Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KONSEP TRIAGE

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Peminatan I

Disusun Oleh 2 :

1. Frias Setyaningsih (A11801756)


2. Gita Chintia Nopiana (A11801757)
3. Gita Rizkiana Dewi (A11801758)
4. Habib Yusuf B (A11801759)
5. Hanif Nurcahyo (A11801760)
6. Hasna Khusnaini (A11801761)
7. Hasna Veranita D.P (A11801762)
8. Heddianty Roffikoh S (A11801763)
9. Holin Sulistyorini (A11801764)
10. Ida Ayu Warnilah (A11801765)
11. Iis Nunu Latifah (A11801766)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYYAH GOMBONG


STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
TAHUN 2020/2021

i
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
mata kuliah Peminatan I tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah
kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “Makalah Konsep Triage” dapat diselesaikan
karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah tentang Konsep Triage ini
dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik. Selain itu, kami juga berharap
agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.
Penulis menyadari makalah yang berjudul “Makalah Konsep Triage” ini masih
banyak kekurangan dan memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi.
Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon
maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah bahasa
Indonesia ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kebumen, 09 April 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang...........................................................................................4
1.2 RumusanMasalah......................................................................................5
1.3 TujuanPenulisan.......................................................................................6
1.4 ManfaatPenulisan.....................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN
2.1Pengertian Triage....................................................................................7
2.2TujuanTriiage..........................................................................................7
2.3Prinsip Triage...........................................................................................8
2.4Sistem Triage............................................................................................9
2.5Klasifikasi Triage...................................................................................10
2.6 Model Triage.........................................................................................15

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.............................................................................................17
3.2 Saran ....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Menurut World Health Organization rumah sakit adalah suatu organisasi
sosial berfungsi sebagai pemberi pelayanan baik secara preventif, kuratif,
maupun komperehensif kepada masyarakat. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
merupakan elemen penting di rumah sakit yang berperan dalam memberikan
penanganan pertama terhadap pasien sakit maupun cedera dengan kondisi akut
yang membutuhkan pertolongan segera (Ashour et al, 2012).Tingginya angka
kunjungan di IGD, baik oleh pasien dengan kondisi yang urgent maupun non-
urgent,, menjadi penyebab utama keadaan overcrowded di IGD sehingga
terkadang pasien dengan kondisi yang gawat tidak dapat tertangani tepat waktu
dan untuk meminimalkan hal tersebut, maka perlu dilakukan triase (Schuetz et
al, 2013).
Triase merupakan suatu proses untuk menentukan pasien mana yang harus
mendapatkan penanganan terlebih dahulu (Iserson & Moskop,
2007)berdasarkan tingkat keparahan cedera atau penyakitnya (Anderson,
2006).Dalam triase, pasien dikelompokkan menjadi 6 kategori, label biru, label
merah, label kuning, label hijau, label putih, dan label hitam. Prioritas tertinggi
yakni pasien dengan kondisi gawat darurat yang disertai gangguan pada airway,
breathing, circulation, yang diberi label warna biru. Prioritas kedua yakni pasien
dengan kondisi gawat darurat, yang diberi label warna merah. Prioritas ketiga
diberikan pada pasien dengan kondisi dengan kegawatdaruratan minimal, yang
diberi label warna kuning. Prioritas selanjutnya yakni pada kasus tanpa
kegawatan, tetapi jika tidak segera tertangani akan memberi dampak negatif
pada pasien, yang diberi label warna hijau. Prioritas selanjutnya yakni label putih
yang diberikan pada pasien dengan kondisi tidak gawat, tidak darurat, dan tidak
membutuhkan penanganan segera. Prioritas paling akhir diberikan pada pasien
yang meninggal atau memiliki cedera serius yang tidak dapat dipulihkan yang

4
diberi label warna hitam (The World Ascociation of Disaster and Emergency
Medicine, 2010).
Label hijau merupakan salah satu indikator yang digunakaan untuk
menentukan prioritas penanganan pasien. Label hijau diberikan pada pasien
yang memerlukan penanganan minimal atau yang penanganannya dapat ditunda
hingga 60 menit. Kondisi pasien yang termasuk dalam kategori label hijau
meliputi infeksi ringan, patah tulang minor, luka bakar minimal, dan luka minimal
pada jaringan lunak (Penuel et al, 2013). Anggapan mengenai seseorang yang
datang pertama adalah yang berhak mendapatkan pelayanan terlebih dahulu
(Fields, 2009), ketidaktahuan pasien mengenai sistem cara kerja di IGD dan latar
belakang mereka yang bervariasi, menurut Igede dalam Budiaji (2016), membuat
persepsi mereka terhadap pelayanan IGD kurang cepat dan kurang memuaskan
saat mereka tidak segera mendapatkan pelayanan. Selain kepuasan pasien,
faktor pengetahuan tentang prosedur penatalaksanaan di IGD juga
mengakibatkan timbulnya rasa cemas pada pasien (Qureshi, 2010).
Tingginya angka kunjungan di IGD, baik oleh pasien dengan kondisi yang
urgent maupun non-urgent, menjadi penyebab utama keadaan overcrowded di
IGD sehinggahaltersebutmelatarbelakangipenyusunanmakalahmaterimengenai
triage ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam konsep triage sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan triage?
2. Apa saja tujuan dari triage?
3. Apa saja prinsip triage?
4. Apa saja system triage?
5. Apa saja klasifikasi triage?
6. Apa saja model triage?

5
1.3 Tujuan :

Adapun tujuan dari penulisan makalah triage ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan triage.


2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja tujuan dari triage.
3. Untuk mengetahui dan memahami apa saja prinsip dari triage.
4. Untuk mengetahui dan memahami apa saja system triage.
5. Untuk mengetahui dan memahami apa saja klasifikasi dari triage.
6. Untuk mengetahui dan memahami apa saja model triage.

1.3 Manfaat Penulisan :


Adapun manfaat penulisan dari konsep triage sebagai berikut :
1. Manfaat penulisan agar mahasiswa lebih memahami triage.
2. Manfaat penulisan agar mahasiswa lebih meningkatkan wawasan tentang
triage.

6
BAB II
TINJUAN TEORI

2.1 Pengertian Triage


Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu
cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta
fasilitas yang  paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan
semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas
penanganannya (Kathleen dkk, 2008).
Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan
tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan
prioritas penanganan dan sumber daya yang ada.
Triage adalah suatu system pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan
berat ringannya kondisi klien/kegawatdaruratannya yang memerlukan tindakan
segera. Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu (respon
time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya yaitu ≤ 10
menit.
Triase berasal dari bahasa Perancis trier dan bahasa inggris triage dan
diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses khusus
memilah pasien  berdasar beratnya cidera/penyakit untuk menentukan jenis
perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk
menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu
cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta
fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang yang memerlukan perawatan
di UGD setiap tahunnya (Pusponegoro, 2010)

2.2 Tujuan Triage


Tujuan dari triage adalah untuk mengidentifikasi pasien yang membutuhkan
tindakan resusitasi segera, menetapkan pasien ke area perawatan untuk

7
memprioritaskan dalam perawatan dan untuk memulai tindakan diagnostik atau
terapi.
Tujuan Triage Model START/ JUMPSTART Triage Untuk Insiden Korban Masal
Tujuannya adalah untuk dengan cepat mengidentifikasi individu yang
membutuhkan perawatan, waktu yang dibutuhkan untuk triase setiap korban
kurang dari 60 detik.

2.3 Prinsip Triage


Triage seharusnya segera dan tepat waktu, penanganan yang segera dan
tepat waktu akan segera mengatasi masalah pasien dan mengurangi terjadi
kecacatan akibat kerusakan organ. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat,
data yang didapatkan dengan adekuat dan akurat menghasilkan diagnosa
masalah yang tepat. Keputusan didasarkan dari pengkajian, penegakan diagnose
dan keputusan tindakan yang diberikan sesuai kondisi pasien.Intervensi
dilakukan sesuai kondisi korban, penanganan atau tindakan yang diberikan
sesuai dengan masalah/keluhan pasien. Kepuasan korban harus dicapai,
kepuasan korban menunjukkan teratasinya masalah. Dokumentasi dengan
benar, dokumentasi yang benar merupakan sarana komunikasi antar tim gawat
darurat dan merupakan aspek legal.

Di rumahsakit, didalam triasemengutamakan  perawatan  pasien


berdasarkan  gejala. Perawattriase menggunakan ABCDkeperawatan  seperti 
jalan  nafas, pernapasan  dan sirkulasi, sertawarna  kulit,
kelembaban, suhu, nadi, respirasi, tingkat kesadaran daninspeksi visual untuk luk
a dalam,  deformitas  kotor dan  memar  untuk  memprioritaskan  perawatan
yang  diberikan  kepada  pasien  di ruang  gawat  darurat.  Perawat  memberikan 
prioritas  pertama  untuk pasien  gangguan  jalan  nafas,  bernafas  atau  sirkulasi 
terganggu. Pasien-pasien  ini  mungkin  memiliki  kesulitan  bernapas  atau  nyeri 
dada  karena  masalah  jantung dan mereka menerimapengobatan pertama.
Pasien  yang  memiliki  masalah  yang  sangat  mengancam  kehidupan 

8
diberikan  pengobatan  langsung  bahkan  jika  mereka  diharapkan  untuk  mati 
atau  membutuhkan  banyak  sumber daya medis. (Bagus2007). Menurut
Brooker,  2008.  Dalam  prinsip  triase  diberlakukan  system  prioritas,  prioritas 
adalah  penentuan / penyeleksian  mana  yang  harus  didahulukan  mengenai 
penanganan  yang  mengacu  pada  tingkat  ancaman  jiwa. Menurut (Zailani,
2009) Prinsip – prinsip triage yang utama sekali harus dilakukan adalah:
1. Triage umumnya dilakukan untuk seluruh pasien
2. Waktu untuk Triage per orang harus lebih dari 30 detik
3. Prinsip utama triage adalah melaksanakan prioritas dengan urutan
nyawa, fungsi, dan penampilan.
4. Pada saat melakukan triage, maka kartu triage akan dipasangkan kepada
korban luka untuk memastikan urutan prioritasnya.

2.4 Sistem Triage


Sistem triage digunakan untuk pasien yang benar-benar membutuhkan
pertolongan pertama, yakni pasien apabila tidak mendapatkan triage segera,
dapat menimbulkan trauma. Ada 4 (empat) sistem triage yang sering digunakan
(Mardalena, 2016):
1) Spot Check
Spot Check adalah sistem yang digunakan untuk mengklasifikasikan dan
mengkaji pasien dalam waktu 2 (dua) sampai 3 (tiga) menit. Hampir 25%
di IGD menggunakan sistem ini untuk mengidentifikasi pasien dengan
segera.
2) Triage Komprehensif
Sistem triage komprehensif adalah standar dasar yang didukung oleh
Emergency Nurse Association (ENA). Sistem ini menekankan penanganan
dengan konsep ABC ketika menangani pasien gawat darurat. Penanganan
pertama triage bertujuan untuk mencegah terhentinya detak jantung dan
pernapasan. Keadaan tersebut dapat ditangani dengan memberikan RJP.

9
Triage komprehensif menekankan pada konsep ABC, A (airway: jalan
napas), B (breathing support: pernapasan), C (circulation support:
sirkulasi). Selain ABC terdapat 3 elemen lain yaitu disability of neurity (D),
expose (E), full-set of vital sign (F). Namun demikian, penanganan yang
sering digunakandi lapangan adalah ABC.
a. Airway Control
Airway Control (penanganan melalui jalan napas). Pertolongan
pertama dapat dilakukan dengan memposisikan pasien telentang
dan mengangkat dagu pasien. Perawat bisa membuka jalan napas
dengan ekstensi kepala dalam posisi dagu terangkat. Jika pasien
muntah, perawat bisa membersihkannya dengan cara manual.
b. Breathing Support
Breathing Support (memberi bantuan napas). Mengetahui pasien
masih bernapas atau tidak dapat dilakukan dengan melihat (look),
mendengar bunyi napas (listen), dan merasakan (feel). Jika dalam
kondisi pingsan, pasien diposisikan secara stabil lateral untuk
membebaskan jalan napas. Kemudian perawat bisa memberi
napas buatan dengan cara meniup melalui mulut sebanyak 2 kali
sambil menutup hidung pasien (posisi kepala ekstensi). Jika
muncul reaksi denyut nadi, perawat bisa melanjutkan pemberian
napas buatan 10 (sepuluh) sampai 12(dua belas) kali per menit
tanpa kompresi dada.
c. Circulation Support
Bantuan sirkulasi ini dapat dilakukan bila denyut nadi besar
teraba. Perawat bisa memberikan napas buatan 10 (sepuluh)
sampai 12 (dua belas) kali permenit. Jika nadi tidak teraba, maka
tindakan yang dilakukan adalah kompresi jantung luar. Jika
bantuan sirkulasi diperuntukkan untuk bayi dan anak-anak, di
berikan kompresi sebanyak 100 kali per menit. Lakukan kompresi

10
di sternum, berada di bawah garis antara kedua puting susu 1/3
bagian bawah. Tindakan ini dilakukan dengan perbandingan 5:1.
Untuk neonatus, perawat bisa melakukan kompresi dengan
menggunakan 2 (dua) jari. Tindakan dilakukan dengan
perbandingan 3:1 atau 5:1 menggunakan kedua jempol atau jari
telunjuk dan jari tengah. Untuk menangani pasien gawat darurat,
selain ABC ada istilah lain yang disebut BLS atau Basic Life
Support, ini sangat penting bagi perawat menguasai dasar
keterampilan BLS secara komprehensif. Berikut ini dasar
keterampilan BLS yang harus dipahami oleh perawat.
Sistem triage (Yudiantono, 2019) dipengaruhi oleh :
1. Jumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan
2. Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien
3. Denah bangunan fisik unit gawat darurat
4. Terdapat klinik rawat jalan dan pelayanan medis

2.5 Klarifikasi Triage


Departemen gawat darurat di seluruh Australia dan Selandia Baru
menggunakan berbagai sistem informasi/emergency deparment information
system (EDIS) Dengan menggunakan sistem ini, ED dapat memilih untuk
mengidentifikasi setiap Kategori ATS menggunakan warna antara lain: Merah
(Kategori 1), Oranye (Kategori 2), Hijau (Kategori 3), Biru (Kategori 4) dan Putih
(Kategori 5) (Australasian College For Emergency Medicine, 2016).

1. Merah (Kategori 1)

a) Deskripsi kategori : Kondisi yang mengancam kehidupan atau

b) Memiliki risiko kecacatan dan membutuhkan intervensi agresif


segera.

11
c) Response: Segera, serentak, penilaian dan perawatan

d) Deskriptor Klinis: Gagal jantung, henti napas, risiko langsung


terhadap jalan napas (laju pernapasan<10 / mnt, gangguan
pernapasan ekstrem, Blood pressure (BP) <80 (dewasa) atau anak /
bayi yang sangatterkejut, Tidakresponsifatauhanyameresponsnyeri
(GCS <9), Kejang yang sedangberlangsung/ berkepanjangan,
overdosisdantidakresponsifatauhipoventilasi,
gangguanperilakuparahdenganancamankekerasanberbahaya.

3. Oranye (Kategori 2)

a) Deskripsikategori
:Kondisipasiencukupseriusataumemburukdengansangatcepatsehi
nggaadapotensiancamanterhadapkehidupan,
ataukegagalansistem organ,
jikatidakdirawatdalamwaktusepuluhmenitsetelahkedatanganatau
nyeri yang sangatparah.

b) Response: Penilaiandanperawatandalam 10 menit


(penilaiandanperawatanseringbersamaan)

c) DeskriptorKlinis: Risikojalannafas, tridorparah,


gangguanpernapasanparah, gangguanperedarandarah
(Kulitlembabatauberbintik-bintik, perfusiburuk, SDM <50 atau>
150 (dewasa), Hipotensidenganefekhemodinamik,
kehilangandarah yang parah), Nyeri dada, Rasa sakit yang
sangatparah, dugaan sepsis), Neutropenia demam, trauma berat,
fraktur mayor, torsi testis, konsumsi, diseksi aorta,
kehamilanektopik

Perilaku / Psikiatri:

12
a) Kasaratauagresif

b) Ancamanlangsungterhadapdirisendiriatau orang lain

c) agitasiatauagresi yang parah

d) Stroke akut, percikanasamatau alkali kemata, endophthalmitis


yang dicurigai (pascakatarak, injeksipasca-intravitreal), dan
multi trauma besar (membutuhkanresponstim yang
terorganisirdengancepat).

4. Hijau (kategori 3)

a) Deskripsikategori
:BerpotensiMengancamkehidupankondisipasiendapatmengancam
anggotatubuh, ataudapatmenyebabkanmorbiditas yang signifikan,
jikapenilaiandanpengobatantidakdimulaidalamwaktutigapuluhme
nit.

b) Response: Penilaiandanperawatandimulaidalam 30 menit.

c) DeskriptorKlinis: Hipertensiberat, kehilangandarah yang


cukupparah, kejang, muntah yang persisten, dehidrasi,
ciderakepaladugaan sepsis, nyeri yang cukupparah,
nyeriperuttanpafiturrisikotinggiatauusiapasien> 65 tahun,
cideraekstremitassedang, deformitas, laserasiparah, himpitan

d) tanpafiturberisikotinggilainnya, anak yang


berisikomengalamipelecehan

Perilaku / Psikiatri:

a) Sangattertekan, risikomembahayakandirisendiri

b) Psikotikakutataupikirankacau

c) Krisissituasional,

13
d) Gelisah yang berpotensiagresif

5. Biru (Kategori 4)

a) Deskripsikategori: Berpotensiserius,
kondisipasiendapatmemburuk, atauhasil yang
merugikandapatterjadi,
jikapenilaiandanpengobatantidakdimulaidalamsatu jam
setelahkedatangan di UGD.
Mungkinmembutuhkanpemeriksaandankonsultasi yang
rumitdan / ataumanajemenrawatinap

b) Respone : Penilaiandanperawatandimulaidalam 60 menit

c) Deskriptorklinis: Perdarahanringan, aspirasibendaasing,


tidakadagangguanpernapasan, cidera dada
tanpanyeritulangrusuk, kesulitanmenelan, ciderakepalaringan,
nyerisedang, muntahataudiaretanpadehidrasi, peradanganmata,
trauma tungkai, kemungkinanpatahtulang,
laserasitanpakomplikasi , nyeriperut non-spesifik

Perilaku / Psikiatri:
a) Masalah kesehatan mental semi mendesak
b) Di bawah pengamatan dan / atau tidak ada risiko
langsung terhadap diri sendiri atau orang lain.

6. Putih (Kategori 5)
a) Deskripsikategori :Kurangmendesak,
kondisipasiencukupkronisatau minor
sehinggagejalaatauhasilklinistidakakanterpengaruhsecarasignifika
n.
b) Respone : Penilaiandanperawatandimulaidalam 120 menit

14
c) Deskriptorklinis : Nyeri minimal tanpafiturrisikotinggi, gejala minor
penyakit yang stabil, gejala minor darikondisiberisikorendah,
lukaringan, laserasi minor (tidakperludijahit)
d) Perilaku / Psikiatri:
e) Pasien yang dikenaldengangejalakronis
f) Krisissosial, sabarsecara klinis.

2.6 Model Triage

1. Single Triage
Digunakan untuk keadaan dimana pasien datang satu persatu, seperti mis
alnyainstalasi atauUnit gawat Darurat sehari- hari. 
Atau pada MCI (mass casualty incident/ bencana dimana fase akut telah te
rlewati (setelah 5-10 hari).
2. Simple Triage
Pada keadaan bencana massal (MCI) awalawal, dimana sarana transporta
si belum ada, atau ada tapi terbatas, dan terutama sekali,belum ada tim m
edis atau paramedis yang kompoten. Pemilahan atau pemilihan pasien ter
utama ditujukan untuk prioritas transportasi pasien yang kemudian tingka
t keparahan penyakitnya. Biasanya,digunakan triage tag/ kartu triase.
3. S.T.A.R.T. (Simple Triage And Rapid Treatment)
Prinsip dari START adalah START bertujuan untuk mengatasi ancaman hid
upyang utama, yaitu sumbatan jalan nafas dan eprdarahan arteri yang heb
at. Pengkajiandiarahkan pada pemeriksaan: status respirasi, sirkulasi (peng
isian kapiler_, dan statusmental.Kategori/ warna kodea.
a) Warna hijau, yang merupakan “walking waunded”, korban cedera 
yang masih
bisa berjalan dengan para korban dari kategori yang lain.
b) Warna merah (immediate) korban yang bernapas spontan hanya s
etelah reposisi jalan napas dilakukan. Korban yang memiliki pola na

15
pas lebh dari 30 kali permenit, atau dengan pengisian kapiler yang l
ambat (lebih dari 2 detik). Korbanmemiliki pla napas kurang dari 30 
kali per menit, dengan pengisian kapiler yangnormal (kurang dari a
tau sama dengan 2 detik), tetapi tidak dapat mengikuti perintah se
derhana. 
c) Warna kuning (delayed) para korban yang tidak cocok untuk dikelo
mpokkan kedalam kategori immediate maupun kategori ringand.
d) Warna hitam (deceased/ unsalvageable) korban yang tidak bernap
as walaupun jalan napas sudah dibebaskan
4. Secondary Assesment to Victim Endpoint (SAVE)

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem triase ini digunakan untuk menentukan prioritas penanganan


kegawatdaruratan.Sehingga perawat benar-benar memberikan pertolongan
pada pasien yang sangat membutuhkan, dimana keadaan pasien sangat
mengancam nyawanya, namun dengan penanganan secara cepat dan tepat,
dapat menyelamatkan hidup pasien tersebut.Tidak membuang wakunya untuk
pasien yang memang tidak bisa diselamatkan lagi, dan mengabaikan pasien yang
membutuhkan.
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam
nyawa.Tujuan triage selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat
kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan.Sistem triage dikenal
dengan system kode 4 warna yang diterima secara internasional. Merah
menunjukan perioris tinggi perawatan atau pemindahan, Kuning menandakam
perioritas sedang, hijau digunakan untuk pasien rawat jalan, dan hitam untuk
kasus kematian atau pasien menjelang ajal.Perawat harus mampu mampu
mengkaji dan menggolongkan pasien dalam waktu 2 – 3 menit.
Pengambilan keputusan adalah bagian yang penting dan integral pada medis dan
praktik keperawatan. Penilaian klinis tentang pasien membutuhkan baik
pemikiran dan intuisi, dan keduanya harus didasarkan pada
professional,pengetahuan danketerampilan.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dari penulisan makalah ini adalah
pemberian pertolongan dalam keadaan darurat harus dilakukan secara tepat dan
tepat berdasarkan penggolongan masing-masing cedera yang dialami. Sehingga

17
dengan pertolongan yang cepat dan tepat dapat meminimalisir untuk terjadinya
suatu keadaan yang mengancam jiwa dan keadaan yang dapat menyebabkan
kematian.

18
DAFTAR PUSTAKA

KushayatiNuris. 2013. AnalisisMetode Triage


PrehospitalpadaInsidenKorbanMasal (Mass Casualty Incident).UNY. Retrieved
from https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal.uny.ac.id/index.php/wuny/article/d
ownload/3515/pdfved=2ahUKEwjm99Yi_HvAhVUgYKHQZnCIsQFjABegQIAxAG&u
sg=AOvVaw3cmV3kN0Ew2RHCuzImrqgF&cshid=1617969211133 date 09 April
2021.

Tyas, M. D. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan KEPERAWATAN


KEGAWATDARURATAN & MANAJEMEN BENCANA. Jakarta Selatan: Pusdik SDM
Kesehatan.

Journal of Borneo Holistic Health, Volume 3 No. 1 Juni 2020 hal 20-25 P ISSN
2621-9530 e ISSN 2621-9514

Australasian College For Emergency Medicine (2016) ‘Guidelines on the


Implementation of the ATS in Emergency Departments’, pp. 1–8.

Juniardi, E. (2020). Konsep dan Model Triase. Journal academi , 6-7.

Yudiantoro, A. H. (2019). Hubungan antara Respon Time Perawat dengan


Tingkat Kecemasan pada Pasien Kategori Australian Triage Scale (ATS) 1 dan 3 di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pindad Bandung. [SKRIPSI].
Universitas Bhakti Kencana Bandung. Diunduh dalam

Anonimous, 1999.Triage Officers CourseSingapore : Departement of Emergency


Medicine Singapore General Hospital Anonimous, 2002. Disaster
MedicinePhiladelphia USA.

19
Lippincott Williams ENA, 2005. Emergency Care USA : WB Saunders Company
Iyer, P. 2004. Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan.Jakarta : EGC

Oman, Kathleen S. 2008. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta : EGC


Wijaya, S. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Denpasar : PSIK FK
Mardalena. (2016). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : Pustaka
Mulia.

Yudiantoro, A. H. (2019). Hubungan antara Respon Time Perawat dengan


Tingkat Kecemasan pada Pasien Kategori Australian Triage Scale (ATS) 1 dan 3 di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pindad Bandung. [SKRIPSI].
Universitas Bhakti Kencana Bandung. Diunduh dalam
http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/1508/ADE
%20HELI%20YUDIANTONO%20AK217001%20%282019%29-1-47.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

20

Anda mungkin juga menyukai