Anda di halaman 1dari 53

BAB I

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Kanker lambung adalah sejenis kanker saluran cerna dengan insidensi paling tinggi. akhir
tahun 1997 telah dibuktikan bahwa Helicobacter pylori juga memegang peranan kausal pada
semua tumor ini. banyak pengidap kanker lambung semula melalui gastritis kronis dan atrofia sel
diduga berangsur-angsur menyebabkan berkembangnya tumor ganas. pembedahan dan radiasi
kini tidak diperlukan lagi karena kuman dapat dibasmi dengan antibiotika. (Tjay, Tan Joan :
2002)
Kanker lambung adalah adenokarsinoma yang muncul paling sering sebagai massa ireguler
dengan penonjolan ulserasi sentral yang dalam ke lumen dan menyerang lumen dinding
lambung. (Harnawatiah : 2008)
B. ETIOLOGI
Penyebab dari kanker lambung masih belum diketahui, akan tetapi, sejumlah faktor
dihubungkan dengan penyakit tersebut juga dipercaya bahwa faktor eksogen dalam lingkungan
seperti bahan kimia karsinogen, virus onkogenik mungkin mengambil bagian penting dalam
karsinoma lambung. Karena lambung mempunyai kontak lama dengan makanan. Ada yang
timbul sebagai hubungan dengan konsumsi gram yang meningkat. Ingesti nitrat dan nitrit dalam
diet tinggi protein telah memberikan perkembangan dalam teori bahwa senyawa karsinogen
seperti nitrosamine dan nitrosamide dapat dibentuk oleh gerak pencernaan.
C. PATOFISIOLOGI
Beberapa faktor dipercaya menjadi precursor kanker yang mungkin, yaitu polip, anemia
pernisiosa, prostgastrektomi, gastritis artofi kronis dan ulkus lambung tidak mempengaruhi
individu menderita kanker lambung, tetapi kanker lambung mungkin ada bersamaan dengan
ulkus lambung dan tidak ditemukan pada pemeriksaan diagnostik awal.
Tumor mungkin menginfiltrasi dan menyebabkan penyempitan lumen yang paling sering di
antrum. Infiltrsi dapat melebar ke seluruh lambung, menyebabkan kantong tidak dapat meregang
dengan hilangnya lipatan normal dan lumen yang sempit, tetapi hal ini tidak lazim. Desi polipoid
juga mungkin timbul dan menyebabkan sukar untuk membedakan dari polip benigna dengan X-
ray.
Kanker lambung mungkin timbul dari penyebaran tumor superficial yang hanya melibatkan
permukaan mukosa dan menimbulkan keadaan granuler walaupun hal ini jarang. Kira-kira 75%
dari karsinoma ditemukan 1/3 distal lambung, selain itu menginvasi struktur lokal seperti bagian
bawah dari esofagus, pankreas, kolon transversum dan peritonium. Metastase timbul pada paru,
pleura, hati, otak dan lambung.
D. FAKTOR-FAKTOR RESIKO
Masalah lingkungan dan nutrisi dapat mempengaruhi perkembangan dari kanker lambung.
Makan makanan tinggi nitrat dan nitrit makanan yang telah diasinkan, tidak adanya makanan
segar dan jumlah vit. C, A dan E yang kurang dalam diet, tampaknya meningkatkan insiden
tumor lambung. Perokok dan pengguna alkohol berhubungan dengan perkembangan dari
penyakit ini. Pekerja dalam industri tertentu juga mengalami kejadian kanker lambung yang
tinggi. Pekerjaan ini meliputi pabrik nikel, penambangan batu bara, pengolahan tambaga dan
karet, asbestos. Status ekonomi yang rendah merupakan faktor resiko yang nyata dan mungkin
dapat menjelaskan pengaruh pekerjaan dan makanan. Ras dan usia juga merupakan faktor resiko.
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Kesembuhan empiema adalah proses yang panjang. Perawat menolong pasien untuk
mengatasi kondisi dan menginstruksikan latihan bernapas (pernapasan dengan bibir dirapatkan
dan difragmatik), yang membantu untuk memulihkan fungsi pernapasan normal. Perawat juga
memberikan asuhan spesifik terhadap metode drainase cairan pleura seperti aspirasi jarum,
drainase dada tertutup, atau seksi iga dan drainase.
F. EVALUASI DIAGNOSTIK
Pemeriksaan fisik biasanya tidak membantu, kebanyakan tumor lambung tidak dapat diraba,
asites mungkin muncul bila terdapat metastasis pada hepar. Endoskopi untuk biopsi dan
pencucian sitologis adalah pemeriksaan diagnostik umum. Pemeriksaan sinar-x terhadap saluran
GI atas dengan barium juga dilakukan. Karena metastase sering terjadi sebelum tanda peringatan
ada, pemindai tomografi komputer, pemindai tulang, dan peminda hepar dilakukan dalam
menentukan luasnya metastasis. Tidak dapat makan (dispepsia) lebih dari 4 minggu pada
individu berusia lebih dari 40 tahun memerlukan pemeriksaan sinar-x lengkap terhadap saluran
GI.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS UMUM
 Kemoterapi
 Terapi radiasi
 Pembedahan:
a. Esofagogastrektomi subtotal-untuk tumor yang dapat dioperasi pada lambung proksimal bagian
bawah dari esofagus dianastomosiskan ke duodenum atau jejenum. Pasien sering dipasang selang
dada menyertai prosedur ini karena rongga dada dimasuki.
b. Gastrektomi total-untuk lesi di bagian bawah tengah lambung. Seluruh lambung diangkat, dan
esofagus dianastomosiskan ke jejenum.
c. Gastrektomi subtotal-untuk lesi di antrum lambung bila pasien lansia atau cacat. Ini adalah
operasi Billroth I di mana duodenum, lambung distal, pilorus, dan vaskuler dan struktur
penyokong diangkat, dan bagian lambung yang tersisa dijahit ke sisa duodenum.
d. Gastrektomi subtotal- operasi Billroth II, di mana prosedur lebih radikal daripada operasi
Billroth I. Operasi meliputi pengangkatan antrum, pilorus, duodenum atas, struktur vaskuler
penyokong, dan semua limfatik di sekitarnya. Sisa lambung dijahit dalam bentuk side-to-side ke
jejenum. Puntung duodenum dijahit tutup.
Komplikasi mayor dihubungkan dengan prosedur pembedahan gastrik adalah esofagitis
(disebabkan oleh refluks aspirasi), kebocoran anastomotik, defisiensi vitamin B12, penurunan
berat badan, dan pneumonia. Komplikasi tambahan berkenaan dengan gastrektomi subtotal
adalah sindrom dumping dan steatorea. (Lorenz, 1991)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER LAMBUNG
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994 : 10).
1.Riwayat atau adanya faktor resiko
 Aklorhidria atau anemia pernisiosa
 Riwayat ulkus gastrik
2.Pemeriksaan fisik berdasarkan survei umum (Apendiks F) dapat menunjukkan:
 Keluhan awal dari perasaan tak enak karena rasa penuh dan ketidaknyamanan setelah
makan. Pasien sering menginterpretasikan gejala ini sebagai “kacau lambung” dan menggunakan
obat dan antasida, yang memberi penghilangan sementara.
Bila tumor membesar, pasien mengalami:
 Penurunan berat badan yang disebabkan oleh anoreksia, mual dan muntah.
 Kelelahan dan kelemahan akibat anemia defisiensi nutrisi.
 Disfagia bila tumor terletak di lambung proksimal.
 Nyeri epigastrik yang disebabkan oleh distensi gastrik karena pembesaran tumor.
 Massa epigastrik yang dapat teraba.
3.Pemeriksaan Diagnostik
 Seri GI atas menunjukkan massa padat
 Acan CT abdomen menunjukkan massa padat
 Pemeriksaan endoskopi memberi visualisasi langsung terhadap lesi dan memungkinkan
pengambilan spesimen untuk biopsi dan pemeriksaan sitologi
 JDL menunjukkan anemia.
4.Kaji perasaan dan masalah pasien dan orang terdekat tentang penyakit.
5.Kaji pemahaman pasien dan orang terdekat tentang penyakit, pemeriksaan diagnostik, dan
tindakan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pada semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien dapat mencakup
yang berikut ini :
1. Nyeri berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan syok atau hemoragi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
4. Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang diantisipasi.
5. Berduka diantisipasi dengan diagnosis kanker.
C. RENCANA KEPERAWATAN

1. D.P 1 : Nyeri berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal


Data Penunjang Tujuan
Subyektif : Tidak mengalami atau mengurangi nyeri
Menyatakan nyeri yang ada.
Objektif : Kriteria :
Merintih dan meringis. Melaporkan nyeri berkurang, tak ada
merintih, ekspresi wajah relaks.
INTERVENSI

1. Anjurkan periode istirahat.


2. Tenangkan pasien bahwa anda mengetahui nyeri yang dirasakan adalah nyata dan bahwa
anda akan membantu pasien mengurangi nyeri tersebut.
3. Ajarkan pasien strategi baru untuk meredakan nyeri.
4. Melakukan tindakan kolaboratif untuk mengubah penatalaksanaan nyeri jika diperlukan.
5. Berikan analgesik untuk meningkatkan peredaran nyeri optimal dalam batas resep dokter.

2. D.P 2 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan syok atau hemoragi.


Data Penunjang Tujuan
Subyektif : Tidak mengalami kekurangan volume
Haus cairan.
Objektif : Kriteria :
Penurunan tekanan darah, penurunan Tidak mengalami hemoragi, tanda vital
tekanan nadi, penurunan turgor kulit, dalam batas normal, memberi tahu
penurunan keluaran urine, kulit membran perawat tentang adanya tanda perdarahan,
mukosa mengering, hematokrit meningkat, dan memberi tahu perawat tentang adanya
suhu tubuh meningkat, frekuensi nadi pusing, peningkatan frekuensi jantung,
meningkat. kekacauan mental, kelelahan yang
berlebihan, dan kulit lembab.
INTERVENSI
1. Pantau terhadap tanda-tanda hemoragi.
2. Observasi aspirasi lambung terhadap bukti adanya darah.
3. Berikan produk darah sesuai program.
4. Kaji klien terhadap tanda-tanda syok.
5. Evaluasi drainase dari balutan dan penampung drainase
6. Evaluasi TD, nadi, dan frekuensi pernapasan.

3. D.P 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Data Penunjang Tujuan
Subyektif : Mendapatkan dan mempertahankan status
Keluhan kelelahan menetap nutrisi yang optimal.
Objektif : Kriteria :
Penurunan berat badan tidak berlanjut,
 Penurunan berat badan progresif
pemeriksaan kimia serum dalam rentang
 Kemungkinan disfagia
normal, keluhan kelelahan berkurang.
 Kelemahan dan anemia

INTERVENSI

1. Pantau :

 Jumlah makanan yang dikonsumsi dalam setiap makan.


 Timbang berat badans setiap dua hari atau setiap minggu.
 Hasil pemeriksaan kimia darah.

2. Berikan diet sering tinggi kalori, protein, vitamin dan mineral.


3. Jamin lingkungan yang nyaman dan bebas bau saat makan.
4. Berikan antiemetik yang diberikan sedikitnya 30 menit sebelum makan bila mual.
5. Berikan sedikitnya 250 mL cairan setiap hari
4. D. P 4 : Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang diantisipasi.
Data Penunjang Tujuan
Subyektif : Menurunkan ansietas.
Insomnia, takut, berkemih tidak lampias, Kriteria :
khawatir, marah, dan mengekspresikan Pasien dapat mengekspresikan rasa takut,
keluhan karena perubahan kejadian masalah, dan kemungkinan rasa marah
kehidupan. akibat diagnosis dan prognosis dan
Objektif : memfasilitasi. Tampak rileks dan mende-
Gelisah, kesulitan untuk berkonsentrasi, monstrasikan penggunaan mekanis- me
mudah lupa, peningkatan berkeringat, koping efektif dan partisipasi aktif dalam
ketegangan wajah, muka merah, dilatasi aturan pengobatan.
pupil, excitation kardiovaskular.

INTERVENSI

1. Dorong psien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.


2. Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan
atau menolak untuk bicara.
3. Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh pasien bila tepat.
4. Sadari efek-efek isolasi pada pasien bila diperlukan untuk imunosupresi dan impian
radiasi.
5. Bantu pasien/orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa takut untuk
memulai mengembangkan strategi koping unuk menghadapi rasa takut ini.
6. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.
7. Izinkan ekspresi marah tanpa konfrontasi dan diekpresikan secara tepat.
8. Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang.
5. D.P 5 : Antisipasi berduka berhubungan dengan penerimaan kemungkinan kematian
pasien, perubahan fungsi tubuh.
Data Penunjang Tujuan
Subyektif : Dapat melewati proses berduka dengan
baik.
 Menyangkal tentang potensial
Kriteria :
kematian
Mengidentifikasi dan mengekspresikan
 Menyangkal perasaan tersedak dan
perasaan dengan tepat, melanjutkan
perasaan marah.
aktivitas kehidupan normal, dan
mengungkapkan pemahaman tentang
Objektif :
proses mejelang ajal dan perasaan
 Perubahan pada kebiasaan makan, didukung dalam melalui berduka.
pola tidur, tingkat aktivitas, dan
pola komunikasi.

INTERVENSI

1. Dorong mengungkapkan ketakutan, kekhawatiran, pertanyaan mengenai penyakit,


pengobatan, dan implikasinya dimasa mendatang.
2. Berikan dorongan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga dalam keputusan perawatan
dan pengobatan.
3. Sisihkanw aktu untuk periode menangis dan mengekspresikan kesedihan.
4. Identifikasi aspek positif dari situasi.
5. Sadari perasaan sendiri tentang kanker, ancaman kematian. Terima metode apapun yang
dipilih pasien/orang terdekat untuk saling membantu selama proses.
6. Rujuk pada konselor yang tepat sesuai kebutuhan.
7. Rujuk pada program komunitas, bila perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Kerperawatan Medikal Bedah Vol.1.Jakarta : EGC

Harnawataj. Kanker Lambung. Available from : http://harnawatiaj.wordpress.com. Akses pada


03 September 2008

Mansjoer, Arief, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Ed.3, Cet. 1. Jakarta : Media
Aesculapius

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3.
EGC : Jakarta.

Tjay, tan Joan dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan, dan
Efek Sampingnya. Jakarta : Elex Media Komputindo

Xipemia. Makalah Kesehatan Tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan


Keganasan Lambung.Available from : http://xipemia.wordpress.com. Akses pada 22
September 2008
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
KANKER LAMBUNG
Posted by nurse87 on 29 Juni 2009
Posted in: Uncategorized. 7 komentar

Oleh :

Ferdynandus Felix TL., A.Md.Kep.


Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan
STIK Muhammadiyah Pontianak

1. Definisi
Neopasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus-menerus
secara tak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh.
(Patologi, dr. Achmad Tjarta,2002)
Karsinoma Gaster ialah suatu neoplasma yang terdapat pada Gaster. (R. Simadibrata,2000)

2. Anatomi Fisiologi
Lambung
Lambung merupakan sebuah kantung muskuler yang letaknya antara esophagus dan usus halus,
sebelah kiri abdomen di bawah diafragma. Lambung merupakan saluran yang dapat
mengembang karena adanya gerakan peristaltik, tekanan organ lain, tekanan organ lain dan
postur tubuh. Struktur lambung.
a. Fundus ventrikuli
Bagian ini menonjol ke atas, terletak di sebelah kiri osteum kardiakum dan biasanya berisi gas.
Pada batas dengan esophagus terdapat katup sfingter kardiak.
b. Korpus ventrikuli
Bagian ini merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan mempunyai otot yang tebal
membentuk sfincter pylorus. Antrum pylorus merupakan muara bagian distal dan berlanjut ke
duodenum.
c. Antrum pylorus
Merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan mempunyai otot yang tebal membentuk
sfincter pylorus. Antrum pylorus merupakan muara distal yang berlanjut ke duodenum.
d. Kurvantura minor
Terletak di sebelah kanan lambung dan terbentang dari osteum kardiak sampai ke pylorus.
Kurvantura minor dihubungkan ke hepar oleh omentum minor. Suatu lipatan ganda dari
peritoneum.
e. Oesteum kariakum
Merupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat
orifisium pylorus yang tidak mempunyai sfincter khusus, hanya berbentuk cincin yang membuka
dan menutup osteum dengan kontraksi dan relaksasi. Osteum dapat tertutup oleh lipatan
membran mukosa dan serta otot pada dasar esophagus.
Fungsi lambung:
Lambung menampung makanan yang masuk melalui esophagus, menghancurkan makanan
dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung. Penghancuran makanan dilakukan
dengan dua cara:
a. Mekanis : menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan mengeluarkan kimus ke dalam
usus. Pendorongan makanan terjadi secara gerakan peristaltik setiap 20 detik.
b. Kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan enzim-enzim
tergantung jenis makanan enzim yang dihasilkan antara lain pepsin asam garam, renin dan
lapisan lambung.
1. Pepsin, memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton) agar dapat diabsorbsi
di intestinum minor.
2. Asam garam (HCl) mengasamkan makanan sebagai antiseptik dan desinfektan yang masuk ke
dalam makanan. Disamping itu mengubah pepsinogen menjadi pepsin dalam suasana asam.
3. Renin, sebagai ragi pembekuan susu dan membentuk kasein dan kaseinogen dari protein.
4. Lapisan lambung memecah lemak menjadi asam lemak untuk merangsang sekresi getah
lambung.
Sekresi getah lambung
Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan apabila melihat, mencium, dan
merasakan makanan maka sekresi lambung akan terangsang, karena pengaruh saraf sehingga
menimbulkan rangsang kimiawi yang menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang
disebut sekresi getah lambung. Sekresi getah lambung mengalami 3 fase yaitu:
a. Fase serebral
Antisipasi dari makan menyebabkan stimulus merambat dari otak ke nervus vagus sampai ke
lambung yang merupakan kelenjar yang terstimulasi untuk mensekresi hormon gastrin yang
disekresi oleh membran mukosa kanalis pylorus yang menghasilkan getah lambung.
b. Fase gastric
Pada fase ini gastrin lebih banyak diproduksi.
c. Fase intestinal
Masuknya darah ke dalam intestinum menyebabkan sekresi getah lambung membentuk lebih
banyak gastrin.

Sfingter pylorus mengendalikan pengosongan lambung walaupun pylorus tetap terbuka.


Kontraksi antrum akan diikuti oleh kontraksi pylorus dan duodenum. Apabila suatu gelombang
peristaltik kuat sampai di antrum maka tekanan isi antrum naik dan diikuti oleh kontraksi pylorus
sehingga mendorong kembali sebagian besar isi antrum yang masih bersifat padat ke korpus
lambung, hanya sejumlah kecil yang masuk ke duodenum pada setiap kali kontraksi.

3. Klasifikasi
Early gastric cancer (tumor ganas lambung dini).
Berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi, gastroskopi dan pemeriksaan histopatologis dapat
dibagi atas :
Tipe I (pritrured type)
Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub mukosa yang berbentuk
polipoid. Bentuknya ireguler permukaan tidak rata, perdarahan dengan atau tanpa ulserasi.
Tipe II (superficial type)
Dapat dibagi atas 3 sub tipe.
II.a. (Elevated type)
Tampaknya sedikit elevasi mukosa lambung. Hampir seperti tipe I, terdapat sedikit elevasi dan
lebih meluas dan melebar.
II.b. (Flat type)
Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya terlihat perubahan pada warna
mukosa.
II.c. (Depressed type)
Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir tidak rata (iregular) hiperemik / perdarahan.
Type III. (Excavated type)
II c. II c dan II a  III atau III Menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering
disertai kombinasi seperti II c

Advanced gastric cancer (tumor ganas lanjut).


Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas :
1. Bormann I.
Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai fungating dan mukosa di
sekitar tumor atropik dan iregular.
2. Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta mukosa sekitarnya
menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat nekrotik dengan warna kecoklatan, keabuan
dan merah kehitaman. Mukosa sekitar ulkus tampak sangat hiperemik.
3. Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas pada dinding dan infiltrasi difus
pada seluruh mukosa.
4. Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada dinding dan infiltrasi difus
pada seluruh mukosa.

4. Patofisiologi
Seperti pada umumnya tumor ganas ditempat lain penyebab tumor gaster juga belum diketahui
secara pasti. Faktor yag mempermudah timbulnya tumor ganas gaster adalah perubahan mukosa
yang abnormal antara lain seperti gastritis atropik, polip di gaster, dan anemia pernisiosa. Di
samping itu juga pengaruh keadaan lingkungan mungkin memegang peran penting terutama pada
penyakit gaster seperti dinegara Jepang, Chili, Irlandia, Australia, Rusia dan Skandinavia.
Ternyata pada orang jepang yang telah lama meninggalkan jepang, frekuensi tumor ganas gaster
lebih rendah.
Dapat disimpulkan bahwa kebiasaaan hidup mempunyai peran penting, makanan panas dapat
merupakan faktor timbulnya tumor ganas seperti juga makanan yang di asap, ikan asin yang
mungkin mempermudah timbuknya tumor ganas gaster.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor herediter, dan faktor infeksi H. Pylori.
Karsinoma gaster berasal dari pertumbuhan epitel pada membran mukosa gaster. Kabanyakan
karsinoma gaster berkembang pada bagian bawah gaster. Sedangkan pada atrofi gaster
disapatkan bagian atas gaster dan secara multisenter.
Karsinoma gaster terlihat beberapa bentuk.
1. Seperempatnya berasal dari propria yang berbentuk fungating yang tumbuh ke lumen sebagai
massa.
2. Seperempatnya berbentuktumor yang berulserasi.
3. Massa yang tumbuh melalui dinding menginvasi lapisan otot.
4. Penyebarannya melalui dinding yang disemari penyebaran pada permukaan.
5. Bentuk linisplastika.
6. Sepertiganya karsinoma berbagai bentuk di atas.
Prognosis yang baik berhubungan dengan bentuk polipoid dan kemudian berbentuk ulserasi dan
yang paling jelek ada bentuk scirrhous. Penyebaran karsinoma gaster sering kehati, arteri
hepatika dan celiac, pankreas dan hilus selitar limpa. Dapat juga mengenai tulang, paru, otak dan
bagian lain saluran cerna.

5. Etiologi
Penyebab dari karsinoma Gaster sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun para
penyelidik berpendapat bahwa komposisi makanan merupakan faktor penting dalam kejadian
karsinoma Gaster. Makanan tersebut seperti ;
1. Gastritis kronis.
2. Faktor infeksi (oleh kuman H. Pylory).
3. Herediter.
4. Sering Makan daging hewan dengan cara dipanggang atau dibakar atau diasapkan.
5. Sering makan makanan yang terlalu pedas.
6. Kurang makanan yang mengandung serat.
7. Makan makanan yang memproduksi bahan karsinogenik dan ko-karsinogenik.

6. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala karsinoma kolo-rektal tergantung dari lokasi dan besarnya tumor :

a. Nyeri
b. Penurunan Berat badan.
c. Muntah
d. Anoreksia.
e. Disfagia.
f. Nausea.
g. Kelemahan.
h. Hematemasis.
i. Regurgitasi.
j. Mudah kenyang.
k. Asites ( perut membesar).
l. Keram abdomen

m. Darah yang nyata atau samar dalam tinja


n. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan.

7. Pemeriksaan Diagnosis
1. Pemeriksaan fisis.
Pemeriksaan fisis dapat membantu diagnosis berupa berat badan menurun dan anemia. Didaerah
epigastrium mungkin ditemukan suatu massa dan jika telah terjadi metastasis ke hati, teraba hati
yang iregular, dan kadang-kadang kelenjar limfe klavikula teraba.
2. Radiologi.
Pemeriksaan radiologi yang penting adalah pemeriksaan kontras ganda dengan berbagai posisi
seperti telentang. Tengkurap, oblik yang disertai dengan komprsi.
3. Gastroskopi dan Biopsi.
Pemeriksaan gastroskopi banyak sekali membantu diagnosis untuk melihat adanya tumor gaster.
Pada pemeriksaan Okuda (1969) dengan biopsi ditemukan 94 % pasien dengan tumor ganas
gaster sedangkan dengan sitologi lavse hanya didapatkan 50 %.
4. Pemeriksaan darah pada tinja.
Pada tumor ganas sering didapatkan perdarahan dalam tinja (occult blood), untuk itu perlu
dilakukan pemeriksaan tes Benzidin.
5. Sitologi.
Pemeriksaan Papanicolaou dari cairan lambung dapat memastikan tumor ganas lambung dengan
hasil 80 – 90 %. Tentu pemeriksaan ini perlu dilengkapi dengan pemeriksaan gastroskopi dan
biopsi.

6. Komplikasi
1. Perforasi
Dapat terjadi perforasi akut dan perforasi kronik.
2. Hematemesis.
Hematemesis yang masif dan melena dapat terjadi pada tumor ganas lambung sehingga dapat
menimbulkan anemia.
3. Obstruksi.
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang disertai keluhan mintah-
muntah.
4. Adhesi.
Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan infiltrasi dengan organ
sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut

7. Penatalaksanaan
1. Bedah
jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik adalah pembedahan.
Walaupun telah terdapat daerah sebar, pembedahab sudah dapat dilakukan sebagai tindakan
paliatif. Reaksi kuratif akan berhsil bila tidak ada tanda metastasis di tempat lain, tidak ada sisa
Ca pada irisan lambung, reseksi cairan sekitar yang terkena, dari pengambilan kelenjar limfa
secukupnya.
2. Radiasi
Pengobatan dengan radiasi memperlihatkan kurang berhasil.
3. Kemoterapi
Pada tumor ganas dapat dilakukan pemberian obat secara tunggal atau kombinsi kemoterapi. Di
antara obat yang di gunakan adalah 5 FU, trimetrexote, mitonisin C, hidrourea, epirubisin dan
karmisetin dengan hasil 18 – 30 %.

B. Konsep Dasar Keperawatan


A. Pengkajian
a. Persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
 Apakah ada riwayat kanker pada keluarga
 Status kesehatan dan penyakit yang diderita, upaya yang dilakukan
 Lingkungan tempat tinggal klien
 Tingkat pengetahuan dan kepedulian pasien
 Hal-hal yang membuat status kesehatan pasien berubah : merokok, alkohol, obat-obatan,
polusi, lingkungan, ventilasi.
b. Nutrisi metabolik
 Jenis, frekuensi dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari
 Adanya mual, muntah, anorexia, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan nutrisi
 Adanya kebiasaan merokok, alkohol dan mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
 Ketaatan terhadap diet, kaji diet khusus
 Jenis makanan yang disukai (pedas, asam, manis, panas, dingin)
 Adanya makanan tambahan
 Napsu makan berlebih/kurang
 Kebersihan makanan yang dikonsumsi
c. Eliminasi
 Pola BAK dan BAB: frekuensi, karakteristik, ketidaknyamanan, masalah pengontrolan
 Adanya mencret bercampur darah
 Adanya Diare dan konstipasi
 Warna feses, bentuk feses, dan bau
 Adanya nyeri waktu BAB
d. Aktivitas dan latihan
 Kebiasaan aktivitas sehari hari
 Kebiasaan olah raga
 Rasa sakit saat melakukan aktivitas
e. Tidur dan istirahat
 Adanya gejala susah tidur/insomnia
 Kebiasaan tidur per 24 jam
f. Persepsi kognitif
 Gangguan pengenalan (orientasi) terhadap tempat, waktu dan orang
 Adanya gangguan proses pikir dan daya ingat
 Cara klien mengatasi rasa tidak nyaman(nyeri)
 Adanya kesulitan dalam mempelajari sesuatu
g. Persepsi dan konsep diri
 Penilaian klien terhadap dirinya sendiri
h. Peran dan hubungan dengan sesama
 Klien hidup sendiri/keluarga
 Klien merasa terisolasi
 Adanya gangguan klien dalam keluarga dan masyarakat
i. Reproduksi dan seksualitas
 Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
 Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
j. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stess
 Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
 Mekanisme koping yang biasa digunakan
 Respon emosional klien terhadap status saat ini
 Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
k. Sistem kepercayaan
 Agama yang dianut,apakah kegiatan ibadah terganggu

A. Diagnosa Keperawatan
a. Pre-Op
1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
2. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan tidak
nafsu makan
4. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

b. Post-Op
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya pengaruh anastesi.
2. Nyeri berhubungan dengan interupsi tubuh sekunder terhadap prosedur invasif atau intervensi
operasi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status puasa.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap
prosedur invasive.
5. Kecemasan berhubungan dengan ketidakpastian tentang hasil pengobatan kanker.

C. Rencana Keperawatan
a. Pre-Operasi
Dp 1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan:
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri

Dp 2. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan


Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang

Rencana Tindakan:
1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ untuk mengurangi kecemasan
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medik
R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit dan
pengobatan
Dp 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan
tidak nafsu makan.
Tujuan : Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Hasil yang diharapkan:
- Nutrisi klien terpenuhi
- Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2. Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak

Dp 4. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan:
Klien menunjukkan peningkatan toleransi dalam beraktivitas yang ditandai dengan: tidak
mengeluh lemas, klien beraktivitas secara bertahap.
Rencana Tindakan :
1. Sediakan waktu istirahat yang cukup.
R/ Istirahat akan memberikan energi yang cukup dan membantu dalam proses penyembuhan.
2. Kaji keluhan klien saat beraktivitas.
R/ Mengidentifikasi kelainan beraktivitas.
3. Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas.
R/ Menentukan aktivitas yang boleh dilakukan.
4. Bantu memenuhi kebutuhan klien.
R/ Terpenuhinya kebutuhan klien.

Post-Operasi
Dp 1. Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya pengaruh anastesi.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
- Suara nafas vesikuler
- Bunyi nafas bersih, tidak ada suara tambahan
Rencana tindakan :
1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya mengi, krekels, ronchi.
R/ Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak
dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius misalnya: penyebaran, krekels basah
(bronkitis), bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema) atau tidak adanya bunyi nafas
(asma berat).
2. Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat radio inspirasi/ekspirasi.
R/ Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stress/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding inspirasi.
3. Catat adanya derajat dyspnea misalnya keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas, distress
pernafasan, penggunaan otot bantu.
R/ Disfungsi pernafasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses
akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit. Misalnya infeksi, reaksi alergi.
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur, duduk pada
sandaran tempat tidur.
R/ Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan
gravitasi. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dll membantu menurunkan kelemahan otot
dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
5. Pertahankan polusi lingkungan minimum misalnya: debu, asap dan bulu bantal yang
berhubungan dengan kondisi individu.
R/ Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat, mentriger episode akut.
6. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
R/ Memberikan pasien-pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dyspnea dan
menurunkan jebakan udara.
7. Observasi karakteristik batuk misalnya menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk
memperbaiki keefektifan upaya batuk.
R/ Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut atau
kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi
dada.
8. Tingkatkan masukan cairan antara sebagai pengganti makanan.
R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret. Mempermudah pengeluaran. Penggunaan
cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan
distensi gaster dan tekanan pada diafragma.

Dp 2. Nyeri berhubungan dengan interupsi tubuh sekunder terhadap prosedur invasif atau
intervensi operasi.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan :
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri
Dp 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status puasa.
Tujuan : Nutrisi pasien terpenuhi setelah dilakukan keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
- Nutrisi klien terpenuhi
- Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2. Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak

Dp 4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap


prosedur invasive.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Proses penyembuhan luka tepat waktu.
Rencana tindakan:
1. Observasi tanda-tanda vital, adanya demam, menggigil, berkeringat.
R/ Sebagai indikator adanya infeksi/terjadinya sepsis.
2. Observasi daerah luka operasi, adanya rembesan, pus, eritema.
R/ Deteksi dini terjadinya proses infeksi.
3. Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat.
R/ Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu mengurangi
ansietas.
4. Kolaborasi dengan medik untuk terapi antibiotik.
R/ Membantu menurunkan penyebaran dan pertumbuhan bakteri.

Dp 5. Kecemasan berhubungan dengan ketidakpastian tentang hasil pengobatan kanker


Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan:
1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ Untuk mengurangi kecemasan
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medik
R/ Memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ Dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit dan
pengobatan
Dp 5. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan
Tujuan : Gangguan konsep diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
Rencana tindakan :
1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.
R/ Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.
2. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R/ Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di rumah.
R/ Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.
R/ Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.

Daftar Pustaka

A.K. Muda, Ahmad, (2003). Kamus Lengkap Kedokteran.Edisi Revisi. Jakarta : Gitamedia
Press.

Juall Carpenito, lynda RN,(1999).Diagnosa dan Rencana Keperawatan. Ed 3. Jakarta : Media


Aesculappius.

Purnawan Ajunadi, Atiek S.seomasto, Husna Ametz,(1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media
Aesculapius.Fakultas Kedokteran : UI.

Syaifuddin.(1997). Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran (EGC).
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN CANCER LAMBUNG

I. KONSEP DASAR MEDIS


A. Pengertian
Neopasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus-
menerus secara tak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak
berguna bagi tubuh. (Patologi, dr. Achmad Tjarta,2002)
Karsinoma Gaster ialah suatu neoplasma yang terdapat pada Gaster. (R.
Simadibrata,2000)
B. Anatomi Fisiologi Lambung
Anatomi

Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat di bawah
diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung-J, dan bila penuh,
berbentuk seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung 1 sampai 2 liter.
Secara otomatis lambung terbagi atas fundus, korpus, dan antrum pilorikum atau
pilorus. Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor, dan bagian
kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Sfingter pada kedua ujung lambung
mengatur pengeluaran dan pemasukan. Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah,
mengalirkan makanan masuk ke dalam lambung dan mencegah rufluks isi lambung
memasuki esofagus kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia
dikenal dengan nama daerah kardia. Di saat sfingter pilorikum berelaksasi makanan
masuk ke dalam duodenum dan ketika berkontraksi sfingter ini akan mencegah
terjadinya aliran balik isi usus halus ke dalam lambung.
Lambung terdiri dari empat lapisan. Tunika serosa atau lapisan luar merupakan bagian
dari peritonium viseralis. Dua lapisan peritonium viseralis menyatu pada kurvatura
minor lambung dan duodenum dan terus memanjang ke arah hati, membentuk
omentum minus. Lipatan peritonium yang keluar dari satu organ menuju ke organ lain
disebut sebagai ligamentum. Jadi omentum minor (dikenal juga dengan nama
ligamentum hepatogastrikum atau hepatoduodenalis) menyokong lambung sepanjang
kurvatura minor sampai ke hati. Pada kurvatura mayor, peritonium terus ke bawah
membentuk omentum mayus, yang menutupi usus halus dari depan seperti apron
besar. Sakus omentum minus adalah tempat yang sering terjadi penimbunan cairan
(pseudokista pancreatikum) akibat komplikasi pancreatitis akut.
Tidak seperti daerah saluran cerna lain, bagian muskularis tersusun dari tiga lapis dan
bukan dua lapis otot polos: lapisan longitudinal di bagian luar, lapisan sirkuler di tengah,
dan lapisan oblik di bagian dalam. Susunan serat otot yang unik ini memungkin
berbagai macam kombinasi kontraksi yang diperlukan untuk memecahkan makanan
menjadi partikel-partikel yang kecil, mengaduk dan mencampur makanan tersebut
dengan cairan lambung, dan mendorongnya ke arah duodenum.
Submukosa terdiri dari jaringan areolar jarang yang menghubungkan lapisan mukosa
dan lapisan muskularis. Jaringan ini memungkinkan mukosa bergerak bersama gerakan
peristaltik. Lapisan ini juga mengandung pleksus saraf, pembuluh darah, dan saluran
limfe.
Mukosa, lapisan dalam lambung, tersusun dari lipatan-lipatan longitudinal yang disebut
rugae. Dengan adanya lipatan-lipatan ini lambung dapat berdistensi sewaktu diisi
makanan. Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini dan dikategorikan menurut
bagian anatomi lambung yang ditempatinya. Kelenjar kardia berada dekat orifisium
kardia. Kelenjar ini mensekresikan mukus. Kelenjar mukus atau gastrik terletak di
fundus dan hampir pada seluruh korpus lambung. Kelenjar gastrik memiliki tiga tipe
utama sel. Sel-sel zimogenik atau chief cells mensekresikan pepsinogen. Pepsinogen
diubah menjadi pepsin dalam suasana asam. Sel-sel parietal mensekresikan asam
hidroklorida dan faktor intrinsik. Faktor intrinsk diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 di
dalam usus halus. Kekurangan faktor intrinsik akan mengakibatkan pernisiosa. Sel-sel
mukus (leher) di temukan di leher fundus atau kelenjar-kelenjar gastrik. Sel-sel ini
mensekresikan mukus. Hormon gastrik diproduksi oleh sel G yang terletak pada daerah
pilorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar gastrik untuk menghasilkan asam
hidroklorida dan pepsinogen. Substansi lain yang disekresikan oleh lambung adalah
enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium, kalium dan klorida.
Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan
duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus
mencabang ramus gastrik, pilorik, hepatik dan seliaka. Pengetahuan tentang anatomi
ini sangat penting, karena vagotomi selektif merupakan tindakan primer yang penting
dalam mengobati tukak duodenum.
Persarafan simpatis adalah melalui saraf splangnikus major dan ganglia seliakum.
Serabut-serabut aferen mengantarkan impuls nyeri yang dirangsang oleh peregangan,
kontraksi otot dan peradangan, dan dirasakan di daerah epigastrium. Serabut-serabut
eferen simpatis menghambat pergerakan dan sekresi lambung. Pleksus saraf
mesenterikus (Auerbach) dan submukosa (Meissner) membentuk persarafan intrinsik
dinding lambung dan mengkoordinasi aktifitas motorik dan sekresi mukosa lambung.
Seluruh suplai di lambung dan pancreas (serta hati, empedu, dan limpa) terutama
berasal dari arteri seliaka atau trunkus seliakus, yang mempercabangkan cabang-
cabang yang mensuplai kurvatura minor dan mayor. Dua cabang penting dalam klinis
adalah arteria gastroduodenalis dan arteria pancreatikoduodenalis (retroduodenalis)
yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak dinding posterior
duodenum dapat mengerosi arteri ini dan menyebabkan perdarahan. Darah vena dari
lambung dan duodenum, serta yang berasal dari pancreas, limpa, dan bagian lain
saluran cerna, berjalan ke hati melalui vena porta.

Fisiologi
Fungsi motorik dan pencernaan lambung meliputi:
1. Fungsi motorik
a. Fungsi reservoir
Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicernakan dan
bergerak pada saluran cerna. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah
tekanan dengan relaksasi reseptif otot polos; diperantarai oleh saraf saraf vagus dan
dirangsang oleh gastrin.
b. Fungsi mencampur
Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan
getah lambung melalui kotraksi otot yang mengelilingi lambung. Kontraksi peristaltik
diatur oleh suatu irama listrik intrinsik dasar.
c. Fungsi pengosongan lambung
Diatur oleh pembukaan sfingter pilorus dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman,
aktifitas osmotik, keadaan fisik, serta oleh emosi, obat-obatan, dan kerja. Pengosongan
lambung diatur oleh faktor saraf dan hormonal.
2. Fungsi pencernaan dan fungsi sekresi
a. Pencernaan protein
Pencernaan protein oleh pepsin dan HCI dimulai di sini; pencernaan karbohidrat dan
lemak oleh amilase dan lipase dalam lambung kecil peranannya.
b. Sintesis dan pelepasan gastrin
Sintesis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan, peregangan
antrum, alkalinisasi antrum, dan rangsangan vagus.
c. Sekresi faktor intrinsik
Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorbsi vitamin B12 dari usus halus bagian
distal.
d. Sekresi mukus
Membentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai pelumas
sehingga makanan lebih mudah diangkut.

Fungsi motorik terdiri atas penyimpanan, pencampuran, dan pengosongan kimus


(makanan yang bercampur dengan sekret lambung) ke dalam duodenum. Pengertian
tentang regulasi dan pengawasan sekresi lambung penting untuk mengetahui
patogenesis dan pengobatan tukak lambung secara rasional.
Pengaturan Sekresi Lambung
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi fase sefalik, gastrik dan intestinal.
Fase sefalik sudah dimulai bahkan sebelum makanan masuk lambung, yaitu sebagai
akibat melihat, mencium, memikir, atau mengecap makanan. Fase ini diperantarai
seluruhnya oleh saraf vagus dan dihilangkan vagotomi. Sinyal neurogenik yang
menyebabkan fase sefalik berasal dari korteks serebri atau pusat nafsu makan. Impuls
eferen kemudian dihantarkan melalui saraf vagus ke lambung. Hasilnya, kelenjar gastrik
dirangsang mengeluarkan asam HCI, pepsinogen dan menambah mukus.Fase sefalik
menghasilkan sekitar 10 % dari sekresi lambung normal yang berhubungan dengan
makanan.
Fase gastrik dimulai saat makanan mencapai antrum pilorus. Distensi yang terjadi pada
antrum menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari reseptor-reseptor pada
dinding lambung. Impuls tersebut berjalan menuju medula melalui aferen vagus dan
kembali ke lambung melalui eferen vagus; impuls-impuls ini merangsang pelepasan
hormon gastrin dan secara langsung juga merangsang kelenjar-kelenjar lambung.
Gastrin dilepas dari antrum dan kemudian dibawa oleh aliran darah menuju kelenjar
lambung, untuk merangsang sekresi. Pelepasan gastrin juga dirangsang oleh PH alkali,
garam empedu di antrum, dan terutama oleh protein makanan dan alkohol. Gastrin
adalah stimulus utama sekresi asam hidroklorida.
Fase sekresi gastrik menghasilkan lebih dari dua pertiga sekresi lambung total setelah
makan, sehingga merupakan bagian terbesar dari total sekresi lambung harian yang
berjumlah sekitar 2.000 ml. Fase gastrik dapat terpengaruh pada reseksi bedah antrum
pilorus, sebab di tempat inilah gastrin diproduksi.
Fase intestinal dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Fase sekresi
lambung ini diduga sebagian besar bersifat hormonal. Adanya protein yang telah
dicerna sebagian dalam duodenum tampaknya merangsang pelepasan gastrin usus,
suatu hormon yang menyebabkan hormon terus-menerus mensekresikan cairan
lambung. Tetapi, peranan usus kecil sebagai penghambat sekresi lambung jauh lebih
besar.
Distensi usus halus menimbulkan ferleks entrogastrik, diperantarai oleh pleksus
mienterikus, saraf simpatis dan vagus, yang menghambat sekresi dan pengosongan
lambung. Adanya asam (pH kurang dari 2,5), lemak dan hasil-hasil pemecahan protein
menyebabkan pengeluaran beberapa hormon usus. Sekretin, klesitokinin (CCK,
cholecytokinin), dan peptida penghambat gastrik (GIP), semuanya memiliki efek inhibisi
terhadap sekresi lambung.
Selama periode interdigestif (antar dua waktu pencernaan) sewaktu pencernaan tidak
terjadi dalam usus, sekresi asam klorida terus berlangsung dengan kecepatan lambat
yaitu 1 sampai 5 mEq/jam. Ini disebut pengeluaran asam basal (BAO, basal acid
output) dan dapat diukur dengan pemeriksaan sekresi cairan lambung selama puasa 12
jam sekresi lambung normal selama periode ini terutama terdiri mukus dan hanya
sedikit pepsin dan asam. Tetapi, rangsang emosional kuat, dapat meningkatkan BAO
melalui saraf parasimpatis (vagus) dan diduga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan tukak lambung

C. Etiologi
 Tidak diketahui pasti
 Ada kaitannya dengan : diet, genetic, komposisi tanah, lambung kronis, sering makan
daging hewan dengan cara di panggang / di bakar atau di asapkan ,sering makan
makanan yang terlalu pedas .

D. Patofisiologi
Beberapa factor dipercaya menjadi precursor kanker yang mungkin yaitu polip, anemia
pernisiosa, prostgastrektomi, gastritis atrofi kronis dan ulkus lambung. Diyakini bahwa
ulkus lambung tidak mempengaruhi individu menderita kanker lambung, tetapi kanker
lambung mungkin ada bersamaan dgn ulkus lambung dan tidak ditemukan ada
bersaman dgn ulkus lambung dan tidak ditemukan pada pemeriksaan diagnostic awal.
Kanker lambung adalah adenokarsinoma yang muncul paling sering sebagai massa
irregular dengan penonjolan ulserasi sentral yang dalam ke lumen dan menyerang
lumen dinding lambung. Tumor mungkin menginfiltrasi dan menyebabkan penyempitan
lumen yang paling sering di antrum. Infiltrasi dapat melebar keseluruh lambung,
menyebabakan kantong tidak dapat meregang dengan hilangnya lipatan normal dan
lumen yg sempit, tetapi hal ini tidak lazim. Desi polipoid juga mungkin timbul dan
menyebabkan sukar u/ membedakan dari polip benigna pada X-ray.
Kanker lambung mungkin timbul sebagai penyebaran tumor superficial yang hanya
melibatkan prmukaan mukosa dan menimbulkan keadaan granuler walupun hal ini
jarang. Kira-kira 75% dari karsinoma ditemukan pada 1/3 distal lambung, selain itu
menginvasi struktur local seperti bag.bawah dari esophagus, pancreas, kolon
transversum dan peritoneum. Metastase timbul pada paru, pleura, hati, otak dan
lambung.
E. Manifestasi klinis
Gejala awal dari kanker lambung sering tidak nyata karena kebanyakan tumor ini
dikurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan gangguan fungsi lambung.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal seperti nyeri yg hilang dgn
antasida dapat menyerupai gejala pd pasien ulkus benigna. Gejala penyakit progresif
dapat meliputi tidak dapat makan, anoreksia, dyspepsia, penurunan BB, nyeri
abdomen, konstipasi, anemia dan mual serta muntah.
F. Penatalaksanaan medical
 Kemoterapi dan terapi radiasi
 Reseksi bedah.
 Obat multiple (fluorosil, mitomisin C dan doksorubisin)
 Hiperalimentasi (nutrisi intravena).

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan

- Apakah ada riwayat kanker pada keluarga


- Status kesehatan dan penyakit yang diderita, upaya yang dilakukan
- Lingkungan tempat tinggal klien
- Tingkat pengetahuan dan kepedulian pasien
- Hal-hal yang membuat status kesehatan pasien berubah : merokok, alkohol, obat-
obatan, polusi, lingkungan, ventilasi.

b. Nutrisi metabolic

- Jenis, frekuensi dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari
- Adanya mual, muntah, anorexia, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan nutrisi
- Adanya kebiasaan merokok, alkohol dan mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
- Ketaatan terhadap diet, kaji diet khusus
- Jenis makanan yang disukai (pedas, asam, manis, panas, dingin)
- Adanya makanan tambahan
- Napsu makan berlebih/kurang
- Kebersihan makanan yang dikonsumsi

c. Eliminasi

- Pola BAK dan BAB: frekuensi, karakteristik, ketidaknyamanan, masalah pengontrolan.


- Adanya mencret bercampur darah
- Adanya Diare dan konstipasi
- Warna feses, bentuk feses, dan bau
- Adanya nyeri waktu BAB

d. Aktivitas dan latihan

- Kebiasaan aktivitas sehari hari


- Kebiasaan olah raga
- Rasa sakit saat melakukan aktivitas
e. Tidur dan istirahat

- Adanya gejala susah tidur/insomnia


- Kebiasaan tidur per 24 jam

f. Persepsi kognitif

- Gangguan pengenalan (orientasi) terhadap tempat, waktu dan orang


- Adanya gangguan proses pikir dan daya ingat
- Cara klien mengatasi rasa tidak nyaman(nyeri)
- Adanya kesulitan dalam mempelajari sesuatu

g. Persepsi dan konsep diri

- Penilaian klien terhadap dirinya sendiri

h. Peran dan hubungan dengan sesama

- Klien hidup sendiri/keluarga


- Klien merasa terisolasi
- Adanya gangguan klien dalam keluarga dan masyarakat

i. Reproduksi dan seksualitas

- Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas


- Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas

j. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stess

- Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah


- Mekanisme koping yang biasa digunakan
- Respon emosional klien terhadap status saat ini
- Orang yang membantu dalam pemecahan masalah

k. Sistem kepercayaan
- Agama yang dianut,apakah kegiatan ibadah terganggu

Dampak penyimpangan KDM

Lambung kronis

Kanker lambung

Penyempitan lumen penonjolan ulserasi sentral


Di lambung yang dalam ke lumen

Kantong lambung penyempitan lumen

Kosong & tdk dpt meregang

Infiltrasi ke seluruh lambung

Peningkatan asam lambung

Pertumbuhan sel kanker

Mual dan muntah


NYERI lambung tidak bisa
NUTRISI (-) DR KEBUTUHAN bekerja dgn sempurna

Mobilisasi fisik kurangx pengetahuan

Kelemahan fisik kurang informasi

ANSIETAS
INTOLERAN AKTIFITAS

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan
tidak nafsu makan
3. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan.
4. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

C. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa 1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan:
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi
nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri

Diagnosa 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
dan tidak nafsu makan.
Tujuan : Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Hasil yang diharapkan:
- Nutrisi klien terpenuhi
- Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2. Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak

Diagnosa 3. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan


Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan:
1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ untuk mengurangi kecemasan
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medik
R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit
dan pengobatan

Diagnosa 4. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan:
Klien menunjukkan peningkatan toleransi dalam beraktivitas yang ditandai dengan:
tidak mengeluh lemas, klien beraktivitas secara bertahap.
Rencana Tindakan :
1. Sediakan waktu istirahat yang cukup.
R/ Istirahat akan memberikan energi yang cukup dan membantu dalam proses
penyembuhan.
2. Kaji keluhan klien saat beraktivitas.
R/ Mengidentifikasi kelainan beraktivitas.
3. Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas.
R/ Menentukan aktivitas yang boleh dilakukan.
4. Bantu memenuhi kebutuhan klien.
R/ Terpenuhinya kebutuhan klien.
SUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA CA LAMBUNG

1 Konsep Dasar Medis

1.1.Pengertian

Suatu keadaan dimana sel tumor pada mukosa lambung dengan erosi-erosi mungkin berdarah, sering
kali nyeri epigastrum tiba-tiba hematemesis (Kapita selekta kedokteran, 1982 : 65).

1.2.Etiologi

Disebabkan oleh kuman-kuman (misalnya pada pneumonia), virus (influensa, varioa, morbili dan lain-
lain) atau karena pengaruh makan-minuman (bahan-bahan kimia arsen, plumbun, obat-obatan yang
mengandung salisilat, asam basa kuat, KmnO4 dan lain-lain).

1.3.Patofisiologi
1.4.Manifestasi klinik

Pada tahap awal kanker lambung, gejala mungkin tidak ada. Beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa gejala awal, seperti nyeri yang hilang dengan antasida, dapat menyerupai gejala pada pasien
ulkus benigna. Gejala penyakit progresif dapat meliputi: 1) Biasanya nonspesifik (tidak khas), 2) Rasa
tidak enak/nyaman pada perut (abdominal discomfort), 3) Nausea (perasaan/sensasi sebelum muntah),
4) Vomiting (muntah), 5) Anorexia (kehilangan selera makan), 6) Berat badan menurun (weight loss), 7)
Perdarahan (hemorrhage)

1.5.Penatalaksanaan

1.5.1. Diet lunak, diberikan sedikit-sedikit tetapi sering. Hindari bahan-bahan yang merangsang seperti alkohol,
bumbu dapur, dan lain-lain.

1.5.2. Berikan antasid, kecuali pada gastritis hipertropik dan atropi gaster. Kini gastritir hipertropik dan atropi
gaster dihubungkan dengan proses auto imun dan adanya anemia permisiosa, karena itu pada kasus ini
diberikan kortikosteroid, vitamin b 12, bisa juga diberi seperti asam glutamat, HCl, julapamin, enzim-
enzim lambung.

1.5.3. Bila rasa nyeri tidak hilang dengan antasid, berikan oksitosin tablet 15 menit sebelum makan.
1.5.4. Pembedahan, jika penyakit tanda menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik adalah pembedahan.
Walaupun telah terdapat daerah sebar, pembedahan masih dilakukan sebagai tindakan paliatif. Reseksi
kuratif akan berhasil bila tidak ada tanda-tanda metastasis di tempat lain, tidak ada sisa Ca pada irisan
lambung, reseksi jaringan sekitar yang terkena, dari pengambilan kelenjar limfe secukupnya.

1.5.5. Kemoterapi, pada tumor ganas gaster dapat dilakukan kombinasi kemoterapi. Diantara obat yang
digunakan adalah 6 Fu, trimetiexote, mitomisin C, hidro urea, dan karmisetin dengan hasil 18%-30%,
kombinasi terapi telah memberikan hasil lebih baik sekitar 3%. Regimen FAM (5 Fu, doksorubisin,
mitocin C), kombinasi lain yang digunakan adalah EAP) Etoposid, doksorubisin, sisplatin).

1.5.6. Pengobatan radiasi

Pengobatan dengan radiasi memperlihatkan kurang berhasil.

1.6.Komplikasi

Menurut Sudayo (2006 : 351) komplikasi dari tumor gaster adalah sebagai berikut : 1) Perforasi, 2)
Hematemesis, 3) Obstruksi pada bagian bawah lambung dekat pilorus, 4) Adhesi, 5) penyebaran
pada berbagai organ seperti hati, pankreas dan kolon.

2 Konsep Dasar asuhan Keperawatan

2.1 Pengkajian

2.1.1 Biodata

Jenis kelamin, ♀ ♂, suku bangsa :

Tumor jinak banyak ditemukan pada dewasa diatas 55 tahun.

2.1.2 Keluhan utama

Mual, muntah dan anoreksia.

2.1.3 Riwayat penyakit dahulu

Mempunyai golongan darah A dan faktor infeksi H. pylori (Doengoes 2001, 153)
2.1.4 Riwayat penyakit keluarga

Dalam garis keluarga bergolongan darah A.

2.1.5 ADL

1. Pola Nutrisi

Anoreksia, disfagia, nausea, keluhan saluran cerna, penurunan BB karena intake kalori menurun dan
rendahnya penyerapan zat gizi.

2. Pola Eliminasi

Konstipasi, penurunan frekuensi Bak karena intake yang berkurang

3. Pola akivitas

Ketidakmampuan untuk latihan dan aktivitas rutin, kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari.

4. Pola personal hygiene

Ketidakmampuan untuk memenuhi secara mandiri

2.2 Diagnosa keperawatan (Doengoes, 2001)

2.2.1 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang.

2.2.2 Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada mukosa gaster.

2.2.3 Ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

2.3 Intervensi

2.3.1 Diagnosa keperawatan I

- Tujuan : pemenuhan kebutuhan nutrisi.

- Kriteria hasil : peningkatan BB, intoleruasi diet yang dianjurkan.

- Intervensi

 Umur masukan diet harian dengan jumlah kalori.


R / Memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan.

 Bantu dan dorong pasien untuk makan, jelaskan alasan tipe diet beri pasien diet makan bila pasien
mudah lelah.

R / diet yang tepat penting untuk penyembuhan.

 Berikan makanan halus hindari makanan kasar sesuai indikasi.

R / Perdarahan dari varises esofagus dapt terjadi pada serosis berat.

 Berikan makanan sedikit dan sering.

R / Buruknya toleransi terhadap makanan banyak mungkin berhubungan dengan peningkalan


tekanan intra abdomen.

 Berikan peratan mulut sebelum makan.

R/ Pasien cenderung mengalami luka gusi dan tidak ada rasa tidak enak.

2.3.2 Diagnosa keperawatan 2

- Tujuan : mengatakan nyeri hilang.

- Kriteria hasil : menunjukkan postui tubuh rileks dan mampu tidur atau istirahat dengan tenang.

- Intervensi:

• Catat keluhan nyeri, lokasi, lama, intensitas.

R / Memaatau mendiagnosa etiologi perdarahan dan komplikasi.

• Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.

R. / Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.

• Berikan makanan sedikit tapi sering.

R. / Merangsang agar man makan tanpa merangsang nyeri.

• Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.


R/ Mengetahui tentang adaptif makanan.

• Bantu latihan rentang gerak aktif/pasif

R / Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri:

2.3.3 Diagnosa Keperawatan 3

- Tujuan : menyatukan rentang perasaan yang tepat.

- Kriteria hasil : menunjukkan rileks dan laporan ansietas menurun sampai tingkat perasaan yang tepat.

- Intervensi

 Catat petunjuk perilaku contoh gelisah, madah terangsang, kurang


kontak mata.

R/ Indikator derajat takut yang dialami pasien.

 Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan balik.

R / Membuat hubungan terapeutik.

2.4 Implementasi

Implementasi pada pasien ca lambung sesuai dengan intervensi yang dirancang sebelumnya.

2.5 Evaluasi

2.5.1 Kebutuhan nutrisi tercukupi.

- Klien akan mempertahankan masukan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme

- Nafsu makan meningkat

- Tidak terjadi penurunan berat badan

2.5.2 Mencapai peredaan gangguan rasa nyaman.

- Melaporkan peredaan rasa nyeri (skala nyeri 0)

- Pasien tidak tampak meringis


- Pasien tampak lebih rileks

2.5.3 Mencapai penurunan ansietas.

- Klien terlihat lebih rileks

- Nadi normal (60-100 x/mnt untuk dewasa)

- Respirasi normal(12-20 x/mnt)


DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, ME (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi ke 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Soeparman (1999), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Pustaka, Penerbit FKUI, Jakarta.

Sylvia Anderson (1996), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Alih Bahasa, Adi Dharma, Edisi II.

TAMBAHAN
Fungsi lambung:
Lambung menampung makanan yang masuk melalui esophagus, menghancurkan makanan
dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung. Penghancuran makanan dilakukan
dengan dua cara:
a. Mekanis : menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan mengeluarkan kimus ke dalam
usus. Pendorongan makanan terjadi secara gerakan peristaltik setiap 20 detik.
b. Kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan enzim-enzim
tergantung jenis makanan enzim yang dihasilkan antara lain pepsin asam garam, renin dan
lapisan lambung.
1. Pepsin, memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton) agar dapat diabsorbsi
di intestinum minor.
2. Asam garam (HCl) mengasamkan makanan sebagai antiseptik dan desinfektan yang masuk ke
dalam makanan. Disamping itu mengubah pepsinogen menjadi pepsin dalam suasana asam.
3. Renin, sebagai ragi pembekuan susu dan membentuk kasein dan kaseinogen dari protein.
4. Lapisan lambung memecah lemak menjadi asam lemak untuk merangsang sekresi getah
lambung.

Sekresi getah lambung


Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan apabila melihat, mencium, dan
merasakan makanan maka sekresi lambung akan terangsang, karena pengaruh saraf sehingga
menimbulkan rangsang kimiawi yang menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang
disebut sekresi getah lambung. Sekresi getah lambung mengalami 3 fase yaitu:
a. Fase serebral
Antisipasi dari makan menyebabkan stimulus merambat dari otak ke nervus vagus sampai ke
lambung yang merupakan kelenjar yang terstimulasi untuk mensekresi hormon gastrin yang
disekresi oleh membran mukosa kanalis pylorus yang menghasilkan getah lambung.
b. Fase gastric
Pada fase ini gastrin lebih banyak diproduksi.
c. Fase intestinal
Masuknya darah ke dalam intestinum menyebabkan sekresi getah lambung membentuk lebih
banyak gastrin.

Sfingter pylorus mengendalikan pengosongan lambung walaupun pylorus tetap terbuka.


Kontraksi antrum akan diikuti oleh kontraksi pylorus dan duodenum. Apabila suatu gelombang
peristaltik kuat sampai di antrum maka tekanan isi antrum naik dan diikuti oleh kontraksi pylorus
sehingga mendorong kembali sebagian besar isi antrum yang masih bersifat padat ke korpus
lambung, hanya sejumlah kecil yang masuk ke duodenum pada setiap kali kontraksi.

3. Klasifikasi
Early gastric cancer (tumor ganas lambung dini).
Berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi, gastroskopi dan pemeriksaan histopatologis dapat
dibagi atas :
Tipe I (pritrured type)
Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub mukosa yang berbentuk
polipoid. Bentuknya ireguler permukaan tidak rata, perdarahan dengan atau tanpa ulserasi.
Tipe II (superficial type)
Dapat dibagi atas 3 sub tipe.
II.a. (Elevated type)
Tampaknya sedikit elevasi mukosa lambung. Hampir seperti tipe I, terdapat sedikit elevasi dan
lebih meluas dan melebar.
II.b. (Flat type)
Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya terlihat perubahan pada warna
mukosa.
II.c. (Depressed type)
Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir tidak rata (iregular) hiperemik / perdarahan.
Type III. (Excavated type)
Menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering disertai kombinasi seperti II c ? III atau
III ? II c dan II a ? II c.

Advanced gastric cancer (tumor ganas lanjut).


Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas :
1. Bormann I.
Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai fungating dan mukosa di
sekitar tumor atropik dan iregular.
2. Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta mukosa sekitarnya
menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat nekrotik dengan warna kecoklatan, keabuan
dan merah kehitaman. Mukosa sekitar ulkus tampak sangat hiperemik.
3. Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas pada dinding dan infiltrasi difus
pada seluruh mukosa.
4. Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada dinding dan infiltrasi difus
pada seluruh mukosa.

4. Patofisiologi
Seperti pada umumnya tumor ganas ditempat lain penyebab tumor gaster juga belum diketahui
secara pasti. Faktor yag mempermudah timbulnya tumor ganas gaster adalah perubahan mukosa
yang abnormal antara lain seperti gastritis atropik, polip di gaster, dan anemia pernisiosa. Di
samping itu juga pengaruh keadaan lingkungan mungkin memegang peran penting terutama pada
penyakit gaster seperti dinegara Jepang, Chili, Irlandia, Australia, Rusia dan Skandinavia.
Ternyata pada orang jepang yang telah lama meninggalkan jepang, frekuensi tumor ganas gaster
lebih rendah.
Dapat disimpulkan bahwa kebiasaaan hidup mempunyai peran penting, makanan panas dapat
merupakan faktor timbulnya tumor ganas seperti juga makanan yang di asap, ikan asin yang
mungkin mempermudah timbuknya tumor ganas gaster.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor herediter, dan faktor infeksi H. Pylori.
Karsinoma gaster berasal dari pertumbuhan epitel pada membran mukosa gaster. Kabanyakan
karsinoma gaster berkembang pada bagian bawah gaster. Sedangkan pada atrofi gaster
disapatkan bagian atas gaster dan secara multisenter.
Karsinoma gaster terlihat beberapa bentuk.
1. Seperempatnya berasal dari propria yang berbentuk fungating yang tumbuh ke lumen sebagai
massa.
2. Seperempatnya berbentuktumor yang berulserasi.
3. Massa yang tumbuh melalui dinding menginvasi lapisan otot.
4. Penyebarannya melalui dinding yang disemari penyebaran pada permukaan.
5. Bentuk linisplastika.
6. Sepertiganya karsinoma berbagai bentuk di atas.
Prognosis yang baik berhubungan dengan bentuk polipoid dan kemudian berbentuk ulserasi dan
yang paling jelek ada bentuk scirrhous. Penyebaran karsinoma gaster sering kehati, arteri
hepatika dan celiac, pankreas dan hilus selitar limpa. Dapat juga mengenai tulang, paru, otak dan
bagian lain saluran cerna.

5. Etiologi
Penyebab dari karsinoma Gaster sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun para
penyelidik berpendapat bahwa komposisi makanan merupakan faktor penting dalam kejadian
karsinoma Gaster. Makanan tersebut seperti ;
1. Gastritis kronis.
2. Faktor infeksi (oleh kuman H. Pylory).
3. Herediter.
4. Sering Makan daging hewan dengan cara dipanggang atau dibakar atau diasapkan.
5. Sering makan makanan yang terlalu pedas.
6. Kurang makanan yang mengandung serat.
7. Makan makanan yang memproduksi bahan karsinogenik dan ko-karsinogenik.
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala karsinoma kolo-rektal tergantung dari lokasi dan besarnya tumor :

a. Nyeri
b. Penurunan Berat badan.
c. Muntah
d. Anoreksia.
e. Disfagia.
f. Nausea.
g. Kelemahan.
h. Hematemasis.
i. Regurgitasi.
j. Mudah kenyang.
k. Asites ( perut membesar).
l. Keram abdomen

m. Darah yang nyata atau samar dalam tinja


n. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan.

7. Pemeriksaan Diagnosis

 1. Pemeriksaan fisis.

Pemeriksaan fisis dapat membantu diagnosis berupa berat badan menurun dan anemia. Didaerah
epigastrium mungkin ditemukan suatu massa dan jika telah terjadi metastasis ke hati, teraba hati
yang iregular, dan kadang-kadang kelenjar limfe klavikula teraba.

 2. Radiologi.

Pemeriksaan radiologi yang penting adalah pemeriksaan kontras ganda dengan berbagai posisi
seperti telentang. Tengkurap, oblik yang disertai dengan komprsi.

 3. Gastroskopi dan Biopsi.

Pemeriksaan gastroskopi banyak sekali membantu diagnosis untuk melihat adanya tumor gaster.
Pada pemeriksaan Okuda (1969) dengan biopsi ditemukan 94 % pasien dengan tumor ganas
gaster sedangkan dengan sitologi lavse hanya didapatkan 50 %.

 4. Pemeriksaan darah pada tinja.

Pada tumor ganas sering didapatkan perdarahan dalam tinja (occult blood), untuk itu perlu
dilakukan pemeriksaan tes Benzidin.

 5. Sitologi.
Pemeriksaan Papanicolaou dari cairan lambung dapat memastikan tumor ganas lambung dengan
hasil 80 – 90 %. Tentu pemeriksaan ini perlu dilengkapi dengan pemeriksaan gastroskopi dan
biopsi.

 6. Komplikasi

1. Perforasi
Dapat terjadi perforasi akut dan perforasi kronik.
2. Hematemesis.
Hematemesis yang masif dan melena dapat terjadi pada tumor ganas lambung sehingga dapat
menimbulkan anemia.
3. Obstruksi.
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang disertai keluhan mintah-
muntah.
4. Adhesi.
Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan infiltrasi dengan organ
sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut

7. Penatalaksanaan
1. Bedah
jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik adalah pembedahan.
Walaupun telah terdapat daerah sebar, pembedahab sudah dapat dilakukan sebagai tindakan
paliatif. Reaksi kuratif akan berhsil bila tidak ada tanda metastasis di tempat lain, tidak ada sisa
Ca pada irisan lambung, reseksi cairan sekitar yang terkena, dari pengambilan kelenjar limfa
secukupnya.
2. Radiasi
Pengobatan dengan radiasi memperlihatkan kurang berhasil.
3. Kemoterapi
Pada tumor ganas dapat dilakukan pemberian obat secara tunggal atau kombinsi kemoterapi. Di
antara obat yang di gunakan adalah 5 FU, trimetrexote, mitonisin C, hidrourea, epirubisin dan
karmisetin dengan hasil 18 – 30 %.

B. Konsep Dasar Keperawatan


A. Pengkajian
a. Persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
? Apakah ada riwayat kanker pada keluarga
? Status kesehatan dan penyakit yang diderita, upaya yang dilakukan
? Lingkungan tempat tinggal klien
? Tingkat pengetahuan dan kepedulian pasien
? Hal-hal yang membuat status kesehatan pasien berubah : merokok, alkohol, obat-obatan,
polusi, lingkungan, ventilasi.
b. Nutrisi metabolik
? Jenis, frekuensi dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari
? Adanya mual, muntah, anorexia, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan nutrisi
? Adanya kebiasaan merokok, alkohol dan mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
? Ketaatan terhadap diet, kaji diet khusus
? Jenis makanan yang disukai (pedas, asam, manis, panas, dingin)
? Adanya makanan tambahan
? Napsu makan berlebih/kurang
? Kebersihan makanan yang dikonsumsi
c. Eliminasi
? Pola BAK dan BAB: frekuensi, karakteristik, ketidaknyamanan, masalah pengontrolan
? Adanya mencret bercampur darah
? Adanya Diare dan konstipasi
? Warna feses, bentuk feses, dan bau
? Adanya nyeri waktu BAB
d. Aktivitas dan latihan
? Kebiasaan aktivitas sehari hari
? Kebiasaan olah raga
? Rasa sakit saat melakukan aktivitas
e. Tidur dan istirahat
? Adanya gejala susah tidur/insomnia
? Kebiasaan tidur per 24 jam
f. Persepsi kognitif
? Gangguan pengenalan (orientasi) terhadap tempat, waktu dan orang
? Adanya gangguan proses pikir dan daya ingat
? Cara klien mengatasi rasa tidak nyaman(nyeri)
? Adanya kesulitan dalam mempelajari sesuatu
g. Persepsi dan konsep diri
? Penilaian klien terhadap dirinya sendiri
h. Peran dan hubungan dengan sesama
? Klien hidup sendiri/keluarga
? Klien merasa terisolasi
? Adanya gangguan klien dalam keluarga dan masyarakat
i. Reproduksi dan seksualitas
? Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
? Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
j. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stess
? Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
? Mekanisme koping yang biasa digunakan
? Respon emosional klien terhadap status saat ini
? Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
k. Sistem kepercayaan
? Agama yang dianut,apakah kegiatan ibadah terganggu

A. Diagnosa Keperawatan
a. Pre-Op
1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
2. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan tidak
nafsu makan
4. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
b. Post-Op
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya pengaruh anastesi.
2. Nyeri berhubungan dengan interupsi tubuh sekunder terhadap prosedur invasif atau intervensi
operasi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status puasa.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap
prosedur invasive.
5. Kecemasan berhubungan dengan ketidakpastian tentang hasil pengobatan kanker.

C. Rencana Keperawatan
a. Pre-Operasi
Dp 1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan:
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri

Dp 2. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan


Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang

Rencana Tindakan:
1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ untuk mengurangi kecemasan
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medik
R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit dan
pengobatan
Dp 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan
tidak nafsu makan.
Tujuan : Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Hasil yang diharapkan:
- Nutrisi klien terpenuhi
- Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2. Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak

Dp 4. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan:
Klien menunjukkan peningkatan toleransi dalam beraktivitas yang ditandai dengan: tidak
mengeluh lemas, klien beraktivitas secara bertahap.
Rencana Tindakan :
1. Sediakan waktu istirahat yang cukup.
R/ Istirahat akan memberikan energi yang cukup dan membantu dalam proses penyembuhan.
2. Kaji keluhan klien saat beraktivitas.
R/ Mengidentifikasi kelainan beraktivitas.
3. Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas.
R/ Menentukan aktivitas yang boleh dilakukan.
4. Bantu memenuhi kebutuhan klien.
R/ Terpenuhinya kebutuhan klien.

Post-Operasi
Dp 1. Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya pengaruh anastesi.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
- Suara nafas vesikuler
- Bunyi nafas bersih, tidak ada suara tambahan
Rencana tindakan :
1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya mengi, krekels, ronchi.
R/ Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak
dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius misalnya: penyebaran, krekels basah
(bronkitis), bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema) atau tidak adanya bunyi nafas
(asma berat).
2. Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat radio inspirasi/ekspirasi.
R/ Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stress/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding inspirasi.
3. Catat adanya derajat dyspnea misalnya keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas, distress
pernafasan, penggunaan otot bantu.
R/ Disfungsi pernafasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses
akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit. Misalnya infeksi, reaksi alergi.
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur, duduk pada
sandaran tempat tidur.
R/ Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan
gravitasi. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dll membantu menurunkan kelemahan otot
dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
5. Pertahankan polusi lingkungan minimum misalnya: debu, asap dan bulu bantal yang
berhubungan dengan kondisi individu.
R/ Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat, mentriger episode akut.
6. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
R/ Memberikan pasien-pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dyspnea dan
menurunkan jebakan udara.
7. Observasi karakteristik batuk misalnya menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk
memperbaiki keefektifan upaya batuk.
R/ Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut atau
kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi
dada.
8. Tingkatkan masukan cairan antara sebagai pengganti makanan.
R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret. Mempermudah pengeluaran. Penggunaan
cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan
distensi gaster dan tekanan pada diafragma.

Dp 2. Nyeri berhubungan dengan interupsi tubuh sekunder terhadap prosedur invasif atau
intervensi operasi.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan :
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri

Dp 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status puasa.
Tujuan : Nutrisi pasien terpenuhi setelah dilakukan keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
- Nutrisi klien terpenuhi
- Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2. Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak

Dp 4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap


prosedur invasive.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Proses penyembuhan luka tepat waktu.
Rencana tindakan:
1. Observasi tanda-tanda vital, adanya demam, menggigil, berkeringat.
R/ Sebagai indikator adanya infeksi/terjadinya sepsis.
2. Observasi daerah luka operasi, adanya rembesan, pus, eritema.
R/ Deteksi dini terjadinya proses infeksi.
3. Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat.
R/ Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu mengurangi
ansietas.
4. Kolaborasi dengan medik untuk terapi antibiotik.
R/ Membantu menurunkan penyebaran dan pertumbuhan bakteri.

Dp 5. Kecemasan berhubungan dengan ketidakpastian tentang hasil pengobatan kanker


Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan:
1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ Untuk mengurangi kecemasan
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medik
R/ Memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ Dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit dan
pengobatan
Dp 5. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan
Tujuan : Gangguan konsep diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
Rencana tindakan :
1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.
R/ Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.
2. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R/ Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di rumah.
R/ Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.
R/ Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.

Anda mungkin juga menyukai