PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit bersifat kronis residif, dapat
mengenai semua umur yang ditandai dengan plak kemerahan yang ditutupi oleh
sisik yang tebal berwarna putih keperakan dan berbatas tegas. Umumnya lesi
psoriasis berdistribusi secara simetris dengan predileksi terutama di daerah siku
dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia (Schon dkk. 2005;
Simmon 2007; Gudjonsson dkk. 2012).
Prevalensi psoriasis sangat bervarisi di beberapa negara, diprakirakan
prevalensi di dunia berkisar antara 1% sampai dengan 3% jumlah penduduk.
Insiden di Amerika Serikat sebesar 2-2,6%, di Eropa Tengah sekitar 1,5%
(Gudjonsson dan Elder, 2008). Selama periode 2000 sampai 2002 ditemukan 338
penderita psoriasis (2,39%) di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah
Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta (Wiryadi, 2004). Dari total
penderita psoriasis tersebut ditemukan 28% derajat berat, 14% derajat sedang, dan
58% derajat ringan. Psoriasis vulgaris atau tipe plak merupakan tipe yang paling
sering dijumpai, meliputi 80% dari total kasus (Wiryadi, 2004).Penyakit ini
biasanya dimulai pada usia 1030 tahun dan risiko yang sama untuk laki-laki dan
wanita. Jika awalnya timbul pada usia kurang dari 15 tahun, biasanya terdapat
riwayat psoriasis dalam keluarga. Penyakit ini mengenai seluruh tubuh relatif
lebih berat, namun memberikan respon yang baik terhadap pengobatan.
Berdasarkan data kunjungan pasien di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUP Sanglah Denpasar pada Januari sampai Desember 2009 tercatat 156 kasus
baru
psoriasis
dari
10.856
kunjungan
(1,4%)
dan
belum
dilakukan
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Dan Fisiologi
Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang
dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna
hitam kecoklatan pada genetalia orang dewasa.
Demikian pada kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit
yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang
tebal dan tegang terdapat pada telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis
terdapat pada muka, yang lembut pada leher dan badan, dan berambut kasar
terdapat pada kepala.
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu :
1. Lapisan epidermis atau kutikel.
2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin).
3. Lapisan subkutis (hipodermis).
Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis
ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.
1. Lapisan epidermis terdiri atas : stratum korneum, stratum lusidum,
stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.
a. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling
luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak
berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat
tanduk).
b. Stratum lusidum terdapat langsung dibawah lapisan korneum,
merupakan lapisan yang berubah menjadi protein yang disebut
eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan
kaki.
c. Stratum granulosum(lapisan kerato hialin) merupakan 2 atau 3 lapis
sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir-butir kasar dan terdapat
inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas kerato hialin,
mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum
juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
d. Stratum spinosum(stratum Malphigi) atau disebut pula prickle cell
layer (lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk
dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa faktor dan dipengaruhi oleh
saraf kolinegik, faktor panas, dan stres emosional.
Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila,
areola mamae, pubis, labia minor dan saluran telinga luar. Fungsi apkrin
pada manusia belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada waktu
pubertas mulai besar dan mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air,
elektrolit, asam laktat, dan glukosa, biasanya pH sekitar 4-6,8.
2. Kelenjar Minyak (glandula sebasea).
Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak tangan
dan kaki. Kelenjar minyak disebut juga kelenjar holokrin karena tidak
berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar.
Kelenjar minyak biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya
terdapat pada lumen dan akar rambut (folikel rambut). Sebelum
mengandung trigleserida, asam lemak bebas,skualen, wax ester, dan
kolestrol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen, pada anak-anak
jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar da banyak
sera mulai berfungsi aktif.
b. Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang
menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku
(nail root), bagian yang terbuka diatas dasar kuku (nail plate), dan yang
paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku
keluar dengan kecepatn tumbuh kira-kira 1mm per minggu.Sisi kuku agak
mencekung membentuk alur kuku (naik groove). Kulit tipis yang menutupi
kuku dibagian proksimal disebut eponikium sedang kulit yang ditutupi
bagian kuku bebas disebut hiponikium.
c. Rambut terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan
bagian yang berada diluar kulit (akar rambut). Ada 2 macam tipe rambut,
yaitu lanugo yang merupakan rambut halus, tidak mengandun pigmen dan
terdapat pada bayi, dan rambut terminal yaitu rambut terminal yaitu rambut
yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, dan terdapat
pada orang dewasa.
B. Epidemiologi
Psoriasis dijumpai di seluruh dunia dengan prevalensi yang berbeda-beda
dipengaruhi oleh ras, geografis, dan lingkungan. Di Amerika Serikat terjadi pada
2% dari populasi atau sekitar 150.000 kasus baru per tahun. Insiden tertinggi di
Denmark (2,9%) sedangkan rerata di Eropa Utara sekitar 2% (Gudjonsson dan
Elder, 2012). Insiden psoriasis pada laki- laki dan perempuan hampir sama,
namun Shbeeb dkk. (2000) melaporkan insiden lebih sering pada perempuan
dibandingkan laki-laki dan meningkat sesuai usia. Distribusi usia pasien psoriasis
menunjukkan peningkatan sesuai dengan kronisitas penyakit, namun terjadi
penurunan setelah usia 75 tahun seiring berkurangnya usia harapan hidup pada
pasien psoriasis akibat hubungan psoriasis dengan diabetes atau aterosklerosis.
Di dunia, penyakit kulit ini diduga mengenai sekitar 2 sampai 3 persen
penduduk. Data nasional prevalensi psoriasis di Indonesia belum diketahui.
Namun di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, selama tahun 2000 sampai 2001,
insiden psoriasis mencapai 2,3 persen. Penyakit ini tidak mengenal usia, semua
umur dapat terkena. Tapi puncak insidensinya di usia dua puluhan dan lima
puluhan.
C. Definisi
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik yang di tandai oleh percepatan
pertukaan sel sel epidermis sehingga terjadi proliferasi abnormal epidermis dan
dermis. Tampaknya terdapat kecenderungan genetic untuk pembentukan psoriasis.
Factor factor imun mungkin berperan karena penyakit yang parah dapat timbul
pada orang dengan gangguan kekebalan. (Arif Muttaqin, 2011)
Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana
penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini
secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena
timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan
kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik. (Effendy, 2005)
Psoriasis adalah penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit
dimana produksi sel-sel epidermis terjadi 6-9 x lebih besar dari pada kecepatan sel
normal.dengan kecepatan (Smeltzer, Suzanne).
Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit bersifat kronis residif, dapat
mengenai semua umur yang ditandai dengan plak kemerahan yang ditutupi oleh
sisik yang tebal berwarna putih keperakan dan berbatas tegas. Umumnya lesi
psoriasis berdistribusi secara simetris dengan predileksi terutama di daerah siku
dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia (Schon dkk. 2005;
Simmon 2007; Gudjonsson dkk. 2012).
D. Etiologi
1. Penyebab Utama
Penyebab penyakit psoriasis belum diketahui meskipun telah dilakukan
penelitian dasar dan klinis secara intensif. Diduga merupakan interaksi antara
faktor genetik, sistem imunitas, dan lingkungan. Sedangkan tiga komponen
patogenesis dari psoriasis adalah infiltrasi sel-sel radang pada dermis,
hiperplasia epidermis, dan diferensiasi keratinosit yang abnormal (Schon dan
Boehncke, 2005).
2. Faktor Predisposisi
a) Faktor Genetik
Sekitar 1/3 orang yang terkena psoriasis melaporkan riwayat penyakit
keluarga yang juga menderita psoriasis. Pada kembar monozigot resiko
menderita psoriasis adalah sebesar 70% bila salah seorang menderita
psoriasis. Bila orangtua tidak menderita psoriasis maka risiko mendapat
psoriasis sebesar 12%, sedangkan bila salah satu orang tua menderita
psoriasis maka risiko terkena psoriasis meningkat menjadi 34-39%.
( Barker, 2001; Schon dan Boehncke, 2005).
b) Faktor Imunologik
Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari
ketiga jenis sel yaitu limfosit T, sel penyaji antigen (dermal) atau
keratinosit.
Keratinosit
psoriasis
membutuhkan
stimuli
untuk
10
11
E. Patofisiologi
Secara fisiologis, waktu yang di perlukan untuk suatu pertukaran normal sel
epidermis adalah sekitar 28-30 hari. Pada psoriasis, epidermis di bagian yang
terkena diganti setiap 3-4 hari.
Psoriasis pada dasarnya adalah kondisi inflamasi kulit dengan proses
diferensiasi yang reaktif terhadap epidermis secara abnormal dan hiperproliferasi.
Kondisi ini memberikan manifestasi pertukaran sel epidermis menjadi sangat
cepat. Pertukaran sel yang sangat cepat ini menyebabkan peningkatan derajat
metabolisme dan peningkatan aliran darah ke sel untuk menunjang metabolisme
tersebut. Peningkatan aliran darah menimbulkan eritema. Pertukaran dan
poliferasi yang cepat tersebut menyebabkan terbentuknya sel-sel yang kurang
matang. Trauma ringan pada kulit dapat menimbulkan peradangan berlebihan
sehingga epidermis menebal dan terbentuk plak.
Psoriasis biasanya muncul pada usia akhir dekade 2. Perjalanan alamiah
penyakit ini sangat berfruktuasi, misalnya sinar matahari, istirahat, dan musim
panas baisanya baik untuk penderita psoriasis. Infeksi saluran nafas bagian atas
dapat memacu kekambuhan psoriasis akut dengan manifestasi erupsi pustule kecil
multiple di tubuh generalisata yang ditandai oleh pustule multiple disertai plak
radang dikenal sebagai psoriasis pustularis.
Pada tahap lanjut, kondisi penyakit ini akan memberikan komplikasi pada
terjadinya sepsis atau suatu atritis deformans yang mirip dengan atrithis rematoid,
disebut arthitris psoriatika, timbul pada sekitar 5% pasien psoriasis. (Arif
Muttaqin, 2011)
12
F. WOC
Abnormal
Terjadi
hiperpolifera
si
Aliran darah ke
sel meningkat
Inflamasi
kulit
eritmea
Pertukaran sel
epidermis dengan cepat
Inflamasi berlebih
Epidermis menebal
MK:
gangguan
Merasa malu
dengan
keadaan
plak
13
MK: Gangguan
intergritas kulit
G. Klasifikasi
Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis, yaitu:
1. Psoriasis Vulgaris
Hampir 80 % penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis Plak yang secara
ilmiah disebut juga Psoriasis Vulgaris. Dinamakan pula tipe plak karena lesilesinya umumnya berbentuk plak. Tempat predileksinya seperti yang telah
diterangkan di atas.
14
15
bagian
ekstensor
terutama
siku
serta
lutut,
dan
daerah
16
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih
pada goresan, seperti lilin digores. Pada fenomena Auspitz serum atau darah
berbintik-bintik yang disebabkan karena papilomatosis. Trauma pada kulit ,
misalnya garukan , dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan
psoriasis dan disebut kobner.
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yang agak khas yang
disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar.
Gejala dari psoriasis antara lain:
1. Mengeluh gatal ringan
2. Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya.
3. Terdapat fenomena tetesan lilin
4. Menyebabkan kelainan kuku
I.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu menyokong diagnosis
psoriasis
perlu
dilakukan,
seperti
pemeriksaan
darah
rutin,
parakeratosis,
akantosis
dan
hilangnya
stratum
Pencegahan
17
Tak ada upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan psoriasis selain
menghindari pernikahan dengan atau sesame keluarga pengidap psoriasis. Untuk
menghindari munculnya psoriasis yang parah, hindari ketagangan fikiran yang
berat. Waspadalah terhadap obat obat yang dapat memicu psoriasis itu. Jaga
kebersihan tangan dan kulit secara umum agar tak terjadi infeksi kulit secara
sengaja melakukan garukan.
K. Penatalaksanaan Medis
Psoriasis sebagai penyakit yang multifaktorial dengan penyebab belum
diketahui dengan pasti, sehingga penanganannya juga sangat bervariasi dan setiap
pusat pendidikan mempunyai acuan yang berbeda. Ashcroft dkk., 2000
mengemukakan bahwa terdapat berbagai variasi terapi psoriasis, mulai dari
topikal untuk psoriasis ringan hingga fototerapi dan terapi sistemik untuk psoriasis
berat.Edukasi kepada pasien tentang faktor-faktor pencetusnya perlu disampaikan
kepada pasien maupun keluarganya (Dvorakova dkk, 2013). Beberapa regimen
terapi yang sering digunakan topikal maupun sistemik sebagai berikut:
1. Topikal
a) Preparat Tar
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat tar, yang efeknya
adalah anti radang. Preparat tar berguna pada keadaan-keadaan: Bila
psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau
pemakaian pada lesi luas. Lesi yang melibatkan area yang luas
sehingga pemakaian steroid topikal kurang tepat. Bila obat-obat oral
merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit sistemik.
Menurut asalnya preparat tar dibagi menjadi 3, yakni yang berasal
dari : Fosil, misalnya iktiol. Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum
ruski dan Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens.
Cara kerja obat ini sebagai antiinflamasi ringan.
b) Kortikosteroid
Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara ,
yaitu:
1. Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema.
18
petanda
proinflamasi
pada
sel
radang
yang
19
20
21
psoriasis
tidak
menyebabkan
kematian,
penyakit
ini
22
7. Kebiasaan Sehari-hari
Perlu dikaji kebiasaan membersihkan diri klien, cara mandi (lesi psoriasis
tidak boleh digosok secara kasar karena dapat menimbulkan trauma
[Fenomena Koebner]) dan dapat merangsang proses pertumbuhan kulit
lebih cepat. Kebersihan lingkungan klien, terutama tempat tidur, perlu
dukaji karena skuama lesi sering dijumpai ditempat tidur terutama saat
klien bangun tidur pagi.
8. Pola fungsi kesehatan
a. Pola Persepsi Kesehatan
1) Adanya riwayat infeksi sebelumya.
2) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
3) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
4) Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
5) Hygiene personal yang kurang.
6) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
b. Pola Nutrisi Metabolik
1) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
c.
d.
e.
f.
g.
23
2) Perasaan terisolasi.
h. Pola Hubungan dengan Sesama
1) Hidup sendiri atau berkeluarga
2) Frekuensi interaksi berkurang
3) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
i. Pola Reproduksi Seksualitas
1) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
2) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
1) Emosi tidak stabil
2) Ansietas, takut akan penyakitnya
3) Disorientasi, gelisah
k. Pola Sistem Kepercayaan
1) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
2) Agama yang dianut
9. Pemeriksaan Fisik
Saat inspeksi pada beberapa tempat lesi ditemukan adanya perubahan
struktur kulit. Tampak adanya macula dan papil eritematosa jika
terkumpul akan mempentuk lesi yang lebar pada daerah predileksi, dapat
ditemukan ruang dan keropeng/skuama yang berlapis-lapis seperti lilin
atau mika berwarna putih perak berbentuk bulat atau lonjong. Pada
palpasi teraba skuama yang kasar, tebal, dan berlapis-lapis .
10. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan histipatologi untuk menentukan kepastian diagnosis
dari psoriasis dapat ditemukan :
a) Pemanjangan dan pembesaran papil dermis
b) Penipisan sampai hilangnya stratum granulosum
c) Peningkatan mitosis pada stratum basalis
d) Edema dermis disertai infiltrasi limfosit dan monosit
b. Diagnosis Keperawatan
a) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan reaksi inflamasi.
b) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur kulit.
c) Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit dan terapinya
c. Rencana Keperawatan
24
25
26
27
28
BAB 3
APLIKASI KASUS
29
Kasus
Pasien laki-laki, Tn. H, 43 tahun, menikah, PNS. Datang ke poli kulit RSAM
dengan keluhan gatal gatal di seluruh badan. 5 bulan yang lalu timbul bercak
merah kasar sebesar koin seribu rupiah di sekitar punggung, bercak tersebut terasa
gatal membuat pasien ingin menggaruknya, makin lama pada 3 bulan yang lalu,
timbul bercak yang sama semakin banyak memenuhi dada, punggung, muncul
juga di kedua tungkai kaki, dan kepala. Keluhan disertai rasa panas dan bercak
bercak yang terasa gatal, bila di garuk jadi mengelupas, berwarna putih seperti
serpihan ketombe, tampak bersisik. Bila keringatan dan pada malam hari terasa
lebih gatal sehingga menggaruknya sampai berdarah. 2 bulan yang lalu, pasien
berobat ke puskesmas di beri obat minum 2 macam ( pasien tidak tahu nama obat
nya apa) warna hijau dan kuning, dan obat salep inerson. Pasien berobat rutin di
puskesmas selama 4 minggu dan terus diberikan obat yang sama seperti awal
berobat. Namun, keluhan gatal tetap dirasakan dan bahkan bertambah meluas ke
seluruh bagian tubuh pasien. Akhirnya pasien disarankan oleh dokter di
puskesmas itu untuk berobat ke dokter kulit RSAM. Pasien mengaku tidak pernah
sakit seperti ini sebelumnya. Pasien menyangkal menderita penyakit lain seperti
kencing manis. Pasien menyangkal di keluarganya ada yang sakit seperti ini.
Status generalis dalam batas normal. Status dermatologis pada regio presternalis,
pectoralis, inframammaria, epigastrika, umbilicus, vertebralis, infrascapularis,
lumbalis, cruris dekstra et sinistra. Di temukan plak eritem multiple berukuran
lentikular, numular sampai plakat sirkumskripta dengan skuama berlapis-lapis,
transparan dan berwarna putih mengkilat. Makula hiperpigmentasi multiple
lentikular sampai plakat. Ekskoriasis multiple ukuran lentikular sampai numular.
Pada test manipulasi didapatkan Fenomena tetesan lilin (+), Auspitz (+).
I.
Biodata
Tgl. Pengkajian : 07 Oktober 2015
30
Nama
: Tn. H
Usia
: 43 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tgl masuk
: 20 februari 2015
wisma/kamar : Anggrek 1
Diangnosa medis
: S1 Teknik
:-
: Psoriasis
Penaggung jawab
Nama
: Ny. S
II.
Pekerjaan
Alamat
:-
Keluhan Utama
Tn. H mengeluh gatal-gatal di seluruh badan disertai tambahan rasa panas.
III.
31
V.
VI.
Riwayat psikososial
32
Kebiasaan sehari-hari
1) Pola Persepsi Kesehatan
a. Adanya riwayat infeksi sebelumya.
b. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c. Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
d. Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e. Hygiene personal yang kurang.
f. Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2) Pola Nutrisi Metabolik
a. Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali
sehari makan.
b. Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c. Jenis makanan yang disukai.
d. Napsu makan menurun.
e. Muntah-muntah.
f. Penurunan berat badan.
g. Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h. Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa
terbakar atau perih.
3) Pola Eliminasi
a. Sering berkeringat.
b. Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a. Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b. Kelemahan umum, malaise.
c. Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d. Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
e. Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5) Pola Tidur dan Istirahat
a. Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
b. Mimpi buruk.
33
Pemeriksaan fisik
1. B1(Breathing).
Tidak menunjukkan kelainan system pernafasan pada saat inspeksi.
Palpasi thoraks menunjukkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Pada auskultasi,tidak ada suara nafas tambahan.
2. B2(Blood).
Tidak ada iktus jantung pada palpasi. Nadi mungkin meningkat, iktus
tidak teraba. Pada auskultasi, ada suara S1 dan S2 tunggal dan tidak ada
murmur.
3. B3(Brain).
Kesadaran Compos Mentis
a. Kepala dan wajah
: Ada sianosis
b. Mata
c. Leher
d. Telinga
34
e. Hidung
4. B4(Bladder)
Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada system
perkemihan.
5. B5(Bowel)
Tidak mengalami gangguan eleminasi.
6. B6(Bone).
Tulang dalam keadaan baik.
IX.
Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan hispatologis ditemukan:
a. Pemanjangan dan pembesaran papilla dermis
b. Penipisan sampai hilangnya stratum granulosum
c. Peningkata mitosis pada stratum basalis
d. Edema dermis disertai infiltrasi limfosit dan monosit
X.
Status Dermatologis
Lokasi
Etiologi
Lesi
dan
Problem
reaksi Kerusakan
kulit
integritas
dan
lebih
gatal
sehingga
lingkungannya.
Terlihat kulit
dan
perawat
mengenai
perubahan
actual
perawat
dan
penyakit
dokter Defisiensi
yang
di pengetahuan
pada
tubuh
semakin
banyak.
36
Ansietas
Prioritas Diagnosa
1. Kerusakan integritas kulit: psoriasis yang berhubungan dengan lesi dan
reaksi.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur kulit.
3. Ansietas berhubungan dengan defisit pengetahuan.
Intervensi keperawatan
No
.
1.
Tujuan/criteria hasil
Dalam waktu 5x24 jam
Menunjukkan
Jaringan:
Integritas
Kulit
dan
Tindakan
Rasional
Manajement pruritus
1. Cegah
gatal
menjaga
menjaga
berikut :
menunjukkan tingkat
daerah
lipatan
yang berlebih.
menggunakan
handuk
sebelumnya,
a. Elastisitas
dengan
kulit
dilihat
tekhnik
dengan
berlebih 1. Dengan
tekan.
mencubit kulit.
b. Turgor
rasa
kulit
2. Hindari
menggosok
menunjukkan kembali
dengan
handuk.
cepat
semula
pada
ketika
dilakukan
pemeriksaan
kulit.
berkurangnya
pada kulit.
oil
yang
akan
mempertahankan
baby
dengan
kelembapan
dan
menghilangkan air di
stratum korneum.
3. Dengan
gatal
menjaga
kelembapan
kulit
setelah mandi.
kulit
agar
lesi
4. Anjurkan menggunakan 4. Pakaian
pakaian katun dari pada
37
dari
kain
bahan sintetik.
keringat
sehingga
menjaga
5. Pantau
suhu
ruangan
kulit
tetap
selalu
untuk
pendek 5. Kamar
menghindari
infeksi.
tidur
sejuk
dibutuhnkan
6. Kolaborasi
karena
kepanasan.
Kolaborasi
dengan
yang
topical
untuk
mengobati gatal.
topical
obat
diharapkan
factor
asupan
protein
yang
tinggi.
2.
citra
berkurang
dibuktikan
oleh
menunjukkan
perubahan
tubuh
individual
dalam
yang
menyusun
rencana
ketidakmampuan.
perawatan
atau
selalu
adaptasi
2. Identifikasi
arti
kehilangan
dari
atau
penerimaan penampilan
b. Mampu menyatakan
mengomunikasikan
3. Bina
hubungan
terapeutik.
atau
pemilihan intervensi.
4. Bantu
pasien
efektif
secara
kondisi
dialaminya, sedangkan
mendapatkan
tentang
kesulitan
situasi
dan
38
dalam
perubahan
yang
sedang
terjadi,
mampu
menyatakan
penerimaan
terhadap situasi.
diri
efektif.
5. Anjurkan orang terdekat
untuk
mengizinkan
pasien
melakukan
sebanyak banyaknya
menerima
perubahan
fungsi
alaminya,
sehingga memberikan
dampak pada kondisi
koping maladaptif.
seperti
dalam
aktifitas rehabilitasi.
antara
professional
pelayanan kesehatan
dan
penderita
psoriasis
merupakan
hubungan
yang
mencakup
pendidikan,
serta
dukungan.
4. Pengenalan
terhadap
strategikoping
berhasil
yang
dijalankan
oleh
penderita
dan
menghadapi
situasi
stress
akan
memfasilitasi
ekspektasi pasien yang
lebih
positif
kesediaannya
dan
untuk
5. Mnghidupkan
39
kembali
perasaan
kemandirian
dan
membantu
perkembangan harga
diri
serta
mempengaruhi proses
rehabilitasi.
6. Pasien
dapat
beradaptasi terhadap
perubahan
dan
pengertian
tentang
Dalam
waktu
Ansietas
1x24
berkurang,
ansietas
kecemasan
dapat
mengetahui
tindakan
apa
dalam
ulang
batas
yang
meyakinkan.
terhadap
pendekatan
tenang
dan
selalu
menunjukkan
ansietas
indikator
dalam
menentukan
intervensi berikutnya.
3. Dengan mengunakan
4. Sediakan
diri
2. Sebagai
awal
3. Gunakan
pengendalian
keadaan
normal.(TD: 120/80,
c. Dan
yang
b. Memiliki tanda-tanda
mendokumentasi kita
actual
informasi
menyangkut
pendekatan
tenang
yang
dan
menyakinkan
pasien
prognosis.
tidak
merasa
indikator
akan
nyaman
40
dan
lebih
1. Menggunakan
teknik
relaksasi
5. Instruksikan
tentang
pasien
penggunaan
untuk meredakan
ansietas
membaca
Al-Quran,
memiliki
kita
gadget
memberikan
membaca
majalah dll)
dapat
Penyuluhan
kepada
semua
prosedur,
termasuk
dengan
informasi
yang akurat.
dengan
yang
5. Penggunaan
teknik
relaksasi
diharapkan
dapat
membantu
pasien
agar
lebih
tenang.
berfungsi
semua
prosedur
diharapkan
klien
tidak
menimbulkan
ansietas.
7. Pemberian
obat
diharapkan
dapat
membantu
menurunkan
ansietas klien.
Implementasi
41
tingkat
Tindakan
Manajement pruritus
2x
sehari
Paraf
R.U
dengan
daerah
lipatan
menggosok
kulit
F.U
R.U
yang
akan
mempertahankan
F.U
R.U
6. Kolaborasi
F.U
pemberian
obat
topical
untuk
mengobati gatal.
Pagi 08.32-08.42 WIB
Malam19.00-19.10 WIB
R.U
08 Oktober 2015
08.28-08.35 WIB
F.U
derajat ketidakmampuan.
2. Mengidentifikasi
08.28-08.35 WIB
arti
dari
R.U
pasien
3. Membina hubungan terapeutik.
08.28-08.35 WIB
4. Membantu
pasien
untuk
F.U
yang efektif.
R.U
pasien
melakukan
F.U
untuk dirinya.
6. Mendukung perilaku atau usaha
seperti peningkatan minat atau
08.28-08.35 WIB
partisipasi
dalam
aktifitas
R.U
rehabilitasi.
08 Okteber 2015
08.28-08.35 WIB
F.U
R.U
3. Mengunakan
pendekatan
43
yang
F.U
10.00-10.05 WIB
4. Menyediakan
informasi
actual
R.U
teknik
membaca
menonton
Tv,
F.U
relaksasi.
Al-Quran,
bermain
gadget
R.U
7. Kolaboratif
F.U
Evaluasi
No. Dx
Tanggal Evaluasi
Catatan perkembangan
Paraf
1.
13 Oktober 2015
R.U
44
2.
09 Okteber 2015
F.U
sebentar.
A: Tujuan tercapai sebagian.
P:
Intervensi
dengan
dilanjutkan
penekanan
intervensi
di
yang
atau
partisipasi
pasien
yang
jalan-jalan
dengan
di
keluarga,
09 Oktober 2015
S : Pasien mengatakan
sekarang ia tahu kalau
penyakitnya ini bisa
disembuhkan, pasien ingin
lebih dekat lagi dengan
Tuhan.
O: TTV dalam batas normal
(TD: 120/80 mmHg, suhu
36,5-370C, RR: 20 x
permenit), Terlihat
membaca Al-Quran
beberapa hari ini.
46
R.U
A: Tujuan tercapai
P: Intervensi dihentikan
I: Tidak adatindakan
tambahan.
E: R: Tidak ada tambahan.
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Anatomi dan fisiologi
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasainya
dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan
berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial
dan vital serta merupakan cermin kesehatan kehidupan. Kulit juga sangat
kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks,
ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu :
a. Lapisan epidermis atau kutikel.
b. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin).
c. Lapisan subkutis (hipodermis).
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut, dan kuku.
a. Kelenjar Kulit terdapat di lapisan dermis
47
5. Patofisiologi
Psoriasis pada dasarnya adalah kondisi inflamasi kulit dengan proses
diferensiasi yang reaktif terhadap epidermis secara abnormal dan
hiperproliferasi. Kondisi ini memberikan manifestasi pertukaran sel
epidermis menjadi sangat cepat. Pertukaran sel yang sangat cepat ini
menyebabkan peningkatan derajat metabolisme dan peningkatan aliran
darah ke sel untuk menunjang metabolisme tersebut. Peningkatan
48
49
laboratorium
yang
dapat
membantu
menyokong
yang
menyertai
psoriasis
perlu
dilakukan,
seperti
50
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, J, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. EGC: Jakarta.
51
52