Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PERAN SKM PROFIL MIRACLE SEBAGAI INOVATOR


DALAM PENANGGULANGAN COVID-19

YUNI ANDRIANI SIREGAR 200203082

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SARI MUTIARA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tak Seperti ilmu medis seperti kedokteran dan Keperawatan, Ilmu Kesehatan Masyarakat,
menitikberatkan pada langkah pencegahan dan promotif dalam menghadapi masalah
kesehatan di masyarakat banyak. Terdapat beberapa fungsi ilmu kesehatan masyarakat, yaitu
mengkaji dan memantau masalah kesehatan di masyarakat atau kelompok berisiko dalam
upaya mengidentifikasi masalah dan menetapkan prioritas masalah, memformulasikan
kebijakan kesehatan, dan menjamin agar masyarakat memiliki akses yang tepat terhadap
pelayanan yang cost effective. Filosofi Miracle penting dimiliki oleh ahli kesehatan
masyarakat mengingat tantangan kesehatan masalah kesehatan di masyarakat masih banyak
yang belum dapat diatasi.
Angka Kematian Ibu, Gizi buruk, pelayanan kesehatan untuk masyarakat, kecelekaan dan
penyakit akibat kerja, dan lain-lain.

MIRACLE adalah singkatan dari (Manager = Manajer), I (Inovator = Pembaharu), R


(Researcher = Peneliti), A (Apprenticer = mampu belajar dalam tim dan bekerja cepat), C
(Communitarian = merakyat), L (Leader = Pemimpin), dan E (Educator = pendidik).

Banyak kebijakan, aturan, tindakan sebagai Langkah-langkah pencegahan dan


pengendalian laju covid-19 ini yang diambil pemerintah pusat maupun masing-masing daerah
seperti melarang penerbangan dari 10 negara yang sedang terjangkit parah COVID-19,
melarang kumpul-kumpul dan tinggal di rumah tanpa ada langkah lain seperti pembersihan
kota dengan menggunakan disinfektan ala Pemkot Surabaya, yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan gratis untuk COVID-19. Namun semua Langkah-langkah yang telah diambil
tersebut, seakan tidak mempunyak dampak yang signifikan dalam penurunan laju Covid-19,
apalagi adanya varian baru virus corona yaitu varian delta semakin membuat pemerintah dan
pemangku kebijakan serta masyarakat kewalahan dalam pengendalian pandemi ini dan
dampak buruk semakin luas, dimana terjadi penurunan kualitas dari semua sendi kehidupan,
keterpurukan ekonomi, penurunan derajat Kesehatan masyarakat, penurunan kualitas
Pendidikan, banyaknya tindakan kejahatan, keraguan/ketidakpercayaan terhadap pemerintah,
berkurangnya pembangunan infrastruktur, dan tergerusnya kehidupan sosial dan budaya.
Untuk itu dibutuhkan Kesadaran masyarakat yang menjadi kunci utama dalam upaya
memutus rantai penyebaran penyakit menular mematikan itu. Peran serta sarjana Kesehatan
masyarakat dalam upaya penurunan laju penyebaran COVID-19, sebagai kaum intelektual
yang juga bagian dari masyarakat umum diharapkan kemampuannya sebagai profile
MIRACLE berperan aktif dalam upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai COVID 19
ini. Salah satu bagian MIRACLE yaitu Inovator (Pembaharu), yang berarti menciptakan
inovasi terkait metode dan paradigma kesehatan agar kebijakan, aturan tentang upaya
Pencegahan dan Penurunan laju COVID -19 dapat dilaksanakan dan diterapkan oleh
masyarakat. Inovator harus memberikan contoh (role Model) dalam penerapan kebijakan-
kebijakan sehingga masyarakat tidak keliru dan salah memahami kebijakan tersebut.

Metode yang dilaksanakan dalam pengaplikasian kebijakan, sebisa mungkin mudah


diterapkan, tidak memakan waktu dan biaya serta mudah didapatkan. Selain itu sebisa
mungkin metode yang dibuat tidak bertentangan dengan sosail, budaya, agama/ keyakinan,
dan kebiasaan masyarakat-penduduk setempat, namun terkadang dalam beberapa kebijakan
Penanganan Covid-19, sedikit banyak menimbulkan pergesekan dadalam masyarakat, karena
ada ditemukan kebijakan yang cukup bertentangan dengan sosial, budaya, agama/keyakinan
dan kebiasaan sehari hari, untuk itu perlu dilakukan pendekatan, edukasi, dan role model
pelaksanaan sehingga masyarakat sadar dan mau serta aktif dalam melaksanakan setiap
kebijakan yang telah dirumuskan pemerintah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. MIRACLE KESMAS

MIRACLE adalah singkatan dari (Manager = Manajer), I (Inovator = Pembaharu), R


(Researcher = Peneliti), A (Apprenticer = mampu belajar dalam tim dan bekerja cepat), C
(Communitarian = merakyat), L (Leader = Pemimpin), dan E (Educator = pendidik).

Secara singkat MIRACLE dijelaskan sebagai berikut:

 M – Manager, artinya mampu mengelola kebijakan dan program kesehatan


masyarakat.
 I – Innovator yang berarti menciptakan inovasi terkait metode dan paradigma
kesehatan. 
 R – Researcher yang maknanya melaksanakan penelitian kesehatan secara
komprehensif dan berbasis bukti.
 A – Apprenticer, membimbing untuk mencapai kesehatan yang sempurna.
 C – Communitarian berarti mengupayakan kesehatan dengan- dari- untuk dan oleh
masyarakat. 
 L – Leader, memimpin terwujudnya visi kesehatan masyarakat.
 Terakhir E – Educator artinya mendidik masyarakat agar hidup sehat.

Ilmu kesehatan masyarakat merupakan kombinasi dari ilmu pengetahuan,


keterampilan, etika dan moral yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
memperpanjang usia semua orang melalui tindakan kolektif yang terorganisir. Ilmu kesehatan
masyarakat juga bertujuan untuk mencegah penyakit dan memenuhi seluruh kebutuhan dalam
kesehatan dengan memenuhi strategi pemberdayaan masyarakat untuk hidup secara mandiri.
Seorang Ahli kesehatan masyarakat itu harus dapat membuat masyarakat berdaya, bukan
tergantung karena yang kita ciptakan adalah masyarakat mampu hidup sehat. Seorang ahli
kesehatan masyarakat juga harus mampu bekerja dalam tim, bekerja kolektif dan multi
sektor. Beberapa keahlian yang harus dimiliki di antaranya analysis and assessment, policy
development and program planning, communication skill, cultural competency, community
dimension of practice, public health sciences, financial planning and management,
dan leadership and system thinking.

Dalam ilmu kesehatan masyarakat, terdapat graphical model of public health yang


harus diketahui oleh mahasiswa dimana terdapat empat tools utama
yaitu biostatistic, epidemiology, social and behavioral science dan health policy and
management. Terdapat pula 3 susbtansi yang melingkupinya yaitu Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), ilmu gizi dan kesehatan lingkungan. Public Health itu system
thinking dan kemampuan meneliti sehingga pada dasarnya setiap ahli kesmas harus
menguasai semuanya. Selain itu, ia juga menekankan mengenai soft skill yang juga penting
dikuasai oleh ahli kesmas yaitu proactive (bergerak tanpa menunggu masalah), care (peduli
terhadap masalah) dan social enterpreneur (menjadi engine untuk menggerakkan kesehatan
masyarakat).

2.2. Peran SKM sebagai Inovator dalam Pencegahan dan Pengendalian COVID-19.
Presiden Joko Widodo mengungkap tingkat kematian atau case fatality akibat
Virus Corona (COVID-19) di Indonesia lebih tinggi ketimbang rata-rata dunia. Tingkat
kematian Indonesia saat ini adalah 4,7 persen.

"Angka kematian di Indonesia ini lebih tinggi 0,8 persen dari angka kematian global. Ini yang
saya kira menjadi PR kita bersama," ujar Presiden Jokowi saat memimpin rapat terbatas,
Senin (3/8/2020).

Berbagai cara telah dilaksanakan oleh pemerintah untuk menurunkan laju penyebaran
virus Covid-19 ini antara lain :

1. Anjuran untuk melaksanakan protokol Kesehatan pencegahan penularan Covid yaitu 6M,
itu meliputi memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
menjaga jarak (Social Distancing), menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas,
dan menghindari makan bersama.

2. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)


3. Kebijakan Lockdown

4. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)

5. Pelaksanaan Vaksinasi bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Salah satu bentuk kebijakan Pemerintah untuk mencegah dan menurunkan laju
penyebaran COVID-19 yaitu; Keputusan KEMENKES RI Nomor
HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan bagi masyarakat di tempat dan
fasilitas Umum dalam rangka Pencegahan dan Pengendalian COVID-19. Didalam
Kebijakan tersebut tercantum; Peran masyarakat untuk dapat memutus mata rantai
penularan COVID-19 (risiko tertular dan menularkan) harus dilakukan dengan
menerapkan protokol kesehatan. Protokol kesehatan secara umum harus memuat:

1. Perlindungan Kesehatan Individu


a. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan mulut
hingga dagu, jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang
tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan COVID-19).
Apabila menggunakan masker kain, sebaiknya gunakan masker kain 3 lapis.

b. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dengan air
mengalir atau menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol/handsanitizer.
Selalu menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang tidak
bersih (yang mungkin terkontaminasi droplet yang mengandung virus).

c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena
droplet dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta menghindari kerumunan,
keramaian, dan berdesakan. Jika tidak memungkinkan melakukan jaga jarak maka
dapat dilakukan berbagai rekayasa administrasi dan teknis lainnya. Rekayasa
administrasi dapat berupa pembatasan jumlah orang, pengaturan jadwal, dan
sebagainya. Sedangkan rekayasa teknis antara lain dapat berupa pembuatan partisi,
pengaturan jalur masuk dan keluar, dan lain sebagainya.

d. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) seperti mengkonsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30
menit sehari dan istirahat yang cukup (minimal 7 jam), serta menghindari faktor
risiko penyakit. Orang yang memiliki komorbiditas/penyakit penyerta/kondisi
rentan seperti diabetes, hipertensi, gangguan paru, gangguan jantung, gangguan
ginjal, kondisi immunocompromised/penyakit autoimun, kehamilan, lanjut usia,
anak-anak, dan lain lain, harus lebih berhati-hati dalam beraktifitas di tempat dan
fasilitas umum

Berkaitan dengan kebijakan diatas, sebagai Inovator -I-, berarti mampu menciptakan
inovasi terkait metode dan paradigma Kesehatan dalam upaya pencegahan penularan
Covid-19. menjadi role model (contoh) penerapan kebijakan dalam dunia nyata, dengan
begitu masyarakat sekitar dapat melihat dan mencontoh perilaku tersebut. contoh lainnya
dalam penerapan anjuran cuci tangan, seorang Inovator dapat melakukan hal-hal
sederhana, tapi memberikan imbas baik, seperti menyediakan pojok cuci tangan di rumah
masing-masing, dan menggunakan akses cuci tangan ditempat umum, misalnya saat
hendak berbelanja di supermarket, kita bisa mencuci tangan di tempat cuci tangan yang
telah disediakan, sehingga orang mengikuti Inovator memberikan/ menerapkan hal baru
yang sesuai dengan Protokol Kesehatan dan kepentingan warga tetap terlaksana kebiasaan
tersebut dan secara tidak lansung akan menjadi kebiasaan. Contoh lainya dalam penerapan
Protokol Kesehatan dalam sebuah acara warga disaat pandemic ini, pada saat acara
kemasyarakatan, dengan menyediakan pojok cuci tangan, membuat waktu/ jadwal pada
tamu undangan, dan menyediakan meja-kursi yang diatur sedemikian rupa berjarak ± 2
meter, dan untuk hidangan dibungkus dan dibawa pulang. dengan begitu keninginan
masyarakat dapat terpenuhi, tetapi tetap melaksanakan kebijakan pemerintah. Dengan
begini masyarakat menjadi lebih nyaman dan turut serta dalam upaya pencegahan
penularan COVID-19;

Contoh diatas adalah tindakan kecil yang bisa dilakukan seorang SKM sebagai
Inovator dalam Profil MIRACLE yang memberikan contoh implementasi kebijakan secara
sederhana yang dapat dilakukan masyarakat dalam kondisi New Normal ini. Seorang
Inovator dituntut bisa mensinkronkan kebutuhan masyarakat dengan tetap melaksanakan/
menaati peraturan pemerintah, sehingga masyarakat secara sukarela dan sadar menerapkan
protokol Kesehatan disetiap kegiatan dan kebiasaan sehari-hari.

Peranan SKM sebagai Inovator harus bisa memanfaatkan sumber daya yang ada
disekitarnya, penggunaan teknologi informasi tentunya akan sangat membantu dalam
mensosialisasikan, mengedukasi, dan membimbing masyarakat luas. Peningkatan
penggunaan sosial media pada masa pandemic sebagai sarana yang sesuai untuk
memberikan edukasi maupun informasi mengenai pengendalian dan upaya penurunan laju
penyebaran COVID-19. Informasi dibuat menarik dan mudah dipahami sehingga
memberikan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat tentang kebijakan dan
program pemerintah dalam upaya pengendalian COVID-19. Inovator harus tetap
memperhatikan asumsi-asumsi masyarakat, sehingga mampu membuat terobosan dan
inovasi baru dalam upaya meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat yang menjadi
tujuan dari seorang SKM.

BAB III
PENUTUP

Sarjana Kesehatan Masyarakat harus memiliki profil MIRACLE, (Manager = Manajer), I


(Inovator = Pembaharu), R (Researcher = Peneliti), A (Apprenticer = mampu belajar dalam
tim dan bekerja cepat), C (Communitarian = merakyat), L (Leader = Pemimpin), dan E
(Educator = pendidik). Inovator = Pembaharu harus mampu menciptakan inovasi terkait
metode dan paradigma Kesehatan dengan tetap memperhatikan keinginan dan kemampuan
masyarakat dengan melibatkan semua potensi sumber daya masyarakat tersebut. Innovator
harus menjadi contoh/ role model bagi masyarakat dalam hal menerapkan/ mengaplikasikan
semua kebijakan Kesehatan ditengah-tengah masyarakat. Sehingga masyarakat mampu dan
mau menerapkan kebijakan tersebut. Innovator harus bisa dalam hal pendekatan (advokasi)
suatu kebijakan serta mampu melaksanakan sosialisasi dan promosi Kesehatan sehingga
gesekan akibat dari suatu kebijakan dapat dihilangkan atau dikurangi, demi tercapainya
tujuan kebijakan kesehatan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai