Anda di halaman 1dari 8

Journals of Ners Community Volume 6 No 1 Juni 2015

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN TINDAKAN


PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT KUSTA

(Personal Hygiene of Skin with Practice to Leprosy Prevention)

Khoiroh Ummah*, Lidiawati**

* Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik


Jl. A.R. Hakim No. 2B Gresik, email: ummah_62@yahoo.co.id
** Mahasiswa PSIK FIK Universitas Gresik

ABSTRAK

Kusta adalah penyakit kronis menular dan disebabkan oleh kuman yang
menyerang saraf tepi kusta, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Kebersihan pribadi
adalah praktek untuk mencegah masuknya organisme mikro ke dalam tubuh, salah
satu jenis dari kebersihan pribadi adalah kebersihan pribadi untuk kulit. Kusta
adalah penyakit kulit karena bakteri leprae mikro. Sebuah latihan untuk
pencegahan kusta adalah kebersihan pribadi khusus untuk kulit.
Penelitian menggunakan ini desain cross sectional dengan teknik
purposive sampling dengan jumlah besar sampel 27 responden. Variabel bebas
yang digunakan adalah kebersihan pribadi. Variabel dependen yang digunakan
adalah tindakan penanggulangan penularan penyakit kusta. Kemudian analisis
data menggunakan rank spearmen korelasi dengan nilai p = 0,000 signifikan
dianalisis
Hasil statistik menggunakan Spearman rho, mendapatkan bahwa ρ = 0,000
dengan r = 0.743 menunjukkan bahwa ada hubungan antara kesehatan pribadi dari
kulit dengan praktek untuk pencegahan kusta ini.
Kebersihan pribadi yang baik dapat mencegah penularan penyakit apapun
khusus untuk penyakit kusta sehingga jumlah penderita penyakit kusta menurun.

Kata kunci: kusta, kebersihan pribadi kulit.

ABSTRACT

Leprosy is a chronically infectious disease and is caused by germs that


attack the nervous edge of leprosy, skin and other body tissues. Personal hygiene
is a practice to prevent entry of micro organism into body, one of type of the
personal hygiene is personal hygiene for skin. Leprosy is a skin disease because
of micro bacterium leprae. A practice to leprosy’s prevention is personal hygiene
specially for skin.
This research using design cross sectional with purposive sampling
techniques with large sums samples 27 of respondents. The independent variable
used was personal hygiene. The dependent variable used was the act of prevent
transmission of the disease of leprosy. Then the data analysis using spearmen
rank correlation with the value of significant p=0,000 analyzed

92
Journals of Ners Community Volume 6 No 1 Juni 2015

The result from statistic result used spearman rho, obtain that ρ=0,000
with r=0,743 show that there is correlation between personal hygiene of skin with
practice to leprosy’s prevention.
Apply a good personal hygiene can prevent contagion of any disease
specially for leprosy disease. The ammuont of leprosy disease decreased.

Keywords: leprosy, personal hygiene of skin.

PENDAHULUAN

Personal hygiene menjadi penting dan termasuk ke dalam tindakan


pencegahan primer yang spesifik karena, personal hygiene yang baik dan
meminimalkan pintu masuk (portal of entry) mikroorganisme yang ada dimana-
mana dan akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal hygiene yang
tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit, seperti penyakit
kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut, dan penyakit saluran cerna atau bahkan
dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit (Alimul,
2007). Di wilayah Desa Ujungpangkah terdapat 29 penderita kusta yang berobat
di Puskesmas dengan personal hygiene yang masih menjadi masalah, seperti
penggunaan handuk bersama, kurangnya cuci tangan menggunakan sabun,
kebersihan rumah yang kurang terjaga. Tindakan kebersihan diri dapat
dipengaruhi oleh nilai serta kebiasaan yang dianut individu, disamping faktor
budaya, sosial, norma keluarga, tingkat pendidikan, status ekonomi, dan lain
sebagainya (Wahit, 2012). Dalam hal ini menurut pendapat penulis ada beberapa
bentuk tindakan yang dapat dilakukan untuk melakukan personal hygiene seperti
merawat kulit, menjaga kebersihan diri, lingkungan dan pergaulan. Personal
hygiene dapat tercapai apabila ada kesadaran individu untuk mewujudkan
kebersihan diri sejak dini. Kurangnya kesadaran individu akan mengakibatkan
munculnya penyakit baru, atau juga dapat memperparah penyakit yang sudah ada.
Hal ini juga mendasari bahwa minimnya pengatahuan personal hygiene pada
penderita kusta. Hubungan personal hygiene dengan penurunan angka penderita
kusta belum dapat dijelaskan. Di wilayah Desa Ujungpangkah belum pernah
dilakukan penelitian yang berhubungan dengan personal hygiene terhadap
pencegahan penularan penyakit kusta.
Menurut Word Health Organization (WHO) dalam Weekly Epidemiological
Record bahwa Indonesia ditemukan 21.538 kasus, sedangkan di dunia kasus yang
dilaporkan 312.036, dan jumlah kasus baru pada pertengahan tahun 2008
dilaporkan dari 121 negara sebanyak 249.007 kasus (Weekly Epidemiological
Record, 2009). Penyaki kusta merupakan penyakit kronis dan menular yang telah
dikenal sejak tahun 2000 sebelum Masehi (Depkes RI, 2009). Indonesia sebagai
salah satu negara di Asia Tenggara, memiliki beban penyakit kusta yang cukup
tinggi. Pada tujuh tahun terakhir, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia dan
urutan kedua di wilayah asia tenggara (Data WHO, 2011). Menurut Kemenkes RI
(2011), Pada tahun 2010, jumlah kasus baru kusta di Indonesia mencapai 17.200
kasus dengan kecacatan tingkat 2 di antara penderita baru sebesar 10,71% (1822
kasus). Sedangkan hasil data yang diperoleh dari UPT Puskesmas Ujungpangkah
Gresik menunjukkan bahwa setiap tahunnya terdapat pasien/ penderita baru yang
datang, dengan presentase per 2009 sampai 2013, yaitu di tahun 2009 terdapat 8

93
Journals of Ners Community Volume 6 No 1 Juni 2015

orang (penderita), dan di tahun 2010 bertambah 5 orang, di tahun 2011 bertambah
7 orang, di tahun 2012 bertambah 5 orang, di tahun 2013 bertambah 4 orang, jadi
secara kumulatif per Agustus 2013 penderita/ pasien yang terdaftar di UPT
Puskesmas Ujungpangkah berjumlah 29 orang (penderita). Dari survey data awal
yang saya dapatkan penderita kusta yang tinggal dalam serumah terdapat 1
kelurga yang terdiri dari 3 orang penderita kusta yang sudah menderita kusta
selama 5 tahun. Dari pengobatan yang diterima tidak ada perkembangan
signifikan dari tahap penyembuhan. Hal tersebut di duga keluarga tersebut kurang
menerapkan personal hygiene yang dapat menghambat penularan penyakit kusta
karena minimnya pengetahuan tentang personal hygiene.
Penyakit kusta merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman
Mycrobacterium leprae yang menyerang kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh
lainnya. Gejala awal biasanya penderita tidak merasa terganggu hanya terdapat
adanya kelainan pada kulit berupa bercak putih seperti panu ataupun bercak
kemerahan, kelainan kulit ini kurang rasa atau hilang rasa, gejala tersebut dapat
disebabkan oleh kurangnya menjaga kebersihan diri (Marwali Harapat, 2000).
Dari tindakan yang senantiasa menjaga kebersihan diri atau personal hygiene
untuk menciptakan kondisi lingkungan yang baik, tentu akan mempengaruhi
dalam pencegahan penularan penyakit kusta. Oleh karena itu, penting bagi
seseorang untuk selalu memperhatikan kebersihan dirinya. Tindakan individu,
keluarga, dan masyarakat terhadap suatu penyakit tergantung dari pengetahuan,
sikap, dan tindakan individu tersebut, apabila pengetahuan individu terhadap
suatu penyakit tidak atau belum diketahui, maka sikap dan tindakan dalam upaya
pencegahan penyakitpun terkadang terabaikan (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan
tindakan kebersihan diri dapat dipengaruhi oleh nilai serta kebiasaan yang dianut
individu, disamping faktor budaya, sosial, norma keluarga, tingkat pendidikan,
status ekonomi, dan lain sebagainya (Wahit, 2009). Seperti halnya pada teori
nativisme yang menjelaskan bahwa tindakan seseorang dapat dipengaruhi oleh
lingkungan. Personal hygiene (kebersihan perseorangan) merupakan tindakan
pencegahan yang terkait dengan tanggung jawab individu untuk meningkatkan
kesehatan serta membatasi menyebarnya penyakit menular terutama yang
ditularkan melalui kontak langsung seperti halnya kusta. Salah satu penyebab
terjadinya penyakit kusta adalah kurangnya pengetahuan, pemahaman dan
tindakan preventif atau tanggap darurat terhadap penyakit kusta sejak dini dari
gejala-gejala yang muncul. Dengan demikian, apabila ditinjau dari penjelasan di
atas, maka terdapat keterkaitan antara personal hygiene dalam upaya pencegahan
penularan penyakit, terutama pada penyakit kusta. Upaya pencegahan penularan
penyakit kusta pada masalah ini adalah kebiasaan seseorang dalam mewujudkan
personal hygiene, dimana seseorang dapat memiliki pengetahuan dalam
melakukan pencegahan penularan penyakit kusta. Selanjutnya, pengetahuan
tersebut akan mempengaruhi sikap seseorang dalam mengaplikasikan
pengetahuannya. Kondisi lingkungan yang positif akan mempengaruhi tindakan
yang positif, begitu pula dengan sebaliknya.
Upaya dalam pencegahan penularan terdapat pada upaya pencegahan
penularan penyakit kusta itu sendiri, yaitu dengan mewujudkan tindakan personal
hygiene atau kebersihan diri agar terhindar dari penularan penyakit kusta. Menurut
hemat penulis, agar upaya pencegahan penularan penyakit kusta dapat
dilaksanakan, maka salah satu pilihan solusi adalah meningkatkan pola hidup

94
Journals of Ners Community Volume 6 No 1 Juni 2015

masyarakat yang selalu tanggap terhadap penyakit di lingkungan sekitar. Personal


hygiene yang dilakukan sejak dini oleh individu dan masyarakat merupakan
bagian dari tindakan pencegahan penularan penyakit kusta sebagai penyakit kulit
yang menular. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
hubungan personal hygiene dengan tindakan pencegahan penularan penyakit
kusta di Kecamatan Ujungpangkah Gresik.

METODE DAN ANALISA

Penelitian ini menggunakan metode penelitian cross sectional yang bertujuan


untuk mengetahui hubungan personal hygiene dengan tindakan pencegahan
penularan peyakit kusta yang dilakukan di Kecamatan Ujungpangkah Gresik,
penelitian ini dilaksankan pada bulan November 2013 – Januari 2014. Populasi
dalam penelitian ini adalah penderita kusta tipe MB di Kecamatan Ujungpangkah
Gresik.
Dengan teknik purposive sampling, besar sampel sesuai dengan kriteria
inklusi yang telah ditetapkan dalam penelitian ini sebesar 27 penderita kusta.
Variabel independen pada penelitian ini adalah personal hygiene. Sedangkan
variabel dependen pada penelitian ini adalah penderita kusta.
Pengumpulan data pada peneltian ini didapatkan melalui kuesioner. Data
yang sudah berbentuk ordinal diolah dan dianalisis dengan Spearmen Rank
Corelation dengan tingkat kemaknaan α < 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Personal Hygiene Kulit

Data personal hygiene dapat diketahui bahwa dari 27 responden. Hampir


setengahnya menerapkan personal hygiene baik 12 responden (45%) dan sebagian
kecil menerapkan personal hygiene kurang 6 responden (22%). Konsep personal
hygiene yang baik yaitu dengan cara biasakan mandi minimal 2 kali sehari,
gunakan sabun yang tidak bersifat iritatif, gunakan sabun keseluruh tubuh
terutama area lipatan kulit, jangan gunakan sabun mandi untuk wajah, keringkan
tubuh dengan handuk setelah mandi. Personal hygiene yang kurang menunjukkan
adanya kebiasaan yang kurang menjaga kebersihan dirinya. Hal tersebut dapat
terjadi karena dipengaruhi banyak faktor diantaranya adalah faktor usia, tingkat
pengetahuan atau perkembangan individu dan lingkungan tempat tinggal (Wahit
Iqbal Mubarak, 2009).
Dari hasil personal hygiene kulit didapatkan 12 responden yang
menerapkan personal hygiene dengan baik dengan prosentase 45%. Hal ini
dipengaruhi salah satunya faktor usia yang memberikan dampak kebiasaan
personal hygiene yang didukung dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar
berusia 31-40 tahun sebanyak 15 responden (56%). Faktor usia juga
mempengaruhi pola pikir, karena usia responden bisa mengetahui pentingnya
personal hygiene bagi dirinya dan karena usia juga responden semakin banyak
menerima informasi.
Hasil penelitian didapatkan 6 responden yang kurang menerapkan personal
hygiene dengan prosentase 22%. Dalam hal ini salah satunya dipengaruhi oleh

95
Journals of Ners Community Volume 6 No 1 Juni 2015

faktor pekerjaan yang sebagian besar berkerja sebagai wiraswasta dengan


personal hygiene yang masih menjadi masalah, seperti kurangnya cuci tangan
menggunakan sabun, kebersihan lingkungan yang kurang terjaga. Berdasarkan
kuesioner nomer 7 bahwa responden yang kurang menerapkan kebersihan
personal hygiene yaitu responden yang tidak pernah mengolesi kulit dengan
vaselin hal ini berdampak pada kebersihan personal hygiene sehingga akan
meningkatkan resiko terjadi penularan penyakit kusta.

2. Karakteristik Tindakan Pencegahan penularan Penyakit Kusta

Hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner didapatkan bahwa


Hampir setengahnya yang menerapkan tindakan pencegahan penularan penyakit
kusta baik 13 responden (48%) dan sebagian kecil yang menerapkan tindakan
pencegahan penularan penyakit kusta kurang 5 responden (19%). Macam-macam
tindakan pencegahan: pencegahan primer, pencegahan skunder, prevensi tersier.
Pencegahan Kusta jauh lebih baik dan lebih ekonomis daripada
penanggulangannya. Pencegahan ini harus dilakukan sedini mungkin, baik oleh
petugas kesehatan maupun oleh pasien itu sendiri dan keluarganya (Amiruddin,
2005). Prinsip yang penting pada perawatan sendiri untuk pencegahan kusta
adalah pasien mengerti bahwa daerah yang mati rasa merupakan tempat risiko
terjadinya luka, pasien harus melindungi tempat risiko tersebut (dengan kacamata,
sarung tangan, sepatu, dll), pasien mengetahui penyebab luka (panas, tekanan,
benda tajam dan kasar), pasien dapat melakukan perawatan kulit (merendam,
menggosok, melumasi) dan melatih sendi bila mulai kaku, penyembuhan luka
dapat dilakukan oleh pasien sendiri dengan membersihkan luka, mengurangi
tekanan pada luka (Nursia, 2009).
Sebagian responden berpendidikan SMA dengan prosentase 63%. Hal ini
dapat di jelaskan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin
tinggi pula bagi mereka untuk menerima informasi dan semakin baik pula
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari hari dalam tindakan pencegahan
penularan penyakit kusta. Dengan semakin baik menerapkan tindakan pencegahan
penularan penyakit kusta maka semakin berkurangnya resiko penularan penyakit
kusta. Salah satunya Dengan mengadakan penyuluhan kesehatan, pencegahan,
pengobatan, serta pemulihan kesehatan dibidang kusta, maka kusta seharusnya
tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Namun masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui dan memahami tentang kusta. Berdasarkan
kuesioner nomer 6 bahwa responden belum memisahkan peralatan mandi
miliknya dengan anggota keluarga yang lain karena bisa meningkatkan penularan
penyakit kusta dikarenakan salah satunya penggunaan fasilitas rumah bersama
yang berdampak pada peningkatan penularan penyakit kusta.

3. Hubungan Personal Hygiene Dengan Tindakan Pencegahan Penularan


Penyakit Kusta

Hasil uji statistik Spearman Rank Correlation di dapatkan nilai Sig.(2-tail)


adalah 0,000, r=0,743 dimana nilai tersebut p< 0,05. Tingkat koefisien korelasi:
0,00= sangat rendah, yang berarti H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada

96
Journals of Ners Community Volume 6 No 1 Juni 2015

hubungan personal hygiene dengan tindakan pencegahan penularan penyakit


kusta di Puskesmas Kecamatan Ujungpangkah Gresik.

Tabel 1 Hubungan Personal Hygiene Dengan Tindakan Pencegahan Penularan


Penyakit Kusta di Kecamatan Ujungpangkah Gresik Pada Bulan
November 2013 sampai dengan Januari 2014.

Personal Tindakan pencegahan


hygiene Baik Cukup Kurang Total
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
Kurang 0 0 2 33,3 4 66,7 6 22,2
Cukup 3 33,3 5 55,6 1 11,1 9 33,3
Baik 10 83,3 2 16,7 0 0 12 44,5
Total 13 48,1 9 33,3 5 18,5 27 100
Hasil Spearman Rank Correlation Sig. (2-tailed) = 0,000

Menurut Tarwoto Wartonah (2006) macam – macam personal hygiene


yang perlu diterapkan pada penderita kusta diantaranya perawatan kulit.
Kebersihan membran mukosa sangatlah penting karena kulit merupakan garis
pertahanan tubuh yang pertama dari kuman penyakit. Dalam menjalankan
fungsinya, kulit menerima berbagai rangsangan dari luar dan menjadi pintu masuk
utama kuman pathogen ke dalam tubuh. Bila kulit bersih dan terpelihara, kita
dapat terhindar dari berbagai penyakit, gangguan atau kelainan yang mungkin
muncul. Tindakan pencegahan penularan penyakit kusta antara lain yaitu dengan
melakukan pengobatan secara dini, menghindari atau mengurangi kontak
langsung pada penderita kusta, meningkatkan personal hygiene atau kebersihan
diri dan lingkungan, meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh dengan olah
raga dan pemenuhan nutrisi, jangan bertukar pakaian, menyendirikan peralatan
mandi, menyendirikan peralatan makan (Rudolph, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian, hal ini dipengaruhi salah satunya faktor usia
yang memberikan dampak kebiasaan personal hygiene yang didapatkan sebagian
besar berusia 31-40 tahun sebanyak 15 responden (56%). Faktor usia juga
mempengaruhi pola pikir, karena usia responden bisa mengetahui pentingnya
personal hygiene bagi dirinya dan karena usia juga responden semakin banyak
menerima informasi. Dilihat dari segi pendidikan sebagian responden
berpendidikan SMA sebanyak 17 responden (63%). Hal ini dapat dijelaskan
bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula bagi
mereka untuk menerima informasi dan semakin baik pula mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari dalam tindakan pencegahan penularan penyakit kusta. Hal
ini berarti bahwa dalam pencegahan penularan penyakit kusta diperlukan personal
hygiene yang baik, terutama pada kulit. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
personal hygiene salah satunya kebiasaan individu, dari kebiasaan tersebut dapat
dilihat individu yang menerapkan personal hygiene dengan baik terutama pada
kulit akan berdampak pada kebersihan dirinya sendiri sehingga kebersihan kulit
tetap terjaga dan terhindar dari berbagai penyakit salah satunya penyakit kusta.
Berdasarkan kuesioner nomer 1 bahwa hampir semua responden mandi 2 kali
sehari untuk kebersihan kulitnya. Semaikin baik menerapkan personal hygiene
maka semakin berkurangnya resiko penularan penyakit kusta. Karena kulit

97
Journals of Ners Community Volume 6 No 1 Juni 2015

menerima berbagai rangsangan dari luar dan menjadi pintu masuk utama kuman
pathogen ke dalam tubuh. Bila kulit bersih dan terpelihara, kita dapat terhindar
dari berbagai penyakit, gangguan atau kelainan yang mungkin muncul.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
1. Personal hygiene hampir setengahnya adalah baik. Dikarenakan dipengaruhi
banyak faktor diantaranya adalah faktor usia, tingkat pengetahuan atau
perkembangan individu dan lingkungan tempat tinggal.
2. Yang menerapkan tindakan pencegahan penularan penyakit kusta hampir
setengahnya adalah baik. Dikarenakan dipengaruhi oleh macam-macam
pencegahan diantaranya adalah pencegahan primer, pencegahan skunder, dan
pencegahan tersier.
3. Ada hubungan personal hygiene dengan tindakan pencegahan penularan
penyakit kusta, karena hampir setengahnya personal hygiene sesuai dengan
tindakan pencegahan penularan penyakit kusta.

Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
Perlu adanya pendidikan kesehatan lebih lanjut tentang cara menjaga personal
hygiene, yaitu dengan memberikan pengarahan dan penyuluhan mengenai
gejala dan tanda-tanda penularan penyakit kusta, cara-cara personal hygiene
kulit yang benar. Sehingga terjadinya penyakit kusta bisa terdeteksi sejak dini.
2. Bagi Responden
Supaya lebih menjaga personal hygiene untuk mengurangi resiko penularan
penyakit kusta.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan acuan refrensi penelitian analisis faktor-faktor eksternal yang
berhubungan dengan personal hygiene pada pencegahan penularan penyakit
kusta.

KEPUSTAKAAN

Abraham, Rudolph. (2008). Buku Ajar Pediatrik. Jakarta: Salemba Medika.


Amiruddin, M D. (2005). Penyakit Kusta. Cetakan Pertama. Makassar:
Hasanuddin Universiti Perss.
Amiruddin, M D. (2005). Penyakit Kusta Di Indonesia; Masalah
Penanggulangannya. Jurnal Medika Nusantara. Vol 5. Hasanuddin
Universiti Perss: Makassar.
Departemen Kesehatan RI (2009). Pedoman Pembinaan Kesehatan Penderita
Kusta di Puskesmas. Jakarta: Bakti Husada.
Depkes RI (2009). Pedoman Perawatan Penderita Kusta. Jakarta: Bakti Husada.
Depkes RI (2009). Pedoman Pembinaan Kesehatan Penderita Kusta di Rumah.
Jakarta: Bakti Husada.

98
Journals of Ners Community Volume 6 No 1 Juni 2015

Depkes RI Direktorat Jenderal PPM dan PL. (2009). Buku Pedoman


Pemberantasan Penyakit Kusta. Cetakan XV. Jakarta: Rineka
Cipta.
Depkes RI Direktorat Jenderal PPM dan PL. (2009). Buku Pedoman
Pemberantasan Penyakit Kusta Cetakan XVIII. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ditjen PPM dan PL. (2009). Buku Panduan Pelaksanaan Program P2 Kusta Bagi
Petugas Unit Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Harahap M. (2010). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.
Mansjoer, Arif. (2005). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius.
Notoatmodjo, S. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku, Cetakan
Pertama. Jakarta: Rineka Cipta.
Potter, Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Volume 1, Volume 2.
Jakarta : Salemba Medika.
Tarwoto, Wartonah. (2006). Keperawatan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Wahit Iqbal, Mubarak. (2009). Buku Ajar Keperawatan Manusia. Jakarta:
Salemba Medika.
Weekly Epidemiological Record. 2009. Global Leprosy Situation (Online).
Diakses tanggal 6 September 2013. Dari < http://wwwsearo-
who.int/linkFiles?GLP_REH 33.pdf>.
Zulkifli .(2003). Penyakit kusta dan Masalah Yang Ditimbulkannya, [e-book].
diakses tanggal 6 September 2013. dari < http: //library.usu.ac.id/
download/fkm/ fkm-zulkifli2.pdf>.

99

Anda mungkin juga menyukai