PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang
sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan
majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan
kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian
yang sangat peka. Walaupun mata mempunyai sistem pelindung
yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan
lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau
mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar.
Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan
kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan
dapat
mengakibatkan
mengganggu
fungsi
atau
memberikan
penglihatan.
penyulit
Trauma
sehingga
pada
mata
C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini:
1. Mengetahui tentang anatomi dan fisiologi mata.
2. Mengetahui tentang definisi dari trauma mata.
3. Mengetahui tentang klasifikasi trauma mata
4. Mengetahui tentang epidemiologi dari trauma mata.
5. Mengetahui tentang patofisiologi trauma mata.
6. Mengetahui tentang manifestasi klinik trauma mata.
7. Mengetahui tentang pemeriksaan diagnostik trauma mata.
8. Mengetahui tentang penatalaksanaan medis trauma mata.
9. Mengetahui tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada
trauma mata tajam dan trauma mata tumpul.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. ANATOMI FISIOLOGI MATA
1. ANATOMI MATA
a. Struktur mata
a. Alis
1) Alis
Alis adalah dua potong kulit tebal melengkung yang
ditumbuhi bulu. Alis dikaitkan pada otot-otot sebelah
bawahnya serta berfungsi melindungi mata dari sinar
matahari.
2) Kelopak mata
Kelopak mata merupakan dua lempengan, yaitu lempeng
tarsal yang terdiri dari jaringan fibrus yang sangat padat
serta dilapisi kulit dan dibatasi konjungtiva. Jaringan
dibawah kulit ini tidak mengandung lemak. Kelopak mata
atas lebih besar daripada kelopak mata bawah serta
digerakkan
ke
atas
oleh
otot-otot
melingkar,
yaitu
Selaput
memancarkan
berpigmen
sebelah
warnanya
dan
belakang
dengan
iris
demikian
terdiri
dari
iris,
korpus
siliare,
dan
khoroid.
termasuk
dalam
konstruksi
retina
yang
yang
merupakan
titik
dimana
saraf
optik
bagian
depan
yang
transparan
dan
menghubungkannya
dengan
korpus
siliare.
Di
usia, serat-serat
lamelar sub epitel terus diproduksi sehingga lensa lamakelamaan menjadi kurang elastik. Lensa terdiri dari 65%
dengan
perantaraan
serabut-serabut
saraf
nervus
bayangan
yang
difokuskan
pada
retina.
pada
retina,
bersatu
menangkap
sebuah
titik
dislokasi,
mengalami
dan
gangguan-
anomali
geometric.
gangguan
tersebut
Pasien
yang
mengalami
a. Pembentukan bayangan
Cahaya dari objek membentuk ketajaman tertentu dari
bayangan objek di retina. Bayangan dalam fovea di retina
selalu lebih kecil dan terbalik dari objek nyata. Bayangan
yang jatuh pada retina akan menghasilkan sinyal saraf dalam
mosaik reseptor, selanjutnya mengirim bayangan dua dimensi
ke otak untuk direkonstruksikan menjadi bayangan tiga
dimensi. Pembentukan bayangan abnormal terjadi jika bola
mata terlalu panjang dan berbentuk elips, titik fokus jatuh
didepan retina sehingga bayangan menjadi kabur. Untuk
melihat lebih jelas harus mendekatkan mata pada objek yang
dilihat, dibantu dengan lensa bikonkaf yang memberi cahaya
divergen sebelum masuk mata. Pada hipermetropia, titik
fokus jatuh dibelakang retina. Kelainan dikoreksi dengan lensa
bikonveks. Sedangkan pada presbiopia, bentuk abnormal
karena lanjut usia yang kehilangan kekenyalan lensa.
b. Respon bola mata terhadap benda
Relaksasi
tegang,
lensa
muskulus
tertarik
siliaris
membuat
sehingga
bentuknya
ligamentum
lebih
pipih.
berasal
dari
retina.
Otak
menggunakan
visual
sebagai
Tumpul,
penyebab
trauma
tumpul
biasanya
tumpul
bagian
ini
dapat
mata
atau
palpebra
dapat
mengalami
mata
tidak
dapat
membuka
dengan
luksasi
lensa
anterior,
subluksasi
lensa
dapur,
gunting,
pertukangan.
1) Trauma tembus
garpu,
kelopak
mata.
bahkan
peralatan
Trauma
ini
dapat
rongga
hidung.
Jika
penyembuhan
tidak
sempurna
akan
terjadi
gangguan
sistem
ekskresi
ruptur
pembuluh
darah
kecil
yang
gejala
penurunan
TIO,
COA
dangkal
atau
mata,
kemosis
konjungtiva,
hiperemia,
10
diplopia
jika
mengenai
otot-otot
luar
mata.
2. Khemis
Terdapat 2 macam penyebab trauma kimia mata yaitu
bersifat : asam dan basa. Trauma basa dapat berakibat lebih
buruk. Akibat yag ditimbulkan juga tergantung dari jenis dan
konsentrasi zat kimia, waktu dan lamanya kontak sampai
tindakan pembilasan, lamanya irigasi (pembilasan) yang
telah dilakukan dan pengobatan yang diberikan.
a.Trauma basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih
lantai, kapur, lem (perekat). Bahan alkali akan membuat
reaksi
kimia
dengan
jaringan
mata
cuka,
berangsur-angsur
bahan
asam-asam
gerhana
dipemanggangan.
matahari
dan
Kerusakan ini
11
pada
dapat
saat
terjadi
bekerja
akibat
katarak
kortikal
antero-posterior
dan
sementara
ataupun
permanen.
Tidak
ada
sistemik
dan
lokal
diberikan
untuk
yang
tidak
terlihat
mempunyai
panjang
12
akan
memberikan
keruhan
pada
kornea.
sinar
sinar
sinar
sinar
dan
rusaknya
retina.
Dosis
kataraktogenik
merusak
retina
dengan
gambaran
seperti
13
ringan.
Pada
keadaan
yang
berat
akan
yang
diberikan
adalah
antibiotika
14
atau
seluruh
lapisan
kornea
dan
slera
dan
tembaga.
Timah
hitam
dan
15
seng
mata
dengan
konsentrasi
terbanyak
pada
memberikan
gejala
klinik
yang
jelas
sampai
jaringan
mata
akibat
membran
seperti
membran
descemet,
1998
trauma
okular
16
berakibat
kebutaan
unilateral
17
18
Konjungtiva
Kornea
Iris / uvea
Korpus vitreusRetina
Kebutaan
MK: Konsep
dirigangguan istirahat
MK: Ansietas
MK:
Palbebra
TRAUMA TUMPUL
E. PATOFISIOLOGI
19
20
ilmu
21
dengan
menggunakan
optalmoskop: mengkaji
Laboratorium,
seperti
:.
SDP,
leukosit
MEDIS
(Perawatan,
Pengobatan
Dan
dahulu
beri
kompres
dingin
untuk
22
b. Trauma Tajam
1). Tindakan awal
a. Tindakan awal adalah tutp mata dan lakukan kompres
es untuk menurunkan perdarahan
b. Kurangi kecemasan klien
c. Kirim klien ke rumah sakit secepat mungkin. Jika
jaringan lepas, kirim jaringan dalam wadah yang
dibungkus dengan es. Jika benda menonjol, stabilkan
sebelum dikirim. Shield temporer perlu diberikan pada
cedera karena gelas/botol/kaca, plastik tutup sprei
dan cangkir plastik.
2). Tindakan di rumah sakit
a.
b.
c.
d.
antibiotik
booster.
Pascaoperasi:
intravena,
antibiotik
kalau
dan
perlu
tetanus
pemantauan
mata
luas
pada
limbus
dapat
menghambat
lama
dapat
mengakibatkan
23
kornea
meleleh
yang
diberikan
adalah
sikloplegia,
terjadi
simblefaron
pada
konjungtiva
dilakukan
kapas
steril.
mengakibatkan
suatu
jarum
secara
suntik
Benda
luka.
yang
keras
biasanya
Pengeluarannya
memakai
hati-hati
untuk
menghindari
24
apabila
benda
tersebut
tidak
tetes
mata
pusat,
untuk
mata tersebut
lagi
dengan
semacam
penutup
(dob)
yang
atau
sentuhan
yang
paling
sederhana
25
posisi
berbaring.
Pemberian
ATS
dapat
dipertimbangkan.
PENCEGAHAN
Trauma mata dapat dicegah dan diperlukan penerangan
kepada masyarakat untuk menghindarkan terjadinya trauma
pada mata, seperti :
1. Trauma tumpul akibat kecelakaan tidak dapat dicegah, kecuali
trauma tumpul perkelahian.
2. Diperlukan perlindungan pekerja
untuk
menghindarkan
26
klien
berhubungan
karena
dengan
beberapa
defisiensi
masalah
mata
bermacam-macam
vitamin.
4) Status sosial dan ekonomi : menanyakan tentang sifat
pekerjaan klien dan mata mana yang digunakan
d. Masalah kesehatan sekarang. Kumpulkan informasi tentang
berikut :
1) Awitan perubahan visual : jika terjadi cedera atau
trauma
mata
ajukan
pertanyaan
berikut.
Kapan
Adakah
pertolongan
pertama
yang
tiba-tiba
dapat
mengeluhkan
adanya
efek
okular.
3) Perkiraan durasi : perlu diketahui untuk menguraikan
manifestasi klinis
4) Lokasi gangguan mata : terjadi pada satu atau kedua
mata .
5) Tindakan yang dilakukan: tindakan yang dilakukan klien
untuk mengurangi tau memperbaiki manifestasi klinis.
e. Pemeriksaan fisik :
1) Inspeksi ( postur dan gambaran klien, kesimetrisan
mata, alis dan kelopak mata, konjungtiva, kelenjar
lakrimal, sklera, kornea dan pupil)
2) Palpasi : palpasi pada mata dan
struktur
yang
27
28
No
DX
1
TUJUAN
Tujuan
TINDAKAN
RASIONAL
Setelah
menunjukkan
dilakukan
ketidaknyamanan
tingkat
tindakan
pada
skala
ketidaknyama
keperawatan,
sampai
10
(0
nan
klien
tidak nyeri, 10
dirasakan
melaporkan
nyeri berat)
yang
nyeri
berkurang
adekuat akan
membuat
perasaan klien
nyaman
dan
tenang
3.
Observasi
lokasi 3. Lokasi
nyeri
nyeri
dapat
menyebar
sehingga
diperlukan
intervensi
yang sesuai
4. Observasi keadaan
luka
4. Luka
yang
membengkak
menandakan
adanya
kerusakan
atau
tekanan
pada mata
5. Kolaborasi dengan
tim medis untuk
pemberian
analgesik
dan
pemberian
obat
5. Mengurangi
nyeri
dan
memberikan
rasa nyaman
tetes mata
6. Intruksikan
klien
untuk
menginformasikan
kepada
jika
29
perawat
peredaan
6. Informasi klien
menunjukkan
dosis
yang
diberikan
sesuai indikasi
nyeri
berhubungan
dengan
iritasi
saraf
kornea
(visual)
yang
berhubungan
TUJUAN
DX
1
Tujuan
TINDAKAN
RASIONAL
Setelah
nyeri
adekuat
dilakukan
membuat
tindakan
perasaan
keperawatan,
klien
akan
2. Ikut
sertakan nyaman
keluarga
akan
klien
dan
dalam tenang
melaporkan
tindakan
pengurangan
keperawatan
2. Keluarga
atau
adalah
hilangnya
terdekat klien,
nyeri
sehingga klien
3. Pada
klien
hematoma
orang
bisa
menerimanya
palpebra lakukan
kompres
atau
hangat
palpebra
dingin 3. Kompres
kompres
pada
dingin
mengurangi
nyeri
dan
perdarahan,
kompres
hangat untuk
30
4. Pada
klien
meningkatkan
hematoma
absorbsi
subkonjungtiva:
darah
lakukan
kompres
hangat
4. Hematoma
akan
hilang
atau
5. Pada
klien
erosi
diabsorbsi
kornea: kolaborasi
dalam
1-2
minggu tanpa
untuk pemberian
diobati
antibiotik
luas 5. Mencegah
infeksi bakteri
spektrum
(neosporin,
kloramfenikol dan
sulfasetamid) dan
tetes mata, serta
bebat
2
tekan
jam
: 1. Tentukam
Tujuan
24
tajam 1. Kebutuhan
Setelah
penglihatan klien,
individu
dilakukan
catat
pilihan
tindakan
intervensi
keperawatan,
mata terlibat
bervariasi
apakah
dan
diharapkan
klien
2. Kurangi
situasi 2. Membantu
beradaptasi
kacau,
atur
klien
terhadap
pengobatan
dan
mengenali
penurunan
atur penyinaran.
visual
yang
keterbatasan
penglihatan
terjadi
3. Pada klien yang 3. Mengistirahatk
mengalami ablasi
an mata dan
retina,
anjurkan
mencegah
bedrest
komplikasi
lebih lanjut
klien
kedua
31
mata
ditutup
4. Mengatasi dan
mencegah
4. Kolaborasi
dengan tim medis
lain
untuk
infeksi
lebih
lanjut
memberikan
pengobatan
sesuai
indikasi
antibiotika
(topikal, per oral
atau
3
sub
Tujuan
konjungtiva)
: 1. Gunakan
Setelah
pendekatan
masalah
dilakukan
untuk
untuk
tindakan
menenangkan
yang cemas
keperawatan,
klien
kecemasan
memberikan
pada
informasi
kien
1.pemecahan
orang
saat
2.Memberi
berkurang
atau hilang
sulit
kesempatan
2. Dorong
klien klien
mengekspresikan
untuk
menerima
tentang
4
Tujuan
Setelah
penyakitnya
: 1. Kaji tingkat nyeri
klien
1. Membantu
menentuk
dilakukan
an
perawatan,
rencana
diharapkan
tindakan.
32
kebutuhan
istirahat klien 2. Bicarakan dengan
terpenuhi
klien
dan
2. Menguran
gi nyeri
keluarga tentang
terapi distraksi
3. Mempercepat
3. Beri
kompres
absorbsi
cairan
dan
sesuai kebutuhan
mengurangi
nyeri
4. Mengurangi
4. Beri
kesempatan
klien
untuk
istirahat
siang
hari
waktu
pada
dan
tidur
malam hari
aktivitas
mata
sehingga
nyeri
berkurang
dan
kebutuhan
istirahat
Tujuan
terpenuhi
1. Dengan
: 1. Berikan
Setelah
kesempatan klien
memberikan
dilakukan
untuk
kesempatan
perawatan,
mengungkapkan
klien
diharapkan
perasaan tentang
mengatakan
klien
kehilangan
ketakutannya
mengidentifik
penglihatan
, klien dapat
asi
seperti
melakukan
dampaknya
koping
faktor
faktoryang
dapat
terhadap
meningkatkan
hidup.
gaya
kemungkinan
untuk
terhadap
kehilangan
penglihatan.
2. Dengan
cedera
mengorientas
ikan
2. Orientasikan klien
33
klien
pada keadaan
pada ruangan.
sekitar dapat
mengurangi
risiko
keamanan.
3. Memodifikasi
lingkungan
3. Lakukan
dapat
modifikasi
membantu
lingkungan untuk
pasien
memaksimalkan
memenuhi
penglihatan yang
kebutuhan
dimiliki klien.
perawatan
diri.
dengan
sensori
menggunakan
nonvisual
stimulus
dapat
auditorius,
taktil,
dan
membantu
gustatorius untuk
klien
membantu
menyesuaika
mengompensasi
n kehilangan
kehilangan
penghilatan.
penglihatan.
34
BAB 3
APLIKASI TEORI
KASUS 1 (Trauma Tajam)
Pada Sabtu siang pkl. 12. 00 (15 Desember 2014), klien
sedang mencari bambu untuk membuat pagar. Ketika memotong
bambu, tiba-tiba ada bagian potongan bambu yang mengenai mata
sebelah kanan. Mata kanan klien kemudian berdarah dan tidak
dapat digunakan untuk melihat. Oleh keluarga, Klien dibawa ke
dokter terdekat lalu dirujuk ke RS. Pada tanggal 16 Desember 2014
dilakukan operasi pada mata kanan Klien pada pkl. 09. 00- 11.00.
Setelah dioperasi, klien di bawa ke ruang 20.
Tinjauan Kasus
A. Data Demografi Klien
1. Biodata
Nama : Bpk. T.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 45 Tahun
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Surabaya
Tanggal MRS : 15 Desember 2014
Tanggal Pengkajian : 17 Desember 2014
No. Register : 04107xx
2. DIAGNOSA MEDIS
Trauma Okuli Perforans dengan komplikasi Ruptur Kornea
Sklera
3.KELUHAN UTAMA
Saat MRS : Nyeri pada mata sebelah kanan
Saat Pengkajian : Nyeri pada mata kanan yang disebabkan
karena hilangnya reaksi anestesi pada luka saat tindakan
operasi (luka Post-Op) yang muncul + 6 jam setelah operasi
dengan tingkat nyeri ringan, selain itu dirasakan penglihatan
35
kanan
klien
kemudian
berdarah
dan
tidak
dapat
pernah
menderita
gangguan
penglihatan
secara
dan
penyakit
verbal
maupun
dengan
klien
adalah
istrinya.
Interaksi
dengan
36
Bentuk
dada
elips,
simetris
pada
saat
DS
PROBLEM
ETIOLOGI
Klien Gangguan
rasa Diskontinuitas
mengatakan
nyeri nyaman
di
mata ringan
luka
Klien
tindakan operasi
sekitar
kanan
37
nyeri jaringan
terhadap
perforans
dan
mengatakan
mata
mengeluarkan
kotoran
DO
Mata
klien
mengeluarkan
pada
mata
Klien Gangguan
terlihat
bayangan
seperti
kabut
kerusakan
sensori fungsi
masih (penglihatan)
kabur,
sensori
penglihatan
yang
berwarna
pada
Cedera/
hitam
dasar
dan
penglihatan
mata kanan.
DO : Terdapat luka
pada mata kanan
Mata klien tampak
merah
Terdapat
Hifema
Mata
tertutup kasa
DS
Klien Resiko
tinggi Dampak
tindakan
mata
pasca bedah
kanan
tertembus
telah
oleh
38
dari
invasif
potongan
dan
bambu
dilakukan
tindakan operasi
DO : Luka post-op
pada
mata
kanan
berwarna
merah
Inflamasi
pada
mata
kanan
TTV : Nadi : 80 x/
menit TD : 115/ 70
mmHg RR : 18 x/
menit Suhu : 36, 5
o
C
DS
Klien Gangguan
mengatakan
nyaman
kepalanya
jika
melakukan aktivitas
mengatakan
bahwa
ia
merasa
pusing
sejak
pagi
lebih
berkurang
Klien
mengatakan bahwa
ia tidak berani ke
kamar
mandi
dan
hari
hanya
100/ 70 mmHg
DO : Klien terlihat
lebih
beristirahat
banyak
(tidur)
39
akibat
pusing
Klien
rasa imobilisasi
terlalu lama
100/
70
mmHg
TTV : Nadi : 76 x/
menit TD : 110/ 70
mmHg RR : 20 x/
menit Suhu : 37 oC
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. T.
Umur : 45 Tahun
No. Reg. : 04107xx
1. Gangguan rasa nyaman nyeri ringan berhubungan dengan
diskontinuitas jaringan terhadap luka tembus dan tindakan
operasi yang ditandai dengan klien yang mengatakan bahwa
ada nyeri di sekitar mata kanan
2. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan
cedera atau kerusakan fungsi sensori penglihatan ditandai
dengan klien yang mengatakan bahwa penglihatan pada mata
kanannya kurang jelas
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tindakan
invasif pasca bedah
E. INTERVENSI
No
TUJUAN
DX
1
Tujuan
TINDAKAN
RASIONAL
Setelah
klien
dilakukan
ketidaknyamanan
menunjukkan
tindakan
pada
tingkat
keperawatan,
sampai 10 (0 =
ketidaknyam
klien
tidak nyeri, 10 =
anan
skala
40
yang
melaporkan
nyeri berat)
dirasakan
nyeri
berkurang
2. Jelaskan
Kriteria
Standart
Klien
penyebab nyeri
:
2. Informasi
adekuat akan
tidak
membuat
mengeluh
perasaan
klien nyaman
klien
tidak
dan tenang
berair
Klien 3.
merasa
lebih
Observasi
lokasi
nyeri
3. Lokasi
nyaman
nyeri
dapat
menyebar
sehingga
diperlukan
intervensi
yang sesuai
4. Observasi
4. Luka
keadaan luka
yang
membengkak
menandakan
adanya
kerusakan
atau tekanan
5. Kolaborasi dengan
pada mata
pemberian
analgesik
pemberian
dan
dan
memberikan
obat
rasa nyaman
tetes mata
6. Intruksikan
klien
6. Informasi
untuk
menginformasikan
klien
kepada
menunjukkan
jika
perawat
peredaan
41
dosis
yang
diberikan
di capai
sesuai
indikasi nyeri
Tujuan
: 1. Tentukan
1. Mengetahui
Setelah
ketajaman
tingkat
dilakukan
penglihatan
ketajaman
tindakan
penglihatan
keperawatan,
mata
kanan
diharapkan
klien
setelah
ketajaman
dilakukan
penglihatan
tindakan
klien
2. Perhatikan
invasif
meningkat
tentang
Kriteria
Standart
dan
iritasi
mata
penglihatan/
Dalam 3 hari,
akibat
iritasi
secara
penggunaan tetes
berakhir
mata
jam
verbal
klien
mengungkapk
an
1-2
setelah
tetesan mata
bahwa
ketajaman
3. Memungkink
penglihatan
dapat
3. Letakkan
barang
an
untuk
mata
yang
klien
melihat atau
kanannya
butuhkan
pada
mengambil
semakin
jangkauan
area
obyek
membaik
penglihatan mata
dengan
kiri
mudah
Tujuan
Setelah
gejala
dilakukan
dengan
merupakan
tindakan
pemeriksaan TTV
salah
keperawatan
infeksi yang
tinggi
satu
tanda infeksi
klien terbebas
dari tanda dan 2. Rawat
gejala
infeksi
dengan
42
luka 2.
Menjaga
Kriteria
aseptik
Standart
Luka
3.Penjelasan
terawat 3. Jelaskan
dengan
baik
kepada mengenai
Penyembuhan
mengenai
luka
atau
tidak
mengalami
meningkatkan
gangguan
risiko
Tidak nampak
infeksi
dan
keluarga
tanda-tanda
personal
infeksi
hygine klien
4. Tangan yang
4. Instruksikan untuk kotor
menjaga
hygine mengakibatkan
personal
untuk infeksi
melindungi
tubuh mata
terhadap
infeksi
(misal:
jangan
memegang
dengan
dapat
pada
mata
tangan
yang kotor)
5. Mencegah
penyebaran
5. Kolaborasi dengan
tim
4
Tujuan
medis
kuman
untuk
pemberian antibiotik
: 1. Memonitor TTV
1. Mengetahui
Setelah
adanya
dilakukan
penurunan
perawatan,
2. Berikan
TD
diharapkan
Tekanan Darah
klien
klien
beristirahat
berangsur
melakukan
normal
aktivitas
Kriteria
lain
Standart
untuk
dan
stimulus
berlebihan
yang
ringan
dapat
meningkatka
n
ketidaknyam
43
Klien
anan
mempertahan
pemeriksaan
bermanfaat
keadaan stabil
laboratorium
dalam
Klien
seperti cek Hb
menentukan
mampu
Hb
melakukan
apakah
aktivitasnya
terjadi
kembali
anemia pada
klien
sehubungan
dengan
penurunan
TDnya
F. IMPLEMENTASI
Tgl /
jam
PELAKSANAAN
D
17
x
1
1. Minta
klien
RESPON
Nama
KLIEN
&
Paraf
untuk Klien
dan
des
201
ketidaknyamanan
pada
skala
0 penyebab
sampai
10
= timbulnya
(0
tidak nyeri, 10
mengerti
= nyeri
nyeri berat)
2. Jelaskan
mengatakan
penyebab terdapat
Observasi
nyeri
cairan
nyeri
3.
dan
medis
dengan
untuk
44
pemberian
analgesik
dan
pemberian
obat
tetes mata
6. Intruksikan
klien
untuk
menginformasikan
kepada perawat jika
peredaan
nyeri
klien
des
untuk
201
sensori klien
17
benda
pada
melihat
dan
tidak
daerah merasa
ada
suhu
pada
atau
nyeri,
TTV
dan
yang
menunjukkan
reaksi
radang
17
des
gejala
infeksi anjuran
yang
201
dengan
diberikan dan
pemeriksaan TTV
klien
merasa
kanannya
kepada terasa
agak
dan
mengenai
atau
sakit nyeri
terapi
meningkatkan risiko
terhadap infeksi
45
4. Instruksikan
untuk
menjaga
hygine
personal
untuk
melindungi
tubuh
terhadap
infeksi
(misal:
jangan
memegang
mata
dengan
tangan
yang kotor)
5. Kolaborasi
tim
dengan
medis
untuk
pemberian
17
antibiotik
1. Memonitor TTV
Klien
merasa
des
201
klien
penyebab pusing
apakah
rasa aktivitas
untuk
melakukan
yang
tidak
aktivitas
berat
tiba-tiba
secara
setelah
beristirahat
dalam
posisi
dalam
jangka
statis
waktu
yang
lama
5. Menganjurkan pada
klien untuk mengubah
posisi tubuh tiap 15
menit sekali
6. Kolaborasi dengan
tim
medis
untuk
pemeriksaan
Lab
46
seperti cek Hb
G. EVALUASI
No.
Dx
1
Tanggal/Jam
Nama &
Catatan Perkembangan
S
Klien
kanannya
mengatakan
terasa
nyeri
paraf
mata
klien
Mata
kanan
klien
tampak
Mei
2004 yang
keluar
dari
mata
kanan,
Klien
mengatakan
bahwa
Mei
2004 melihat
O : Mata kanan klien tampak merah
dan bengkak Terdapat hifema
A : Masalah belum teratasi
17
Mei
P : Lanjutkan intervensi
2004 S : Klien mengatakan
mata
47
P : Lanjutkan intervensi
4
pusing
jika
melakukan
Mei
(Pkl. 18.30)
48
49
Klien
mengatakan
bahwa
sebelumnya
ia
tidak
pernah
menderita
gangguan
penglihatan
secara
dan
penyakit
verbal
maupun
Bentuk
dada
elips,
simetris
pada
saat
50
DS
PROBLEM
ETIOLOGI
Klien Gangguan
rasa Hematoma palpebra
mengatakan
nyeri nyaman
di
mata ringan
sekitar
nyeri
kanan klien
DO
Mata
tampak
klien
merah,
mata
Klien Ansietas
mengatakan cemas
karena
penglihatannaya
kabur dan matanya
bengkak
DO : Terdapat luka
51
Trauma mata
pada
mata
kanan
klien.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. R.
Umur : 18 Tahun
No. Reg. : 04110xx
1. Gangguan rasa nyaman nyeri ringan berhubungan dengan
hematoma palpebra
2. Ansietas berhubungan dengan trauma mata
D. INTERVENSI
No
DX
1
TUJUAN
Tujuan
TINDAKAN
RASIONAL
Setelah
nyeri
adekuat
akan
dilakukan
membuat
tindakan
perasaan
klien
keperawatan,
nyaman
dan
klien
tenang
kana
melaporkan
pengurangan
2. Berikan
kompres
dingin
2. Kompres
atau hilangnya
dingin
untuk
nyeri
mengurangi
perdarahan
dan nyeri
3. Ikut
sertakan
keluarga
dalam 3. Keluarga
tindakan
adalah orang
keperawatan
terdekat
klien,
sehingga
klien
52
bisa
4. Kolaborasi dengan
tim
medis
menerimanya
untuk
pemberian
4. Mengurangi
analgesik
2
atau
rasa nyeri
antipiretik
: 1. Gunakan
Tujuan
1.Pemecahan
Setelah
dilakukan
menenangkan
tindakan
klien
keperawatan,
memberikan
kecemasan
informasi
pada
sulit
untuk
orang
kien 2. Dorong
klien kesempatan
berkurang atau
mengekspresikan
hilang
perasaan
klien
untuk
tentang menerima
kehilangan
situasi nyata
penglihatan
3.Mengurangi
3. Beritahu
klien kecemasan
tentang
klien
penyakitnya
E. IMPLEMENTASI
Tgl /
jam
o
D
17
des
201
4
x
1
PELAKSANAAN
RESPON
Nama
KLIEN
&
Paraf
keluarga
kompres mengerti
dingin
3. Ikut
dan
penyebab
sertakan timbulnya
keluarga
tindakan
merasa
keperawatan
saat di kompres
4. Kolaborasi
dengan air
53
nyaman
dingn
serta
tim
medis
pemberian
nyeri 4
analgesik
atau
antipiretik
17
des
pendekatan
201
saat
informasi
dapat sembuh
2. Dorong
klien
mengekspresikan
perasaan
tentang
kehilangan
penglihatan
3. Beritahu
klien
tentang
penyakitnya
F. EVALUASI
No.
Dx
1
Tanggal/Jam
Nama &
Catatan Perkembangan
S
Klien
mengatakan
paraf
mata
Mei
2004
Mata
kanan
klien
tampak
kemerahan, bengkak
Skala nyeri 4
TTV : Nadi : 85 X/ menit RR : 19
X/ menit TD : 120/ 80 mmHg Suhu :
36, 5oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
17
Mei
2004 S
Klien
mengatakan
bahwa
54
55
BAB 4
PEMBAHASAN
A. Kasus 1 (trauma tajam)
Pada Sabtu siang pkl. 12. 00 (15 Desember 2014), klien
sedang mencari bambu untuk membuat pagar. Ketika memotong
bambu, tiba-tiba ada bagian potongan bambu yang mengenai mata
sebelah kanan. Mata kanan klien kemudian berdarah dan tidak
dapat digunakan untuk melihat. Oleh keluarga, Klien dibawa ke
dokter terdekat lalu dirujuk ke RS. Pada tanggal 16 Desember 2014
dilakukan operasi pada mata kanan Klien pada pkl. 09. 00- 11.00.
Setelah dioperasi, klien di bawa ke ruang 20. Dengan diagnosa
medis OD Trauma Okuli Perforans dengan komplikasi Ruptur Kornea
Sklera.
Trauma okuli adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga
orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata
sebagai indra penglihat. Ada 2 jenis trauma okuli, yaitu :
1. Trauma okuli non perforans, yaitu trauma okuli dengan ciri-ciri :
a. Tidak menembus dinding orbital (kornea dan sklera masih utuh)
b. Mungkin terjadi robekan konjungtiva
c. Adanya perlukaan kornea dan sklera
d. Kontaminasi intra okuli dengan udara luar tidak ada
2. Trauma okuli perforans, yaitu trauma okuli dengan ciri-ciri :
a. Adanya dinding orbita yang tertembus
b. Adanya kontaminasi intra okuli dengan udara luar
c. Prolaps bisa muncul, bisa tidak.
Keadaan yang paling sering menyebabkan trauma mata adalah kecelakaan di rumah,
kekerasan, ledakan aki atau baterai, cedera akibat olah raga , dan kecelakaan lalu
lintas.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka ditegakkan
diagnosa keperawatan yang pertama gangguan rasa nyaman nyeri
ringan berhubungan dengan diskontinuitas jaringan terhadap luka
tembus dan tindakan operasi yang ditandai dengan klien yang
mengatakan bahwa ada nyeri di sekitar mata kanan
Kedua,gangguan
persepsi
sensori
(penglihatan)
berhubungan
56
palpebra
yang
darah
dibawah
merupakan
kulit
pembengkakan
kelopak
akibat
atau
pecahnya
57
58
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang
menimbulkan perlukaan mata. Perlukaan yang ditimbulkan
dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan
kehilangan mata.
Trauma mata dibagi menjadi beberapa macam yaitu:
1. Fisik atau Mekanik
a. Trauma Tumpul
b. Trauma Tajam
c. Trauma Peluru
2. Khemis
a. Trauma basa
b. Trauma asam
3.Trauma Radiasi Elektromagnetik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada trauma mata
yaitu
pemeriksaan
radiologi,
pemeriksaan
Computed
untuk
menghindarkan
59
DAFTAR PUSTAKA
Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. Keperawatan Medikal
Bedah
Brunner
&
Sudarth
Brunner
&
Sudarths
Indriana
N.
2005.
Asuhan
Keperawatan
Klien
60