Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA KESEHATAM MASYARAKAT (UKM)

Disusun oleh :
Risa Nur Hijriyana, dr.

Pendamping:
Ferry Nurhayati, dr., MMRS
Heriyanto, dr.

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


KABUPATEN BANDUNG
2021
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan F2. Upaya Kesehatan Lingkungan

1. Topik: PENYULUHAN TENTANG SANITASI LINGKUNGAN


Latar Belakang
Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu usaha yang mengawasi
beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal
yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan, pembuangan
kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air
limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. Usaha sanitasi lingkungan merupakan
upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau
dapat menimbulkan halhal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan
hidup manusia. yang ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi
lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut
mencakup pasokan air yang bersih dan aman; pembuangan limbah dari manusia, hewan dan
industri yang sehingga derajat kesehatan manusia terpelihara dengan sempurna.
Permasalahan
- Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap sanitasi dan kesehatan lingkungan
- Permasalahan ekonomi untuk menyediakan beberapa lingkungan yang sesuai dengan
ketentuan.
Perencanaan&pemilihan intervensi
Intervensi yang dipilih yaitu penyuluhan dilakukan dengan metode massa(public), tanya jawab
aktif dan konseling perorangan.
Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan pada tanggal 03 Januari 2022 di Puskesmas Ciparay.
Pelaksanaan acara dimulai dari penyuluhan diikuti dengan tanya jawab dengan peserta.
Monitoring dan evaluasi
Evaluasi dilakukan melalui sesi tanya jawab dengan peserta.

2. Topik:  PENYULUHAN TENTANG PERSONAL HYGIENE


Latar Belakang
Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka
secara fisik dan psikisnya. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat
penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis
seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika
seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan, hal ini terjadi karena kita
menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan
terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.
Permasalahan
- Kebiasaan masyarakat yang masih menyepelekan tentang pentingnya personal hygine
- Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap dampak tidak menjaga personal hygine
Perencanaan&pemilihan intervensi
Intervensi yang dipilih yaitu penyuluhan dilakukan dengan metode massa(public), tanya jawab
aktif dan konseling perorangan.
Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan pada tanggal 03 Januari 2022 di Puskesmas Ciparay.
Pelaksanaan acara dimulai dari penyuluhan diikuti dengan tanya jawab dengan peserta.
Monitoring dan evaluasi
Evaluasi dilakukan melalui sesi tanya jawab dengan peserta.
3. Topik:  PENYULUHAN TENTANG RUMAH SEHAT
Latar Belakang
Rumah adalah pusat kehidupan keluarga. Rumah yang layak untuk tempat tinggal harus
memenuhi syarat kesehatan. Rumah sehat adalah tempat untuk berlindung/bernaung dan tempat
untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani
maupun sosial. Rumah sehat bukan berarti besar dan penuh dengan kemewahan, tetapi rumah
yang sehat adalah suatu rumah yang mempunyai dan memenuhi konsep kebersihan, kesehatan,
dan keindahan. Rumah sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat
meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah
sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan
keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh
anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu, keberadaan perumahan yang
sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi
dengan baik. Bila lingkungan perumahan tidak diperhatikan, maka dapat memudahkan
terjadinya penularan dan penyebaran penyakit.
Permasalahan
- Masih banyak rumah masyarakat yang tidak termasuk Rumah Sehat.
- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Rumah Sehat
Perencanaan&pemilihan intervensi
Intervensi yang dipilih yaitu penyuluhan memberikan pemahaman dan pengetahuan rumah
sehat yang layak huni di keluarga RW 02 Hegarmanah, sosialisasi diadakan secara door-to-door
(dari rumah ke rumah).
Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan pada tanggal 05 Januari 2022 di Puskesmas Ciparay.
Pelaksanaan acara dimulai dari penyuluhan diikuti dengan tanya jawab dengan peserta.
Monitoring dan evaluasi
Evaluasi dilakukan melalui sesi tanya jawab dengan peserta.

4. Topik:  PENYULUHAN TENTANG PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK


Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan
merupakan penyakit endemis hampir di seluruh provinsi. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
jumlah kasus dan daerah terjangkit terus meningkat dan menyebar luas serta sering
menimbulkan Kejadian Luar Biasa/KLB. Upaya pengendalian penyakit DBD yang telah
dilakukan sampai saat ini adalah memberantas nyamuk penularnya baik terhadap nyamuk
dewasa atau jentiknya karena obat dan vaksinnya untuk membasmi virusnya belum ada.
Departemen Kesehatan telah menetapkan 5 kegiatan pokok sebagai kebijakan dalam
pengendalian penyakit DBD yaitu menemukan kasus secepatnya dan mengobati sesuai protap,
memutuskan mata rantai penularan dengan pemberantasan vektor (nyamuk dewasa dan jentik-
jentiknya), kemitraan dalam wadah POKJANAL DBD (Kelompok Kerja Operasional DBD),
pemberdayaan masyarakat dalam gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 3M Plus) dan
Peningkatan profesionalisme pelaksana program.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi terjadinya peningkatan kasus, salah satu
diantaranya dan yang paling utama adalah dengan memberdayakan masyarakat dalam kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M (Menguras-Menutup-Mengubur).
Permasalahan
Upaya pemberdayaan masyarakat dalam PSN-DBD sudah banyak dilakukan tetapi hasilnya
belum optimal. Oleh karena itu, Puskesmas Ciparay mengadakan PSN dengan memberdayakan
kader kesehatan dalam pemantauan jentik nyamuk dan secara berkala melakukan pemantauan
langsung ke rumah masyarakat. Masyarakat diharapkan dapat lebih peduli dengan
lingkurangnya sendiri terutama di dalam rumah sehingga tercipta lingkungan yang bersih dan
bebas dari sarang nyamuk.
Perencanaan&pemilihan intervensi
Intervensi yang dipilih yaitu bentuk kegiatan berupa pemantauan dan pemberantasan jentik –
jentik nyamuk di tempat – tempat penampungan air beserta sistim irigasi yang berada di
lingkungan puskesmas Ciparay. Mendatangi langsung rumah warga untuk memeriksa
keberadaan jentik nyamuk. Media yang digunakan adalah senter untuk memudahkan dalam
melihat keberadaan jentik nyamuk (dari rumah ke rumah).
Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan pada tanggal 15 Januari 2022.
Penyuluhan perorangan dilakukan melalui kunjungan rumah dan pemantauan kartu rumah oleh
kader kesehatan/kader jumantik
Monitoring dan evaluasi
Evaluasi dilakukan melalui sesi tanya jawab dengan peserta.

5. Topik:  Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik dalam rangka optimalisasi


pembudayaan PSN 3M Plus di
Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditandai demam 2 – 7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan
trombosit (trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma
(peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura, hipoalbuminemia). Dapat disertai gejala-gejala
tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot & tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata.
Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi DBD berat. Ada yang
hanya bermanifestasi demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada
yang sama sekali tanpa gejala sakit (asimtomatik). Sebagian lagi akan menderita demam dengue
saja yang tidak menimbulkan kebocoran plasma dan mengakibatkan kematian.
Permasalahan
Demam Berdarah Dengue masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia terutama di
wilayah tropis dan subtropis, tidak terkecuali Indonesia sebagai salah satu negara endemis
DBD. Sejak pertama kali kasus DBD dilaporkan di Indonesia pada tahun 1968 di Jakarta dan
Surabaya, angka kesakitan DBD menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun dan
wilayah penyebarannya pun semakin luas hampir di seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Namun angka kematian akibat DBD dalam satu dekade terakhir dapat ditekan sampai di bawah
angka 1 %.
Di Indonesia kasus DBD berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin meningkat angka
kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin luas. Pada tahun 2016, DBD
berjangkit di 463 kabupaten/kota dengan angka. kesakitan sebesar 78,13 per 100.000 penduduk,
namun angka kematian dapat ditekan di bawah 1 persen, yaitu 0,79 persen. KLB DBD terjadi
hampir setiap tahun di tempat yang berbeda dan kejadiannya sulit diduga.
Perencanaan&pemilihan intervensi
Intervensi yang dipilih yaitu bentuk kegiatan berupa pemantauan dan pemberantasan jentik –
jentik nyamuk di tempat – tempat penampungan air beserta sistim irigasi yang berada di
lingkungan puskesmas Ciparay. Pemberantasan sarang jentik/nyamuk (PSN 3Mplus)
Lokasi : Meliputi seluruh wilayah terjangkit dan wilayah sekitarnya yang merupakan satu
kesatuan epidemiologis
Sasaran :
Semua tempat potensial bagi sarang nyamuk seperti tempat penampungan air, barang bekas
( botol aqua, pecahan gelas,ban bekas, dll) lubang pohon/tiang pagar/pelepah pisang, tempat
minum burung, alas pot, dispenser, tempat penampungan air di bawah kulkas, dibelakang
kulkas dsb, di rumah/ bangunan dan tempat umum.
Cara : Melakukan kegiatan PSN 3Mplus.
Kegiatan PSN 3M Plus meliputi :
- Menguras dan menyikat TPA (tempat penampungan air)
- Menutup TPA
- Memanfaatkan/mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi TPA atau
membuangnya ke tempat pembuangan sampah tertutup.
PLUS :
• Menaburkan bubuk larvasida
• Memelihara ikan pemakan jentik
• Menanam pohon pengusir nyamuk (sereh, zodia, lavender, geranium, dll)
• Memakai obat anti nyamuk (semprot, bakar maupun oles),
• Menggunakan kelambu, pasang kawat kasa, dan lainlain
• Menggunakan cara lain disesuaikan dengan kearifan lokal.
Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan pada tanggal 15 Januari 2022 di daerah sekitar Puskesmas Ciparay.
Pelaksanaan acara dimulai dari Penyuluhan perorangan dilakukan melalui kunjungan rumah dan
pemantauan kartu rumah oleh kader kesehatan/kader jumantik

Monitoring dan evaluasi


Evaluasi dilakukan melalui sesi tanya jawab dengan peserta.

LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


Laporan F4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

1. Topik: PENYULUHAN TENTANG CACINGAN


LatarBelakang
Indonesia masih memiliki banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu
diantaranya ialah Cacingan yang ditularkan melalui tanah, yaitu Ascaris lumbricoides (cacing
gelang), Trichuris trichiura (cacing cambuk), dan Ancylostoma duodenale, Necator americanus,
(cacing tambang). Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi,
kecerdasan dan produktifitas Penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan
kerugian. Prevalensi Cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada
golongan penduduk yang kurang mampu, dengan sanitasi yang buruk. Prevalensi
Cacinganbervariasi antara 2,5% - 62%. Cacingan mempengaruhi asupan (intake), pencernaan
(digestive),penyerapan (absorbsi), dan metabolisme makanan. Secara kumulatif, infeksi cacing
atau Cacingan dapat menimbulkan kerugian terhadap kebutuhan zat gizi karena kurangnya
kalori dan protein, serta kehilangan darah. Selain dapat menghambat perkembangan fisik,
kecerdasan dan produktifitas kerja, dapat menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terkena
penyakit lainnya.
Permasalahan
1. Masih tingginya prevalensi anak dengan cacingan di indonesia
2. Kurangnya pengetahuan anak- anak dan masyarakat terhadap penyakit cacingan
3. Kurangnya pengetahuan anak- anak dan masyarakat terhadap cara pencegahan dan
penanggulangan penyakit cacingan.
Perencanaan dan Intervensi
Penyuluhan dan pemberian obat cacing dilakukan dengan metode massa (publik), penyuluhan
langsung dilakukan di Posyandu . Dilakukan penyuluhan, tanya jawab dan praktik cuci tangan
bersama.
Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan pada tgl 06 Januari 2022
Metode: Penyuluhan dilakukan dari pkl 08.00-s/d selesai.
Media: Pamflet
Evaluasi dan monitoring
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan adanya kegiatan tanya jawab aktif. Kegiatan
terlaksana lancar dan peserta memahami materi yang disampaikan.

2. Topik: PENYULUHAN TENTANG STUNTING


LatarBelakang
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam
waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni
tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari
kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa
untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan
kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan
(sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting
merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah
Permasalahan
Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan
kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam. Selanjutnya, dipengaruhi juga oleh pola asuh
yang kurang baik terutama pada aspek perilaku, terutama pada praktek pemberian makan
bagi bayi dan Balita. Selain itu, stunting juga dipengaruhi dengan rendahnya akses terhadap
pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih. Stunting
merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap
kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak stunted, bukan hanya terganggu
pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu
perkembangan otaknya, yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan
prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.
Perencanaan dan Intervensi
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang:
1. Pahami Konsep Gizi
2. Pilihan Menu Beragam
3. Pemeriksaan Rutin
4. Pentingnya ASI
5. Konsumsi Asam Folat
6. Tingkatkan Kebersihan
Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan pada tgl 07 Januari 2022
Metode: Penyuluhan dilakukan dari pkl 08.00-s/d selesai.
Media: Pamflet
Evaluasi dan monitoring
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan adanya kegiatan tanya jawab aktif serta konseling
dua arah. Kegiatan terlaksana dengan lancar dan peserta memahami materi yang disampaikan.

3. Topik: PENYULUHAN TENTANG OBESITAS


LatarBelakang
Obesitas terjadi akibat tidak seimbangnya antara kalori yang masuk ke dalam tubuh dengan
kalori yang dikeluarkan dari tubuh. Sehingga untuk mencegah dan mengatasi obesitas harus
dijaga keseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan aktivitas fisik setiap harinya.
Untuk menekan angka obesitas di Indonesia, perlu ditemukan kasus obesitas sedini mungkin
sehingga lebih mudah untuk melakukan tatalaksana. Upaya penemuan ini dilakukan melalui
kegiatan deteksi dini obesitas di masyarakat melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu).
Posbindu merupakan kegiatan bersama komunitas untuk menuju Perilaku Hidup Bersih/ Gaya
Hidup Sehat serta implementasi perilaku CERDIK.
Permasalahan
Perkembangan zaman yang pesat menyebabkan terjadinya pergeseran gaya hidup serta pola
makan anak sekolah. Mereka menghabiskan banyak waktu dalam penggunaan teknologi
yang menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik mereka. Anak sekolah juga lebih memilih
mengonsumsi makanan dengan karbohidrat dan lemak tinggi yang dapat menyebabkan
obesitas. Dengan adanya masalah tersebut, dibuatlah penyuluhan gizi dengan media yang
menarik untuk memudahkan pemberian informasi gizi, khususnya tentang pencegahan
obesitas.
Perencanaan dan Intervensi
Penyuluhan dan pemberian obat cacing dilakukan dengan metode massa (publik), penyuluhan
langsung dilakukan di Posyandu . Dilakukan penyuluhan, tanya jawab dan praktik cuci tangan
bersama. Penyuluhan kepda masyarakat:
1.Penuhi Asupan Protein Harian
2.Hindari Makanan Olahan
3.Batasi Asupan Gula
4.Cukupi Waktu Tidur dan Cairan Dalam Tubuh
5.Lakukan Diet Rendah Karbohidrat
6.Makan Secara Perlahan
7.Sikat Gigi Setelah Makan
Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan pada tgl 24 Januari 2022
Metode: Penyuluhan dilakukan dari pkl 08.00-s/d selesai.
Media: Pamflet
Evaluasi dan monitoring
Kegiatan dilaksanakan untuk memberikan tambahan pengetahuan Tentang Obesitas di PKM
Ciparay

4. Topik: PENYULUHAN TENTANG ISI PIRINGKU


LatarBelakang
Masalah gizi seperti yang terjadi di kelas Iwit masih menjadi kendala masyarakat di Indonesia.
Data Riset Kesehatan Dasar 2013 menyatakan bahwa masih banyak anak Indonesia yang
mengalami kekurangan gizi kronis. Hal ini ditandai dengan tingginya prevalensi stunting
(tumbuh pendek) pada anak usia 1-5 tahun yaitu sebesar 37 persen. Selain itu ada pula masalah
obesitas yang semakin meningkat dari waktu ke waktu lantaran asupan yang tinggi karbohidrat
dan kurang bergerak. Data Global Nutrition Report 2016 bahkan menyebutkan Indonesia
termasuk di dalam 5 besar negara dengan masalah kekurangan gizi kronis dengan tingkat 36,4
persen.
Permasalahan
Masalah kekurangan gizi masih menjadi salah satu isu penting yang dihadapi masyarakat
Indonesia. Faktor kesehatan serta pemenuhan gizi seimbang menjadi kebutuhan dasar dan
fundamental yang sepatutnya dipenuhi setiap orang. Sayangnya, saat ini masih kerap
ditemukan berbagai permasalahan gizi yang melanda masyarakat di Tanah Air.
Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (PERGIZI PANGAN Indonesia) dan
Frisian Flag Indonesia (FFI) meluncurkan Frisian Flag Kompleta, guna mendukung
pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan untuk mengatasi masalah tersebut.
Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi kurang gizi di Indonesia mencapai angka 17,7
persen. Pada ibu hamil, masalah anemia masih menjadi ancaman, yaitu 48,9 persen. Di
samping itu, kekurangan energi, protein, vitamin, dan mineral juga masih menjadi masalah
serius, yang tentunya dapat berdampak pada kualitas generasi bangsa.
Perencanaan dan Intervensi
Penyuluhan kepada masyarakat tentang :
1. MAKANAN POKOK
2. LAUK PAUK
3. SAYUR DAN BUAH
4. LEMAK SEHAT
Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan pada tgl 27 Januari 2022
Metode: Penyuluhan dilakukan dari pkl 08.00-s/d selesai.
Media: Pamflet
Evaluasi dan monitoring
Memberikan pengetahuan tentang pentingnya isi piringku dan gizi anak kepada Masyarakat.

5. Topik: PENYULUHAN TENTANG IMUNISASI PADA ANAK


Latar Belakang
Imunisasi sebagai proses di mana seseorang menjadi kebal atau resisten terhadap penyakit
menular. Imunisasi atau pemberian vaksin merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Imunisasi menjadi penting bagi semua orang terutama
untuk anak. Oleh karena itu setiap orangtua wajib memberikan vaksin imunisasi, sebab hal ini
sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 tahun 2013.
Permasalahan
Data WHO menunjukkan pada 2019 sebanyak 19,7 juta anak belum mendapatkan
Imunisasi Dasar Lengkap (IDL), bahkan ada yang tidak mendapat imunisasi sama sekali.
Anak yang tidak diimunisasi memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena komplikasi yang
dapat menyebabkan kecacatan pada bayi bahkan kematian. Ini karena tubuhnya tidak
mendapatkan kekuatan dari sistem pertahanan khusus yang bisa mendeteksi jenis-jenis
penyakit berbahaya tertentu. Tubuh tidak mengenali virus penyakit yang masuk sehingga
tidak bisa melawannya. Hal ini akan membuat kuman penyakit semakin mudah
berkembang biak dan menginfeksi tubuh anak
Perencanaan dan Intervensi
Data WHO menunjukkan pada 2019 sebanyak 19,7 juta anak belum mendapatkan Imunisasi
Dasar Lengkap (IDL), bahkan ada yang tidak mendapat imunisasi sama sekali. Anak yang tidak
diimunisasi memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena komplikasi yang dapat menyebabkan
kecacatan pada bayi bahkan kematian. Ini karena tubuhnya tidak mendapatkan kekuatan dari
sistem pertahanan khusus yang bisa mendeteksi jenis-jenis penyakit berbahaya tertentu. Tubuh
tidak mengenali virus penyakit yang masuk sehingga tidak bisa melawannya. Hal ini akan
membuat kuman penyakit semakin mudah berkembang biak dan menginfeksi tubuh anak.
Pelaksanaan
Kegiatan Pemberian imunisasi pada bayi-anak di Desa Mekarlaksana dilakukan pada tgl 04
Februari 2022
Metode: Penyuluhan dilakukan dari pkl 08.00-s/d selesai.
Lokasi: Pustu Mekarlaksana
Evaluasi dan monitoring
Diharapkan agar masyarakat lebih paham tentang pentingnya imunisasi.

LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


Laporan F6. Upaya Pengobatan Dasar
1. Topik: PENYULUHAN TENTANG DIABETES TIPE II
Latar Belakang
Diabetes Melitus adalahpenyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara
absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin.Gejala yang dikeluhkan pada penderita
Diabetes Melitus yaitu polidipsia,poliuria,polifagia,penurunan berat badan,kesemutan.
International Diabetes Federation(IDF) menyebutkan bahwa prevalensiDiabetes Melitus di
dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di
dunia sedangkan tahun 2012 angka kejadian diabetes me litus didunia adalah sebanyak 371 juta
jiwa dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang
menderita diabetes mellitus.
Permasalahan
Diabetes Mellitus disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai
semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit yang akan
ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit
jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi
paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang, penderita DM
yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi
pembusukan.Untuk menurunkan kejadian dan keparahan dari Diabetes Melitus tipe 2 maka
dilakukan pencegahan seperti modifikasi gaya hidup dan pengobatan seperti obat oral
hiperglikemik dan insulin.
Perencanaan dan Intervensi
Penyuluhan kepada masyarakat, mengajak masyarakat untuk:
1. Berat badan sehat
2.Banyak makan buah dan sayur
3.Kurangi gula.
4. Aktif berolahraga.
Pelaksanaan
Kegiatan Melakukan penyuluhan tentang DM tipe II di Pustu Mekarlaksana
Waktu: Dilakukan pada tgl 04 Januari 2022.
Metode: Penyuluhan dilakukan dari pkl 08.00-s/d selesai.
Evaluasi dan monitoring
Kegiatan dilaksanakan untuk memberikan tambahan pengetahuan Tentang Diabetes Melitus
Bagi penderita DM di Puskesmas Ciparay.

2. Topik: PENGOBATAN DISPEPSIA DI PKM CIPARAY


Latar Belakang
Dispepsia merupakan keluhan atau kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri
epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh diperut, sendawa, regurgitasi,
dan rasa panas yang menjalar di dada. Sindroma dispepsia dapat disebabkan oleh banyak hal,
diantaranya faktor diet dan lingkungan, sekresi cairan asam lambung, fungsi motorik lambung,
presepsi visceral lambung, psikologi dan infeksi Helicobacter pylori. Sebagai suatu gejala
ataupun sindrom, dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, baik yang bersifat
organik, maupun yang fungsional.
Dispepsia merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang terjadi tidak hanya di
Indonesia, tetapi juga di dunia. Kasus dispepsia di dunia mencapai 13-40% dari total populasi
setiap tahun. Dispepsia kini menjadi kasus penyakit yang diprediksi akan meningkat dari tahun
ke tahun.

Permasalahan
Dispepsia menjadi keluhan klinis yang paling sering dijumpai dalam praktik klinik sehari-
hari. Penelitian terhadap dispepsia fungsional di beberapa negara di Asia juga
menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi, yaitu di Cina sebanyak 69% dari 782 pasien
dispepsia, di Hongkong 43% dari 1.353 pasien, di Korea 70% dari 476 pasien, dan
Malaysia 62% dari 210 pasien.
Dispepsia berada pada urutan ke-10 dengan proporsi sebanyak 1,5% dalam katagori 10
jenis penyakit terbesar untuk pasien rawat jalan di semua rumah sakit di Indonesia. Dari 50
daftar penyakit, dispepsia berada pada urutan ke-15 katagori pasien rawat inap terbanyak di
Indonesia pada tahun 2004 dengan proporsi 1,3% serta menempati posisi ke-35 dari 50
daftar penyakit yang mengakibatkan kematian dengan PMR 0,6%
Perencanaan dan Intervensi
Mengajak masyarakat untuk melalukan pola makan dan gaya hidup sehat
1. Makan sedikit demi sedikit dan kunyah makanan Anda secara perlahan dan menyeluruh.
2.. Menghindari makanan berlemak dan pedas; makanan olahan; minuman berkarbonasi/soda;
kafein misalnya kopi, teh dan minuman berenergi; konsumsi alkohol dan merokok, karena
dapat memicu produksi asam lambung berlebih.
3. Mempertahankan berat badan yang sehat. Berolahraga secara teratur.
4. Mengelola stres.
5. Menghindari kebiasaan segera berbaring setelah makan. Tunggu setidaknya 2-3 jam setelah
makan.
Pelaksanaan
Kegiatan di lakukan di puskesmas Ciparay pada tgl 16 Januari 2022
- metode: edukasi dan tanya jawab kepada pasien
- Melakukan Pemeriksaan dan memberikan pengobatan dasar untuk masyarakat yg dyspepsia
Evaluasi dan monitoring
Kontrol ulang ada perubahan/.tidak setelah diberi edukasi dan pengobatan dasar.

3. Topik: PENGOBATAN SCABIES DI PKM CIPARAY


Latar Belakang
Skabies merupakan penyakit infestasi ektoparasit pada manusia yang disebabkan Sarcoptes
scabiei varietas hominis. Penyakit ini dikenal juga dengan nama the itch, gudik, atau gatal
agogo. Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Skabies dapat
diderita semua orang tanpa membedakan usiadan jenis kelamin, akan tetapi lebih sering
ditemukan pada anak-anak usia sekolah dan dewasa muda/remaja. Berdasarkan pengumpulan
dataKelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) tahun 2015 dari 9 rumah sakit di 7
kota besar di Indonesia, diperoleh sebanyak 892 penderita scabies dengan insiden tertinggi pada
kelompok usia sekolah (5-14 tahun) sebesar 54,6% serta penderita berjenis kelamin laki-laki
lebih banyak daripada perempuan yakni sebesar 63,4%.
Permasalahan
Skabies meresahkan beberapa individu yang tinggal dilingkungan yang dominan kotor,
dikarenakan jumlah individu yang tinggal dalam suatu tempat tidak dapat dikontrol tingkat
kebersihan diri dan lingkungan dari setiap individu. Hal yang
menjadi faktor penyebab wabah terjangkitnya penyakit kulit menular skabies menjadi lebih
mudah menyebar adalah kurangnya pengetahuan akan pengaruh lingkungan kotor dan
kebersihan diri terhadap terjangkitnya penyakit kulit menular skabies, serta kurangnya
pengetahuan akan penyebab, gejala, penyembuhan, dan pencegahan dalam terjangkitnya
penyakit kulit menular
skabies. Tidak diragukan lagi bahwa faktor utama terjangkitnya penyakit kulit menular
skabies dikarenakan lingkungan yang kotor serta faktor kebersihan diri pada setiap individu
yang kurang baik.

Perencanaan dan Intervensi


1. Mengajak masyarakat untuk menjaga kebersihan sehingga mencegah penularan scabies.
2. Melakukan pengobatan pada pasien Scabies
3. Memberikan edukasi kepada pasien agar tidak semakin parah
Pelaksanaan
Kegiatan di lakukan di puskesmas Ciparay pada tgl 17 Januari 2022
Terapi Farmakologi
Cetirizin 1x10 mg
Permethrin 5% ue (resep luar)
(Permethrin cream 5% dioleskan pada seluruh tubuh kecuali wajah, didiamkan selama 8-14 jam
kemudian dibilas dengan sabun dan air. Bila lesi menetap dapat diulang 1 minggu kemudian)
Gentamicin 2x1 ( oles di tempat yang luka).
Evaluasi dan monitoring
Setelah mendapat diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter dapat
memantau kondisi pasien dan efek obat yang diberikan pada pasien. Serta menganjurkan pasien
untuk melakukan kontrol begitu obat habis.

4. Topik:  PENGOBATAN HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI SAAT VAKSINASI COVID


DI DESA CIPARAY.
Latar Belakang
Hipertensi dikenal oleh masyarakat awam dengan sebutan “darah tinggi” karena kondisi ini
memang mengindikasikan tingginya tekanan darah. Tekanan darah sendiri dapat dibagi menjadi
tekanan sistol (tekanan di pembuluh darah saat jantung memompa darah) dan diastol (tekanan
di pembuluh darah saat jantung dalam keadaan istirahat). Hipertensi merupakan kondisi ketika
tekanan sistol terukur ≥140 mmHg atau tekanan diastol terukur ≥90 mmHg (WHO, 2019).
Hipertensi merupakan kondisi medis dengan prevalensi tinggi. Kasus hipertensi global
diestimasi sebesar 22% dari total populasi dunia. Sekitar 2/3 dari penderita hipertensi berasal
dari negara ekonomi menengah ke bawah (Kemenkes, 2019). Pada tahun 2015 diperkirakan
bahwa 1 dari 4 laki-laki dan 1 dari 5 perempuan menderita hipertensi (WHO, 2019).
Permasalahan
Hipertensi juga dikenal sebagai salah satu “silent killer” yang kerap tidak disadari oleh
penderitanya karena tidak bergejala. Akan tetapi, gejala seperti pusing, mimisan, detak
jantung tidak normal, pandangan kabur, dan telinga yang berdenging dapat terjadi apabila
hipertensi sudah pada tahap yang lebih parah. Apabila tidak terkontrol, hipertensi
berpotensi menimbulkan sakit dada, serangan jantung, stroke, bahkan kematian mendadak.
Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan darah rutin sangat krusial untuk dilakukan sebagai
upaya pencegahan hipertensi dan penyakit-penyakit yang mungkin timbul akibatnya.
Perencanaan dan Intervensi
mengajak masyarakat untuk
1.Mengubah pola hidup penderita:
2.Menurunkan berat badan sampai batas ideal.
3.Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi.
4.Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium
5.klorida (garam) setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang
cukup) dan
6.Mengurangi alkohol.
7.Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat.
8.Berhenti merokok.
Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan di Desa Ciparay pada tgl 25 Januari 2022
Metode: Edukasi dan tanya jawab pasien.
Melakukan pemeriksaan TD dan memberikan pengobatan dasar untuk masyarakat penderita
Hipertensi.
Evaluasi dan monitoring
Kontrol rutin TD ke Puskesmas atau Faskes terdekat.
Pasien dengan TD >180/>110 dikategorikan tidak layak vaksin, konsumsi obat Hipertensi
terlebih dahulu lalu kontrol ulang 2 minggu kemudian.
Pasien Hipertensi yang layak tetap diberikan obat untuk mengontrol TD.

5. Topik:  PENGOBATAN HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI SAAT VAKSINASI COVID


DI DESA MEKARSARI
Latar Belakang
Hipertensi dikenal oleh masyarakat awam dengan sebutan “darah tinggi” karena kondisi ini
memang mengindikasikan tingginya tekanan darah. Tekanan darah sendiri dapat dibagi menjadi
tekanan sistol (tekanan di pembuluh darah saat jantung memompa darah) dan diastol (tekanan
di pembuluh darah saat jantung dalam keadaan istirahat). Hipertensi merupakan kondisi ketika
tekanan sistol terukur ≥140 mmHg atau tekanan diastol terukur ≥90 mmHg (WHO, 2019).
Hipertensi merupakan kondisi medis dengan prevalensi tinggi. Kasus hipertensi global
diestimasi sebesar 22% dari total populasi dunia. Sekitar 2/3 dari penderita hipertensi berasal
dari negara ekonomi menengah ke bawah (Kemenkes, 2019). Pada tahun 2015 diperkirakan
bahwa 1 dari 4 laki-laki dan 1 dari 5 perempuan menderita hipertensi (WHO, 2019). Di
Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 didapati bahwa prevalensi
hipertensi mencapai angka 34,11% pada penduduk >18 tahun.
Permasalahan
Hipertensi juga dikenal sebagai salah satu “silent killer” yang kerap tidak disadari oleh
penderitanya karena tidak bergejala. Akan tetapi, gejala seperti pusing, mimisan, detak
jantung tidak normal, pandangan kabur, dan telinga yang berdenging dapat terjadi apabila
hipertensi sudah pada tahap yang lebih parah. Apabila tidak terkontrol, hipertensi
berpotensi menimbulkan sakit dada, serangan jantung, stroke, bahkan kematian mendadak.
Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan darah rutin sangat krusial untuk dilakukan sebagai
upaya pencegahan hipertensi dan penyakit-penyakit yang mungkin timbul akibatnya.
Perencanaan dan Intervensi
mengajak masyarakat untuk
1.Mengubah pola hidup penderita:
2.Menurunkan berat badan sampai batas ideal.
3.Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi.
4.Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium
5.klorida (garam) setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang
cukup) dan
6.Mengurangi alkohol.
7.Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat.
8.Berhenti merokok.
Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan di Desa Ciparay pada tgl 25 Januari 2022
Metode: Edukasi dan tanya jawab pasien.
Melakukan pemeriksaan TD dan memberikan pengobatan dasar untuk masyarakat penderita
Hipertensi.
Evaluasi dan monitoring
Kontrol rutin TD ke Puskesmas atau Faskes terdekat.
Pasien dengan TD >180/>110 dikategorikan tidak layak vaksin, konsumsi obat Hipertensi
terlebih dahulu lalu kontrol ulang 2 minggu kemudian.
Pasien Hipertensi yang layak tetap diberikan obat untuk mengontrol TD.

Anda mungkin juga menyukai