BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut data dari WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling utama di
dunia adalah katarak (47,8%), glaucoma (12,3%), uveitis (10,2%), age-related
mucular degeneration (AMD) (8,7%), trachoma (3,6%), corneal apacity (5,1%) dan
diabetic retinophaty (4,8%). Namun sesungguhnya hal ini bisa dicegah dengan
pemeriksaan tonometri rutin. Sehingga tidak sampai terjadi hal fatal seperti kebutaan.
Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2 juta orang yang glaucoma. Diantara mereka
hampir setengah mengalami gangguan penglihatan dan 70 ribu benar-benar buta,
bertambah setengah 5500 orang / tahun.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia terdapat
sejumlah 0,40% penderita glaucoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan
0,26% penduduk. Prevalensi penyakit utama di Indonesia adalah kelainan refraksi
24,72%, pterigium 8,79%, katarak 7,40%, konjungtiva 1,74%, parut kornea 0,43%,
glaucoma 0,40%, retinopati 0,17%. Prevalensi dan penyebab buta kedua 0,16%
kelainan refraksi 0,11%, retina 0,09%, kornea 0,06% dan lain-lain 0,03%, prevalensi
total 1,47%. (Sidharta Ilyas, 2004)
Mata adalah alat indera kompleks yang berevolusi dari bintik – bintik peka
sinar primitif pada permukaan golongan intervertebrata. Dalam bungkus
pelindungnya mata memiliki lapisan reseptor, sistem lensa yang membiaskan cahaya
ke reseptor tersebut, dan sistem saraf yang menghantarkan impuls dari reseptor ke
otak.
Iris adalah cincin sentral berwarna darimana secara normal berbentuk normal
sempurna, sangat responsif terhadap cahaya baik secara langasung maupun tidak
langsung, dan tepi perifernya sangat teratur. Setiap variasi dari kriteria normal ini
dianggap patologik. Satu – satunya keadaan dimana ketidakteraturan tepi iris dapat
dihilangkan secara diagnostik adalah setelah pembedahan katarak yang telah
menggeser sebagian dari iris secara mekanis. Iris yang berbentuk seperti lubang kunci
1
2
dapat terjadi pada kejadian yang jarang, kedua iris akan berbeda warnanya jika
diperhatikan. Ketidaksimetrisan dalam warna iris yang normal adalah kongenital
(heterokromia) dan terjadi sejak masa kecil.
Struktur – struktur utama pada mata yaitu lapisan pelindung luar bola mata,
sklera, dimodifikasi dibagian anterior untuk membentuk kornea yang tembus pandang
dan akan dilalui berkas sinar yang masuk ke mata. Di bagian sklera terdapat koroid,
lapisan yang mengandung banyak pembuluh darah yang memberi makan struktur –
struktur dalam bola mata. Lapisan di dua perposterior koroid adalah retina, jaringan
saraf yang mengandung sel – sel reseptor.
3
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1 Glaukoma
Dalam hal ini cairan yang mengalami gangguan yang dihubungkan dengan
penyakit glaukoma adalah aqueus humor, dimana cairan ini berasal dari badan
sisiari mengalir ke arah bilik anterior melewati iris dan pupil dan diserap
kembali kedalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena
halus yang dikenal sebagai saluran schlemm. (Evelin C. Pearce : 317).
2.1.2 Klasifikasi
Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder dan kongenital. Tipe primer
terbagi menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
1. Glaukoma Primer
Glaukoma jenis ini merupakan bentuk yang paling sering terjadi, struktur
yang terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akuos humor mengalami
perubahan patologi langsung.
a. Glaukoma Sudut Terbuka
Glaukoma sudut terbuka/glaukoma kronik/glaukoma simpleks/ open-
angle glaucoma merupakan bentuk glaukoma primer paling sering yang
lebih tersembunyi dan membahayakan serta paling sering terjadi (kurang
lebih 90% dari klien glaukoma). Diduga glaukoma ini diturunkan secara
dominan/resesif pada 50% penderita. Keadaan ini terjadi pada klien usia
lanjut (>40 tahun) dan perubahan karena usia lanjut memegang peranan
penting dalam proses sklerosa badan silier dan jaringan trebekel. (Asuhan
Keperawatan Klien Gangguan Mata, hal 147)
struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor.
(Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, hal 149)
Gangguan ini terjadi akibat:
Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak.
Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea.
Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris.
Operasi, pertumbuhan epitel yang masuk camera oculi anterior (COA),
gagalnya pembentukan COA setelah operasi katarak, uveitis pasca ekstraksi
katarak yang menyebabkan perlengketan iris.
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma ini terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal
memfungsikan trabekular. Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom resesif
dan biasanya bilateral. (Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, hal
150)
2.1.3 Etiologi
2.1.4 Patofisiologi
Tekanan Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan produksi akues humor dan
aliran keluar akues humor dari mata. TIO normal 10 – 21 mmHg dan dipertahankan
selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran akueos humor. Akueos
humor di produksi didalam badan silier dan mengalir ke luar melalui kanal schlemm
ke dalam sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih
badan silier atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar akueos
melalui camera oculi anterior (COA). Peningkatan tekanan intraokuler > 23 mmHg
memerlukan evaluasi yang seksama. Iskemia menyebabkan struktur ini kehilangan
fungsinya secara bertahap.
Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea
sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan saraf optik dan retina adalah ireversibel dan
hal ini bersifat permanen tanpa penangan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.
Hilangnya penglihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang.
(Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, hal 147 – 150)
usia lanjut posisi iris yg terlalu trauma intumesenssi uveitis Aniridia Anomali Trabekulo-disgenesis
menutup sal.drainase lensa Perkemb. COA
kekakuan sclera Jar.trabekel
Kekakuan sclera badan silier
Kontusio bola mata tersumbat sel-sel
& jar.trabekel
radang dari gg. sudut iris,
Outflow akueous humor ↓ Lensa banyak COA, edema korne & kadang Menutupi
(sudut tertutup) Hifema cairan sudut COA
↑ Produksi akueous sekinder, lensa
humor (sudut trabekulitis
terbuka)
8
Darah menyumbat
COA
Iris tdk dpt
Sudut mata menutup Ukuran membesar berkembang
Penurunan
Peningkatan TIO Melanggar gg. permanen fungsi outflow akueous
batas COA trabekular humor
Perlekatan
Tekanan pada saraf Sumbatan pupil indokornea
optik dan retina
Sinekia anterior,
Iskemia
neovask, sudut
Kerusakan saraf optic & retina atrofi
sel ganglion difus Iritasi saraf vagal
Berduka
Resiko cedera
Kurang informasi Gangguan perubahan Defisit perawatan dini
sensori perseptual (visual)
Kurang pengetahuan
Ketidakmampuan visual
2. Glaukoma sekunder
- Pembesaran bola mata
- Gangguan lapang pandang tergantung pada penyebab penyakit okuler
- Nyeri didalam mata
3. Glaukoma kongenital
- fotofobia, blefarospasme, epifora, mata besar, kornea keruh.
(Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, hal 154)
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
a. Kebutaan yang dapat terjadi pada semua jenis glaucoma.
b. Agens topical yang digunakan untuk mengobati glaucoma dapat memiliki
efek sistemik yang merugikan, terutama pada lansia. Efek ini dapat berupa
perburukan kondisi jantung, pernapasan, atau neurologis.
2. Terapi laser
a. Laser Iridotomy, melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata
yang berwarna (iris) untuk mengizinkan cairan mengalir secara normal
pada mata dengan sudut sempit atau tertutup (narrow or closed angle).
b. Laser Trabeculoplasty, adalah suatu prosedur laser yang dilaksanakan hanya
pada mata-mata dengan sudut-sudut terbuka (open angles). Laser
trabeculoplasty tidak menyembuhkan glaucoma namun sering dilakukan
daripada meningkatkan jumlah obat-obat tetes mata yang berbeda-beda.
Prosedur ini adalah metode yang cepat, tidak sakit, dan realatif aman untuk
menurunkan tekanan intraocular.
c. Laser Cilioblation, (juga dikenal sebagai penghancuran badan ciliary atau
cyclophatocoagulation) adalah bentuk lain dari perawatan yang umumnya
dicadangkan untuk pasien-pasien dengan bentuk yang parah dari glaucoma
denhna potensi penglihatan yang miskin. Prosedur ini melibatkan
12
3. Terapi Bedah
a. Viscocanalostomy, adalah suatu prosedur operasi alternative yang
digunakan untuk menurunkan tekanan mata. Dia melibatkan penghilangan
suatu potongan dari sclera (dinding mata) untuk meninggalkan hanya satu
membran yang tipis dari jaringan melaluinya cairan aqueous dan dapat
dengan lebih mudah mengalir.
b. Trabeculotomy (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih
dari 50% atau gagal dengan iridektomi. Sistem pengaliran baru ini
mengizinkan cairan untuk meninggalkan mata, masuk ke bleb, dan
kemudian lewat masuk ke dalam sirkulasi darah kapiler yang dapat
menurunkan tekanan mata. Trabeculotomy adalah operasi glaukoma yang
paling umum dilaksanakan. Jika sukses, dia merupakan alat paling efektif
untuk menurunkan tekanan mata.
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas / Data Biografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai
identitas pasien. Biasanya lebih sering terjadi pada usia 40 tahun ke atas.
2. Keluhan Utama
Berkurangnya lapang pandang dan mata menjadi kabur
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
13
4. Pemeriksaan Fisik
a. pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Pada glaucoma akut
primer kamera anterior dangkal, aqueous humor keruh dan pembuluh
darah menjalar ke luar dari iris..
b. Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.
c. Pemeriksaan fisik melalui:
- Inspeksi : untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera kemerahan,
kornea keruh, dilatasi pupil, sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya.
- Palpasi : untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO,
terasa lebih keras dibandingkan mata yang lain. (Indriana N.
Istiqomah,2004)
d. Uji Diagnostik, menggunakan tonometri pada keadaan kronik atau open
angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle
14
2.2.3 Intervensi
1. Dx : Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d gangguan penerimaan
sensori; gangguan status organ indera.
Tujuan : penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria hasil :
- Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan
- Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan
lebih lanjut.
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
e. Pertahankan tirah baring ketat pada e. tekanan pada mata meningkat jika
posisi semi-fowler dan cegah tubuh datar
tindakan yang dapat meningkatkan
TIO (batuk, bersin, mengejan)
f. Berikan lingkungan gelap dan tenang f. Stress dan sinar menimbulkan TIO
yang mencetuskan nyeri
g. Kolaborasi pemberian analgetik g. untuk mengurangi dan mengontrol
sesuai program nyeri
Intervensi Rasional
pemecahan masalah
Kriteria Hasil:
- Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan
- Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
- Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan
Intervensi Rasional
2.2.4 Implementasi
2.2.5 Evaluasi
BAB III
PE N UTU P
3.1 Kesimpulan
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani: Glaukos yang berarti hijau kebiruan
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita ditandai dengan
adanya peningkatan tekanan bola mata, atropi papil saraf optik dan menciutnya
lapang pandang. Jadi dapat dikatakan bahwa glaukoma adalah sejumlah kelainan
mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana
dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan papil syaraf optik sehingga
terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam
pengelihatan.
Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder dan kongenital. Tipe primer
terbagi menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Etiologi
glaukoma tipe sekunder dapat disebakan oleh trauma dan keturunan penyakit
dalam keluarga. Sedangkan pada tipe sekunder disebabkan penyakit mata lain
seperti : Katarak, perubahan lensa, kelainan uvea, dan pembedahan.
Manifestasi pada setiap tipe glaucoma berbeda-beda, salah satu yang biasanya
terjadi antara lain penglihatan kabur mendadak, nyeri hebat, melihat halo
(pelangi di sekitar objek), sakit kepala, mual, muntah dsb. Sedangkan
Pemerikasaan diagnostik yang dapat dilakukan dilakukan adalah: Tonometri
22
3.2 Saran
22
A. Perawat
B. Mahasiswa
C. Masyarakat
Masyarakat hendaknya berperilaku hidup sehat dan jangan meremehkan
tekanan yang sering terjadi pada organ-organ tertentu, terutama pada bagian
mata. Apalagi pada penyakit glaukoma, karena sebenarnya penyakit tersebut
dapat terdeteksi atau dicegah secara dini dengan melakukan pemeriksaan
tonometri secara rutin. Sehingga dapat mengurangi angka kebutaan dab
kematian. Maka dari itu dihimbau pada masyarakat untuk mengerti terhadap
bahaya penyakit glaukoma.
23
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawata Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.
Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI Jakarta.