Anda di halaman 1dari 38

BAB 1.

PENDAHULUAN
Mata adalah salah satu organ yang memiliki sistem pelindung yang cukup
baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan retrobulbar.Selain itu terdapatnya
refleks memejam dan mengedip, tetapi mata masih sering mendapatkan trauma
dari dunia luar.Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak
mata, saraf mata, dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat menimbulkan
penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan.
Trauma mata merupakan tindakan sengaja maupun tidak disengaja yang
dapat mengakibatkan perlukaan pada mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat
ringan, sedang, maupun berat. Pada mata dapat terjadi beberapa trauma terdiri dari
trauma tumpul, trauma tembus bola mata, trauma kimia, dan trauma radiasi.
Trauma kimia mata merupakan salah satu kegawatdaruratan mata yang
membutuhkan penatalaksanaan sesegera mungkin. Akibat buruk yang akan
ditimbulkan jika penatalaksanaan trauma terlambat adalah timbulnya berbagai
komplikasi yang salah satunya menyebabkan kebutaan bahkan kehilangan mata.
ebihdari !"".""" kasus trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi
setiap tahunnya. #ibandingkan dengan wanita, laki$laki memiliki rasio terkena
trauma mata % kali lebih besar. #ari data &'( tahun )""! trauma okular
berakibat kebutaan unilateral sebanyak *+ juta orang, ),, juta mengalami
penurunan -isus bilateral, dan *,. juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera
mata. Sebagian besar /!%01 merupakan trauma kimia. 2asio frekuensi ber-ariasi
trauma asam3basa antara *3* sampai *3%. Secara international, !"0 dari trauma
kimiawi dikarenakan oleh pajanan karena pekerjaan
*
.
Trauma kimia pada mata adalah trauma yang mengenai bola mata akibat
terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa pada bola mata.
Trauma kimia diakibatkan oleh 4at asam dengan p' 5 6 ataupun 4atbasa p' 7 6
yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata.Tingkat keparahan trauma
dikaitkan dengan jenis, -olume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi
dari 4at kimia tersebut. Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan dalam
*
laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian,
dan peperangan memakai bahan kimia serta paparan bahan kimia dari alat$alat
rumah tangga. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera.
8rigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang harus segera
dilakukan
)%
. (leh karena itu, diperlukan pengetahuan yang spesifik mengenai
trauma mata yang sering terjadi di lingkungan masyarakat, salah satunya adalah
trauma kimia.
)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Mata
9ambar ).* Anatomi mata tampak melintang
)
Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek
yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan
segera dihantarkan ke otak. :ola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal
)% mm. :ola mata di bagian depan /kornea memiliki kelengkungan yang lebih
tajam, sehingga terdapat bentuk dengan ) kelengkungan yang berbeda. :ola mata
dibungkus oleh , lapisan, yaitu sklera, jaringan u-ea, dan retina. Struktur lain dari
bola mata terdiri dari
,
3
Sklera /bagian putih mata1 3 merupakan lapisan luar mata yang berwarna
putih dan relatif kuat. Merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan
bentuk pada mata.
Jaringan uvea3 merupakan jaringan -askular yang terdiri dari iris, badan
siliar, dan koroid. ;aringan u-ea dan sklera dibatasi oleh ruang yang potensial
,
mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa /perdarahan
suprakoroid1.
Retina3 merupakan lapisan yang terletak paling dalam dan mempunyai
susunan lapis sebanyak *" lapis yang merupakan lapisan membran
neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik
dan diteruskan ke otak.
Konjungtiva 3 selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan
bagian luar sklera.
Kornea 3 struktur transparan yang menyerupai kubah yang tembus cahaya,
merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu
memfokuskan cahaya. Merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata
depan dan secara histologis terdiri dari epitel, membran bowman, stroma,
membran descement, dan endotel.
9ambar ).) 'istologi kornea
%
%
Pupil 3 daerah hitam di tengah$tengah iris.
Iris 3 jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang
kornea dan di depan lensa. 8ris memiliki kemampuan mengatur secara otomatis
masuknya cahaya ke dalam bola mata dengan cara merubah ukuran pupil.
:adan siliar merupakan susunan otot yang melingkar dan mempunyai sistem
ekskresi di belakang limbus.
Lensa 3 struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor a<ueus dan
-itreus= berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
Saraf optikus 3 kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan -isuil dari
retina ke otak.
Humor aqueus 3 cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan
kornea /mengisi segmen anterior mata1, serta merupakan sumber makanan bagi
lensa dan kornea= dihasilkan oleh prosesus siliaris.
Humor vitreus 3 gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan
retina /mengisi segmen posterior mata1.
:ola mata terbagi menjadi ) bagian, masing$masing terisi oleh cairan3
*. Segmen anterior 3 mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor a<ueus yang
merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior
sendiri terbagi menjadi ) bagian /bilik anterior 3 mulai dari kornea sampai iris,
dan bilik posterior 3 mulai dari iris sampai lensa1. #alam keadaan normal,
humor a<ueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik
anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung
iris.
). Segmen posterior 3 mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina,
berisi humor -itreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.
(tot, Saraf, dan Pembuluh #arah Mata
Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. :eberapa otot bekerja
sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu.
>
Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya,
yaitu3
Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina
ke otak
Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan
merangsang otot pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan
mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh -ena oftalmika dan -ena
retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang
,
.
9ambar )., (tot$otot penggerak bola mata
)
2.2 Trauma Kimia Asam
2.2.1 Batasan
Trauma kimia asam pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan
oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat,
bahkan sampai kehilangan penglihatan. Trauma kimia asam pada mata disebabkan
oleh paparan bahan kimia yang bersifat asam yang dapat merusak struktur bola
mata tersebut.Trauma kimia asam diakibatkan oleh 4at asam dengan p'56, dapat
menyebabkan kerusakan struktur bola mata. Tingkat keparahan trauma dikaitkan
dengan jenis, -olume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari 4at
kimia asam tersebut
>
.
Trauma kimia asam dapat terjadi pada kecelakaan di laboratorium, industri,
pekerjaan yang memakai bahan kimia asam, pekerjaan pertanian, dan peperangan
yang memakai bahan kimia asam serta paparan bahan kimia asam dari alat$alat
.
rumah tangga. Setiap trauma kimia asam pada mata memerlukan tindakan segera.
8rigasi daerah yang terkena trauma kimia asam merupakan tindakan yang harus
segera dilakukan
.
.
Trauma kimia asam bersifat lebih ringan dibandingkan dengan trauma kimia
basa karena cedera jaringan yang lebih fokus, selain itu epitel kornea dapat
memberikan perlindungan terhadap asam lemah. Pada saat terkena bahan asam
maka ion hidrogen akan merubah p' permukaan, sedangkan anion terkait
bereaksi dengan epitel dan sel stroma superfisial untuk mengendapkan dan
mendenaturasi protein permukaan. Protein yang di gumpalkan tersebut berfungsi
sebagai penghalang superfisial dan mencegah cedera intraokular. Asam kuat dapat
menembus dan menghasilkan pola cedera yang sebanding dengan sebuah luka
bakar basa, seperti kerusakan jaringan yang dalam pada mata yang mencapai p'
),> atau kurang
6
.
9ambar ).% Trauma kimia asam pada mata
!
2.2.2 Etiologi
Trauma kimia asam biasanya disebabkan bahan$bahan yang tersemprot atau
terpercik pada wajah. Tabel ).* berikut merupakan contoh bahan kimia yang
bersifat asam3
6
Tabel ).* :ahan Penyebab Trauma Kimia Asam
+
Komponn A!ti" Sum#r Utama $atatan
Asam sulfat /'
)
S(
%
1 Pembersih industri, air accu Percampuran dengan air
mata menyebabkan cedera
panas, dapat disertai dengan
adanya benda asing atau
robekan jaringan
Asam sulfit /'
)
S(
,
1 $ Terbentuk dari
percampuran sulfur
diokida /S(
)
1 dengan air
mata
$ Pengawet buah?sayuran
$ :ahan pemutih
$ :ahan pendingin
2elatif lebih mudah
berpenetrasi dibandingkan
asam lainnya
Asam hidrofluorik /'@1 :ahan pemoles?pemutih kaca,
pemisah mineral, alkilasi
bensin, produksi silicon
Mudah berpenetrasi dan
menyebabkan trauma yang
parah
Asam klorida /'A1 #igunakan sebagai larutan
,*$,!0
Kerusakan berat bila
konsentrasi pekat dan
pajanan kronis
Asam cuka /A'
,
A(('1 Auka %$*"0, cuka biang
!"0, asam asetat glasial +"0
Trauma ringan bila
konsentrasi 5*"0,
kerusakan meningkat bila
konsentrasi pekat
Ahromik /Ar
)
(
,
1 8ndustri pelapisan krom Pajanan yang kronis dapat
menyebabkan konjungti-itis
kronis dengan brown
discoloration
Trauma kimia asam yang paling parah disebabkan oleh asam hidrofluorik
karena berat molekulnya yang rendah dan ukurannya yang kecil, fluroride akan
menembus masuk ke stroma dan menyebabkan cedera kornea serta segmen
anterior. Asam sulfat merupakan penyebab trauma kimia mata tersering. Asam
sulfat bereaksi dengan air dan masuk ke dalam robekan pre kornea untuk
memproduksi panas yang mendestruksi epitel kornea serta konjungti-a. Salah satu
!
kejadian yang mengakibatkan luka bakar asam sulfat adalah ledakan accu mobil,
yang mungkin merupakan penyebab tersering dari luka bakar kimia pada mata
*"
.
2.2.% Klasi"i!asi
Trauma kimia asam dapat diklasifikasikan sesuai dengan derajat keparahan
yang ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab trauma. Klasifikasi ini juga
bertujuan untuk penatalaksanaan yang sesuai dengan kerusakan yang muncul serta
indikasi penentuan prognosis. Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat
kejernihan kornea dan keparahan iskemik limbus. Selain itu klasifikasi ini juga
untuk menilai patensi dari pembuluh darah limbus /superficial dan profundus1.
Klasifikasi tingkat keparahan akibat rudapaksa kimia berdasarkan M.;. 2oper$
'all3
Tabel ).) Klasifikasi Trauma Kimia
**
&ra'asi Korna Kon(ungti)a Prognosis
8 Brosi kornea 8skemia /$1 :aik
88 Keruh, detail iris jelas 8skemia 5 C limbus :aik
888 Kerusakan epitel total, stroma
keruh, detail iris kabur
8skemia *?, D C
limbus
Kurang baik
8E Keruh?putih, detail iris tak
tampak
8skemia 7 C limbus ;elek
+
a b
c d
9ambar ).> #erajat keparahan trauma kimia berdasarkan 2oper$'all
**
/a1 9radasi 8= /b1 9radasi 88= /c1 9radasi 888= /d1 9radasi 8E
2.2.* Pato"isiologi
Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion
dalam kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah
p', sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi, dan
koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari
4at asam, dan menyebabkan tampilan ground glass dari stroma korneal yang
mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh
4at kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh 4at
kimia basa
>
.
Asam hidrofluorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat
melewati membran sel, seperti alkali. 8on fluorida dilepaskan ke dalam sel, dan
memungkinkan menghambat en4im glikolitikdan bergabung dengan kalsium dan
magnesium membentuk insoluble complexes. Fyeri lokal yang ekstrim bisa terjadi
sebagai hasil dari imobilisasi ion kalsium yang berujung pada stimulasi saraf
dengan pemindahan ion potassium. @luorinosis akut bisa terjadi ketika ion
fluorida memasuki sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala pada
jantung, pernapasan, gastrointestinal, dan neurologi
>
.
*"
Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh ) fase, yaitu
fase kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase
penyembuhan.Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti
oleh hal$hal berikut3
a. Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungti-a disertai gangguan dan
oklusi pembuluh darah pada limbus
b. 'ilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada -askularisasi dan
konjungti-alisasi permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan
persisten pada epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea bersih
c. Penetrasi yang dalam dari suatu 4at kimia dapat menyebabkan kerusakan
dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea
d. Penetrasi 4at kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan
kerusakan iris dan lensa
e. Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang
dibutuhkan untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea
f. 'ipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi
Proses penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses$proses berikut3
a. Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran
dari sel$sel epithelial yang berasal dari stem cell limbus
b. Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit sehingga
terjadi sintesis kolagen baru
*)
.
:ahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi
dan presipitasi dengan jaringan protein di sekitarnya. Karena adanya daya buffer
dari jaringan terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka
kerusakannya cenderung terlokalisir. :ahan asam yang mengenai kornea juga
mengadakan presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang$kadang seluruh epitel
kornea terlepas. :ahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di
kornea. :ila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma
basa
*,
.
**
2.2.+ Anamnsis
Pada anamnesis pasien mengeluh adanya bahan kimia asam yang mengenai
mata disertai rasa nyeri sampai tidak bisa membuka mata, berair, kabur, dan silau.
:ahan asam yang mengenai mata bisa berupa cairan atau mata tersemprot gas
sehingga partikel$partikelnya masuk ke dalam mata. 2incian lengkap terjadinya
trauma dapat diperoleh lewat pertanyaan$pertanyaan berikut3
$ Tanggal dan waktu terjadinya trauma
$ Tempat kejadian
$ Apakah kecelakaan kerja atau bukan
$ Apakah ada unsur kesengajaan atau akibat orang lain?kelalaian
$ :agaimana terjadinya trauma /alat yang mengenai, arah trauma, kekuatan
trauma1
$ Apakah memakai kacamata pelindung?ada kerusakan kacamata pengaman
$ :agaimana keadaan mata dan -isus sebelum trauma
$ Apakah ada korpus alienum intraokuler
$ Pertolongan yang telah dilakukan sebelumnya
$ Apakah trauma mengenai bagian tubuh lainnya
$ Fama dan alamat saksi mata
*%
2.2., &(ala Klinis
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yatu epifora,
blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya
dapat segera terjadi penurunan -isus akibat nekrosis superfisial kornea. Selain itu
dapat ditemukan gejala seperti kelopak mata bengkak, konjungti-a hiperemis,
kemosis, edem kornea, tes fluoresein G, sampai kekeruhan kornea yang hebat
*%
.
2.2.- Pmri!saan
Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena 4at
kimia asam sudah teririgasi dengan air dan p' permukaan bola mata sudah netral.
*)
(bat anestesi topical atau lokal sangat membantuagar pasien tenang, lebih
nyaman dan kooperatif sebelum dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi,
pemeriksaan dilakukan dengan perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan dan
keutuhan kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intraocular, konjungti-alisasi
pada kornea, neo-askularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang menetap
dan berulang
,
.
a. Anastesi lokal
(bat anastesi lokal digunakan untuk menghilangkan nyeri pada mata, atau
saat akan melakukan pemeriksaan diagnostik tertentu seperti tonometer,
uji anel, pemeriksaan dengan goniolens, serta bedah pengeluaran benda
asing pada kornea atau konjungti-a. (bat anastesi local yang sering
dipakai adalah tetrakain ",>0, kokain )$>0, dan pantokain )0.
(bat anastesi lokal dapat memberikan efek samping berupa3
$ Memperlambat penyembuhan epitel kornea
$ Memperberat proses kelainan kornea
$ #apat merusak epitel kornea
Kokain dapat memberikan efek samping berupa epitel kornea menjadi
ireguler, gelisah, demam, kejang, gangguan kardio-askular.
b. Tes fluoresein
Merupakan tes untuk mengetahui terdapatnya kerusakan epitel kornea. Hat
warna fluoresein akan berubah berwarna hijau pada epitel kornea yang
defek. Alat?bahan yang dibutuhkan yaitu4at warna fluoresein ",> D ) 0
tetes mata atau kertas fluoresein, serta obat tetes anastetikum pantokain.
Teknik pemeriksaan awalnya mata ditetesi pantokain * teteslalu 4at warna
fluoresein diteteskan pada mata atau kertas fluoresein ditaruh pada forniks
inferior selama )" detik. Hat warna diirigasi dengan larutan garam
fisiologik sampai seluruh air mata tidak berwarna hijau lagi. Aari bagian
pada kornea yang berwarna hijau
:ila terdapat warna hijau pada kornea berarti terdapat defek pada epitel
kornea. #efek ini dapat dalam bentuk erosi kornea atau infiltrat yang
*,
mengakibatkan kerusakan epitel. Hat warna yang menempel pada defek
epitel akan menghilang sesudah ," menit
c. Pemeriksaan memakai lampu senter G loupe, slit lamp
oupe merupakan alat untuk melihat benda menjadi lebih besar dibanding
ukuran normalnya. oupe mempunyai kekuatan %$. dioptri. Intuk melihat
benda dengan loupe yang berkekuatan >," dioptri maka benda yang diliht
harus terletak )" cm /*""?>1 atau pada titik api lensa loupe. #engan jarak
ini mata tanpa akomodasi akan melihat benda lebih besar. :ila benda yang
dilihat disinari sentolop, maka benda yang dilihat akan lebih tegas. 'al ini
dipergunakan sebagai slitlamp, karena cara kerjanya hampir sama.
Pemeriksaan dengan loupe atau slitlamp /lampu celah1 akan lebih
sempurna bila dilakukan di dalam kamar yang digelapkan.
d. Kertas p' meter atau lakmus untuk mengetahui jenis bahan kimia
Pemeriksaan p' bola mata dilakukan secra berkala. 8rigasi pada mata
harus tetap dilakukan sampai tercapai p' normal.
e. Lid retractor ? desmares untuk membantu membuka kelopak mata
f. Pemeriksaan oftalmoskopi?funduskopi direk dan indirek
g. @oto rontgen dan pemeriksaan menggunakan magnet
@oto rontgen dilakukan terutama untuk benda logam yang radioopak,
sehingga lokasinya dapat ditentukan lebih cermat. Selanjutnya, dapat
dilakukan pemeriksaan dengan magnet. Aaranya, magnet didekatka pada
mata dan digerak$gerakkan sehingga benda asing di mata akan ikut
bergerak dan mata terasa sakit bila benda tersebut bersifat magnetis.
h. Tonometri
Intuk mengetahui tekanan intraokular
2.2.. Diagnosis
#iagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui anamnesis, gejala
klinis, dan hasil pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Famun hal ini
tidaklah mutlak dilakukan karena trauma kimia asam pada mata merupakan kasus
gawat darurat sehingga hanya diperlukan anamnesis singkat
*>
.
*%
2.2./ Diagnosis Ban'ing
:eberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia asam pada
mata antara lain konjungti-itis, konjungti-itis hemoragik akut,
keratokonjungti-itis sika, erosi kornea, abrasi kornea, dan ulkus kornea
>
.
2.2.10 Tata La!sana
Tata laksana trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun
jenis trauma itu sendiri. Famun demikian ada empat tujuan utama dalam
mengatasi kasus trauma okular, yaitu memperbaiki penglihatan, mencegah
terjadinya infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata, serta mencegah
sekuele jangka panjang. Tata laksana trauma kimia mencakup tata laksana secara
umum dan secara khusus
*)
.
Tata aksana Imum
a. 8rigasi mata dan jaringan sekitar. Semua rudapaksa ?trauma kimia
merupakan kasus emergensi?darurat, sebaiknya pertolongan pertama mulai
dilakukan pada tempat kejadian sesegera mungkin, dengan cara
mencuci?irigasi dengan air bersih /air mineral, air sumur, air P#AM1
sesering mungkin sebelum dirujuk ke rumah sakit terdekat. :erikan
anestesi lokal tetes mata diikuti irigasi dengan a<uades steril, cairan
fisiologis /normal salin, ringer laktat1 secara manual, memakai spuit )" cc
disposable, atau secara drip ? continuousirrigation dengan infusion set.
8rigasi selain ditujukan pada kornea mata, juga untuk fornik
superior?inferior, bila ada sisa bahan kimia dapat dibersihkan dengan lidi
kapas steril basah atau pinset. 8rigasi minimal * liter untuk masing$masing
mata, untuk bahan kimia asam irigasi dilakukan selama C jam
b. #ouble e-ersi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material
yang terdapat pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan
terjadinya perlengketan antara konjungti-a palpebral, konjungti-a bulbi,
dan konjungti-a forniks.
*>
c. #ebridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga
dapat terjadi re$epitelisasi pada kornea. Selanjutnya diberikan bebat
/perban1 pada mata dan artificial tear /air mata buatan1
9ambar ).. 8rigasi dan pembebatan pada mata
*.
Tata laksana khusus berdasarkan fase peristiwa
)>
a. @ase kejadian /immediate1
Tujuan tindakan pada fase ini yaitu menghilangkan material bahan asam hingga
sebersih mungkin. Tindakan yang dilakukan antara lain3
$ 8rigasi /dengan cara sama seperti pada tata laksana umum1
$ #iagnosis ditegakkan lewat anamnesis, gejala klinis, serta pemeriksaan
oftalmologis
b. @ase akut /sampai hari ke$61
Tujuan tindakan pada fase ini adalah mencegah terjadinya penyulit. Prinsip terapi
dengan medikamentosa dan pembedahan. Medikamentosa ditujukan untuk
mempercepat proses reepitelisasi kornea, mengontrol tingkat peradangan,
mencegah infeksi sekunder, mencegah peningkatan tekanan bola mata,
suplemen?antioksidan.
Medikamentosa yang diberikan pada pasien trauma kimia asam antara lain3
*.
a. Steroid
:ertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutrophil. Famun
pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan
menurunkan sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblast. Intuk itu
steroid hanya diberikan secara inisial dan di$tappering off setelah 6$*" hari.
#eJametason ",*0 eye drop dan Prednisolon ",*0 eye drop diberikan setiap
) jam. :ila perlu dapat diberikan Prednisolon 8E >"$)"" mg.
b. Sikloplegik
Intuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia anterior. Atropin *0
eye drop atau Scopolamin ",)>0 diberikan ) kali sehari.
c. Asam askorbat /-itamin A1
Mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan penyembuhan
luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblast kornea.
Fatrium askorbat *"0 topical diberikan setiap ) jam. Intuk dosis sistemik
dapat diberikan sampai dosis ) gram per hari.
d. :eta bloker?karbonik anhidrase inhibitor
Intuk menurunkan tekanan intraocular dan mengurangi resiko terjadinya
glaukoma sekunder. #iberikan secara oral Aseta4olamid /#iamoJ1 >"" mg.
e. Antibiotik
#iberikan untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin efektif
untuk menghambat kolagenase, menghambat akti-itas neutrophil dan
mengurangi pembentukan ulkus. #apat diberikan bersamaan antara topical
dan sistemik.
f. Asam hyaluronik
Intuk membantu proses reepitelisasi kornea dan menstabilkan barrier
fisiologis. Asam sitrat menghambat akti-itas neutrophil dan mengurangi reson
inflamasi. Fatrium sitrat *"0 topical diberikan setiap ) jam selama *" hari.
Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 6 hari setelah
trauma.
*6
Tindakan pembedahan terbagi atas pembedahan segera dan pembedahan
lanjut. Tindakan pembedahan segera merupakan pembedahan yang sifatnya segera
dibutuhkan untuk re-askularisasi limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan
mengembalikan kedudukan forniks. Prosedur berikut dapat digunakan untuk
pembedahan
*)
3
a. Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk
mengembalikan -askularisasi limbus, juga mencegah perkembangan ulkus
kornea
b. Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain /autograft1 atau
dari donor /allograft1 bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea
menjadi normal
c. 9raft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis
Sedangkan penanganan bedah pada tahap lanjut dapat menggunakan metode
berikut3
a. Pemisahan bagian$bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands
dan simblefaron
b. Pemasangan graft membran mukosa atau konjungti-a
c. Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata
d. Keratoplasti dapat ditunda sampai . bulan. Makin lama makin baik, hal ini
untuk memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi
e. Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat
dikarenakan hasil dari graft kon-ensional sangat buruk
Tabel )., Penatalaksanaan @ase 88
+
Tin'a!a
n
&ra'asi I &ra'asi II &ra'asi III &ra'asi I1
A $ :andage lens :andage lens :andage lens
: A: G steroid tetes
%$.J
Kortikosteroid
tetes .J
#eJamethasone?
Prednisolon
tetes?jam
#eJamethasone?
Prednisolon tetes?
," menit
A A: G steroid tetes
%$.J
Tetrasiklin salep
%J
#oJysiklin
Tetrasiklin salep %J
#oJysiklin
)J*""mg
Tetrasiklin salep %J
#oJysiklin
)J*""mg
*!
)J*""mg
# $ Timolol ",>0 tetes
)J
Timolol ",>0 tetes
)J
Aseta4olamide
)J>""mg
Timolol ",>0 tetes
)J
Aseta4olamide
)J>""mg
B Sulfas atropin *0
tetes )J
Eitamin A %J>""mg
Sulfas atropin *0
tetes )J
Eitamin A )"""mg
Sulfas atropin *0
tetes )J
Eitamin A )"""mg
Sulfas atropin *0
tetes )J
Eitamin A )"""mg
@ $ $ Fekrotomi G graft
konjungti-a limbus
Fekrotomi G graft
konjungti-a limbus
c. @ase pemulihan dini /earl repair3 hari ke$6 sampai dengan hari ke$)*1
Tujuan tindakan pada fase ini yaitu membatasi tingkat penyulit. Masalah yang
dihadapi pada fase ini antara lain hambatan reepitelisasi kornea, gangguan fungsi
kelopak mata, hilangnya sel goblet, ulserasi stroma hingga perforasi kornea.
Prinsip dan tata laksana sama seperti fase sebelumnya, disesuikan dengan kondisi
pasien.
Tabel ).% Penatalaksanaan @ase 888
+
Tin'a!a
n
&ra'asi I &ra'asi II &ra'asi III &ra'asi I1
A 2eepitelialisasi
sempurna
2eepitelialisasi
sempurna
:andage lens
diteruskan
:andage lens :andage lens
: A: G steroid tetes
tapering off
Kortikosteroid tetes
tapering off
#eJamethasone?
Prednisolon tetes
tappoff? stop, ganti
dengan3
FSA8# tetes
/8ndometason?
#iclofenaJ1 .J
#eJamethasone?
Prednisolon tetes
tappoff? stop, ganti
dengan3
FSA8# tetes
/8ndometason?
#iclofenaJ1 .J
A A: G steroid tetes
tapering off
Tetrasiklin salep )J
#oJysiklin )J*""mg
Tetrasiklin salep )J
#oJysiklin )J*""mg
Tetrasiklin salep )J
#oJysiklin )J*""mg
# $ Peningkatan T8( /$1
timolol stop
Peningkatan T8( /$1
timolol stop
Timolol ",>0 tetes
)J
Aseta4olamid G ion K
diteruskan
*+
B I-eitis /$1 3 sulfas
atropin dihentikan
I-eitis /$1 3 sulfas
atropin dihentikan
Eitamin A )""" mg
Sulfas atropin *0
tetes ,J
Eitamin A )"""
mg?hari
2etinoic acid salep
)J
Sulfas atropin *0
tetes ,J
Eitamin A )"""
mg?hari
Eitamin A dan B
@ $ $ ;aringan nekrotik /G1
3 eksisi
@ungsi kelopak /G1 3
tarsoaphy
;aringan nekrotik
/G1 3 eksisi
Mukosa bibir?amnion
/G1 3 stem cell
limbus ? sklera? facial
d. @ase pemulihan akhir /late repair3 setelah hari ke$)*1
Tujuan tindakan pada fase ini adaah rehabilitasi fungsi penglihatan. Prinsipnya
mempercepat proses reepitelisasi kornea atau optimalisasi fungsi epitel
permukaan.
Tabel ).> Penatalaksanaan pada @ase 8E
+
Tindakan 9radasi 8 9radasi 88 9radasi 888 9radasi 8E
A Solcosery ,J Bpiteliopati /G1 3
Solcosery %J
Bpiteliopati /G1 3
Solcosery %J
2etinoic acid *0 *J
malam
2eepitelialisasi /G1 3
bandage lens
diteruskan
: $ FSA8# tetes%J FSA8# tetes %J
MedroJy progesteron
*0 %J
FSA8# tetes %J
MedroJy progesteron
*0 %J
A $ $ $ Tetrasiklin salep %J
#oJyiklin )J*""mg
# $ $ $ Peningkatan T8( /$1 3
Timolol ",>0 tappoff
Aseta4olamid G ion K
dihentikan
B $ $ $ I-eitis /$1 3 sulfas
atropine dihentikan
Eitamin A )"""
mg?hari
Eitamin A dan B
@ $ $ $ 9raft konjungti-a
)"
limbus ? terapetik
keratoplasti,
keratoprostesis
2.2.11 Kompli!asi
Komplikasi segera
.
3
a. 9laukoma akut
#apat terjadi )$% jam setelah trauma, hal ini karena adanya pelepasan
prostaglandin yang merangsang terjadinya u-eitis
b. Bkspose kornea, perlunakan kornea
Komplikasi jangka panjang
.
3
a. Simblefaron
Merupakan kelainan dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia,
lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan terganggu. #apat diatasi
dengan simblefarektomi.
9ambar ).6 Simblefaron
!
b. Sindrom mata kering /keratitis Sicca1
Sindrom mata kering diatasi dengan air mata buatan, lensa kontak
KbandageL, atau tarsorafi
)*
9ambar ).! Keratitis sicca
!
c. Katarak traumatika
#apat diatasi dengan ekstraksi lensa
9ambar ).+ Katarak traumatika
!
d. Sikatrik kornea
#apat diatasi dengan keratoplasti
))
9ambar ).*" Sikatrik kornea
!
e. 9laukoma sudut tertutup
Pasien mengeluhkan gejala khas yaitu tajam penglihatan menurun, mata
merah, nyeri pada mata yang mendapat serangan yang berlangsung
beberapa jam, melihat pelangi /halo1 di sekitar lampu, mual, dan muntah.
#apat diatasi dengan obat$obatan anti glaukoma untuk menurunkan
tekanan intraokuler serta tindakan bedah iridektomi perifer atau
trabekulektomi.
f. Bntropion
Adalah kelopak mata yang terbalik atau membalik ke dalam tepi jaringan,
terutama tepi kelopak bawah. Bntropion dapat terjadi akibat senilitas,
spasme, sikatriks. #alam kasus trauma kimia asam entropion terjadi akibat
adanya spasme dan sikatriks.
2.2.12 Prognosis
Prognosis trauma kimia asam tergantung pada
*6
3
a. uas kerusakan permukaan epitel
b. 9angguan fungsi kelopak
c. #efek epitel yang persisten
d. Pertolongan pertama saat kejadian, semain cepat, semakin baik
prognosisnya
),
e. ;umlah dan tingkat kepekatan konsentrasi /p'1 bahan kimia, semakin
banyak jumlah dan kepekatannya tinggi /p' semakin rendah1 maka
kerusakannya semakin hebat
f. ama kontak dengan bahan kimia asam
g. Toksisitas /kemampuan berpenetrasi1 sesuai jenis asam yang terkena
2.% Trauma Kimia Basa
2.%.1 Batasan
Trauma basa merupakan rudapaksa mata yang disebabkan oleh bahan
kimia basa. Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena
bahan$bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat
secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan
sampai retina. Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila
dilihat dari luar. Famun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini
mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. :asa akan menembus kornea, kamera
okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga sering berakhir dengan
kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea.
:ahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses saponifikasi, disertai
dengan dehidrasi
*!
.
:ahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel
jaringan. Pada p' yang tinggi alkali akan mengakibatkan saponifikasi disertai
dengan disosiasi asam lemak membran sel. Akibat saponifikasi tersebut, maka
akan mempermudah penetrasi lebih lanjut. 9angguan penyembuhan epitel yang
berkelanjutan dengan ulkus kornea akan mengakibatkan terjadinya perforasi
kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk + jam sesudah trauma dan puncaknya
terdapat pada hari ke *)$)*. :iasanya ulkus pada kornea mulai terbentuk )
minggu setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi
epitelisasi lengkap atau -askularisasi telah menutup dataran depan kornea. :ila
alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi
badan siliar. Aairan mata susunannya akan berubah, yaitu jumlah kadar glukosa
)%
dan askorbat yang berkurang, padahal kedua unsur ini memegang peranan penting
dalam pembentukan jaringan kornea
,
.
2.%.2 Etiologi
:eberapa bahan penyebab trauma kimia basa, antara lain
>
3
Produk pembersih dalam rumah tangga /amoniak1
Pupuk /amoniak1
Shampoo, sabun
Semen, tiner, lem, kapur gamping
@reon?bahan pendingin lemari es
Sodium hidroksida
Potassium hidroksida
#ll
2.%.% Klasi"i!asi
Menurut klasifikasi Thoft, trauma basa dapat dibedakan dalam
*+
3
*. #erajat *3 hiperemi konjungti-a, dan keratitis pungtata.
). #erajat )3 hiperemi konjungti-a dan hilang epitel kornea.
,. #erajat ,3 hiperemi disertai dengan nekrosis konjungti-a dan lepasnya
kornea.
%. #erajat %3 Konjungti-a perilimal nekrosis sebanyak >"0.
)>
9ambar ).** Klasifikasi Trauma Kimia menurut Thoft
)"
, /a1 derajat *, /b1 derajat
), /c1 derajat ,, /d1 derajat %.
Pengelompokan trauma kimia juga bertujuan untuk penatalaksaan yang
sesuai dengan kerusakan yang muncul serta indikasi penentuan prognosis.
Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat kejernihan kornea dan keparahan
iskemik limbus
,
.
Menurut klasifikasi 'ughes 3
2ingan
*. Brosi kornea
). Kornea agak keruh
,. Tidak terdapat iskemia dan nekrosis sklera ataupun konjungti-a
Sedang
*. Kornea keruh
). #etail iris tak tampak
,. Terdapat nekrosis dan iskemi ringan pada konjungti-a dan sklera
:erat
*. Pupil tidak tampak
). Konjungti-a dan sklera kemosis hebat dan pucat /!lanc"ing1
2.%.* Pato"isiologi
:ahan$bahan yang bersifat basa dibagi menjadi ion hidroksil dan
kationnya dalam bola mata. 8on hidroksil menyebabkan terjadinya saponifikasi
).
asam lemak membran sel, sedangkan kationnya berinteraksi dengan kolagen dari
stroma dan glikosaminoglikan. #ollagen "dration menyebabkan terjadinya
ketidaksempurnaan dan pemendekan benang$benang fibrin, yang mengarah ke
perubahan jalinan trabekula di bilik mata depan yang nantinya akan menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intra okuli. Selain itu, adanya pelepasan mediator
inflamasi selama proses trauma yang merangsang pelepasan dari prostaglandin,
juga akan meningkatkan tekanan intra okuli
>
.
8nteraksi ini juga dipengaruhi dari dalamnya penetrasi ke dalam kornea
dan segmen anterior dari bola mata. Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia
ditandai oleh ) fase, yaitu fase kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan
kimia serta fase penyembuhan. Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang
berat dapat diikuti oleh hal$hal sebagai berikut3
Fekrosis pada epitel kornea dan konjungti-a disertai gangguan dan oklusi
pembuluh darah pada limbus.
'ilangnya stem cell limbus yang akan berdampak pada -askularisasi dan
konjungti-alisasi permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan
persisten pada epitel kornea.
Penetrasi yang dalam dari suatu 4at kimia dapat menyebabkan kerusakan
dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea.
Penetrasi 4at kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan
kerusakan iris dan lensa.
Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang
dibutuhkan untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.
'ipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.
Sedangkan untuk proses penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti
oleh proses$proses berikut3
*. Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran
dari sel$sel epitelial yang berasal dari stem cell limbus
)6
). Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit terjadi sintesis
kolagen yang baru.
2.%.+ Anamnsis
Pada anamnesis sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan
atau tersemprot gas pada mata atau partikel$partikelnya masuk ke dalam mata.
Perlu diketahui apa persisnya 4at kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut
/misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan dengan kecepatan tinggi1 serta
kapan terjadinya trauma tersebut
)
.
Perlu diketahui apakah terjadi penurunan -isus setelah cedera atau saat
cedera terjadi. (nset dari penurunan -isus apakah terjadi secara progresif atau
terjadi secara tiba tiba. Fyeri, lakrimasi, silau dan pandangan kabur merupakan
gambaran umum trauma. #an harus dicurigai adanya benda asing intraokular
apabila terdapat riwayat salah satunya apabila trauma terjadi akibat ledakan
)*
.
2.%., &(ala Klinis
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu,
epifora, blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam
biasanya dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial
kornea. Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan sering
bermanifestasi beberapa hari sesudah kejadian. Famun sebenarnya kerusakan
yang terjadi pada trauma basa lebih berat dibanding trauma asam
>
.
2.%.- Pmri!saan
Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena
4at kimia sudah terigasi dengan air dan p' permukaan bola mata sudah netral. p'
permukaan mata diperiksa dengan meletakkan secarik kertas indikator di forniks.
(bat anestesi topikal atau lokal sangat membantu agar pasien tenang, lebih
nyaman dan kooperatif sebelum dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi,
pemeriksaan dilakukan dengan perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan dan
keutuhan kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intra okular, konjungti-alisasi
)!
pada kornea, neo-askularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang menetap
dan berulang
)
.
Pemeriksaan yang didapatkan umumnya, -isus menurun, kelopak mata
bengkak kadang$kadang ada luka bakar, konjungti-a hiperemi, kemosis, karena
bahan kimia basa bisa terjadi iskemi dan nekrosis pada konjungti-a dan sklera,
tergantung dari berat ringannya keadaan. Kornea edema, tes fluoresin /G1 hingga
kekeruhan kornea yang hebat
)*
.
Selain itu juga bisa dilakukan pemeriksaan p' bola mata secara berkala
dengan kertas lakmus. Tujuan pemeriksaan kertas lakmus ini adalah untuk
mengetahui jenis bahan kimia dan sebagai media pemeriksaan e-aluasi hasil
irigasi hingga p' normal, atau tidak. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan
lup atau slit lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan
oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan. Pemeriksaan fluoresin tes
untuk mengetahui adanya defek pada kornea. Selain itu dapat pula dilakukan
pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan intraokular
,
.
2.%.. Diagnosis
#iagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis,
anamnesis dan pemeriksaan fisik dan penunjang. Famun hal ini tidaklah mutlak
dilakukan dikarenakan trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat
sehingga hanya diperlukan anamnesa singkat
,
.
2.%./ Tata La!sana
Tatalaksana Bmergens i
*. 8rigasi
Semua luka bakar akibat bahan kimia harus diterapi sebagai kedaruratan
mata. Pembilasan dengan air bersih harus segera dilakukan di lokasi cedera
sebelum pasien dikirim. :ila mungkin irigasi dilakukan paling sedikit ." menit
segera setelah trauma. Tidak hanya itu, semua benda asing yang tampak jelas juga
harus diirigasi. #i ruang gawat darurat, dilakukan anamnesis dan pemeriksaan
)+
singkat sebelum permukaan mata, termasuk forniks konjungti-a, diirigasi dengan
cairan yang sangat banyak
*.
.
8rigasi larutan normal saline minimal * liter untuk masing$masing mata
selama * jam hingga p' mata menjadi normal. Mungkin diperlukan spekulum
palpebra mata atau lid retractor untuk membantu membuka kelopak mata, dan
infiltrasi anastesik lokal untuk mengatasi blefarospasme. Karena basa /alkali1
cepat menembus jaringan mata dan akan terus menimbulkan kerusakan lama
setelah cedera berhenti, maka pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih
lama, dan pemeriksaan p' secara berkala. 'arus dipastikan nilai p' terletak
diantara 6,, dan 6,6. Makin lama makin baik.;ika perlu dapat diberikan anastesi
topikal, larutan natrium bikarbonat ,0, antibiotik dan balutan untuk
mengoptimalkan terapi. 8rigasi dalam waktu yang lama lebih baik menggunakan
irigasi dengan kontak lensa /lensa yang terhubung dengan sebuah kanul untuk
mengirigasi mata dengan aliran yang konstan
*.
.
). #ouble e-ersi pada kelopak mata
#ilakukan untuk memindahkan material yang terdapat pada bola mata.
Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya perlengketan antara
konjungti-a palpebra, konjungti-a bulbi, dan konjungti-a forniks
)*
.
,. #ebridemen
Analgesik dan anastesi topikal serta siklopegik hampir selalu diberikan.
Penggunaan aplikator berujung kapas yang dibasahi dan pinset ahli perhiasan
untuk mengeluarkan benda$benda berbentuk partikel dari forniks, yang terutama
terjadi pada cedera yang berhubungan dengan plaster bangunan dan semen.
Trauma kimia ringan /derajat * dan )1 dapat diterapi dengan pemberian obat$
obatan seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 6 hari.
Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat$obatan bertujuan untuk
mengurangi inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus
kornea.
,"
%. Medikamentosa
Stroi' bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Famun
pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan
sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Intuk itu steroid hanya
diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 6$*" hari. #eJametason ",*0
B# dan Prednisolon ",*0 B# diberikan setiap ) jam. :ila diperlukan dapat
diberikan Prednisolon 8E >"$)"" mg. Apabila telah terjadi glaukoma sekunder
dan u-eitis berat /grade , dan %1, pengobatannya adalah dengan steroid topikal,
obat$obatan antiglaukoma, dan siklopegik selama ) minggu pertama. Setelah )
minggu, pemakaian steroid harus hati$hati karena dapat menghambat reepitelisasi.
Si!loplgi! jangka panjang /Atropin )0 B# atau Scopolamin ",)>0 diberikan *
tetes ) kali sehari1 untuk mengurangi spasme iris, dan mencegah perlekatan iris
dengan lensa /sinekia anterior1.
Asam as!or#at mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan
penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas
kornea. Fatrium askorbat *"0 topikal diberikan setiap ) jam. Intuk dosis sitemik
dapat diberikan sampai dosis ) gr. Tetes mata asam askorbat /-itamin A1 dan sitrat
bermanfaat untuk luka bakar alkalis derajat sedang, tetapi efeknya hanya minimal
dalam mencegah perlunakan kornea dan kemungkinan perforasi akibat
berlanjutnya akti-itas kolagenase. Salah satu percobaan menyebutkan bahwa
penggunaan inhibitor kolagenase /asetilsistein1 mungkin bermanfaat untuk
keadaan tersebut
))
.
Bta #lo!r2!ar#oni! an3i'ras in3i#itor untuk menurunkan tekanan intra
okular dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. #iberikan secara
oral aseta4olamid /diamoJ1 >"" mg.
,*
Anti#ioti! profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin
efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan
mengurangi pembentukan ulkus. #apat diberikan bersamaan antara topikal dan
sistemik /doksisiklin *"" mg1.
EDTA diberikan bertujuan untuk mengikat basa. B#TA diberikan setelah *
minggu setelah trauma alkali dengan tujuan untuk menetralisir kolaagenase yang
terbentuk pada hari ketujuh.
>. Parasentesa
Parasentesa dilakukan untuk menetralisir p' di bilik mata depan, dengan
memakai :SS untuk mengganti a<uos humor yang terkontaminasi bahan kimia.
.. Pembedahan
6
Pembedahan Segera3 sifatnya segera dibutuhkan untuk re-askularisasi
limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan
forniks. Prosedur berikut dapat digunakan untuk pembedahan3
*. Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk
mengembalikan -askularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus
kornea.
). Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain /autograft$ atau
dar donor /allograft$ bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea
menjadi normal.
,. 9raft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis
Terapi Penyulit3
*. Keratitis sika diatasi dengan air mata buatan. Penggunaan tarsofari atau
bandage contact lens mungkin juga bermanfaat untuk penatalaksanaan
terapi kondisi tersebut.
). Simblefaron diatasi dengan simblefarektomi
,. Katarak trauma diatasi dengan pengangkatan lensa
,)
%. Sikatrik kornea diatasi dengan keratoplasti
2.%.10 Kompli!asi
6
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya
trauma, dan jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus
trauma basa pada mata antara lain3
Segera3
*. Kornea keruh, pembentukan jaringan parut, edema, neo-askuler
). 9laukoma, luka bakar alkalis menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular dengan segera karena terjadi kontraksi sklera dan kerusakan
anyaman trabekular Peningkatan tekanan sekunder /)$% jam kemudian1
terjadi akibat pelepasan prostaglandin, yang berpotensi menimbulkan
u-eitis berat, tetapi sulit dipantau melalui kornea yang opak.
,. Perlunakan kornea akibat perforasi akibat berlanjutnya akti-itas
kolagenase.
;angka Panjang3
*. Simblefaron, adalah gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus,
sehingga kornea dan penglihatan terganggu. Trauma kimia sedang
samapai berat pada konjungti-a bulbi dan palpebra dapat menyebabkan
simblefaron /adhesi anatara palpebra dan konjungti-a bulbi1.
). Keratitis Sika /Sindroma mata kering1.
,. Sikatrik Kornea.
%. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan
katarak. Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan peningkatan
p'cairan akuos dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. 'al ini dapat
terjadi akut ataupun perlahan$lahan. Trauma kimia asam sukar masuk ke
bagian dalam mata maka jarang terjadi katarak traumatik.
>. Bntropion dan ptisis bulbi.
2.%.11 Prognosis
,,
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi prognosis kesembuhan akibat
trauma kimia. Pertolongan pertama saat kejadian menentukan prognosis trauma
kimia, semakin cepat, akan semakin baik prognosisnya. Kompetensi pembuluh
darah sklera dan konjungti-a terbukti juga memiliki nilai prognostik. Semakin
banyak jaringan epitel perilimbus serta pembuluh darah sklera dan konjungti-a
yang rusak, mengindikasikan prognosisnya yang semakin buruk. Selain itu,
prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma,
jumlah, dan tingkat kepekaan konsentrasi bahan kimia tersebut. Semakin banyak
jumlah dan kepekaannya yang tinggi, maka kerusakannya semakin hebat. :entuk
paling berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran Kcooked fish eyeL
dimana prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan
),
.
9ambar ).*) #ooked fis" ee
!
,%
BAB %. KESIMPULAN
Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam
dengan p' 5 6 dan bahan yang bersifat basa dengan p' 7 6. Trauma basa
biasanya memberikan dampak yang lebih berat dari pada trauma asam, karena
bahan$bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat
masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke sudut mata depan,
bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi
protein permukaan, dimana merupakan suatu barier pelindung sehingga 4at asam
tidak penetrasi lebih dalam lagi. 9ejala utama yang muncul pada trauma mata
adalah epifora, blefarospasme dan nyeri yang hebat. Trauma kimia merupakan
satu$satunya jenis trauma yang tidak memerlukan anamnesa dan pemeriksaan
yang lengkap.
Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata
dengan segera samapai p' mata kembali normal dan diikuti dengan pemberian
obat terutama antibiotik, multi-itamin, antiglaukoma, Selain itu dilakukan juga
upaya promotif dan pre-entif kepada pasien. Menurut data statistik +"0 kasus
trauma dapat dicegah apabila dalam menjalankan suatu pekerjaan menggunakan
pelindung yang tepat.
,>
DA4TA5 PUSTAKA
*. Micheal #.&agonerr, M#. )"*". #"emical Injuries of t"e %e& #urrent
#oncepts in Pat"op"siolog and '"erap. BSBE8B2.
). Maryono, Suparman. )""+. Penatalaksanaan 'rauma Kimia pada (ata.
:andung3 ASS.
,. 8lyas, Sidarta. )"*". Penuntun Ilmu Penakit (ata) %disi Ketiga. ;akarta3
@akultas Kedokteran Ini-ersitas 8ndonesia.
%. Eictor, P Broschenko. )"*". *tlas Histologi +efiore) ;akarta3 B9A.
>. 2andleman, ;: :ansal. )"*%. ,p"talmologic *pproac" to #"emical !urns.
AS3 Medscape.
.. Supartoto, Agus. )""6. 'rauma (ata dan Rekonstruksi) +alam& Hartono-
Su"ardjo) Ilmu Kese"atan (ata) ;ogjakarta3 @K I9M.
6. :elin M&, Aatalano 2A, Scott ;. !urns of t"e ee. In& #atalano R*- !elin
(.- editors) ,cular emergencies. Philadelphia3 &: Saunders= *++). p. *6+D
+..
!. 8lyas, Sidarta. )""!. *tlas Ilmu Penakit (ata. ;akarta3 @akultas Kedokteran
Ini-ersitas 8ndonesia.
+. &agoner M#. *++6. #"emical injuries of t"e ee& current concepts in
pat"op"siolog and t"erap. Sur- (phthalmol. Eol %*/%13)6>D,*,.
*". McAurly ;P. )""+. #"emical Injuries, t"e conea& Scientific #ondition
/oundation and #linical Practice. :oston. Bd ), pp >)6$>%).
**. Trudo, Bdward & dan &illiam 2imm. )""!. #"emical Injuries of t"e %e.
&ashington.
*). Kanski, ;;. )""". #"emical Injuries) #linical ,p"t"almolog %disi Keenam.
Philadelphia3 Blse-ier imited.
,.
*,. 9unawan, &asidi. )""!. Kega0atdaruratan dalam Ilmu Penakit (ata)
#alam3 Purnasidha, 'enry Bd. Alinical Ipdate3 Bmergency Aases.
;ogjakarta3 Press ;ogjakarta.
*%. Asbury, Taylor, Sanitato ;ames ;. Trauma, dalam Eaughan #aniel 9, Abury
Taylor, B-a Paul 2iordan. )""6. ,ftalmologi 1mum %disi 23. ;akarta3
Penerbit :uku Kedokteran B9A. 'al3 ,6)$,6!.
*>. ang 9K, (cular Trauma, in ang 9K. )""". ,p"t"almolog- * S"ort
'extbook. Tieme Stuttgart. Few Mork.
*.. &agoner M#, Kenyon K2. )""!. Principle and Practice of ,p"talmolog&
#linical Practice. Philadelphia, &: Saunders. Eol. 8, pp ),%$)%>.
*6. 9erhard K. ang. )"".. ,p"t"almolog * Pocket 'extbook *tlas 4
nd
.
Stuttgart Few Mork.
*!. Adeola Kosoko. :A, M,. )""+. #"emical ,cular !urns3 * #ase Revie0.
*+. Furwasis. )"".. Pedoman +iagnosis dan 'erapi S(/ Ilmu Penakit (ata.
Surabaya3 2umah Sakit dr.Soetomo.
20. #ua, '. S., King, A.;., ;oseph, A. )""*. 5e0 classification for ocular surface
burns. :ritish ;ournal of (phthalmology) Eol !>3 *,6+$*,!,.
)*. Stephen ; Morgan, #"emical burns of t"e ee& causes and management.
:ritish ;ournal of (phthalmology.
)). Eaughan #9, Taylor A, and Paul 2B. )""". ,ftalmologi 1mum. ;akarta3
&idya medika.
),. &illiam 9. @ernande4, M#, MP'a= #"emical- '"ermal- and !iological
,cular %xposures)
)%. Arthur im Siew Ming and 8an ;. Aonstable. )"">. #olor *tlas of
,p"t"almolog '"ird %dition. &ashington.
,6
)>. American Academy of (phthalmology. )"".. ,cular 'rauma %pidemiolog
and Prevention ,p"t"almolog- !asic and #linical Science #ourse Section.
*,3 *)*$*,%.

,!

Anda mungkin juga menyukai