PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
6
Komplikasi yang dapat terjadi pada Klien Dengan Thalasemia
Fraktur patologis
Hepatosplenomegali
Gangguan Tumbuh Kembang
Disfungsi organ
Gejala Klinis Thalasemia mayor, gejala klinik telah terlihat sejak anak baru
berumur kurang dari 1 tahun, yaitu:
1. Lemah
2. Pucat
3. Perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur
4. Berat badan kurang
5. Tidak dapat hidup tanpa transfusi
7
Thalasemia intermedia ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk heterozigot
sedangkan thalasemia minor/thalasemia trait ditandai oleh splenomegali, anemia
berat, bentuk homozigot Pada anak yang besar sering dijumpai adanya:
1. Gizi buruk
2. Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba
3. Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati (Hepatomegali ), limpa
yang besar ini mudah ruptur karena trauma ringan saja.
1. Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tanpa pangkal hidung, jarak
antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar.
2. Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi, kulitnya menjadi
kelabu karena penimbunan besi.
Penyebab anemia pada thalasemia bersifat primer dan sekunder. Penyebab primer
adalah berkurangnya sintesis Hb A dan eritropoesis yang tidak efektif disertai
penghancuran sel-sel eritrosit intrameduler. Penyebab sekunder adalah karena
defisiensi asam folat,bertambahnya volume plasma intravaskuler yang
mengakibatkan hemodilusi, dan destruksi eritrosit oleh system retikuloendotelial
dalam limfa dan hati.
8
9
Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb-A dengan dua polipeptida rantai
alpa dan dua rantai beta.
Pada Beta thalasemia yaitu tidak adanya atau kurangnya rantai Beta dalam
molekul hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan eritrosit
membawa oksigen.
Ada suatu kompensator yang meninghkatkan dalam rantai alpa, tetapi rantai
Beta memproduksi secara terus menerus sehingga menghasilkan hemoglobin
defektive. Ketidakseimbangan polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan
dan disintegrasi. Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan
menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis.
Kelebihan pada rantai alpa pada thalasemia Beta dan Gama ditemukan pada
thalasemia alpa. Kelebihan rantai polipeptida ini mengalami presipitasi dalam
sel eritrosit. Globin intra-eritrositk yang mengalami presipitasi, yang terjadi
sebagai rantai polipeptida alpa dan beta, atau terdiri dari hemoglobin tak
stabil-badan Heinz, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis.
Reduksi dalam hemoglobin menstimulasi bone marrow memproduksi RBC
yang lebih. Dalam stimulasi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC
diluar menjadi eritropoitik aktif. Kompensator produksi RBC terus menerus
pada suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya destruksi RBC, menimbulkan
tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan distruksi
RBC menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan mudah pecah atau rapuh.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
10
2. Elektroforesis hemoglobin: hemoglobin klien mengandung HbF dan A2 yang
tinggi, biasanya lebih dari 30 % kadang ditemukan hemoglobin patologis.
1. Hingga kini belum ada obat yang tepat untuk menyembuhkan pasien
thalasemia. Transfusi darah diberikan jika kadar Hb telah rendah sekali
(kurang dari 6 gr%) atau bila anak terlihat lemah dan tidak ada nafsu makan.
2. Pemberian transfusi hingga Hb mencapai 10 g/dl. Komplikasi dari pemberian
transfusi darah yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya penumpukan
zat besi yang disebut hemosiderosis. Hemosiderosis dapat dicegah dengan
pemberian Deferoxamine(desferal).
3. Splenektomi dilakukan pada anak yang lebih tua dari 2 tahun sebelum terjadi
pembesaran limpa/hemosiderosis, disamping itu diberikan berbagai vitamin
tanpa preparat besi.
Letargi
Pucat
Kelemahan
Anorexia
Diare
Sesak nafas
Pembesaran limfa dan hepar
Ikterik ringan
Penipisan kortex tulang panjang, tangan dan kaki
Penebalan tulang kranial
11
2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : Kadar Hb 3 – 9 g%
Pewarnaan SDM : anisositosis, poikilositosis, hipokromia berat,target cell,
tear drop cell.
Gambaran sumsum tulang eritripoesis hiperaktif
Elektroforesis Hb.
Thalasemia alfa : ditemukan Hb Bart’s dan Hb H
Thalasemia beta : kadar Hb F bervariasi antara 10 – 90 % ( N : <= 1 % ).
1. Pengkajian fisik
2. Pengkajian umum
12
2.7 Krisis vaso Occlusive
13
2.8 Diagnosa Keperawatan
14
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian fisik
Riwayat kepearawatan
Kaji adanya tanda-tanda anemia (pucat,lemah, sesak, nafas cepat, hipoksia
kronik, nyeri tulang dan dada, menurunnya aktivitas, anoreksia) epistaksis
berulang.
2. Pengkajian psikososial
B. Diagnosa
15
4. Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologis.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tak adekuat:
penurunan Hb, leukopeni atau penurunan granulosit.
6. Kurangnya pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber
informasi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
KH :
16
palpitasi. sirkulasi dengan keterlibatan organ
lebih lanjut.
17
2. Dx : Setelah tindakan keperawtan selama 3x24 jam toleransi terhadap
aktivitas meningkat.
KH :
1. Awasi vital sign, kaji pengisian Awasi vital sign, kaji pengisian
kapiler, warna kulit/membrane kapiler, warna kulit/membrane
mukosa. mukosa.
18
3. Dx : Setelah tindakan keperawtan selama 3x24 jam masukan nutrisi
adekuat.
KH :
19
7. Berikkan obat sesuai indikasi yaitu Kebutuhan penggantian
vitamin, suplemen mineral. tergantung dari tipe anemia.
KH :
kulit utuh
20
5. Dx : Setelah tindakan keperawtan selama 3x24 jam tidak terjadi infeksi.
KH :
KH :
21
No. INTERVENSI RASIONAL
D. Evaluasi
6 Pengetahuan meningkat
22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Hb : Kadar Hb 3 – 9 g%
Pewarnaan SDM : anisositosis, poikilositosis, hipokromia berat,target
cell, tear drop cell.
Gambaran sumsum tulang eritripoesis hiperaktif
Elektroforesis Hb.
Thalasemia alfa : ditemukan Hb Bart’s dan Hb H
Thalasemia beta : kadar Hb F bervariasi antara 10 – 90 % (N : <= 1 %)
4. a. Pengkajian fisik
23
Kaji riwayat kesehatan, terutama yang berkaitan dengan anemia (pucat,
lemah, sesak, nafas cepat, hipoksia, nyeri tulang, dan dada, menurunnya
aktivitas, anorexia, epistaksis berlang )
Kaji riwayat penyakit dalam keluarga.
b. Pengkajian umum
3.2 SARAN
Penyakit thalasemia ini harus diobati dan diberi penanganan khusus. Karna
penyakit ini termasuk dalam penyakit yang berbahaya.
24
DAFTAR PUSTAKA
25