Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PRAKTIK PROFESI DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DEPARTEMEN KOMUNITAS PADA AGREGAT LANSIA


DENGAN FOKUS MASALAH DEFISIT KESEHATAN
KOMUNITAS PADA PENYAKIT CHIKUNGUNYA
DI RT 01 RW 01 DESA KONGAN
KECAMATAN PARE

Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Komunitas

OLEH :
KELOMPOK 1
1. Angga Setiawan (202006102)
2. Dwi Uswatun H (202006106)
3. Moh syamsul Arifin (202006119)
4. Siska zulfa (202006124)
5. Yuli Diah M (202006132)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK PROFESI DAN ASUHAN KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KOMUNITAS PADA AGREGAT LANSIA
DENGAN FOKUS MASALAH DEFISIT KESEHATAN
KOMUNITAS PADA PENYAKIT CHIKUNGUNYA
DI RT 01 RW 01 DESA KONGAN
KECAMATAN PARE

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Komunitas Agregat Lansia


Dengan Fokus Masalah Defisit kesehatan komunitas ini disusun untuk
memenuhi tugas pada Praktik Klinik Keperawatan Komunitas Program Studi
Profesi Ners STIKES Karya Husada Kediri.

Pembimbing Akademik

( Farida Hayati.S.Kep.,M.Kep )
NIDN : 07-0903-7101

Mengetahui dan Menetujui,

Ketua Prodi Profesi Ners


STIKES Karya Husada Kediri

( Farida Hayati.S.Kep.,M.Kep )
NIDN : 07-0903-7101

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara berkembang, dengan angka kematian penyakit

menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena dipengaruhi oleh

faktor lingkungan serta perilaku hidup masyarakat. Terlebih dalam kondisi

sosial ekonomi yang kurang mendukung, tentusaja kejadian kasus penyakit

menular ini memerlukan penanganan yang lebih vital, profesional dan

berkualitas (MDG, keenam). Manusia sangat erat hubungannya dengan

lingkungan, karena lingkungan merupakan daya dukung manusia untuk

kelangsungan hidupnya. Dalam perkembangan ilmu epidemiologi

menggambarkan secara spesifik bahwa lingkungan sejak lama mempengaruhi

terjadinya suatu penyakit atau wabah.

Chikungunya misalnya, penyakit ini dikenal dengan penyakit flu tulang, yang

ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang

vektor penular penyakitnya sama dengan penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD) yang cara penanggulangan telah dikenal oleh masyarakat secara luas.

Penyakit ini ditandai oleh gejala flu, sakit tulang belakang, sakit pada

persendian, arthtritis pada sendi-sendi di tangan dan tungkai. Penderita

mengeluh tidak dapat bangun atau berjalan. Pada penderita ada yang sembuh

dalam beberapa hari, dan ada pula yang sakit sampai berbulan-bulan. Penyakit

Chikungunya tidak menyebabkan


3
kematian, akan tetapi dapat mengganggu aktivitas manusia.

Pada tahun 1960-an virus chikungunya merupakan suatu penyakit yang biasa

menyerang bagian Tenggara Asia. Thaikruea et.al. (1997) melaporkan bahwa virus

Chikungunya pertama-tama didiagnosis di Thailand pada 1960. Sesudah terjadi

ledakan di India, Srilanka, Burma dan Thailand akhirnya menghilang di daerah-daerah

tersebut. Namun, pada tahun 1982-1985 terjadi ledakan-ledakan lokal dan kasus-kasus

sporadik di Burma, Thailand, dan Filiphina (Sembel, 2008).

Data Kementerian Kesehatan RI menyebutkan, sepanjang tahun 2017 terdapat 126 kasus

chikungunya di 4 kota/kabupaten di Indonesia. Dari 126 kasus tersebut, 121 kasus terjadi

di provinsi Sulawesi Tengah, sedangkan 5 sisanya terjadi di Aceh. Hingga saat ini, belum

ada laporan kematian akibat chikungunya. Sejak tahun 2003 di beberapa daerah di Jatim

sering terjadi kasus chikungunya, lonjakan yang terjadi yaitu sebanyak 2.086 penderita

yang tersebar di 72 desa, pada 2007 terdapat 1. 306 penderita yang tersebar di 46 desa,

sedangkan pada 2009 ada 2.013 perderita tersebar di 64 desa dan yang sangat

memprihatinkan pada triwulan I tahun 2010 jumlah kasusnya mencapai 1.990 tersebar di

39 desa.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri dr.Fauzan Adima mengemukakan jumlah

penderita chikungunya pada bulan Juni 2020 ini bahkan tertinggi sejak awal tahun

2020. Jumlah penderita Chikungumnya pada bulan Juni ini sebanyak 128 orang. Paling

banyak ditemukan di Kecamatab Mojoroto sebanyak 88 orang.

Demam Chikungunya banyak dijumpai di daerah tropis dan sering menyebabkan

epidemi dalam interval tertentu (10-20 tahun). Beberapa faktor yang mempengaruhi

munculnya demam Chikungunya antara lain rendahnya status kekebalan kelompok

masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular karena banyak tempat perindukan

4
nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan seperti saat ini (Depkes, 2009).

Di RT 1 RW 1 Kelurahan Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri banyak warga yang

terkena Chikungunya secara bergantian kurang lebih 6 KK. Menurut Oktikasari

(2008), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada beberapa variabel yang

berhubungan dengan KLB chikungunya, yaitu pendidikan (OR=1,9: 1,12-3,23), umur

(OR= 2,1: 1,22- 3,46), dan kepadatan hunian (OR=2,2: 1,25-3,80). Dari hasil analisis

multivariat didapatkan faktor yang paling dominan adalah kepadatan hunian dan

diikuti oleh pendidikan. Probabilitas KLB Chikungunya sebesar 2,1 kali pada subyek

yang huniannya tidak padat dan berpendidikan rendah.

Melihat tingginya angka kejadian penyakit Chikungunya, maka diperlukan upaya

kesehatan masyarakat dalam mencegah terjadinya Chikungunya. Upaya kesehatan

yang dilakukan oleh petugas Puskesmas Ampel 1 berupa upaya promotif dan preventif

yang lebih menitikberatkan pada pemberantasan sarang nyamuk penular, dengan

membasmi jentik nyamuk penular di tempat perindukannya.

5
1.2 RUMUSAN MASALAH

Penyakit Chikungunya tidak menyebabkan kematian, akan tetapi dapat

mengganggu aktivitas manusia. Oleh karena itu diperlukan upaya kesehatan

masyarakat dalam mencegah terjadinya Chikungunya. Agar tidak semakin

bertambah jumlah penyakit tersebut.

Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka kelompok ingin mengetahui

“Bagaimana Asuhan Keperawatan Komunitas Agregat lansia Dengan Fokus

Masalah Mengenai Defisit kesehatan komunitas pada penyakit Chikungunya di

Kelurahan Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri?

1
1.3 TUJUAN

1.3.1 TUJUAN UMUM

Mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan Komunitas Agregat lansia Dengan Fokus Masalah

Mengenai Defisit kesehatan komunitas pada penyakit Chikungunya di Kelurahan Pare

Kecamatan Pare Kabupaten Kediri

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

1.3.2.1 Mengidentifikasi penyebab penyakit Demam Chikungunya

1.3.2.2 Memberikan edukasi mengenai penyakit Demam Chikungunya

1.3.2.3 Memberikan asuhan keperawatan komunitas pada Agregat lansia Dengan Fokus Masalah

Mengenai Defisit kesehatan komunitas pada penyakit Chikungunya di Kelurahan Pare

Kecamatan Pare Kabupaten Kediri

2
1.4 MANFAAT

1.4.1 Bagi Penulis

Dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai

asuhan keperawatan komunitas mengenai Demam Chikungunya

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan

dan peningkatan mutu pendidikan serta dapat digunakan sebagai sumber bacaan

bagi mahasiswa di Stikes Karya Husada Kediri.

1.4.3 Bagi Pelayanan Kesehatan

Dapat menjadi bahan masukan bagi perawat di Rumah Sakit untuk meningkatkan

mutu pelayanan asuhan keperawatan komunitas Pada penyakit demam

Chikungunya

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang disebarkan ke

manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar penyakit adalah nyamuk Aedes aegypti;

juga dapat oleh nyamuk Aedes albopictus. (Sumarmo, 2012)

Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang berarti “yang berubah bentuk atau bungkuk”,

mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat Masa inkubasi

berkisar 1-4 hari, merupakan penyakit yang self-limiting dengan gejala akut yang berlangsung

3- 10 hari. (Sumarmo, 2012)

Nyeri sendi merupakan keluhan utama pasien, yang kadang-kadang berlangsung beberapa

minggu sampai bulan. Meskipun tidak pernah dilaporkan menyebabkan kematian, masyarakat

sempat dicemaskan karena penyebaran penyakit yang mewabah, disertai dengan keluhan sendi

yang mengakibatkan pasien lumpuh. Untuk memahami lebih mendalam, dilakukan review

terhadap penyakit ini.

2.2 Etiologi

Virus chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam family Togaviridae. Strain asia

merupakan genotype yang berbeda dengan yang di afrika. Virus Chikungunya disebut juga

Arbovirus A Chikungunya Type CHIK, CK. Virus Chikungunya masuk keluarga Togaviridae,

genus alphavirus. (Sumarmo, 2012)

Virions mengandung satu molekul single standed RNA. Virus dapat menyerang manusia dan

hewan. Virions dibungkus oleh lipid membrane; plemorfik; spherical; dengan diameter 70 µm.

Pada permukaan envelope didaptkan glycoprotein spikes (terdiri atas 2 virus protein membentuk
4
heterodimer).

Nucleopapsids isometric; dengan diameter 40 µm. Nyamuk Aedes aegypti berukuran kecil

disbanding nyamuk lain: ukuran badan 3-4 mm, berwarna hitam dengan hiasan titik-titik putih

dibadannya; dan pada kakinya warna putih melingkar. Nyamuk dapat hidup berbulan-bulan.
Nyamuk jantan tidak menggigit manusia, ia makan buah. Hanya nyamuk betina yang

menggigit; yang diperlukan untuk membuat telur. Telur nyamuk aedes diletakkan induknya

menyebar; berbeda dengan telur nyamuk lain yang dikeluarkan berkelompok. Nyamuk bertelur

di air bersih. Telur menjadi pupa dalam beberapa minggu.

Nyamuk bila terbang hampir tidak mengeluarkan bunyi; sehingga manusia yang diserang tidak

mengetahui kehadirannya; menyerang dari bawah atau dari belakang; terbang sangat cepat.

Telur nyamuk Aedes dapat bertahan lama dalam kekeringan (dapat lebih dari 1 tahun). Virus

dapat masuk dari nyamuk ke telur; nyamuk dapat bertahan dalam air yang chlorinated.

Nyamuk Aedes aegypti merupakan vector Chikungunya (CHIK) virus (alpha virus). Beberapa

nyamuk resisten terhadap CHIK virus namun sebagian susceptible. Ternyata Susceptbility gene

berada di kromosom 3. Vektor Chikunguya di Asia adalah Aedes aegypti, Aedes albopticus. Di

Afrika adalah Aedes furcifer dan Aedes africanus.

2.3 Patofisiologi

Demam Chikungunya mempunyai masa inkubasi (periode sejak digigit nyamuk pembawa virus

hingga menimbulkan gejala sekitar 2 hingga 4 hari. Pada saat virus masuk ke dalam sel secara

endositosis virus tersebut menuju sitoplasma dan reticulumendoplasma. Di dalam sitoplasma

terjadi proses sisntesis DNA dan sisntsesis RNA virus, sedangkan di dalam reticulum

endoplasma terjadi proses sintesis protein virus. Setetah masa inkubasi tersebut virion matang di

sel endothelial di limfonodi, sumsum tulang, limfa dan sel kuffer, lalu virus tersebut di

keluarkan melewati sel membrane maka virus beredar dalam darah. Demam chikungunya salah

satunya dapat menginfekasi sel hati sehingga sel hati mengalami degenerasi dan dapat

menyebabkan nekrosis pada sel hati tersebut yang akan mempengaruhi metabolisme pada

sel hati yang

mempengaruhi peningkatan bilirubin sehingga seseorang yang mengalami demam ini biasanya
terdapat ikterus. Gejala yang paling menonjol pada kasus ini adalah nyeri pada setiap

5
persendian (poliarthralgia) terutama pada sendi lutut, pergelangan kaki dan tangan, serta sendi-

sendi tulang punggung. Radang sendi yang terjadi menyebabkan sendi susah untuk digerakkan,

bengkak dan berwarna kemerahan. Itulah sebabnya postur tubuh penderita menjadi seperti

membungkuk dengan jari-jari tangan dan kaki menjadi tertekuk. Gejala lain adalah

munculnya bintik-bintik
kemerahan pada sebagian kecil anggota badan, serta bercak-bercak merah gatal di daerah dada

dan perut. Muka penderita bisa menjadi kemerahan dan disertai rasa nyeri pada bagian belakang

bola mata. Meskipun gejala penyakit itu bisa berlangsung 3-10 hari (kemudian sembuh dengan

sendirinya), tetapi tidak dengan nyeri sendinya yang bisa berlangsung berminggu-minggu

bahkan berbulan- bulan.

6
Pathway

Gigitan Nyamuk Ages Masuk K’tubuh Menuju Setelah Masa


Agepti Retikulum Endoplasma Inkubasi Firion
dan Sitoplasma dan Matang di Sel
mengalami inkubasi

Virus dikeluarkan lewat


sel membran
B’redar dalam darah

Kulit Hati Tulang Persendian

Keluar binti-bintik kemerahan dan gatal Nekrosis sel hati Nyeri Pada tulang Persendian

Mempengaruhi metabolism pada sel hati


Resiko kerusakan Integritas kulit
Peradangan

Mempengaruhi peningkatan bilirubun

Mengaktifgkan Sistem kompleman

Resiko gangguan sel hati


Mempengaruhi Pusat
termolegulator
dihipotalamus

Nyri Susah bergerak dan bengkak kemerahan pada sendi

Resiko Infeksi
Hipertermi

Ansietas Hambatan Mobilitas


7
2.4 Manifestasi Penyakit

Masa inkubasi dari demam Chikungunya 2-4 hari. Viremia dijumpai kebanyakan dalam 48 jam

pertama, dan dapat dijumpai sampai 4 hari pada beberapa pasien. Manifestasi penyakit

berlangsung 3-10 hari. Virus ini termasuk self limiting diseases alias hilang dengan sendirinya.

Namun rasa nyeri sendi mungkin masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan. Gejala

demam Chikungunya mirip dengan demam berdarah dengue yaitu demam tinggi, menggigil,

sakit kepala, mual-muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot, serta bintik-bintik merah dikulit

terutama badan dan lengan.

Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat,

renjatan (syock) maupun kematian. Nyeri sendi ini terutama mengenai sendi lutut, pergelangan

kaki serta persendian jari tangan dan kaki.

Gejala utama Chikungunya adalah demam tinggi, sakit kepala, punggung, sendi yang hebat,

mual, muntah, nyeri mata dan timbulnya rash/ruam kulit. Ruam kulit berlangsung 2-3 hari,

demam berlangsung 2-5 hari dan akan sembuh dalam waktu 1 minggu sejak pasien jatuh sakit.

Sakit sendi (arthralgia atau arthritis; sendi tangan dan kaki) sering menjadi keluhan utama

pasien.

Keluhan sakit sendi kadang-kadang masih terasa dalam 1 bulan setelah demam hilang. Penyakit

ini merupakan penyakit yang bersifat self limiting (sembuh dengan sendirinya) dan tidak

brakibat kematian. Peranh dilaporkan terjadi kerusakan sendi yang dikaitkan dengan infeksi

Chikungunya.

2.4 Epidemiologi

Sejarah Penyakit yang pertama kali ditemukan di Afrika Barat ini berlaku pada tahun 1952

hingga 1953. Sejurus kemudian, epidemik berlaku di Filiphina(1954, 1956, dan 1968) Thailand,

Kamboja, Vietnam, India, Myanmar, Sri Lanka, dan mulai ditemukan di Indonesia pada tahun

1973.
8
Namun sekarang telah tersebar luas di Afrika daerah sebelah selatan Sahara, Asia Se latan, dan

Asia Tenggara. Demam Chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda,

kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta, selanjutanya

berkembang ke wilayah-wilayah lain. Jumlah kasus chikungunya tahun 2001 sampai bulan

Februari 2003 mencapai 9318 tanpa kematian.


Sejak tahun 2003, terdapat beberapa wabah yang berlaku di kepulauan Pasifik termasuk

Madagaskar, Comoros, Mauritius dan La Reunion, dengan jumlah meningkat terlihat selepas

bencana tsunami pada Desember 2004.

Penularanya Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit oleh

nyamuk penular , kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain.

Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis (berlaku

dengan kerap di suatu kawasan atau populasi dan senantiasa ada). Selain manusia, primata

lainnya diduga dapat menjadi sumber penularan. Selain itu, pada uji hemaglutinasi inhibisi,

mamalia, tikus, kelelawar, dan burung juga bisa mengandung antibodi terhadap virus

Chikungunya.

Seseorang yang telah dijangkiti penyakit ini tidak dapat menularkan penyakitnya itu kepada

orang lain secara langsung. Proses penularan hanya berlaku pada nyamuk pembawa. Masa

inkubasi dari demam Chikungunya berlaku di antara satu hingga tujuh hari, biasanya berlaku

dalam waktu dua hingga empat hari. Manifestasi penyakit berlangsung tiga sampai sepuluh hari.

2.5 Tanda dan Gejala

Gejala penyakit ini sangat mirip dengan demam berdarah. Hanya saja kalau Chikungunya akan

membuat semua persendian terasa ngilu.

1. Demam : Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai menggigil dan muka kemerahan.

Demam penyakit ini ditandai dengan demam tinggi mencapai 39-40 derajat C

2. Sakit persendian : Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul

demam dan dapat bermanifestasi berat, sehingga kadang penderita “merasa lumpuh”

sebelum berobat. Sendi yang sering sering dikeluhkan: sendi lutut, pergelangan, jari kaki

dan tangan serta tulang belakang.

3. Nyeri otot : Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu. Kadang
9
terjadi pembengkakan pada otot sekitar mata kaki.

4. Bercak kemerahan (ruam) pada kulit Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam,

tetapi lebih sering pada hari ke 4-5 demam. Lokasi biasanya di daerah muka, badan, tangan,

dan kaki, terutama badan dan lengan. Kadang ditemukan perdarahan pada gusi.
5. Sakit kepala Sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui, conjungtival injection

dan sedikit fotophobia.

6. Kejang dan penurunan kesadaran Kejamg biasanya pada anak karena panas yang terlalu

tinggi, jadi bukan secara langsung oleh penyakitnya.

7. Gejala lain Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di

bagian leher dan kolaps pembuluh darah kapiler.

Gejala yang timbul pada anak-anak sangat berbeda seperti nyeri sendi tidak terlalu nyata dan

berlangsung singkat. Ruam juga lebih jarang terjadi. Tetapi pada bayi dan anak kecil timbul:

1. Kemerahan pada wajah dan munculnya ruam kemerahan dalam bentuk papel-papel

(maculopapular) atau erupsi seperti biduran (urtikaria).

2. Rasa linu di persendian tangan dan kaki serta pergelangan lutut.

3. Demam tinggi disertai muntah-muntah, menggigil, sakit kepala, sakit perut, serta bintik

merah pada kulit seperti penderita demam berdarah.

4. Mimisan bisa terjadi pada pasien anak-anak.

5. Pada umumnya pada anak hanya berlangsung selama 3 hari.

Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat,

renjatan (shock) maupun kematian. Pada virus DBD akan ada produksi racun yang menyerang

pembuluh darah dan menyebabkan kematian. Sedangkan pada virus penyebab chikungunya

akan memproduksi virus yang menyerang tulang.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

a) Isolasi Virus (paling akurat)


1
1. 2-5 ml darah dalam minggu I perjalanan penyakit

2. Virus CHIK (efek sitopatik) dikonfirmasi dengan antiserum CHIK spesifik

3. Hasil didapat dalam 1-2 minggu

b) Pemeriksaan Serologi
1. 10-15 ml darah pada fase akut (segera setelah onset klinik terjadi) dan padafase

penyembuhan (10-14 hari) setelah sampel I diambil.

2. Pemeriksaan IgM dilanjutkan MAC-ELISA, hasil dalam 2-3 hari

3. Reaksi silang sering terjadi, konversi dengan uji neutralisasi dan HIA

2.7 Pengobatan

Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Pengobatan terhadap penderita

ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul. Perjalanan penyakit ini umumnya cukup

baik, karena bersifat “self limited disease”, yaitu akan sembuh sendiri dalam waktu tertentu.

Tetapi apabila kecurigaan penyakit adalah termasuk campak atau demam berdarah dengue,

maka perlu kesiapsiagaan tatalaksana yang berbeda, penderita perlu segera dirujuk apabila

terdapat tanda- tanda bahaya.

Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama

protein dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta minum air putih sebanyak mungkin untuk

menghilangkan gejala demam. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar (sebaiknya minum

jus buah segar). Vitamin peningkat daya tahan tubuh juga bermanfaat untuk untuk menghadapi

penyakit ini, karena daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa membuat rasa ngilu

pada persendian cepat hilang.

Belum ditemukan imunisasi yang berguna sebagai tindakan preventif. Namun pada penderita

yang telah terinfeksi timbul imunitas / kekebalan terhadap penyakit ini dalam jangka panjang.

Pengobatan yang diberikan umumnya untuk menghilangkan atau meringankan gejala klinis

yang ada saja (symptomatic therapy), seperti pemberian obat panas, obat mual/muntah, maupun

analgetik untuk menghilangkan nyeri sendi.

Contoh: Penurunan panas atau penghilang nyeri adalah obat non steroid anti inflamasi (NSAI),
1
pilih salah satu contoh dibawah ini:

1) Arasetamol, antalgin

2) Natrium diklofenat

3) Piroxicam atau ibuprofen.


2.8 Pencegahan

Pencegahan ditujukan untuk mengendalikan nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk. Pada

saat ini belum ada vaksin di pasaran untuk mencegah Chikungunya. Tindakan pencegahan

Chikungunya di daerah dimana terdapat nyamuk Aedes aegypti adalah menghilangkan tempat

dimana nyamuk dapat meletakkan telurnya, terutama pada tempat penyimpanan air buatan,

misalnya bak mandi, kolam ikan, ban mobil atau kaleng kosong. Tempat penyimpanan air hujan

atau penyimpanan air (kontainer plastik, drum) hendaknya tertutup rapat. Ban mobil bekas,

kaleng kosong sebaiknya dimusnahkan. Tempat minum hewan peliharaan/burung dan vas

bunga hendaknya dikosongkan atau diganti setidaknya seminggu sekali.

Semua upaya tersebut diharapkan dapat membasmi telur nyamuk dan mengurangi jumlah

nyamuk di daerah tersebut. Pada wisatawan atau juga penduduk di daerah terjangkit

Chikungunya, resiko digigit nyamuk akan berkurang dengan pemasangan air conditioning atau

memasang kasa pada jendela atau pintu. Memakai repelen yang mengandung 20-30% DEET

pada kulit tubuh yang terbuka atau pakaian akan mengurangi kemungkinan tergigit nyamuk.

Pencegahan Chikungunya ditekankan pada usaha terus-menerus, berkesinambungan,

community based, integrated mosquito control, tidak boleh terlalu mengandalkan insektisida

baik untuk jentik nyamuk maupun nyamuk dewasa (chemical larvicide atau adulticide).

Pencegahan wabah penyakit memerlukan peran serta masyarakat yang terkoordinasi dalam

usaha meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit Chikungunya, serta bagaimana mengenali

penyakit dan bagaimana mengendalikan nyamuk yang dapat menularkan/menyebarkan

penyakit. Cara sederhana yang sering dilakukan masyarakat misalnya: Menguras bak mandi,

paling tidak seminggu sekali. Mengingat nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai

dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.

a. Menutup tempat penyimpanan air


1
b. Mengubur sampah

c. Menaburkan larvasida.

d. Memelihara ikan pemakan jentik

e. Pengasapan

f. Pemakaian anti nyamuk


g. Pemasangan kawat kasa di rumah.

Jadi kita semua sebagai calon tenaga kesehatan harus bisa memberikan penyuluhan ke

masyarakat tentang pentingnya Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) untuk menghindari

gigitan nyamuk penyebab Chikungunya. Selain itu, nyamuk juga menyenangi tempat yang

gelap, lembab, dan pengap. Pintu dan jendela rumah dibuka setiap hari mulai dari pagi hingga

sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan

pencahayaan yang sehat.

Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation,

sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. Malation dipakai dengan cara

pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini dikarenakan nyamuk Aedes

aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung.

2.2 Konsep Keperawatan Komunitas

2.2.1 Definisi Komunitas

Menurut WHO dalam Harnilawati (2013) komunitas sebagai suatu kelompok sosial yang di

tentutkan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta ada

rasa saling mengenal dan interaksi antara anggota masyarakat yang satu dan yang lainnya.

Menurut Spradley dalam Harnilawati (2013) komunitas sebagai sekumpulan orang yang

saling bertukar pengalaman penting dalam hidupnya.

Menurut Sumijatun dkk (2006) dalam Harnilawati (2013) komunitas (community) adalah

sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest)

yang merupakan kelompok khusus dengan batas- batas geografi yang jelas, dengan norma

dan nilai yang telah melembaga.

Harnilawati (2013) menjelaskan bahwa keperawatan komunitas mencakup perawatan


1
kesehatan keluarga (nurse health family) juga kesehatan dan kesejahteraan masya rakat luas,

membantu masyarakat mengindentifikasi masalah kesehatan tersebut sesuai dengan

kemampuan yang ada pada mereka. Praktik Keperawatan komunitas merupakan sintesi teori

keperawatan dan teori kesehatan masyarakat untuk promosi, pemeliharaan dan perawatan

kesehatan populasi melalui pemberian pelayanan keperawatan pada individu, keluarga dan
kelompok yag mempunyai pengaruh terhadapat kesehatan komunitas (Stanhope dan

Lancaster, 2010).

Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktek melakukan promosi kesehatan dan

melindungi kesehatan masyarakat dengan menggunakan pendekatan ilmu keperawatan, ilmu

sosial dan ilmu kesehatan masyarakat yang berfokus pada tindakan promotif dan

pencegahan penyakit yang sehat (Anderson & McFarlane, 2011).

2.2.2 Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas

Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan

(kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan

kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan

masyarakatnya (resosialisasi).

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya

preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan

resosialitatif. Pelayanan keperawatan keluarga adalah bagian dari keperawatan kesehatan

komunitas. Pelayanan keperawatan keluarga mencakup Upaya Kesehatan Perorangan

(UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang diberikan kepada klien sepanjang

rentang kehidupan dan sesui tahap perkembangan keluarga. Ruang lingkup pelayanan

keperawatan komunitas meliputi:

1. Upaya Promotif

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:

1) Penyuluhan kesehatan masyarakat

2) Manajemen nutrisi
1
3) Pemeliharaan kesehatan perseorangan dan kelompok

4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan

5) Olahraga secara teraturRekreasi

6) Pendidikan sex

7) Pendidikan kesehatan pemanfaatan tanaman obat keluarga (TOGA)


2. Upaya preventif

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan

terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat. Perawat melakukan tindakan pencegahan spesifik pada anggota

keluarga agar bebas dari penyakit atau cedera melalui kegiatan:

1) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui

2) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil

3) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas

maupun kunjungan rumah

4) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun

di rumah.

5) Pencegahan merokok

6) Olah raga dan program kebugaran fisik

7) screening dan follow up berbagai kasus seperti hipertensi; pencegahan

komplikasi penyakit diabetes melitus dan screening osteoporosis.

3. Upaya Kuratif

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota

keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah

kesehatan, melalui kegiatan:

1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan

rumah sakit

3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
1
4) Perawatan payudara

5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir

6) Pembimbingan terhadap keluarga (coaching) untuk mengatasi masalah

kesehatan akibat perilaku yang tidak sehat


7) Melakukan tindakan keperawatan dasara seperti: batuk efektif, inhalasi

sederhana, tehnik relaksasi, stimulasi kognitif, latihan rentang gerak (ROM),

perawatan luka, dll.

8) Terapi komplementer antara lain: pijat bayi, herbal terapi, meditasi,

dll.

4. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-

penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu

yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan

lainnya., dilakukan melalui kegiatan:

1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita

kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan

2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,

misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi

manual yang mungkin dilakukan oleh perawat

5. Upaya Resosialitatif

Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan

kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-

kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit,

misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti

Wanita Tuna Susila (WTS) atau pekerja seks komersial (PSK), tuna wisma dan

lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat

menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan

menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini

tentunya
1
membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yan g jelas

dan dapat dimengerti.


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas Model Community as Partner Asuhan

keperawatan komunitas merupakan suatu metode atau proses yang bersifat

alamiah, sistematis, dinamis, kontinu dan berkesinambungan dalam rangka

memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga, serta kelompok atau

masyarakat melalui langkah-langkah : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi keperawatan. Dalam penerapan proses keperawatan (nursing process),

terjadi proses alih peran dari tenaga kesehatan kepada klien (sasaran) secara

bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran dalam

menyelesaikan masalah kesehatannya (Herawati & Neny FS, 2012).

1. Pengkajian

Pengkajian komunitas (community assessment) adalah proses pengumpulan

data yang berhubungan dengan status kesehatan komunitas dan merupakan

sumber data untuk perumusan diagnosa keperawatan. Pengkajian komunitas

merupakan suatu upaya untuk dapat mengenal masyarakat. Tujuan keperawatan

dalam mengkaji komunitas adalah mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif

maupun negatif) yang mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat

mengembangkan srtategi promosi kesehatan (Herawati & Neny FS, 2012).

Pada model ini terdapat 8 komponen yang harus dikaji, ditambahkan dengan

data inti dari masyarakat itu sendiri (community core).

2. Data Inti (Community Core)

a. Riwayat Atau Sejarah Perkembangan Komunitas

Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di komunitas dan

studi dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan termasuk data umum


1
mengenai lokasi daerah binaan (yang dijadikan praktek keperawatan komunitas),

luas wilayah, iklim, tipe komunitas (masyarakat rural atau urban), keadaan

demografi, struktur politik, distribusi kekuatan komunitas dan pola perubahan

komunitas.

b. Data Demografi
Kajian jumlah komunikasi berdasarkan: umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan,

ras, tipe keluarga, status perkawinan.

1. Vital Statistik

Jabarkan atau uraikan data tentang: angka kelahiran, angka kematian, angka

kesakitan. Sumber informasi data dapat diperoleh dari dinas kesehatan dan

puskesmas

2. Distribusi Ras/Etnis

Identitas berbagai suku dan etnis yang dijumpai di komunitas. Sumber

informasi data dapat diperoleh dari catatan pemerintah.

3. Sistem Nilai/Value

Identifikasi nilai dan keyakinan dalam masyarakat. Apakah terdapat rumah

ibadah? Apakah terlihat homogeny? Sumber informasi data dapat diperoleh

dari kontak personal serta observasi.

4. Delapan Subsistem Yang Mempengauhi Komunitas

1) Lingkup Fisik

Perumahan yang dihuni oleh penduduk, bagaimana penerangannya,

sirkulasi dan kepadatan penduduk.

2) Pendidikan

Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan

untuk meningkatkan pengetahuan. Status pendidikan

(lama sekolah, jenis sekolah, bahasa), fasilitas pendidikan

(SD, SMP, dll) baik di dalam maupun di luar komunitas

3) Keamanan dan Transportasi


1
Bagaimana keselamatan dan keamanan di lingkungan

tempat tinggal, apakah tidak menimbulkan stress,

tranportasi apa yg tersedia di komunitas.

4) Politik dan Kebijakan Pemerintah Terkait Dengan Kesehatan


Apakah cukup menunjang sehingga memudahkan

komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang

termasuk kesehatan, jenjang pemerintahan, kebijakan

depkes.

5) Pelayanan Kesehatan Yang Tersedia

Untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau

memantau apabila gangguan sudah terjadi.

6) Sistem Komunikasi

Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di

komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan

terkait dengan gangguan penyakit. Misalnya televisi,

radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada

komunitas.

7) Sistem Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan

apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional),

dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan

kesehatan yang ditujukan pada anjuran dapat

dilaksanakan, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis

makanan sesuai status ekonomi tersebut.

8) Rekreasi

Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah

biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini

hendaknya dapat digunakan komunitas untuk

memban1tu mengurangi stressor.

5. Status Kesehatan Komunitas


Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari

biostatistik dan vital statistic, antara lain angka

mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta

cakupan imunisasi.

2.2.3 Diagnosa Keperawatan Komunitas Yang Mungkin Muncul


1. Defisit kesehatan komunitas berhubungan dengan hambatan akses
ke pemberi pelayanan kesehatan
2. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan kurang
terpapar informasi, kompleksitas program perawatan/pengobatan
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan kurang
terapapar informasi
2.2.4 Intervensi Keperawatan

Tujuan
No Masalah keperawatan Tujuan khusus SLKI SIKI
umum
1. D.0110 Setelah Setelah Setelah Edukasi kesehatan
Defisit kesehatan dilakukan dilakukan dilakukan 3 (I.12383)
komunitas berhubungan kunjungan dan 3 kali kali kunjungan
dengan hambatan akses edukasi kunjungan dan dan 1. Identifikasi
ke pemberi pelayanan mengenai edukasi tindakan kesiapan dan
kesehatan masalah, mengenai keperawatan, kemampuan
status masalah, agregat status kesehatan menerima
kesehatan dapat : komunitas informasi
komunitas 1. Menerima meningkat 2. Sediakan
meningkat informasi dengan kriteria materi dan
dengan hasil (L.12109) media
baik : pendidikan
2.Menunjukan 1. Ketersediaan kesehatan
penerimaa program 3. Jelaskan faktor
n promosi resiko yang
mengenai kesehatan dapat
masalah meningkat mempengaruhi
3. Mencapai 2. Ketersediaan kesehatan
pengenda program 4. Ajarkan
lian yang proteksi perilaku hidup
optimal kesehatan bersih dan
mengenai meningkat sehat
masalah 3. Kepatuhan 5. Ajarkan strategi
terhadap yang dapat
standar digunakan
kesehatan untuk
lingkungan meningkatkan
meningkat perilaku hidup
4. Prevalensi bersih dan sehat
penyakit
menurun

2. D.0116 Setelah Setelah Setelah Edukasi kesehatan


Manajemen kesehatan dilakukan dilakukan dilakukan 3 (I.12383)
tidak efektif kunjungan dan 3 kali kali kunjungan
berhubungan dengan edukasi kunjungan dan dan 1. Identifikasi
kurang terpapar informasi, mengenai edukasi tindakan kesiapan dan
kompleksitas program masalah, mengenai keperawatan, kemampuan
perawatan/pengobatan manajemen masalah, agregat manajemen menerima
kesehatan dapat : kesehatan informasi
agregat 1. Menerima meningkat 2. Sediakan
meningkat informasi dengan kriteria materi dan
dengan hasil (L.12104) : media
baik 1. Melakukan pendidikan
2.Menunjukan Tindakan kesehatan
penerimaan untuk 3. Jelaskan faktor
mengenai mengurangi resiko yang
masalah faktor risiko dapat
3. Mencapai meningkat mempengaruhi
pengendal 2. Menerapkan kesehatan
ian yang program 4. Ajarkan
optimal perawatan perilaku hidup
mengenai meningkat bersih dan
masalah 3. Aktivitas sehat
hidup sehari- 5. Ajarkan strategi
hari efektif yang dapat
memenuhi digunakan
tujuan untuk
kesehatan meningkatkan
meningkat perilaku hidup
bersih dan
sehat
3. D.0099 Setelah Setelah Setelah Konseling I.10334
Perilaku kesehatan dilakukan dilakukan dilakukan 3 Observasi :
Cenderung beresiko kunjungan dan 3 kali kali kunjungan 1. 1. Identifikasi
berhubungan dengan edukasi kunjungan dan dan kemampuan
kurang terapapar mengenai edukasi tindakan 2. Identifikasi
informasi masalah, mengenai keperawatan, perilaku agregat
perilaku masalah, agregat perilaku Terapeutik :
cenderung dapat : kesehatan 1. Bina hubungan
beresiko 1. Menerima agregat terapeutik
agregat informasi atau sasaran 2. Berikan empati
menurun dengan membaik dan kejujuran
baik kriteria hasil 3. Tetapkan tujuan
2.Menunjukan (L.12107) : dan lama waktu
penerimaan 1. 1.Penerimaan konseling
mengenai terhadap 4. Fasilitasi
masalah informasi mengidentifikasi
3. Mencapai meningkat masalah
pengendal 2. Kemampuan Edukasi :
ian yang melakukan 1. Anjurkan
optimal tindakan membuat daftar
mengenai mengenai alternatif
masalah masalah penyelesaian atau
meningkat keputusan
2. Pencapaian 2. Anjurkan
pengendalian mengganti
kesehatan kebiasaan
meningkat maladaptif
menjadi adaptif
3. Anjurkan
menunda
keputusan saat
stress.
Penapisan Prioritas Masalah

Konsep Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan

(Anderson & Mcfarlene dalam Nurhayati, 2011), yaitu:

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau disfungsi da 2n

diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya, mencakup pada kegiatan

kesehatan secara umum dan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit.

Misalnya, kegiatan penyuluhan gizi, imunisasi, stimulasi dan bimbingan dini

dalam kesehatan keluarga.


b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya

perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya masalah

kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan

inervensi yang tepat untuk menghambat proses penyakit atau kelainan

sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan. Misalnya

mengkaji dan memberi intervensi segera terhadap tumbuh kembang anak usia

bayi sampai balita.

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada pengembalian individu

pada tingkat fungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga. Pencegahan ini

dimulai ketika terjadinya kecacatan atau ketidakmampuan yang menetap bertujuan

untuk mengembalikan ke fungsi semula dan menghambat proses penyakit.

Konsep Evaluasi Keperawatan

Evaluasi perbandingan antara status kesehatan agregat dengan hasil yang diharapkan.

Evaluasi terdiri dari tiga yaitu evaluasi struktur, evaluasi proses dan evaluasi hasil. Tugas

evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai dengan kriteria evaluasi,

menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam memberikan asuhan

keperawatan. Fokus evaluasi dalam keperawatan komunitas antara lain (Wahyudi Ahyar,

2010):

1. Relevansi antara kenyataan dengan target

2. Perkembangan atau kemajuan dari proses

3. Kesesuaian dengan intervensi yang telah disusun

4. Efisiensi dari materi atau biaya yang diperlukan 2

5. Efisiensi sumber daya atau pelaku pelaksana mengenai hasil apa yang sudah tercapai
dampak yang terjadi setelah dilakukan intervensi
BAB 3

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


KASUS KELOLAAN KELOMPOK

3.1 Pengkajian
Pengkajian berdasarkan data penduduk dari keseluruhan 5 Wilayah Mahasiswa STIKES Karya Husada
Pare Kediri dengan total 15 KK dari masing-masing anggota kelompok mengambil sampel 3 KK
diwilayah masing-masing.
Tabel 3.1 Rekapitulasi distribusi frekuensi jenis kelamin, usia, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, adakah
yang sakit sekarang, penyakit yang diderita saat ini, adakah yang sakit 1 tahun terakhir, penyakit 1 tahun
terakhir setiap individu dari total 15 KK dengan total 47 orang.

Karakteristik Frekuensi %

1. Jenis Kelamin

Laki-laki 26 55,3

Perempuan 21 44,6

2. Usia

7-14 Tahun 5 9,8

15- 25tahun 6 12.2

26-45 Tahun 10 20,4

46-65 Tahun 8 20,4

>65 tahun 18 36,7

3. Agama

47 100

Islam

Kristen

Hindu / Budha

4. Suku

Jawa 47 100

Non Jawa

5. Pendidikan
2
SD 16 34,04

SMP 14 29,8

SMA 10 21,3

PT 7 14,9

6. Pekerjaan

TNI/POLRI
Wiraswasta / Swasta 16 34,04

Petani / Buruh 13 27,6

Tidak Bekerja 16 34,04

7. Sakit 1 Tahun Terakhir

Ada 15 31,9

Tidak 32 68,0

8. Penyakit 1 Tahun Terakhir

Gastritis 1 2,12

Hipotensi

Hipertensi 8 17,02

TB Paru 1 2,12

Demam Chikungunya 5 10,64

ISPA 3 6,38

Penyakit Jantung

Anemia

Hemorrhoid

Vertigo 2 4,26

Tidak Ada Riwayat Penyakit 7 14,89

Diare 3 6,39

Flu 4 8,52

Demam 5 10,64

Atritis Gout 5 10,64

Diabetes Melitus 2 4,26

Stroke 1 2,12

9. Adakah Yang Sakit Sekarang

Ada 16 34,04
2
Tidak 31 65,95

10. Penyakit Yang Diderita Saat


ini

Gastritis 1 2,12

Hipotensi
Hipertensi 5 10,64

Kolesterolemia

ISPA 1 2,12

Penyakit Jantung

Cikunguna 5 10,64

Katarak

Vertigo

Tidak Ada Keluhan 31 65,96

Flu

Reumatik 2 4,26

Demam

Atritis Gout

Diabetes Melitus 2 4,26

Stroke 2 4,26

Total Responden 47 100

Tabel 3.2 Rekapitulasi distribusi frekuensi pengkajian keperawatan komunitas dari 15 KK.

Karakteristik Frekuensi %

1. Tipe Keluarga

Nuclear Family 10 66,67

Extended Family 5 33,34

2. Cara Penyajian Makanan

Terbuka

Kadang Tertutup
2
Tertutup 15 100

3. Kebiasaan Kelola Air Minum

Dimasak 15 100

Lainnya (Beli air kemasan / Aqua


Galon)
4. Kebiasaan Kelola Makanan

15 100

Dipotong Lalu Dicuci

Dicuci Lalu Dipotong

5. Kebiasaan Tidur Dalam


Keluarga

Malam 8 53,34

Siang Malam 7 46,67

6. Keluarga Senang Olahraga

Ya 6 40

Tidak 9 60

7. Anggota Mengikuti Olahraga

Ya 6 40

Tidak 9 60

8. Sarana Ekonomi

Pasar 10 66,67

KUD 5 33,34

BANK

9. Penghasilan Rata-rata/Bulan

500-1 Juta 10 66,67

>1 Juta 5 33,34

10. Kepunyaan Tabungan

Ya 10 66,67

11. JKN

ASKES 2 13,34
2
SKTM

Tidak Ada Fasilitas 5 33,33

Lainnya (BPJS) 8 53,33

12. Penghasilan Mencukupi


Kebutuhan
Ya 15 100

13. Kelola Keuangan

Suami 5 33,34

Istri 10 66,67

14. Hub. Antara Keluarga

Dekat 15 100

15. Apakah Terlihat Aktif

Ya 15 100

16. Ikut Sertaan Diluar Pendidkan


Formal

Tidak 15 100

17. Adakah Tidak Bisa Membaca

Tidak 15 100

18. Ketrampilan Khusus

Tidak 15 100

19. Pandangan Terhadap


Pendidikan

Positif 15 100

20. Pola Komunikasi

Terbuka 15 100

21. Bahasa Yang Dipakai

Daerah 15 100

Indonesia

22. Mekanisme Penanggulangan


Masalah

Bersama 15 100 2

Minta Bantuan

23. Respon Terhadap Masalah

Bantu Cari Jalan Keluar 15 100

24. Ketaatan Ibadah


Ya 15 100

25. Jenis Rumah

Petak 15 100

26. Jenis Bangunan

Permanen 15 100

27. Luas Pekarangan

<10m2 6 40

>10m2 9 60

28. Luas bangunan

<50 m2

> 50 m2 15 100

29. Status rumah

Milik Sendiri 15 100

30. Atap Rumah

Seng

Genteng 15 100

Lainnya (Asbes)

31. Adanya Jendela

Ya 15 100

32. Jendela Dibuka

Ya 15 100

33. Luas Jendela

<20% 7 46,67

>20% 8 53,34

34. Penerangan

3
Listrik 15 100

35. Lantai

Plester 9 60

Ubin 6 40

36. Vector
Lalat 3 20

Nyamuk 10 66,67

Kecoa

Anjing

Burung 1 6,67

Kucing 1 6,67

37. Kebersihan di Dalam Rumah

Bersih 11 73,34

Cukup Bersih 4 26,67

38. Kebersihan Halaman

Bersih 15 100

39. Kepunyaan Sumber Air

Ya 15 100

40. Jenis Sumber Air

Sumur Gali

Mata Air

Ledeng

Sumur Pompa

Sumur Bor 12 80

Lainnya (PDAM) 3 20

41. Sumber Air Minum

Ya 15 100

Tidak (Beli Aqua/Air Kemasan


Galon)

42. Penyimpanan Air

Tertutup 15 100
3
43. Pengurasan

<3 hari 6 40

>3 hari 9 60

44. Penggunaan Air Minum


Dimasak 15 100

45. Kualitas Air Minum

Tidak berbau, tidak berasa,

tidak berwarna 15 100

46. Punya Saluran Limbah

Ya 10 66,67

Tidak 5 33,34

47. Jenisnya

Got 3 20

Selokan 6 40

Bak Penampungan 3 20

Dibiarkan 3 20

48. Kondisinya

Tertutup Lancar 5 33,34

Tertutup Tergenang 4 26,67

Terbuka Lancar 6 40

49. Cara Pengelolaan Sampah

Dibakar 7 46,67

Ditimbun 8 53,34

50. Keadaan Pengelolaan Sampah

Terpelihara 15 100

Tidak Terpelihara

51. Kepemilikan Kandang

Ada 6 40

Tidak Punya 9 60

52. Letak Kandang 3

Diluar Rumah 6 40

Nempel dengan rumah 9 60

53. Pemanfaatan Kotoran

Ditampung 7 46,67
Ditimbun 8 53,34

54. Kepunyaan Tempat Tinja

Ya 15 100

55. Tempat

Septic Tank 15 100

56. Dimana BAB

Jamban Angsatrine

Septic Tank 15 100

57. Kondisi Jamban

Terpelihara 15 100

58. Jarak Pembuangan

>10 m 9 60

<10 m 6 40

59. Sumber Informasi

TV 8 53,34

Koran 2 13,34

Edaran

Radio 2 13,34

Penyuluhan 3 20

Papan Pengumuman

60. Sarana Transportasi

Bus

Angkutan Umum

Becak

Kendaraan Sendiri 15 100

61. Transportasi Ke sarana


3
Pelayanan

Naik Sepeda 3 20

Naik Mobil

Naik Sepeda Motor 12 80


Angkutan Umum

62. Cara Mengatasinya

Berobat Ke Puskesmas 4 26,66

Rumah Sakit 2 13,34

Dokter Umum 1 6,66

Dokter Spesialis 2 13,34

Perawat/Bidan 1 6,66

Diobati Sendiri 5 33,34

63. Resiko Tinggi Pada Keluarga

Tidak ada 3 20

64. Pembinaan Dari Nakes

Ya 15 100

Tidak

65. Tanggapan

Baik 3 20

66. Perlu Pengarahan

Tidak

Ya, Individu 15 100

Ya, Kelompok

67. Keikut sertaan Kader

Tidak 10 66,67

Ya 5 33,34

68. Dukun Beranak

Tidak 15 100

69. Keluarga Meninggal Dunia 1


Tahun Terakhir 3
Tidak 15 100

Total 15 100

Tabel 3.2 Rekapitulasi distribusi frekuensi pengkajian lansia


Tabel 3.3.1 Rekapitulasi distribusi frekuensi lansia
Karakteristik Frekuensi %
Adakah lansia
Ya 18 100
tidak 0 0
Total lansia 18 100
Berdasarkan Tabel 3.3.1 Rekapitulasi distribusi frekuensi lansia total lansia 18 (100%) Tabel 3.3.2

Rekapitulasi distribusi frekuensi usia lansia


Karakteristik Frekuensi %
65-70 18 100
Total lansia 18 100
Berdasarkan data Tabel 3.3.2 Rekapitulasi distribusi frekuensi usia lansia semua
berumur 65-70 tahun dengan total lansia 18 (100%).

Tabel 3.3.3 Rekapitulasi distribusi frekuensi lansia yang menderita penyakit


Karakteristik Frekuensi %
Ya 10 55.55
Tidak 8 44.45
Total lansia 18 100
Berdasarkan Tabel 3.3.3 Rekapitulasi distribusi frekuensi lansia yang menderita
penyakit mayoritas 10 (55,55%) mengalami sakit, dengan total lansia 18 (100%)

Tabel 3.3.4 Rekapitulasi distribusi jenis penyakit yang diderita lansia


Karakteristik Frekuensi %
DM 1 10
Chikungunya 5 50
Rheumatik 1 10
Stroke 1 10
Hipertensi 2 30
Total Lansia 10 100
Berdasarkan Tabel 3.3.4 Rekapitulasi distribusi jenis penyakit yang diderita lansia
dengan data yang menderita penyakit diabetes militus ada 1 (10%), chikungunya
sebanyak 5 (50%), rheumatik 1 (10%), stroke 1 (10 %), hipertensi 2 (20%) dan lainnya
tidak mengalami sakit dengan total lansia 18 (100%)

Tabel 3.3.5 Rekapitulasi distribusi yang dilakukan lansia berhubungan dengan sakitnya
Karakteristik Frekuensi %
Berobat ke sarana 2 20
pelayanan kesehatan
Diobati sendiri 4 40
Tidak diobati 4 40
Total lansia 10 100
Berdasarkan table Tabel 3.3.5 Rekapitulasi distribusi yang dilakukan lansia
berhubungan dengan sakitnya, berobat ke layanan kesehatan sebanyak 2 (20%) dan
sebanyak 4 (40%) lansia diobati sendiri dan tidak diobati.

Tabel 3.3.6 Rekapitulasi distribusi frekuensi adanya kelompok lansia


Karakteristik Frekuensi %
Ya 0 0
Tidak 15 100
Total KK 15 100
Berdasarkan data 3.3.6 frekuensi adanya kelompok lansia, mayoritas menjawab tidak
adanya kelompok lansia ke semua KK 15 (100%)

Tabel 3.3.7 Rekapitulasi distribusi frekuensi adanya posyandu lansia


Karakteristik Frekuensi %
Ada 0
Tidak 15 100
Total KK 15 100
Berdasarkan table 3.3.7 frekuensi adanya posyandu lansia diwilayah tempat tinggal
mayoritas menjawab tidak ada ke semua KK 15 (100%)

Tabel 3.3.8 Rekapitulasi distribusi frekuensi alasan tidak ada posyandu lansia
Karakteristik Frekuensi %
Tidak perlu ada 12 66,67

Tidak ada sarana atau tidak


diberi oleh petugas 6 33,33
kesehatan
Total Lansia 18 100
Berdasarkan data table 3.3.8 frekuensi alasan tidak ada posyandu lansia mayoritas
menjawab tidak perlua ada sebanyak 12 (66,67%) dengan total lansia 18 (100%)

Tabel 3.3.9 Rekapitulasi distribusi frekuensi adanya kader posyandu lansia


Karakteristik Frekuensi %
Ada 0 0
Tidak 15 100
Total KK 15 100
Berdasarkan data table 3.3.9 frekuensi adanya kader posyandu lansia semua menjawab
tidak dengan total 15 (100%) KK

Tabel 3.3.10 Rekapitulasi distribusi frekuensi kerutinan lansia memeriksakan kesehatan


Karakteristik Frekuensi %
Ya 2 11.11
Tidak 16 88.89
Total lansia 18 100
Berdasarkan data table 3.3.10 frekuensi kerutinan lansia memeriksakan kesehatan lansia
mayoritas menjawab tidak 16(88,89%) dengan total lansia 18 (100%)

Tabel 3.3.11 Rekapitulasi distribusi tempat periksa lansia


Karakteristik Frekuensi %
3
Bidan atau perawat 3 16.67
puskesmas 12 66.67
Rumah Sakit 1 5.55
Dokter 2 11.11
Total lansia 18 100
Berdasarkan data table 3.3.11 frekuensi tempat tinggal periksa lansia mayoritas pergi ke
puskesmas sebanyak 12 (66,67%) lansia dengan total lansia 18(100%)

Tabel 3.3.12 Rekapitulasi distribusi frekuensi pemenuhan kebutuhan sehari-hari


Karakteristik Frekuensi %
Mandiri 14 77.79
Minimal 3 16.66
Bantuan penuh 1 5.55
Total lansia 18 100
Berdasarkan table 3.3.12 frekuensi pemenuhan kebutuhan sehari-hari mayoritas
dilakukan lansia secara mandiri sebanyak 14 (77,79%) dengan total lansia 18 (100%)

Tabel 3.3.13 Rekapitulasi distribusi frekuensi resiko tinggi lansia


Karakteristik Frekuensi %
Ya 10 55.55
Tidak 8 45.45
Total lansia 18 100
Berdasarkan data table 3.3.13 frekuensi resiko tinggi lansia tidak terlalu jauh
perbandingan antara jawaban ya atau tidak jawaban ya sebanyak 10 (55,55%) dan
jawaban tidak sebanyak 8 (45,45%) dengan total jumlah lansia ada 18 orang

3.2 Data Demografi


Pengkajian data dari wilayah Desa Kongan Kecamatan Pare RT 01 RW 01 dari jumlah 70 KK yang
terkena cikungunya ada 9 KK dengan jumlah penderita 18 orang, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3.2.1 Rekapitulasi distribusi frekuensi penderita cikungunya di RT 01 RW 01


Desa Kongan Kecamatan Pare
Karakteristik Frekuensi %
Usia dewasa : 17-45 tahun 5 27,78
Usia lansia awal : 46- 65 tahun 9 50
Manula : >65 tahun 4 22,22
Total penderita 18 100

Tabel 3.2.1 Rekapitulasi distribusi frekuensi pengetahuan lansia tentang cikungunya di RT 01 RW


01 Desa Kongan Kecamatan Pare
Karakteristik Frekuensi %
Tahu 5 27,77
Tidak tahu 13 72,23
Total lansia 18 100

3
ANALISA DATA

DATA MASALAH
1. Terjadi masalah kesehatan yang dialami komunitas lansia Defisit Kesehatan Komunitas berhubungan dengan keterbatasan
a. 55,6% (10 lansia) menderita suatu penyakit sumbar daya
b. - 50% (5 lansia) menderita penyakit cikungunya
- 20% (2 lansia) menderita penyakit HT
- 10% (1 lansia) menderita penakit stroke
- 10% (1 lansia) menderita DM
- 10% (1 lansia) menderita rhematik

2. Terdapat faktor resiko fisiologis dan atau psikologis yang


menyebabkan anggota lansia mengalami masalah kesehatan
a. 88,89% (16 lansia) tidak memeriksakan kesehatanya
b. 60% (9 lansia) tidak olah raga
c. 40% (4 lansia) saat sakit diobati sendiri
d. 40% (4 lansia) saat sakit tidak diobati
e. 16,66% (3 lansia) dengan ketergantungan minimal
f. 5,55% (1 lansia) dengan ketergantungan penuh

3. Tidak tersedia program untuk mencegah, mengurangi dan


mengatasi masalah kesehatan komunitas
a. 100% (15 kk) tidak ada posyandu lansia
b. 100% (15 kk) tidak ada kader lansia
c. 66,67% (12 lansia) menyatakan tidak perlu ada posyandu lansia
d. 100% (15kk) tidak ada kelompok lansia

Perilaku Cenderung Beresiko berhubungan dengan kurang terpapar


1. 88,89% (16 lansia) tidak memeriksakan kesehatanya informasi dan ketidakadekuatan sikap terhadap masalah
2. 40% (4 lansia) bila sakit diobati sendiri
3. 40% (4 lansia) bila sakit tidak diobati
4. 66,67% (12 lansia) mengatakan tidak perlu ada posyandu lansia
5. 60% (9 kk) menguras air >3 hari
6. 20% (3 kk) pembuangan limbah dibiarkan
7. 40% (6 kk) pembuangan limbah ke selokan
8. 40% (6 kk) kondisi limbah terbuka lancar
9. 53,34 (8 kk) pengelolaan sampah ditimbun
10. 60% (9 kk) kandang nempel pada rumah
11. 53,34 (8 kk) kotoran ternak ditimbun
12. 40% (6 kk) jarak sumber air dengan pembuangan <10 m
13. 60%(9 lansia) mengatakan tidak berolahraga
14. 66,67%(10kk) terdapat jentik-jentik nyamuk
FORMAT A : SELEKSI (PENAPISAN) DIAGNOSA KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Masalah Kesehatan / Diagnosa Jumlah
Kreteria Penapisan
Keperawatan Komunitas Skore

Sesuai dengan peran perwat komunitas

Interes Komunitas
Potensi Untuk Pendidikan Kesehatan (HE)

Kemungkinan Diatasi

Relevan dengan Program


Tersedia Sumber

Sumber
Tempat Waktu Dana Fasilitas
Daya
Defisit Pengetahuan 5 3 3 4 3 3 3 3 3 1 3 3 37
Perilaku Kesehatan Cenderung 4 3 3 4 3 3 3 3 3 1 3 3 36
Berisiko

Skore Penilaian:

1. Sangat Rendah 2. Rendah 3. Cukup 4. Tinggi 5. Sangat Tinggi


FORMAT B

PRIORITAS MASALAH (STANHOPE & LANCASTER 88)

BOBOT BOBOT MAKNA


NO KRETERIA KRETERIA MASALAH MASIH RASIONAL MASLH
(1 – 10) (1 –10) (K X M)
1 Kesadaran masyarakat 4 Masyarakat kurang aktif 8 Keaktifan masyarakat 4 x 8 = 32
terhadap masalah dalam mencari informasi dalam mencari informasi
tentang penyakit tentang penyebab penyakit
Chikungunya dikarenakan chikungunya sangat
terlalu memfokuskan diri diperrlukan guna
pada kepentingan masing- mengurangi tingkat
masing seperti bekerja, penyebaran penyakit.
mengurus keluarga dan
anak.

2 Motivasi komuniti untuk 7 Masyarakat mau merubah 6 Adanya motivasi dari setiap 7 x 6 = 42
mengatasi masalah pemikiran tentang individu dan disertai dengan
Perilakunya yang adanya dukungan dari
cenderung beresiko tenaga kesehatan akan
terhadap kesehatannya mempercepat proses
misal menguras air >3 penyebaran penyakit yang
hari, pembuangan disebabkan karena perilaku
limbah dibiarkan, yang tidak benar
pengelolaan sampah
ditimbun, dan bila sakit
diobati sendiri
3 Fasilitas yang tersedia untuk 6 Pemerintah menyediakan 5 Adanya fasilitas yang 6 x 5 = 30
Mengatasi fasilitas yang mumpuni mendukung dapat
dengan adanya membantu masalah
puskesmas, polindes, masyarakat dalam
penyebaran penyakit
bidan desa dapat
membantu masyarakat
dalam mengambil
keputusan dalam ber KB,
namun karena kurangnya
kesadaran masyarakat
Untuk memeriksakan ke
pelayanan kesehatan dan
lebih memilih untuk
mengobati sendiri
4 Beratnya akibat jika masih 8 Akan meningkatkan 6 Tingkat kesadaran 8 x 6 = 48
tetap jumlah penderita masyarakat yang tetap
penyakit Chikungunya apatis terhadap informasi
menimbulkan masalah baru
baik dialami oleh individu,
keluarga maupun
masyarakat misal semakin
bertambahnya penderita.

5 Cepat masalah teratasi 6 Masalah akan mudah 4 Perawat komunitas yang 6 x 4 = 24


teratasi karena adanya berkompeten dalam
perawat yang bidangnya akan membantu
berkompeten dalam mengatasi masalah melalui
bidangnya untuk pemberian health
membantu masyarakat education
FORMAT C

PENAPISAN PRIORITAS MASALAH

NO MASALAH SCORE
1. Defisit Kesehatan Komunitas berhubungan dengan keterbatasan sumbar daya 37

2. Perilaku Cenderung Berisiko berhubungan dengan Kurang Terpapar Informasi Atau 36


Ketidakadekuatan Sikap Terhadap Masalah
FORMAT D

RENCANA KEGIATAN (POA)

RENCANA KEGIATAN PENANGGUNG WAKTU TEMPAT


NO MASALAH DANA SUMBER
JAWAB KEGIATAN KEGIATAN
1. Defisit Kesehatan Observasi 1. Semua anggota 4 minggu Di rumah masing- - -
Komunitas berhubungan 1.Identifikasi kesiapan dan kelompok terhitung mulai masing melalui
dengan keterbatasan kemampuan menerima 2. Dosen tanggal 26 daring via WA
sumbar daya informasi pembimbing Februari – 15 atau ZOOM
2.Identifikasi pengetahuan 3. Tokoh Maret 2021
mengenai penyakit masyarakat
chikungunya (petugas
Terapeutik kesehatan,
3.Sediakan materi dan kader
media pendidikan kesehatan).
kesehatan
4.Jadwalkan dan sepakati
kapan pendidikan
kesehatan
5.Gunakan pendekatan
promosi kesehatan dengan
memperhatikan pengaruh
dan hambatan dari
lingkungan,
sosial serta budaya
6.Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
7. Jelaskan tentang penyakit
chikungunya
8. Informasikan sumber
yang tepat yang tersedia
di
masyarakat
9. Anjurkan
menggunakan fasilitas
kesehatan
10. Ajarkan program kesehatan
dalam kehidupan sehari-hari
11. Ajarkan cara
pemeliharaan kesehatan
2. Perilaku Cenderung Observasi 1. Semua 4 minggu Di rumah masing-
Beresiko berhubungan
1. Identifikasi perilaku anggota terhitung mulai masing melalui
dengan kurang terpapar
upaya kesehatan yang kelompok tanggal 26 daring via WA
informasi dan
ketidakadekuatan sikap dapat ditingkatkan 2. Dosen Februari – 15 atau ZOOM
terhadap masalah Terapeutik pembimbing Maret 2021
2. Berikan lingkungan yang 3. Tokoh
mendukung kesehatan masyarakat
3. Orientasi pelayanan (petugas
kesehatan yang dapat kesehatan,
dimanfaatkan kader
4. Anjurkan menggunakan kesehatan)
air bersih .
5. Anjurkan memberantas
jentik dirumah kurang
dari 3 hari
FORMAT E

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


WILAYAH KONGAN KECAMATAN PARE
EVALUASI
MASALAH RENC. HARI
NO SASARAN TUJUAN STRATEGI TEMPAT KRETERI
KEP. KOM KEGIATAN /TGL STANDAR
A
1 Defisit Lansia Setelah Promosi Observasi Senin, 8 Via daring Verbal
Kesehatan dengan dilakukan 3 kesehatan 1. Identifikasi Maret WA atau
Komunitas penyakit kali tentang kesiapan dan 2021 ZOOM
berhubungan cikungunya penyuluhan masalah kemampuan
dengan maka status kesehatan menerima
keterbatasan kesehatan cikungunya informasi
sumbar daya komunitas meliputi: 2. Identifikasi
meningkat 1. Pengertian pengetahuan
dengan kesehatan mengenai
kriteria hasil : komunitas cikungunya
1. Masalah dengan Terapeutik
kesehatan penyakit 3. Sediakan
cikunguny cikunguny materi dan
a yang a media
dialami 2. Faktor pendidikan
komunitas etiologi kesehatan
menurun timbulnya 4. Jadwalkan
2. Tidak ada masalah dan sepakati
faktor resiko cikungunya kapan
fisiologis pada
atau komunitas
psikologis 3. Strategi
yang dapat pencegaha
menyebabka n
n timbulnya
meningkatny penyakit
a masalah cikunguny
cikungunya a
3. Tersediany
a program
proteksi
dan
promosi
kesehatan
4. Partisipasi
lansia dalam
program
kesehatan
meningkat

2. Perilaku Lansia Setelah Promosi Observasi Senin, 8 Via daring Verbal


Cenderung dengan dilakukan 3 kesehatan 1. Identifikasi Maret WA atau
Beresiko penyakit kali tentang kemampuan 2021 ZOOM
berhubungan cikungunya penyuluhan, perilaku 2. Identifikasi
dengan kurang maka perilaku kesehatan, perilaku
terpapar kesehatan meliputi: agregat
informasi dan membaik 1. Kemauan Terapeutik
ketidakadekuat dengan dan 3. Bina
an sikap kriteria hasil : kepatuhan hubungan
terhadap 1. Kemampua berperilaku terapeuti
masalah n hidup sehat 4. Berikan
melakukan 2. Pentingnya empati dan
tindakan dukungan kejujuran
. pencegahan program 5. Tetapkan
masalah kesehatan tujuan dan
cikungunya untuk lama waktu
meningkat menurunkan konseling
2. Kesadaran angka 6. Fasilitasi
untuk penyebaran mengidentifi
mengontrol cikungunya kasi masalah
kesehatan Edukasi
meningkat 7. Anjurkan
3. Kemamapu membuat
an daftar
menganal alternatif
perilaku penyelesaian
yang atau
beresiko keputusan
meningkatk 8. Anjurkan
an mengganti
prevalensi kebiasaan
cikungunya maladaptif
meningkat menjadi
adaptif
9. Anjurkan
menunda
keputusan
saat stress
4

Anda mungkin juga menyukai