TRAUMA MATA
Dosen Pembimbing : Dr. Grido Handoko
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1;
2;
3;
4;
Iftitah Hasan
Syaiful Islam
Syamsiah Chandrawati
Unilatin Nikma
(14201.06.140)
(14201.06.14039)
(14201.06.14040)
(14201.06.14043)
HALAMAN PERSETUJUAN
MAKALAH
TRAUMA MATA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar
Sistem Persepsi Sensori
Mengetahui,
Dosen Mata Ajar
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat allah SWT. Atas segala
limpahan rahmad dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini,dan sholawat
serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada bapak proklamator sedunia, pejuang
tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan dem`i umat manusia yaituNabi
Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES
Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul TRAUMA MATA dan
dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1; KH.Moh.Hasan Mutawakkil Alallah, SH. MM sebagai Pengasuh Pondok Pesantren
2;
3;
4;
5;
6;
Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna.Oleh karena itu kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak dosen
dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.
Probolinggo, Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul..............................................................................................
Halaman Pengesahan.......................................................................................
ii
iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1.4 Manfaat....................................................................................................
4
8
8
9
12
15
19
20
22
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................ 29
4.2 Saran...................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 30
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1; Latar belakang
Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan majunya tehnologi, indra pengelihatan yang baik
merupakan kebutuhan hidup yang tidak bisa diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat
peka, walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita,
kelopak, dan jaringan lemak retrobular selain terdapatnya reflek memejam atau mengedip.
Mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan
pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat
mengakibatkan atau memberikan penyakit sehingga mengganggu fungsi pengelihatan.
Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit
yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan.
Seiring bertambahnya tehnologi canggih yang ada di indonesia, dengan bertambah
banyaknya kawasan industri, kecelakaan akibat pekerjaan bertambah banyak pula, juag
dengan lalu lintas, kecelakaan di jalan raya bertambah pula, belum terhitung kecelakaan
akibat perkelahian, yang juga dapat mengenai mata. Pada anak-anak kecelakaan mata
biasanya terjadi akibat kecelakaan terhadap alat dari permainan yang biasa dimainkan seperti
senapan angin, panahan, ketapel, dan tusukan dari gagang main dan sebagainya.
Insiden kejadian kebutaan akibat trauma Di Amerika Serikat, dilaporkan kira-kira
2000 orang pekerja per hari mengalami trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan
dan membutuhkan pengobatan. Sepertiga dari kasus trauma memerlukan pengobatan ke
bagian gawat darurat rumah sakit, dan lebih dari 100 orang di antara yang mengalami trauma
kehilangan 1 atau lebih dari satu hari kerja.6 Benda asing di dalam mata merupakan jenis
yang paling sering terjadi 32 (80%) di antara trauma mata secara keseluruhan yang di
antaranya disebabkan oleh benda asing logam.(Tana,Artikel.2010), di indonesia prevalensi
kebutaan yang terjadi akibat trauma hampir mencapai 25% dari 2 juta penduduk indonesia
setiap tahunnya. Pada tahun 2012-2013 tercatat sebanyak 100.215 penderita di semua rumah
sakit yang ada di jawa timur, belum termasuk kalangan muda yang hampir 698 orang setiap
harinya hampir 30%, penderita trauma mata banyak terjadi pada kalangan lansia karena
5
faktor usia dan juga kerja dari organ tubuh yang menurun, juga banyak faktor lain yang
mendukung baik faktor endogen maupun eksogen.
Dalam hal ini pemerintah sangat antusias atas angka kejadian trauma mata yang kini
semakin meningkat, penyelenggaraan program kesehatan gratis serta peningkatan kualitas
hidup pada usia lanjut sangat di utamakan dan berjalan merata, mulai dari sabang sampai
merauke (seluruh indonesia) harus mendapat pelayanan yang maksimal.
Kami sebagai seorang calon perawat yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat sangatlah memperihatikan penuh terhadap para penderita trauma mata karena
dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Langkah awal dari penanganan mulai dari
pencegahan hingga proses keperawatan terdapat dalam makalah ini yang kami susun agar
sebaik mungkin dan semoga memberi manfaat yang maksimal bagi pembaca, tenaga
kesehatan maupun kalangan umum.
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalahnya adalah Apakah yang dimaksud
dengan Trauma Mata? .
1.3; Tujuan
1.3.1; Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengerti apa yang dimaksud dengan trauma mata dan tahu
bagaimana asuhan keperawatannya.
1.3.2; Tujuan Khusus
a; Untuk mengetahui Definisi Trauma Mata
b; Untuk mengetahui Etiologi dari Trauma Mata
c; Untuk mengetahui Klasifikasi Trauma Mata
d; Untuk mengetahui Manifestasi dari Trauma Mata
e; Untuk mengetahui Patofisiologi dari Trauma Mata
1.4; Manfaat
jadikan sebagai salah satu refrensi dalam melakukan asuhan keperawatan dalam
ruang lingkup Trauma mata.
b; Dapat di jadikan salah satu sarana untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam
membuat sebuah makalah tentang asuhan keperawatan pada ruang lingkup Trauma
mata.
Dapat di jadikan bahan mata ajar dan menunjang proses mengajar yang memenuhi
kompetensi dasar yang harus di capai.
Dapat dijadikan buku panduan untuk perawatan diri serta dijadikan pedoman
dalam menambah wawasan tentang keilmuan dalam konsep trauma mata.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Definisi mata
Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan
jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.
Di sini akan di bahas struktur dan fungsi mata. mata kita terdiri dari bermacam-macam
struktur sekaligus dengan fungsinya. struktur dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan
anatomi mata meliputi Sklera, Konjungtiva, Kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus,
Humor aqueus, serta Humor vitreus yang masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya
sendiri. aku bahas satu-satu aja kali yah mengenai struktur dan fungsi mata, dimana masingmasing dari struktur mata mempunyai Fisiologi mata itu sendiri. Berikut Struktur mata
beserta fisiologisnya:
a; Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan
relatif kuat.
b; Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar
sklera.
c; Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris,
pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
d; Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
e; Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di
depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.
f; Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
g; Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata;
berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
h; Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke
otak.
i; Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan
kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
j; Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina
(mengisi segmen posterior mata).
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah cahaya
yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera.
Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika
lingkungan di sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit. Ukuran pupil
dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris.
Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya
ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi,
sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang
jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Sejalan
dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk menebal
menjadi berkurang sehingga kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga
berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia.
Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah. Bagian retina yang paling
sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf. Banyaknya ujung saraf ini
menyebabkan gambaran visuil yang tajam. Retina mengubah gambaran tersebut menjadi
gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.
Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat saraf
menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada tepat di
bawah otak bagian depan). Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf
tersebut akan bergabung kembali.
10
11
Trauma mata adalah kondisi mata yang mengalami trauma (rudapaksa) baik oleh zat
kimia ataupun oleh benda tumpul, benda keras, dan tajam (Anas Tamsuri,2011).
Trauma okuli adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita,
kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indra
penglihat.
Trauma mata adalah tindakan sengaja atau tidak disengaja yang menimbulkan
perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang
ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan
mata.
2.3 Etiologi
Trauma pada mata dapat disebabkan oleh benda asing. Bulu mata, debu, kuku dan
partikel lewat udara dapat kontak dengan konjungtiva atau kornea dan menyebabkan
iritasi atau abrasi. Pada benda asing mata, umumnya klien mengeluh adanya sensasi benda
asing (merasa ada sesuatu di mata) atau penglihatan kabur. Nyeri terjadi jika epitel kornea
cedera karena kornea mengandung saraf sensori yang berada di bawah epitel. Klien juga
bisa mengalami epifora dan fotofobia. Jenis benda asing pada mata:
a; Benda Logam
Terbagi menjadi benda logam magnit dan bukan magnit.
Contoh: Emas, perak, platina, timah hitam, seng, nikel, alumunium, tembaga, besi.
b; Benda bukan logam
Contoh: batu, kaca, poeselin, karbon, bahan, pakaian, dan bulu mata.
c; Benda Inert
1; Adalah benda yang terdiri atas bahan-bahan yang tidak menimbulkan reaksi
jaringan mata, ataupun jika ada, reaksinya sangat ringan dan tidak mengganggu
fungsi mata.
2; Contoh: emas, perak, platina, batu, kaca, perselin, plastik tertentu.
12
14
PATHWAY
Mekanik
Trauma Tumpul
Trauma Tajam
Trauma Benda Asing
Non Mekanik
Taruma Kimia
Trauma Termik
Trauma Radiasi
Inflamasi
Perdarahan merembes
Sepanjang orbita
Gangguan Kelopak
mata
Kerusakan jaringan
Speiral Cora
Informasi Cortex Cerebra
Erosi Kornea
Hematoma Kelopak
Mata
Penglihatan Kabur
Kelumpuhan
Nervus VII
Kelopak mata tidak membuka/
Atau menutup dg sempurna
Laseransi Kornea
Bagian Sentral
Nyeri Akut
Kerusakan sudut titik mata depan
Kerusakan Kornea
Penaikan tekanan bola mata
Perubahan Persepsi Sensori
Resiko Cedera
Glaukoma traumatika
Resiko Infeksi
Harga Diri Rendah
Ansietas
Mual muntah
Resiko
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan
15
detail.
b; Terdapat nekrosis dan iskemia ringan konjungtiva dan kornea.
c; Prognosis sedang.
3; Berat
a; Terdapat kekeruhan kornea, sehingga pupil tidak dapat dilihat.
b; Terdapat iskemia konjungtiva dan sklera, sehingga tampak pucat.
c; Prognosis buruk.
b; Manifestasi trauma tembus:
Penurunan tajam pengelihatan, tekanan bola mata rendah, bilik mata dangkal,
bentuk dan letak pupil yang berubah, ruptur pada kornea atau sklera, prolaps
jaringan, dan konjungtiva kemosis.
c; Manifestasi Benda Asing Intraokular:
Riwayat terjadinya trauma pada bola mata. Benda asing intraokular, baik magnetik
maupun tidak, tidak akan memberikan gangguan tajam penglihatan (Arif
Mansjoer, 2008).
Manifestasi Klinis Trauma Mata Secara Umum:
a; Nyeri
b; Enoftalmia (perpindahan mata yang abnormal kebelakang atau ke bawah akibat
c; Hematoma palpebra
Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan, tetapi bila
terjadi pada kedua mata , hati-hati kemungkinan adanya fraktur basis kranii.
Penanganan: Kompres dingin 3 kali sehari.
d; Ruptura kornea
16
Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris,
merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.
e; Ruptura membran descement
Di tandai dengan adanya garis kekeruhan
yang
berkelok-kelok
pada
kornea,
yang
17
g; Iridoparese-iridoplegia
Adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis.
Penanganan: Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai berbulanbulan tetap midriasis maka telah terjadi iridoplegia yang iriversibel.
h;
Iridodialisis
Ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari
pangkalnya, pupil menjadi tdak bula dan di
sebut dengan pseudopupil.
Penanganan: Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-apa, tetapi jika ada
maka perlu adanya operasi untuk memfixasi iris yang lepas.
i;
Irideremia
Ialah keadaan di mana iris lepas secara
keseluruhan.
Penanganan
secara
konservatif
m; Ruptura sclera
Menimbulkan penurunan teknan intra okuler. Perlu adanya tindakan operatif
segera.
n;
Ruptura retina
Menyebabkan
sehingga
timbulnya
menyebabkan
ablasio
kebutaan,
retina
harus
di
lakukan operasi.
2.6; Klasifikasi
2.6.1; Trauma Tumpul (Kontusio)
Trauma tumpul adalah trauma pada mata akibat benturan mata dengan benda
yang relatif besar, tumpul, keras maupun tidak keras. Trauma tumpul dapat
mengakibatkan cedera perforasi dan non perforasi. Cedera perforasi dapat
menimbulkan bahaya seperti infeksi intra okuler, retensi serpihan benda asing di
dalam bola mata dan kerusakan struktur mata yang lebih dalam dan lebih halus.
Trauma tumpul pada mata dapat mengenai organ eksterna atau interna mata
(Indriana N.I, 2004).
Trauma Kontusio pada mata lebih sering disebabkan oleh trauma yang berasal
dari benda tumpul seperti, pukulan, bola tennis atau bola kriket.
Secara epidemiologi, prevalensi terjadinya trauma tumpul ini lebih banyak
ditemukan pada laki laki di bandingkan pada wanita dan berusia muda.
Trauma tumpul dengan kekuatan yang besar akan menghasilkan tekanan
anteroposterior, sehingga keadaan ini dapat juga menghasilkan peningkatan
tekanan intraokuli, ruptur, dan robekan pada struktur intraokuli lainnya. Keadaan
ini juga dapat meluas sehingga dapat menyebabkan kerusakan segmen posterior.
2.6.2; Trauma Alkali
19
Trauma alkali adalah trauma oleh bahan kimia basa menyebabkan proses
penyabunan membran sel disertai dehidrasi sel. Terjadi kerusakan jaringan yang
menembus sampai ke lapisan yang lebih dalam dengan cepat dan berlangsung
terns hingga kerusakan terus terjadi lama setelah trauma. Terbentuk koagulase
yang akan merusak retina dan berakhir dengan kebutaan. Bahan kaustik soda dapat
menembus bilik mata depan dalam waktu 7 detik (Arif Mansjoer, 2008).
2.6.3; Trauma Tembus (Penetrasi/Perforasi)
c;
d;
e;
f;
g;
Trauma dapat menyebabkan gangguan pada salah satu bagian dari sistem
pengaliran air mata pada pungtum lakrimal sampai rongga hidung. Jika
penyembuhan tidak sempurna akan terjadi gangguan sistem ekskresi airmata
dan mengakibatkan epifora.
Trauma Tembus pada Konjungtiva
Trauma ini dapat menyebabkan rupturpembuluh darah kecil yang dapat
menimbulkan robekan konjungtiva mirip trauma tumpul. Jika panjang robekan
tidak lebih dari 5mm, konjungtiva tidakperlu di jahit.
Trauma Tembus pada Sklera
Luka kecil pada sklera sukar dilihat. Pada luka yang agak besar, akan terlihat
jaringan uvea yaitu iris, bada silier dan koroid yang berwarna gelap disertai
COA yang dangkal. Jika luka perforasi pada sklera terletak di belakang badan
silier, biasanya COA bertambah dalam dan iris terdorong ke belakang, koroid
dan korpus vitreus prolaps melalui luka tembus.
Trauma Tembus pada Kornea, Iris, Badan Silier, Lensa dan Korpus Vitreus
Dan terjadi leserasi kornea yang disertai penetrasi kornea. Jika terjadi perforasi
kornea yang disertai prolaps jaringan iris melalui luka akan timbul gejala
penurunan TIO, COA dangkal atau menghilang, inkarserasi iris melalui luka
perforasi, adanya luka pada kornea, edema disertai edema kelopak mata,
kemosis konjungtiva, hiperemia, lakrimasi, fotofobia, nyeri yang hebat,
penglihatan menurun dan klien tidak dapat membuka matasebagai mekanisme
protektif. Pada leserasi kornea yang terjadi karena penetrasi benda tidak boleh
di cabut kecuali oleh ahli oftalmologi untuk mempertahankan struktur mata
pada tempatnya. Trauma tembus pada kornea dat disertai oleh trauma pada
lensa. Penetrasi lensa yang kecil hanya menyebabkan katarak yang terisolasi
tanpa menggangu penglihatan.
Trauma Tembus pada Koroid dan Retina
Trauma tembus yang di sertai keluarnya korpus vitreus menimbulkan luka
perforasi cukup luas pada sklera. Sering terjadi perdarahan korpus vitreus dan
ablasi retina.
Trauma Tembus pada Orbita
Trauma yang mengenai orbita dapat merusak saraf optik sehingga dapat
menyebabkan kebutaan. Tanda berupa proptosis karena perdarahan intraorbital,
perubahan posisi bolamata, pembatasan pergerakan bolamata, protrusi lemak
orbital ke dalam luka perforasi, defek lapang pandang sampai kebutaan jika
mengenai saraf optik, serta hilangnya sebagian pergerakan bola mata dan
diplopia jika mengenai otot-otot luar mata.
wajah dan periorbital sering terjadi, trauma thermis langsung pada mata sendiri
relative jarang.Karena cepatnya reflek kelopak mata menutup. Sebagian
besar
trauma thermal merusak kelopak mata, bulu mata. Alis dan kulit sekitarnya. Pada
kasus kasus yang berat dapat mempengaruhi konjungtiva ataupun kornea.
2.6.5 Trauma Elektrik
Trauma elektrik langsung pada mata jarang terjadi. Arus listrik yang kuat dapat
menyebabkan kongesti pada konjungtiva, kekeruhan pada kornea, inflamasi pada
iris dan korpus siliaris, perdarahan pada retina, neuritis dan katarak dapat terjadi 2
4 bulan setelah trauma.
2.6.6; Trauma Radiasi
Jenis radiasi yang sering menyebabkan trauma pada pada mata adalah
radiasi ultraviolet ( UV ), infra red, dan ion. Epithel kornea mudah terkena radiasi
UV. Gejala timbul beberapa jam setelah terpapar, sel sel epithel kornea akan
terlepas.Meskipun sangat sakit, sel sel epithel kornea ini biasanya akan sembuh
sendiri dalam 24 jam.
Penyebab tersering trauma UV pada mata adalah tidak adanya perlindungan
terhadap penyinaran lampu yang berkekuatan tinggi, pekerjaan mengelas dan
terpapar sinar matahari yang lama diluar rumah. Kelainan macula yang dapat
timbul karena langsung menatap sinar matahari disebut solar retinopati. Selain itu,
sinar UV ini juga dapat
pencetus untuk
kromatopsia, matamorpopsia dan nyeri kepala. Sinar las yang terlalu lama dapat
juga menyebabkan kelainan pada makula sehingga dapat menimbulkan penurunan
penglihatan dengan skotoma sentral, defek lapangan pandang perifer yang
kosentrik.
Terpapar sinar radiasi/ion sangat berhubungan dengan ledakan nuklir, Xray
dan radioisotope.Sinar X dan sinar laser dapat pula menyebabkan makulopati
seperti sinar las dan sinar matahari. Radiasi ion pada mata dapat menyebabkan
oedem, kemosis pada konjungtiva maupun kornea (keratokonjungtivitis radiasi),
dermatitis radiasi pada kelopak mata, berkurangnya produksi air mata dan pada
tahap lanjut juga dapat menyebabkan katarak radiasi.
2.7; Komplikasi
a; Komplikasi Trauma Mata
1; Rudapaksa
22
Erosi kunjungtiva atau kornea yang terjadi jika benda asing yang masuk tidak
sampai menembus bola mata, tetapi hanya tertinggal pada konjungtiva atau
kornea.
2; Rudapaksa Tembus
Rudapaksa ini terjadi apabila benda asing melukai sebagian lapisan kornea
atau sklera dan benda tertinggal di dalamnya. Dalam hal ini tidak terjadi luka
terbuka. Benda asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh
lapisansklera atau konea dan jaringan lain di dalam bota mata serta bersarang
di dalamnya sehingga menimbulkan perforasi ganda dan akhirnya bersarang
di rongga orbita atau bahkan tulang orbita. Dalam hal ini bisa menimbulkan
prolapse iris, lensa atau badan kaca.
3; Perdarahan
Perdarahan terjadi jika trauma mengenai jaringan uvea berupa perdarahan di
COA (hifema) atau dalam badan kaca.
4; Reaksi Jaringan Mata
Benda inert tidakmemberikan reaksi atau kalau ada hanya reaksi ringan.
Benda reaktif memberikan reaksi tertentu bergantung pada jenis dan letak
benda asing tersebut di dalam mata. Benda logam dengan bentuk reaksi yang
merusak adalah besi (berupa siderosis) dan tembaga (berupa kalkosis).
5; Siderosis
Siderosis adalah reaksi jaringan mata akibat penyebaran ion besi ke seluruh
mata terutama pada jaringan yang mengandung epitel yaitu epitel kornea,
epitel pigmen iris, pitel kapsul lensa, epitel pigmen retina. Gejala tampak 2
bulan setelah trauma, yang berupa gangguan penglihatan dimulai dengan buta
malam kemudian penurunan visus yang semakin hebat dan penyempitan
lapang pandang. Pada mata terdapat endapan karat besi pada kornea berwarna
kuning kecoklatan, pupil lebar reaksi lambat, bintiik-bintik bulat pada lensa
dan iris berubah warna.
6; Kalkosis
Kalkosis adalah reaksi jaringan mata akibat pengendapan ion tembaga
terutama pada jaringan yang mengandung membran seperti membrane
descemet, kapsul anterior lensa, iris, badan kaca dan permukaan retina. Gejala
timbul beberapa hari setelah trauma. Tembaga dapat memberikan reaksi
purulent dan di dalam badan kaca dapat menyebabkanablasi retina akibat
tarikan jaringan ikat di dalam badan kaca pada retina.
b; Komplikasi pada trauma alkali:
23
Foto rongent orbita untuk memastikan adanya benda asing dalam mata.
b; Pemeriksaan penunjang benda asing intaokular:
Untuk melihat kedudukan benda asing di dalam bola mata maka pupil dilebarkan
dengan midriatik. Dilakukan funduskopi segera karena bila lertsa terkena maka
akan menjadi keruh secara perlahan-lahan, sehingga sukar untuk melihat bagian
posterior.
Pemeriksaan foto rontgen untuk memperlihatkan bentuk dan besar benda asing
intraokular. Metal locotar, untuk menentukan letak benda asing dan
unltrasonografi untuk menentukan letak dan gangguan terhadap jaringan sekitar
lainnya.
c; Pemeriksaan Penunjang Secara Umum
1; Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiology pada trauma mata sangat membantu dalam
menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing .Pemeriksaan ultra
sonographi untuk menentukan letaknya, dengan pemeriksaan ini dapat
diketahui benda tersebut pada bilik mata depan, lensa, retina.
2; Pemeriksaan Computed Tomography (CT)
Suatu tomogram dengan menggunakan komputer dan dapat dibuat
scanning dari organ tersebut. OCT dapat memberikan gambar penampang
struktur jaringan pada skala mikron di tempat dan real time, guna
menvisualisasikan perubahan yang terjadi akibat suatu penyakit pada retina
mata. Alat ini tidak kontak langsung dengan bola mata sehingga dapat
mengurangi efek samping yang merugikan mata.
3; Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal
tekanan bola mata (normal 12-25 mmHg). Pada tahun 1900, Schiotz
(Jerman) memperkenalkan alat untuk mengukur tekanan intraocular yang
dikenal dengan nama Tonometer dari Schiotz.
Teknik dasar :
Penderita ditelentangkan dengan mata menatap ke atas, kemudian
kornea mata dibius. Tengah-tengah alat ( Plug) diletakkan di atas kornea
24
Benda asing yang bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan alat magnet raksasa,
sedangkan yang tidak magnetik dikeluarkan dengan vitrektomi.
27
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
3.1 Pengkajian
a. Riwayat
1; Riwayat penyakit: jenis, bahan, jumlah, dan lama terkena rudapaksa, tindakan yang
Resiko infeksi
Intervensi:
1; Lakukan penkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
2;
3;
4;
5;
b;
29
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan pasien tidak malu
lagi.
Kriteria hasil:
1; Adaptasi terhadap ketunandayaan fisik: respon adaptif klien terhadap tantangan
2;
3;
4;
5;
Intervensi:
1; Tunjukkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pasien untuk mengatasi situasi
2; Dorong pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dirinya
3; Monitor frekuensi komunikasi verbal pasien yang negatif
4; Dukung pasien untuk menerima tantangan bar
5; Kolaborasi dengan sumber-sumber lain (petugas dinas sosial, perawat spesilis klinis,
Intervensi:
1; Kaji adanya alergi makanan
2; Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
3; Monitor jumlah nutrisi dan kandungan nutrisi
4; Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5; Berikan informasi tenntang kebutuhan nutrisi
30
6; Koaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
d; Ansietas
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam pasien di harapkan cemas
berkurang.
Kriteria hasil:
1; Klien mampu mengidentifikasi dan mengungapkan gejala cemas
2; Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan untuk mengontrol cemas
3; Vital sign dalam batas normal
4; Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktifitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
Intervensi:
1; Gunakan pendekatan yang menyenangkan
2; Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
3; Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress
4; Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
5; Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat untuk mengurangi kecemasan
e; Resiko cidera
Tujuan:
Stelah dilakukan tindakan keperawatan selam ...x24 jam diharapkan pasien tidak
mengalami cidera
Kriteria hasil:
1; Klien terbebas dari cidera
2; Klien mampu menjelaskan cara atau metode untuk mencegah injuri atau cidera
3; Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan atau perilaku personal
Intervensi:
1; Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
2; Identifikaasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
kognitif pasien
3; Memasang side rail tempat tidur
4; Mengontrol lingkungan dari kebisingan
5; Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
31
6; Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga adanya perubahan status kesehatan
Intervensi:
1; Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2; Membatasi pengunjung
3; Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
4; Monitor tanda dan gelaja infeksi sistemik dan lokal
5; Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
6; Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
BAB IV
PENUTUP
4.1; Kesimpulan
Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan majunya tehnologi, indra pengelihatan yang
baik merupakan kebutuhan hidup yang tidak bisa diabaikan. Mata merupakan bagian yang
sangat peka, walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga
orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobular selain terdapatnya reflek memejam atau
mengedip. Mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita.
32
Saran
4.2.1 Bagi institusi pendidikan
Seharusnya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan yang lebih
mengenai materi trauma mata.
4.2.2 Bagi Mahasiswa
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun
ketidaklengkapan materi trauma mata, kami memohon maaaf. Kami sadar bahwa
makalah yang kami buat tidaklah sempurna. Oleh karena itu kami mengharap
kritik dan saran yang membangun.
33
DAFTAR PUSTAKA
34