Anda di halaman 1dari 1

Pengendalian HIV/AIDS

Test and Treat HIV di Puskesmas


Sitti Sudrani
Dinkes Prov Sultra/Prodi S2 IKM-FKKMK UGM

Latar Belakang Bagaimana menyiapkan layanan test and Kegiatan dalam layanan test and treat HIV Hasil layanan test and treat HIV
Prevalensi HIV di Sulawesi Tenggara terus treat HIV di puskesmas? - Tes HIV dilakukan dengan pendekatan VCT (voluntary counseling - Perbandingan jumlah orang yang dites HIV, HIV positif,,
meningkat. Sementara pasien HIV yang tetap - Menyediakan tim layanan di puskesmas yang and test) dan PITC (provider initiative test and counseling) mendapatkan ARV dan tetap menjalani terapi (on) ARV pada
menjalani terapi antiretroviral (ARV) tidak terdiri dari dokter, perawat, bidan, laboran, - Jika hasil tes HIV: Desember 2017 dapat dilihat pada grafik berikut:
sebanding dengan laju epidemi HIV. Hingga apoteker dan petugas admin yang telah dilatih. ● Negatif: pasien diberi konseling perubahan prilaku
akhir 2017 pasien HIV positif baru ditemukan - Membentuk jejaring kerja internal dengan poli ● Indeterminate: pasien diminta untuk tes ulang 3 bulan kemudian dan
berjumlah 998 orang, sementara yang sedang umum, KIA, IGD, posyandu, puskel dan diberi konseling perubahan prilaku
menjalani terapi ARV hanya 306 orang (30,7%). perkesmas untuk rujukan pasien dengan ● Positif: dilakukan penilaian untuk memulai terapi ARV
Jumlah yang pernah mendapatkan ARV adalah penyakit terkait HIV - Sebelum inisiasi ARV:
532 pasien, sekitar 13% dari jumlah tersebut - Membentuk jejaring kerja eksternal dengan ● Pasien dengan stadium klinis III-IV dirujuk ke RS untuk perawatan
akhirnya meninggal dan 24% lost to follow-up. LSM/komunitas peduli HIV untuk penjangkauan dan terapi ARV
populasi berisiko HIV dan KDS (kelompok ● Pasien dengan stadium klinis I (tanpa gejala) dan II (ada penyakit
dukungan sebaya) untuk pendampingan pasien ringan, mis: dermatitis atau ISPA) dirujuk ke RS untuk pemeriksaan
Mengapa harus tes and treat HIV di HIV CD4
puskesmas? - Sosialisasi keberadaan layanan pada pemangku - Terapi ARV diberikan pada:
Perluasan layanan tes HIV di puskesmas kepentingan (pejabat kecamatan/kelurahan, ● Pasien HIV dengan jumlah CD4 ≤350 Hambatan
berdampak pada meningkatnya pasien HIV baru PKK, kader kesehatan, komunitas peduli HIV) ● Pasien HIV dengan kriteria: Ibu hamil, sero discordant (hasil tes HIV - Sulit memperluas layanan test and treat HIV di semua
yang ditemukan. Memastikan setiap pasien HIV yang ada di wilayah kerja puskesmas pada pasangannya negatif) atau populasi kunci puskesmas karena keterbatasan sumber daya
yang telah memenuhi syarat (eligible) untuk - Pemberian ARV diawali dengan konseling kepatuhan berisi: - Beberapa pasien yang tinggal disekitar wilayah kerja
mendapatkan ARV dengan merujuk ke layanan ● ARV adalah terapi jangka panjang (seumur hidup) puskesmas menolak mendatangi layanan HIV puskesmas
terapi ARV di RS sering menimbulkan masalah, Sasaran layanan test and treat HIV ● Penghentian terapi hanya atas rekomendasi klinisi, jika pasien karena kekhawatiran status HIV-nya akan diketahui
antara lain: pasien belum memiliki BPJS - Populasi kunci: wanita pekerja seks, waria, lelaki menghentikan terapi tanpa alasan medis, ada risiko resistensi obat dilingkungan rumahnya
sementara biaya pelayanan RS relatif mahal, seks dengan lelaki (LS)), pelanggan pekerja sehingga harus berganti regimen atau lini kedua
pasien tidak memiliki biaya transpor dan seks) ● Jika pasien bersedia patuh, ARV akan mulai diberikan Kesimpulan
akomodasi ke RS, jarak RS jauh, risiko lost to - Populasi khusus: ibu hamil, anak dari ibu HIV - Pelayanan ARV dilakukan oleh dokter dan apoteker Layanan test and treat HIV di puskesmas dapat meningkatkan
follow-up karena RS tidak punya wilayah kerja positif, pasien dengan penyakit terkait HIV (IMS, - Pemantauan dampak pengobatan dilakukan dengan: jumlah orang yang dites HIV, menemukan pasien HIV dalam
dan tupoksi untuk melacak/menjangkau pasien hepatitis, TB) dan warga binaan di Lapas/Rutan ● Pasien datang setiap bulan untuk pemantauan kondisi klinis stadium awal, menyediakan layanan terapi antiretroviral bagi
yang hilang kontak. Penyediaan layanan test and - Pasien HIV yang pindah atau transit dari daerah ● Jika ada efek samping terapi, pasien diminta datang ke puskesmas pasien HIV tanpa komplikasi, dan mempertahankan kepatuhan
treat HIV di puskesmas diharapkan mengurangi lain atau menghubungi konselornya terapi antiretroviral.
permasalahan tersebut, tanpa mengurangi ● Setiap 3 atau 6 bulan, pasien dirujuk ke RS untuk pemeriksaan CD4
kualitas pelayanan medis standar untuk pasien - Pembiayaan:
HIV. Dimana layanan test and treat HIV
● Pasien dengan BPJS mendapatkan layananbebas biaya
dilaksanakan?
● Pasien tanpa BPJS atau berasal dari luar wilayah kerja puskesmas
- Layanan dilaksanakan pada 2 puskesmas
Tujuan dikenakan biaya sebesar Rp 8.000,- hingga Rp 15.000,-
(puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari dan
Mengevaluasi pelaksanaan layanan test and - Rujukan ke kelompok dukungan sebaya untuk pendampingan dan
Puskesmas Wajo Kota Baubau) sejak tahun
treat HIV di puskesmas pemberdayaan
2016 hingga sekarang
- Konseling pasangan

Anda mungkin juga menyukai