 .8 4.5 4.5
Status Imunisasi anak terakhir (Imunisasi dasar sd 1 tahun : BCG, DPT 3 kali, Hep B 3 kali,
Polio 4 kali, campak 1 kali)
27
Anak terakhir mendapat imunisasi Hepatitis B pertama
28
Anak terakhir mendapat imunisasi Polio kedua
29
Anak terakhir mendapat imunisasi DPT kedua
30
Balita BGM
Ya 1 .8 .8 .8
4.5 1 .8 .8 39.5
31
Alat Kontrasepsi yang digunakan responden/pasangan
32
Selalu menggunakan garam beryodium
33
3 bulan terakhir anggota keluarga ada yang sakit TBC
34
3 bulan terakhir anggota keluarga ada yang sakit sesak nafas
35
3 bulan terakhir anggota keluarga ada yang sakit cacar air
36
Jamban keluarga
37
Kualitas air bersih yang digunakan sehari-hari
KM dalam keluarga
Ya 1 .8 .8 .8
Sumber air
38
Kualitas air yang digunakan sehari-hari
KM dalam keluarga
Jenis KM
39
Lantai KM
Pembuangan limbah KM
ke swah 1 .8 .8 11.8
40
Pembuangan air limbah dapur
jendela
Ventilasi rumah
41
Ventilasi dapur
Lantai rumah
42
Ruang tidur
Atap rumah
43
Kandang ternak
Memiliki TOGA
44
Cahaya matahari masuk rumah
Kepadatan hunian
45
Anggota keluarga cuci tangan dengan sabun sebelum makan
46
Anggota keluarga melakukan PSN min 1 kali per minggu
47
Anggota keluarga memiliki TOGA
48
Anggota keluarga cuci tangan pake sabun sehabis BAB
49
Anggota keluarga makan 3 kali sehari
50
Rutin membersihkan rumah/menyapu tiap hari
51
1. IDENTIFIKASI MASALAH
52
2. PRIORITAS MASALAH
MASALAH M S V C TOTAL
Pemberantasan 9 10 8 10 7200
Sarang Nyamuk
53
BAB IV
PLAN OF ACTION (PoA)
54
BAB V
PELAKSANAAN INTERVENSI
55
Masyarakat masih
mengalami kesulitan air Memberikan sosialisasi
terutama pada musim mengenai program
kemarau ikanisasi serta tujuan dan
manfaatnya
Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang 3M, Penyuluhan tentang
sebagai contoh adalah perilaku hidup bersih dan
masyarakat tidak sehat (PHBS)
mengetahui bahwa tempat
penampungan air hujan
yang tidak ditutup atau
pot-pot bunga dapat
menjadi sarang-sarang
nyamuk
Masyarakat masih
mengharapkan bantuan
pemerintah berupa
abatisasi atau fogging
Masih banyaknya
masyarakat yang
beranggapan bahwa
menggunakan alat
pembunuh nyamuk lebih
efektif daripada gerakan
3M
56
2. Tanaman Obat Kurangnya pengetahuan Penyuluhan tentang
Keluarga warga tentang TOGA khasiat dan manfaat
(TOGA) TOGA
Kurangnya pengetahuan
warga tentang khasiat dan Pembagian TOGA gratis
manfaat masing-masing kepada warga
jenis TOGA
Masyarakat berpendapat
lebih mudah membeli
TOGA di warung daripada
menanam sendiri
57
BAB VI
EVALUASI
6.1. Kendala
Dalam pelaksanaan manajemen dan intervensi ini, terdapat beberapa kendala
yang kami hadapi, antara lain kurangnya peran serta masyarakat dalam kegiatan-
kegiatan yang dilakukan, kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan gerakan
3M dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat masih belum memiliki pemahaman
tentang manfaat gerakan ikanisasi dan bahaya penggunaan bahan-bahan kimia dalam
pemberantasan sarang nyamuk serta kurangnya penyebaran informasi dari kader-
kader dan tokoh masyarakat yang hadir dalam penyuluhan dan sosialisasi kepada
masyarakat luas. Adanya kendala-kendala di atas menyebabkan berkurangnya
keefektivan kegiatan manajemen dan intervensi ini.
6.2. Rekomendasi
Atas dasar terdapatnya kendala-kendala yang dialami sewaktu kegiatan
manajemen dan intervensi ini dilakukan, maka kami memberikan beberapa
rekomendasi pemecahan masalah sebagai berikut.
- Diharapkan kepada puskesmas Candimulyo untuk memberikan penyuluhan-
penyuluhan rutin terkait pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) lainnya
- Diharapkan kepada para tokoh masyarakat dan kader agar menyebarkan
informasi yang diterima melalui penyuluhan secara merata serta dapat
menjadi contoh bagi masyarakat sekitar untuk selalu melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat termasuk gerakan 3M dan ikanisasi serta memulai
penanaman TOGA di keluarga masing-masing
58
LAMPIRAN
59
Gambar 3 – Pembagian ikan ke Bak Mandi
60
Gambar 5 – Suasana Musyawarah Masyarakat Desa
61
HASIL ANALISIS SPM PUSKESMAS CANDIMULYO
Target SPM
Oktober Capaian
NO KEGIATAN Indikator kinerja 2014 %
POKOK Dinkes
Kab.Mgl
2010
1 2 4
1 KIA
A.Pelayanan Kesehatan ibu dan bayi
683 83.60
1 Cakupan Kunjungan bumil K1* 98%
615 75.28
2 Cakupan Kunjungan bumil K4 95%
76 46.63
3 Ibu hamil resti yg dideteksi/dirujuk 100%
Ibu hamil resti yg ditangani(Pusk 71 43.56
4 PONED) 90%
0
62
Deteksi dini tumbuh kembang anak 2456 64.04
1 balita dan 95%
0
pra sekolah
Cakupan pemeriksaan kesehatan 0
2 siswa SD & setingkat 100%
oleh tenkes atau terlatih/guru 0
UKS/dokter kecil*
0
(Penjaringan kelas 1)
Cakupan pelayanan kesehatan 0
3 remaja 80%
(Penjaringan kelas 1 0
SLTP,SLTA/Setingkat)
0
4 Pembinaan TK
298 827.78
- Jumlah TK yang dibina* 100%
0
PELAYANAN KELUARGA 0
C BERENCANA
69263 799.80
Jumlah seluruh peserta aktif 80%
0
D PELAYANAN USILA
jml posyandu pra usila dan usila yg 190 1000.00
a. ada* 90%
cakupan pelayanan pra usila dan 5235 45.87
B. Usila 70%
0
63
Cakupan pemberian pmt MP ASI 612 85.24
f. pd bayi BGM dari gakin* 100%
Balita gizi buruk mendapat 82 820.00
g. perawatan 100%
Desa dng cakupan keluarga 190 1000.00
h. bergaram yodium baik** 90%
Cakupan kapsul yodium untuk 0
i WUS di daerah endemis GAKI*** 90%
0
j Kecamatan bebas rawan gizi** 80%
Cakupan bufas mendapat kapsul vit 600 77.12
k A 90%
0
0
3 Pelayanan
0 0.00
a. Institusi yg dibina 80%
Jml Tempat Tempat Umum (TTU) 0 0.00
Kesehatan b. yg diperiksa* 100
Tempat-tempat umum(TTU) yg 0 0.00
Lingkungan c. memenuhi syarat sanitasi 80%
Tmpt Pengolahan Makanan & 0 0.00
d. Penjualan(TP2M) diperiksa* 90%
T2PM yg memenuhi syarat 0 0.00
e. sanitasi* 75%
0 0.00
f. Rumah sehat 70%
Penduduk yg memanfaatkan 0 0.00
g. jamban 75%
0 0.00
g. Rumah yg mempunyai SPAL 70%
0
4 P2M
P2 Malaria( khusus utk Pusk
Salaman 1, Salaman 2, Kajoran 1,
Kajoran 2, Borobudur, 0
a. Srumbung)
- Pengamatan penderita(case 0
detection) :
- Jumlah penderita yg diperiksa 0
sediaan darahnya:
0
- Slide ACD* 5%?
0
- Slide PCD* 2%
-Jumlah slide ACD & PCD positif 0
(dlm wilayah)
0
- API (annual parasite incidence) =
64
API ( ‰)=jml sediaan drh (+)/jml 0
pddk x 1000 <1‰
0
Strata :
HCI(High case incidence) 0
>=5 ‰
MCI(Medium case incidence) 1 - 0
5‰
LCI(Low case incidence) <1 0
‰
0
- Penderita malaria diobati 100%
0
0
b. P2 TB Paru
49 9.61
- Cakupan suspek tb paru* 70%
- Penemuan kasus TB BTA(+) 4 0.78
(Case Detection Rate) 70%
4 11.43
- Angka konversi(convertion rate) * 80%
0
1 25.00
- Angka kesembuhan (cure rate) 85%
0
0
c. P2 ISPA
- Cakupan pnemoni balita yang 4 1.40
ditangani* 100%
0
0
d. P2 Diare
- Jumlah penderita diare semua 524 14.79
umur yg diobati * -
- Balita dgn diare yang 178 8.37
ditangani* 100%
0
0
- CFR/Angka kematian diare
0
0
e. P2 Kusta***
65
- Penderita kusta yg selesai berobat 0
(RFT rate)
0
f. Imunisasi
i. - Jumlah bumil yg mendapat 684 83.31
TT1* 98%
- Jumlah bumil yg mendapat 629 76.61
TT2* 95%
ii.Jumlah bayi yg mendapat 0
imunisasi :
0
Desa UCI 100%
0
636 84.35
- BCG*
725 96.15
- DPT 1*
732 97.08
- DPT 3 *
644 85.41
- Polio 1*
662 87.80
- Polio 4*
633 83.95
- Campak*
550 72.94
- Hepatitis B1 ( 0 - 7 Hr)*
649 86.07
- Hepatitis B1 total*
561 74.40
- Hepatitis B2*
551 73.08
- Hepatitis B3*
0
0
j. P2 DBD***
1 50.00
- Penderita DBD yg ditangani* 100%
0
66
0 0.00
- Incidence rate
0
- CFR
PENYULUHAN KELOMPOK DAN 0
5 PROMKES A UMUM DIDALAM
DAN LUAR GEDUNG 0
PUSKESMAS
0
0 0.00
a Rumah tangga sehat 65
0 0.00
b Bayi yg dapat ASI eksklusif 80
0
0 0.00
c Desa dengan garam beryodium 90
0
0 0.00
d Keluarga kadar gizi 80
0 0.00
e Posyandu purnama 40
0 0.00
f Posyandu mandiri 6
Jml kunj.ke posyandu seluruhnya 0
g (y)*
0
Frekuensi pembinaan ( y / x)*
0 0.00
Jumlah kader terlatih*
0 0.00
Jumlah kader aktif*
PENYULUHAN DAN 0
B. PENCEGAHAN DAN PENANG
GULANGAN PENYALAHGUNAAN 0
NAPZA
0 0.00
a Penyuluhan P3 NAPZA* 100%
0 0.00
b. Penyuluhan HIV/ AIDS * 100%
Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS 0
c untuk masy 30%
Klien yg mendptkan penanganan 0
d. HIV-AIIDS
Kasus infeksi menular seksual yg 0
e. diobati
PERKEMBANGAN SEKOLAH 0
C SEHAT
67
Pembentukan dan pembinaan 0
a. dokter kecil* 20%
0
b PSN di sekolah* 90%
0
JANGKAUAN PENGOBATAN 0
6 PENGOBATAN A RAWAT JALAN
10146 45.11
a Jumlah kasus baru (x) 60%
Frekuensi kunjungan : jml kasus 0
b B+L+KK / B
0
Frek.Kunj.= (x+y+z)/ x
pelayanan pengobatan rawat jalan 22473
c (=a)
0
d Desa iso service 90%
0
0
e jml rawat inap (kasus baru) 1.5%
0
f BOR 60%
0
g LOS 4 hr
deteksi kasus baru dan lama p2ptm 0
h ? 20%
0
(tidak masuk SPM wajib)
83 0.17
Hipertensi
0 0.00
Jantung ischemik
0 0.00
Stroke
0 0.00
Gg mental 5-14 th
0 0.00
Gg mental > 15 th
0 0.00
Kebutaan
36 0.08
Kecelakaan Lalu Lintas
19 0.04
Diabetes Melitus
0 0.00
Neoplasma
0
68
0
B PEMBINAN RB/BP/SWASTA **) 90
0
a pembinaan tehnis yankes batra 50.0%
0
b pembinaan tehnis nakes 4x/th
0
c pembinaan apotik 1x/th
sarkes dng kemampuan gawat 0
d darurat 90.0%
0
JAMINAN PEMELIHARAAN 0
D KESEHATAN **)
0
penduduk yang mengikuti pra bayar
2342 6.42
a pra bayar perorangan 20.0%
8358 76.08
b Pra bayar untuk gakin 100.0%
0
0
E UPAYA KESEHATAN GIGI
32 78.05
a UKGS * 100%
Jml kunjungan gilut di rawat jalan 2114 4.45
b (dlm/luar gedung)* 5.0%
0
F KESEHATAN JIWA
Pelayanan gangguan jiwa di sarkes 78 0.36
umum 15%
0
69