Anda di halaman 1dari 35

1

BAB 1
PENDAHULUAN

Walaupun mata mempunnyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga
orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar,selain terdapatnya refleks memejam
atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata serta rongga orbita.
Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga
mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang
tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan
kebutaan.5
Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini secara terpisah atau
menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat mengenai jaringan mata:
palpebrae, konjungtiva, cornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita.
Trauma mata merupakan keadaan gawat darurat pada mata.12
Trauma mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada anak dan
dewasa muda; kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah.
Segala umur dapat terkena rudapaksa mata walaupun beberapa kelompok umur
tersering terkena (50 %) yaitu umur kurang dari 18 tahun (di USA). Dewasa mudaterutama pria-merupakan kelompok yang kemungkinan besar mengalami cedera
tembus mata. Kecelakaan dirumah, kekerasan, ledakan aki, cedera akibat olahraga
dan kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan-keadaan yang paling sering
menyebabkan trauma mata.13
Trauma pada mata sering mengalami kesukaran dalam menilai kerusakan yang
diakibatkannya. Kadang-kadang pukulan mempunyai kesan tidak keras dan
kerusakan matapun sepintas lalu tidak nampak. Tetapi ternyata membawa akibat berat
bahkan sampai timbul kebutaan. Memang keadaan ini sering mengherankan terutama
bagi para sejawat bukan dokter mata, oleh karena memang tidak mempunyai

perlengkapan atau perhatian yang cukup untuk menemukan kerusakan yang


diakibatkannya. Bahkan bagi dokter mata sendiri kadang-kadang mengalami
kesulitan atau tidak menduga adanya kelainan yang dapat membawa kebutaan.17
Untunglah bola mata mendapat perlindungan yang cukup baik oleh kelopak
mata, tulang mata, rima orbita, jaringan orbita, kedipan kelopak mata, gerakan
menghindari dari kepala, alis mata, gerakan dari bola mata ke atas.14
Sebaiknya bila ada trauma mata segera dilakukan pemeriksaan dan pertolongan
karena kemungkinan fungsi penglihatan masih dapat dipertahankan.12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2.1.1 Anatomi Mata1


Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang
dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera
dihantarkan ke otak. Di sini akan di bahas struktur dan fungsi mata. Mata kita terdiri
dari bermacam-macam struktur sekaligus dengan fungsinya. Struktur dari mata itu
sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi mata meliputi sklera, konjungtiva, kornea,

pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, humor aqueus, serta humor vitreus yang
masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya sendiri.1
Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang

berwarna putih dan relatif kuat.

Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata

dan bagian luar sklera.

Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan


pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan
cahaya.

Gambar 2.1.2 Lapisan Kornea1

Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.

Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang


kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke
mata dengan cara merubah ukuran pupil.

Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor

aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.


Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang

bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan

visuil dari retina ke otak.

Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa

dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber


makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.

Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di

depan retina (mengisi segmen posterior mata).


Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:
1. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang

merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior


sendiri terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris,
dan bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa). Dalam keadaan normal,
humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik
anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung
iris.
2. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina,

berisi humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.


Otot Mata, Saraf Mata, dan Pembuluh Darah
Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja
sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang
orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu :

Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam

retina ke otak

Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air

mata

Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan

merangsang otot pada tulang orbita.


Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,
sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh
darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.1
Fotoreseptor Mata
Sel-sel fotoreseptor di dalam mata terdiri atas dua jenis, yaitu sel-sel batang
dan sel-sel kerucut. Pada manusia, terdapat sekitar 7 juta sel kerucut dan kurang lebih
125 juta sel batang untuk setiap mata. Sel-sel batang merupakan sel-sel yang sangat
peka terhadap cahaya dengan intensitas rendah. Sel-sel batang berperan dalam proses
penglihatan di malam hari atau tempat-tempat gelap untuk menghasilkan ketajaman
pengelihatan yang rendah. Sayangnya, sel-sel batang tidak mampu mendeteksi warna.
Sel-sel ini tersebar di seluruh retina, kecuali di fovea. Di dalam sel-sel batang terdapat
pigmen fotosensitif rodopsin (warna merah muda atau ungu). Rodopsin hanya 1 jenis,
sehingga hanya ada 1 jenis sel batang. Jika rodopsin terpapar atau menyerap cahaya,
rodopsin akan terurai menjadi opsin dan retinal. Sebaliknya, jika tidak ada cahaya
atau gelap, rodopsin akan terbentuk kembali.2

Gambar 2.1.3 Lapisan Retina1


Perlu diketahui bahwa penguraian rodopsin menjadi opsin dan retinal jauh
lebih cepat ketimbang pembentukannya kembali. Pada saat rodopsin menghilang,
sel-sel kerucutlah yang digunakan untuk proses melihat. Dalam keadaan gelap total,
butuh sekitar 30 menit untuk membentuk kembali rodopsin sehingga kita dapat
melihat. Itulah sebabnya kita tidak dapat langsung melihat dengan jelas ketika beralih
dari tempat terang ke tempat yang sangat gelap. Berbeda dengan sel-sel batang, selsel kerucut peka terhadap intensitas cahaya yang tinggi dan perbedaan panjang
gelombang sehingga berperan dalam proses penglihatan di siang hari atau di tempattempat terang.2
Sel-sel kerucut menghasilka penglihatan dengan ketajaman yang tinggi. Sel
kerucut hanya terdapat di fovea. Di dalam sel-sel kerucut terdapat pigmen fotosensitif
iodopsin. Berdasarkan bentuknya, iodopsin dibagi 3. Masing-masing peka terhadap
panjang gelombang cahaya yang berbeda. Ketiga jenis iodopsin tersebut peka
terhadap warna merah, miru dan hijau. Karena itu maka sel-sel kerucut mampu
mendeteksi warna. Berdasarkan iodopsin yang dikandungnya, sel-sel kerucut terbagi
atas tiga jenis, yaitu sel kerucut biru, sel kerucut hijau, dan sel kerucut merah. Namanama tersebut berdasarkan warna cahaya yang diserap oleh sel-sel kerucut. Jika

ketiga sel kerucut tersebut mendapatkan stimulasi yang sama, maka kita akan melihat
warna putih.24
2.2 Definisi dan Klasifikasi Trauma Mata
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan
perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga
sebagai kasus polisi. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau
menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering
menimbulkan perlukaan atau trauma mata. Trauma mata dapat menyebabkan
kebutaan unilateral. Trauma mata dapat mempengaruhi aspek sosial dan psikologi
pada pasien dikemudian hari.6
Trauma mata dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :
A.

Fisik atau Mekanik


a) Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock,
membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel.
b) Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan
pertukangan.
c) Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma
tajam, terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru
senapan angin, dan peluru karet.

American Ocular Trauma Society mengklasifikasikan trauma mekanik ini


berdasarkan diagram dibawah ini :
Trauma Mata Mekanik

Trauma Terbuka

Trauma Tertutup

Kontusio

Superficial
Foreign Body

Lamelar
Laserasi

Laserasi

Penetrasi
Perforasi
IOFB

Bagan 2.1.1 Klasifikasi Trauma Mekanik9


1) Trauma tertutup bola mata adalh luka pada salah satu dinding bola mata
(kornea atau sklera) dan luka ini tidak merusak bagian dari intraokuler.
Kontusio adalah trauma tertutup bola mata yang disebabkan oleh
benda tumpul. Trauma ini dapat nenpengaruhi bagian lain pada mata
yang tidak terkena secara langsung.
Lamellar adalah trauma tertutup pada bola mata yang ditandai oleh
luka yang mengenai sebagian ketebalan dinding bola mata. Trauma ini
biasanya disebabkan oleh benda tajam maupun tumpul.
2) Trauma terbuka bola mata adalah trauma yang menyebabkan luka dan
mengenai keseluruhan dinding bola mata (sklera dan kornea).

Ruptur

10

Ruptur

: adanya luka yanng mengenai dari seluruh

ketebalan dinding bolamata, yang disebabkan oleh trauma tumpul dan


mekanisme ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan
intraokuli.
Laserasi

: adalah luka yang mengenai seluruh ketebalan dinding

bola mata yang disebabkan oleh benda tajam. Keadaan ini


menimpulkan adanya trauma penetrasi atau perforasi.
Trauma penetrasi

: laserasi tunggal ppada dinding bola

mata oleh benda tajam.


Trauma penetrasi

: laserasi pada seluruh ketebalan dinding

bola mata yang mempunyai jalan masuk atau jalan keluar


yang biasanya disebabkan benda tajam atau peluru.
Intra ocular Foreign Body (IOFB) : adanya benda asing
pada intraocular yang keadaan ini sangat berhubungan
dengan adanya trauma penetrasi.9
B.

Khemis
a)

Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai,
kapur, lem (perekat).

b)
C.

2.3

cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.20

Fisis
a)

Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.

b)

Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi.18


Epidemologi
Trauma okular, terutama yang berat dan mengakibatkan penurunan

penglihatan bahkan kehilangan penglihatan. Trauma okular adalah penyebab

11

kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di
negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali
lebih banyak daripada wanita. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat
kebutaan unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus
bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Menurut
United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai
16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak
pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun.21
2.4

Etiologi
Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya

trauma:10
I.

Trauma

tajam selain

menimbulkan

perlukaan

dapat

juga disertai

tertinggalnya benda asing didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat
bersifat tidak beracun dan beracun. Benda beracun contohnya logam besi,
tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu. Bahan tidak
beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan
infeksi jika tercemar oleh kuman.
II.

Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan


penglihatan sementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata,
terlepasnya selaput jala (retina) atau sampai terputusnya saraf penglihatan
sehingga menimbulkan kebutaan menetap.

III.

Trauma Khemis asam umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada


trauma khemis basa. Mata nampak merah, bengkak, keluar airmata
berlebihan dan penderita nampak sangat kesakitan, tetapi trauma basa akan
berakibat fatal karena dapat menghancurkan jaringan mata/ kornea secara
perlahan-lahan.

IV.

Trauma Mekanik

12

a.

Gangguan

molekuler. Dengan

adanya

perubahan

patologi

akan

menyebabkan kromatolisis sel.


b.

Reaksi Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa vasoparalisa


sehingga aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak, cairan keluar dari
pembuluh darah maka terjadi edema.

c.

Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada


cornea, sclera dan sebagainya.

2.5

Patofisiologi
Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada

pembuluh darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan
dalam bilik mata depan. Iris bagian perifer merupakan bagian paling lemah. Suatu
trauma yang mengenai mata akan menimbulkan kekuatan hidraulis yang dapat
menyebabkan hifema dan iridodialisis, serta merobek lapisan otot spingter sehingga
pupil menjadi ovoid dan non reaktif. Tenaga yang timbul dari suatu trauma
diperkirakan akan terus ke dalam isi bola mata melalui sumbu anterior posterior
sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bola mata ke lateral
sesuai dengan garis ekuator. Hifema yang terjadi dalam beberapa hari akan berhenti,
oleh karena adanya proses homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserap
sehingga akan menjadi jernih kembali.3

13

Gambar 2.5.1 Mekanisme trauma tumpul, A benturan langsung, B tekanan


gelombang gaya, C pantulan tekanan gelombang gaya, D pantulan balik
tekanan gelombang gaya.6
Trauma pada mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai yang
terdalam. Trauma tembus bola mata bisa mengenai:6
a.

Palpebra
Mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapat
menyebabkan suatu ptosis yang permanent

b.

Saluran Lakrimalis
Dapat merusak sistem pengaliran air mata dai pungtum lakrimalis sampai ke
rongga hidung. Hal ini dapat menyeabkan kekurangan air mata.

c.

Congjungtiva
Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub
konjungtiva

d.

Sklera
Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekana bola
mata dan kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar dapat
disertai prolap jaringan bola mata, bola mata menjadi injury.

14

e.

Kornea
Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi
kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea menyebabkan
iris prolaps, korpusvitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat
menurunkan visus

f.

Lensa
Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga
menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya
akomodasi tisak adekuat.

g.

Iris
Bila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil agak
kepinggir letaknya, pada pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap selain pada
pupil, tetapi juga pada dasar iris tempat iridodialisis.

h.

Pupil
Bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter pupil
sehingga pupil menjadi midriasis

i.

Retina
Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga
badan kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan
kaca bisa juga teri oblaina retina. Perdarahan vitreus dapat terjadi karena
kerusakan pada pembuluh darah pada iris, badan silier, retina, choroid, juga
dapat disebabkan oleh karena robekan pada retina. Sebab dari perdarahan retina
biasanya selalu dapat dilihat. Kadang perdarahan yang sedikit bisa berkembang
menjadi perdarahan yang luas, karena itu pemeriksaan mata yang hati hati
menggunakan indirect oftalmoskop harus dilakukan sesegera mungkin. Jika
segmen posterior tak dapat dilihat karena perdarahan vitreus, maka hal ini
merupakan indikasi pemeriksaan USG. Hampir semua robekan retina, koroid
dapat dideteksi dengan USG.2

15

Ruptur koroid dapat single atau multiple, biasanya di bagian tepi, bisa juga
mengelilingi diskus optikus. Ruptur yang meluas hingga macula sentral bisa
menyebabkan hilangnya penglihatan yang permanen. Neovaskularisasi koroid sering
merupakan komplikasi susulan sebagai respon dari kerusakan membrane Bruch.2
Trauma Asam :
Pada minggu pertama:

Terjadi koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada


kornea, demikian pula terjadi koagulasi protein konjungtiva bulbi. Koagulasi
protein ini terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan jaringan.

Akibat koagulasi protein ini kadang-kadang seluruh kornea terkelupas.

Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam seperti
stroma kornea, keratosit dan endotel kornea.

Bila terjadi penetrasi jaringan yang lebih dalam akan terjadi edema kornea,
iritis dan katarak.

Bila trauma disebabkan karena asam lemah maka regenerasi epitel akan
terjadi dalam beberapa hari dan kemudian sembuh.

Bila trauma disebabkan asam kuat maka stroma kornea akan berwarna kelabu
infiltrasi sel radang kedalamnya. Infiltrasi sel kedalam stroma oleh bahan
asam terjadi dalam waktu 24 jam.

Beberapa menit atau beberapa jam sesudah trauma asam konjungtiva bulbi
menjadi hiperemi dan kemotik. Kadang-kadang terdapat perdarahan pada
konjungtiva bulbi.

Tekanan bola mata akan meninggi pada hari pertama, yang kemudian akan
menjadi normal atau merendah.

Trauma Asam pada minggu 1-3:

Umumnya trauma asam mulai sembuh pada minggu ke 1-3 ini.

16

Pada trauma asam yang berat akan terbentuk tukak kornea dengan
vaskularisasi yang bersifat progresif.

Keadaan terburuk pada trauma asam pada saat ini ialah berupa vaskularisasi
berat pada kornea.

Trauma Asam sesudah 3 minggu:

Trauma asam yang tidak sangat berat akan sembuh sesudah 3 minggu

Pada endotel dapat terbentuk membran fibrosa yang merupakan bentuk


penyembuhan kerusakan endotel.

Akibat trauma asam diketahui bahwa perubahan reaksi biokimia ditentukan oleh
jenis anion asam yang menyebabkan trauma. Asam merusak dan memutus ikatan
intramolekul protein, dan protein yang berkoagulasi merupakan barier terhadap
penetrasi lanjut daripada asam kedalam jaringan. Diketahui asam sulfur
mengakibatkan kadar mukopolisakarida jaringan menurun. Bila trauma disebabkan
oleh HCl, maka pH cairan mata turun sesudah trauma berlangsung 30 menit. Pada
trauma asam tidak terdapat gangguan pembentukan jaringan kolagen. Padda trauma
asam berat yang merusak badan silier akan terjadi penurunan kadar askorbat dalam
cairan mata dan kornea.20
Trauma Basa :
Keadaan akut yang terjadi pada minggu pertama :

Sel membran rusak.

Bergantung pada kuatnya alkali dapat mengakibatkan hilangnya epitel,


keratosit, saraf kornea dan pembuluh darah.

Terajdi kerusakan komponen vaskuler iris, badan silier dan epitel lensa.

Trauma berat akan merusak sel goblet konjungtiva bulbi

TIO akan meninggi.

17

Hipotoni akan terjadi, bila terjadi kerusakan pada badan silier.

Kornea keruh dalam beberapa menit.

Terjadi infiltrasi segera sel polimorfonuklear, monosit dan fibroblas.

Keadaaan pada minggu kedua dan ketiga :

Mulai terjadi regenerasi epitel konjungtiva dan kornea.

Masuknya neovaskularisasi ke dalam kornea disertai dengan sel radang.

Kekeruhan pada kornea akan mulai menjernih kembali

Sel penyembuhan berbentuk invasi fibroblas memasuki kornea dengan


terbentuknya kolagen

Trauma alkali berat akan membentuk jaringan granulasi pada iris dan
badan siliar sehingga terjadi fibrosis.

Keadaan pada minggu ke-3 dan selanjutnya:

Terjadi vaskularisasi aktif sehingga seluruh kornea tertutup oleh pembuluh


darah.

Jaringan pembuluh darah membawa bahan nutrisi dan bahan penyembuhan


jaringan seperti protein dan fibroblas

Akibat daripada terdapatnya jaringan dengan vaskularisasi ini, tidak akan


terjadi perforasi kornea.

Mulai terjadi pembentukan pannus pada kornea.

Endotel yang tetap sakit akan mengakibatkan edema kornea.

Terdapat membran retrokornea, iritis dan membran siklitik

Dapat terjadi kerusakan permanen saraf kornea dengan gejala-gejalanya.

Tekanan bola mata dapat rendah atau tinggi.

Trauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan berat jangka
panjang dan rasa tidak enak pada mata. Prognosisnya ditentukan oleh bahan alkali

18

penyebab trauma tersebut. Terdapat 2 klasifikasi trauma basa pada mata untuk
menganalisis kerusakan dan beratnya kerusakan.18
Klasifikasi Huges
Ringan

Sedang

Prognosis baik.

Terdapat

erosi

epitel

kornea.

Pada

kornea

Prognosis baik
Terdapat

Tidak terdapat iskemia


nekrosis

kornea

Prognosis buruk

Akibat

kekeruhan

sehingga sulit melihat iris dan

kornea upil tidak dapat

pupil secara terperinci

dilihat

Terdapat iskemia dan nekrosis


enteng

dan

kekeruhan

terdapat

kekeruhan yang ringan.

Berat

pada

kornea

dan

Konjungtiva

dan

sklera pucat

konjungtiva

kornea

ataupun konjungtiva.
Tabel 2.5.1 Klasifikasi Huges25
Klasifikasi Thoft
Derajat 1

terjadi

Derajat 2

terjadi

Derajat 3

terjadi

hiperemi

hiperemi

disertai dengan nekrosis perilimal

konjungtiva disertai konjungtiva disertai konjungtiva


dengan
pungtata

keratitis hilangnya

Derajat 4
hiperemi
konjungtiva
dan sebanyak 50%

epitel lepasnya epitel kornea

kornea
Tabel 2.5.2 Klasifikasi Thoft25

nekrosis

19

Luka bakar alkali derajat 1 dan 2 akan sembuh dengan jaringan arut tanpa
terdapatnya neovaskularisasi kedalam kornea. Luka bakar alkali derajat 3 dan 4
membutuhkan waktu sembuh berbulan bulan bahkan bertahun-tahun.
Pada pasien trauma mata dapat menyebabkan kebutaan. Prognosis adanya
kebutaan diopengaruhi oleh:18
a.

Tipe trauma

b.

Tingkatan trauma yang berhubungan dengan hasil dengan penglihatan

c.

Ada tidaknya afferent pupillary defect

d.

Daerah / zona dari trauma

2.6

Manifestasi Klinis

A. Hematoma palpebra
Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan, tetapi bila
terjadi pada kedua mata , hati-hati kemungkinan adanya fraktur basis kranii.
Penanganan: Kompres dingin 3 kali sehari.
B. Ruptura kornea
Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris,
merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.
C. Ruptura membran descement
Di tandai dengan adanya garis kekeruhan yang berkelok-kelok pada kornea, yang
sebenarnya adalah lipatan membran descement, visus sangat menurun dan kornea
sulit menjadi jernih kembali.
Penanganan: Pemberian obat-obatan yang membantu menghentikan perdarahan
dan tetes mata kortisol.
D. Hifema
Perdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris
atau korpus siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah
kornea, hal ini merupakan suatu keadaan yang serius.
Pembagian hifema:

20

a.

Hifema primer, timbul segera oleh karena adanya trauma.

b.

Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.

c.

Hifema ringan tidak mengganggu visus, tetapi apabila sangat hebat akan
mempengaruhi visus karena adanya peningkatan tekanan intra okuler.

Penanganan: Istirahat, dan apabila karena peningkatan tekanan intra okuli yang
di sertai dengan glaukoma maka perlu adanya operasi segera dengan di
lakukannya parasintesis yaitu membuat insisi pada kornea dekat limbus,
kemudian di beri salep mata antibiotik dan di tutup dengan verband.
E.

Iridoparese-iridoplegia
Adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis.
Penanganan: Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai
berbulan-bulan tetap midriasis maka telah terjadi iridoplegia yang iriversibel.

F. Iridodialisis
Ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula
dan di sebut dengan pseudopupil.
Penanganan: Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-apa, tetapi jika
ada maka perlu adanya operasi untuk memfixasi iris yang lepas.
G.

Irideremia
Ialah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan.
Penanganan secara konservatif adalah dengan memberikan kacamata untuk
mengurangi silau.

H.

Subluksasio lentis- luksasio lentis


Luksasio lentis yang terjadi bisa ke depan atau ke belakang. Jika ke depan akan
menimbulkan glaukoma dan jika ke belakang akan menimbulkan afakia. Bila
terjadi gaukoma maka perlu operasi untuk ekstraksi lensa dan jika terjadi afakia
pengobatan di lakukan secara konservatif.

I.

Hemoragia pada korpus vitreum


Perdarahan yang terjadi berasal dari korpus siliare, kare na bnayak terdapat
eritrosit pada korpus siliare, visus akan sangat menurun.

21

J.

Glaukoma
Di sebabkan oleh kare na robekan trabekulum pada sudut kamera okuli anterior,
yang di sebut traumatic angle yang menyebabkan gangguan aliran akquos
humour.
Penanganan di lakukan secara operatif.

K. Ruptura sclera
Menimbulkan penurunan teknan intra okuler. Perlu adanya tindakan operatif
segera.
L. Ruptura retina
Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan kebutaan, harus
di lakukan operasi.23
Adapun manifestasi klinisnya pada klasifikasi trauma adalah sebagai berikut:
A. Trauma Tumpul
a.

Rongga Orbita : suatu rongga yang terdiri dari bola mata dan 7 ruas tulang
yang membentuk dinding orbita (lakrimal, ethmoid, sfenoid, frontal,
maksila, platinum dan zigomatikus.
Jika pada trauma mengenai rongga orbita maka akan terjadi fraktur orbita,
kebutaan (jika mengenai saraf), perdarahan didalam rongga orbita,
gangguan gerakan bola mata.

b.

Palpebra : Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata,


sertamengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di
depan komea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk
melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola
mata. Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang
di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva
tarsal. Gangguan

penutupan

kelopak(lagoftalmos) akan mengakibatkan

keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis.

22

Jika pada palpebra terjadi trauma tumpul maka akan terjadi hematom,
edema palpebra yang dapat menyebabkan kelopak mata tidak dapat
membuka

dengan

sempurna

(ptosis),

kelumpuhan

kelopak

mata

(lagoftalmos/tidak dapat menutup secara sempurna).


c.

Konjungtiva : Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan


kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang
dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama
kornea. Edema, robekan pembuluh darah konjungtiva (perdarahan
subkonjungtiva) adalah tanda dan gejala yang dapat terjadi jika konjungtiva
terkena trauma.

d.

Kornea : Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening


mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan
yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri dari beberapa lapisan.
Dipersarafi oleh banyak saraf.
Edema kornea, penglihatan kabur, kornea keruh, erosi/abrasi, laserasi
kornea tanpa disertai tembusnya kornea dengan keluhan nyeri yang sangat,
mata berair, fotofobi adalah tanda dan gejala yang dapat muncul akibat
trauma pada kornea.

e.

Iris atau badan silier : merupakan bagian dari uvea. Pendarahan uvea
dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar
posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat
tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2
pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rektus lateral.
Arteri siliar anterior dan posterior ini ber gabung menjadi satu membentuk
arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvae posterior mendapat
perdarahan dari 15 20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus
sklera di sekitar tempat masuk saraf optik.
hifema (perdarahan bilik mata depan), iridodialisis (iris terlepas dari
insersinya) merupakan tanda patologik jika trauma mengenai iris.

23

f.

Lensa : Lensa merupakan badan yang bening. Secara fisiologik lensa


mempunyai sifat tertentu, yaitu : Kenyal atau lentur karena memegang
peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung, jernih atau
transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan, terletak di
tempatnya.
Secara patologik jika lensa terkena trauma akan terjadi subluksasi lensa
mata (perpindahan tempat).

g.

Korpus vitreus : perdarahan korpus vitreus.

h.

Retina : Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas
penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan
kaca dan koroid.Letaknya antara badan kaca dan koroid.1,2 Bagian anterior
berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan
sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira ber
diameter 1 2 mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan.
Ditengah makula lutea terdapat bercak mengkilat yang merupakan reflek
fovea.
Secara patologik jika retina terkena trauma akan terjadi edema makula
retina, ablasio retina, fotopsia, lapang pandang terganggu dan penurunan
tekanan bola mata.

i.

Nervus optikus : N.II terlepas atau putus (avulsio) sehingga menimbulkan


kebutaan.6

B.

Trauma Tajam
a.

Orbita : kebutaan, proptosis (akibat perdarahan intraorbital), perubahan


posisi bola mata.

b.

Palpebra : ptosis yang permanen (jika mengenai levator apoeurosis)

c.

Saluran lakrimal : gangguan sistem eksresi air mata.

d.

Konjungtiva : robekan konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva.

24

e.

Sklera : pada luka yang agak besar akan terlihat jaringan uvea (iris, badan
silier dan koroid yang berwarna gelap).

f.

Kornea, iris, badan silier, lensa, korpus vitreus : laserasi kornea yan g
disertai penetrasi kornea, prolaps jaringan iris, penurunan TIO, adanya luka
pada kornea, edema.

g.

Koroid dan kornea : luka perforasi cukup luas pada sklera, perdarahan
korpus vitreus dan ablasi retina.25

C.

Trauma Kimia

Asam
Kekeruhan pada kornea akibat terjadi koagulasi protein epitel kornea. 20

Basa/Alkali

Kebutaan

Penggumpalan sel kornea atau keratosis

Edema kornea

Ulkus kornea

Tekanan intra ocular akan meninggi

Hipotoni akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar

Membentuk jaringan parut pada kelopak

Mata menjadi kering karena terjadinya pembentukan jaringan parut pada


kelenjar asesoris air mata

Pergerakan mata menjadi terbatas akibat terjadi simblefaron pada konjungtiva


bulbi yang akan menarik bola mata

Lensa keruh diakibatkan kerusakan kapsul lensa24

25

2.7

Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Fisik : dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman
penglihatan.
2) Slit lamp : untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior bola mata.
3) Tes fluoresin : digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera kelihatan
jelas.
4) Tonometri : untuk mengetahui tekakan bola mata. nilai normal tekanan bola
mata (normal 12-25 mmHg).
5) Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan oftalmoskop indirek : untuk
mengetahui adanya benda asing intraokuler.
6) Tes Seidel : untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini
dilakukan dengan cara memberi anastesi pada mata yaang akan diperiksa,
kemudian diuji pada strip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp
dengan filter kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat
perubahan pH bila ada pengeluaran cairan mata.
7) Pemeriksaan ct-scan dan USG B-scan : digunakan untuk mengetahui posisi
benda asing.
8) Electroretinography (ERG) : untuk mengetahui ada tidaknya degenerasi pada
retina.
9) Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin
mengalami penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan
pada sistem suplai untuk retina.
10) Kalau perlu pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri, gonioskopi, dan
tonografi, maupun funduskopi
11) Pemeriksaan dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal
dari okuler, papiledema, retina hemoragi.
12) Pemeriksaan Radiologi : Pemeriksaan radiology pada trauma mata sangat
membantu dalam menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing

26

.Pemeriksaan ultra sonographi untuk menentukan letaknya, dengan


pemeriksaan ini dapat diketahui benda tersebut pada bilik mata depan, lensa,
retina.pemeriksaan radiologi pada trauma mata sangat membantu dalam
menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing.
13) Kertas Lakmus : pada pemeriksaan ini sangat membantu dalam menegakkan
diagnosa trauma asam atau basa.
14) Pemeriksaan Laboratorium, seperti :. SDP, leukosit, kultur, kemungkinan
adanya infeksi sekunder.6
2.8 TERAPI
Trauma tumpul12

1.
a.

Tirah baring sempurna dalam posisi fowler untuk menimbulkan gravitasi guna
membantu keluarnya hifema dari mata.

b.

Berikan kompres es.

c.

Pemnatauan tajam penglihatan.

d. Batasi pergerakan mata selama 3-5 hari untuk menurunkan kemungkinan


perdarahan ulang.
e.

Batasi membaca dan melihat TV.

f.

Pantau ketaatan pembatasan aktivitas, imobilisasi sempurna.

g.

Berikan stimulasi sensori bentuk lain seperti musik, perbincangan.

h.

Berikan diet lunak dan semua keperluan klien dibantu.

i.

Tetes mata siklopegik seperti atropin untuk mengistirahatkan mata.

j.

Mata dilindungi dengan kasa jika terdapat luka.

k.

Laporkan peningkatan nyeri mata secara mendadak, ini mungkin indikasi


perdarahan ulang.

l.

Persiapan parasentesis (pengeluaran hifema).

Indikasi Parasentesis
o

Hifema penuh (sampai pupil) dan berwarna hitam

27

Hifema yang tidak bisa sembuh/berkurang dengan perawatan

konvensional selama 5 hari.


o

Hifema dengan peningkatan TIO (glaukoma sekunder) yang tidak dapat


diatasi/diturunkan dengan obat-obatan glaukoma

o
2.

Terlihat tanda-tanda imbibisi kornea.

Trauma tajam22

Penatalaksanaan sebelum tiba di RS


a.

Mata tidak boleh dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak.

b.

Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata.

c.

Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan.

d. Sebaiknya pasien dipuasakan untuk mengantisipasi tindakan operasi.


Penatalaksanaan setelah tiba di RS
a.

Pemberian antibiotik spektrum luas.

b.

Pemberian obat sedasi, antimimetik dan analgetik sesuai indikasi.

c.

Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.

d. Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila mata


intak).
e.
3.

Tindakan pembedahan/penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.


Trauma kimia25

a.

Irigasi (30 menit) dan periksa pH dengan kertas lakmus.

b.

Diberi pembilas : idealnya dengan larutan steril dengn osmolaritas tinggi


seperti larutan amphoter (Diphoterine) atau larutan buffer (BSS atau Ringer
Laktat). Larutan garam isotonis.

c.

Irigasi sampai 30 menit atau pH normal. Bila bahan mengandung CaOH


berikan EDTA.

d.

Pemeriksaan oftalmologi menyeluruh.

28

e.

Cedera ringan : Pasien dapat dipulangkan dengan diberikan antibiotik tetes


mata, analgesic oral dan perban mata.

f.

Luka sedang diberi siklopegi.

g.

Steroid topikal untuk mencegah infiltrasi sel radang.

h.

Vitamin C oral : untuk membentuk jaringan kolagen.

Catatan :
6 tahapan penatalaksanaan trauma mata :
a.

Irigasi

b.

Reepitalisasi kornea

c.

Mengendalikan proses peradangan

d.

Mencegah terjadinya infeksi

e.

Mengendalikan TIO

f.

Menurunkan nyeri : sikloplegik

Bila mata kemasukan benda kecil (pasir, debu, serpihan)

Cuci tangan terlebih dahulu sebelum memeriksa mata

Jangan menyentuh, menekan, apalagi membiarkan anak terus menggosokgosok matanya

Jangan berusaha mengambil benda di mata kecuali dengan cara membilas


karena risiko merusak jaringan mata terutama kornea.

Letakkan baskom di depan anak dan mintalah ia menekuk kepalanya


sedemikian rupa agar mata yang terkena berada di sebelah bawah.

Dengan perlahan, tariklah kelopak mata bagian bawah dan minta si kecil
membuka matanya selebar mungkin. Untuk bayi dan batita, mungkin
membutuhkan bantuan orang lain.

29

Sedikit demi sedikit, alirkan air matang suam-suam kuku dari gelas ke mata
yang terkena. Jika ada, cairan bisa diganti dengan cairan garam steril
(Nacl) 0,9% Usahakan aliran tak terlalu deras atau tidak terlalu sedikitsedikit.

Lakukan sekitar 15 menit, periksa setiap 5 menit untuk melihat apakah


benda asing sudah dikeluarkan

Bila masih ada rasa tidak enak di mata meski sudah dibilas atau benda
asing tak juga keluar, periksakan ke dokter. Apalagi bila merah di mata
tidak hilang, mungkin terjadi sedikit kerusakan jaringan atau infeksi yang
perlu diobati.3

Bila mata kemasukan benda asing yang cukup besar


Bisa terjadi saat anak bermain pensil dan ujung pensil masuk ke mata, atau tak
sengaja ia menjatuhkan gelas dan pecahannya terpental ke mata, atau pada
kecelakaan.

Yang pertama, jangan panik

Bawa segera anak ke unit gawat darurat, kita tidak tahu sedalam apa benda
itu masuk ke bola mata.

Selama membawa anak ke rumah sakit, tutuplah mata yang terkena. Bila
bendanya kecil, gunakan tutup mata atau kasa steril. Jika benda besar, tutup
mata yang terkena dengan cangkir kecil yang difiksasi. Tujuannya untuk
mengurangi tekanan di mata.

Tenangkan dan buat ia senyaman mungkin sampai bantuan dating.3

Bila mata terkena zat kimia


Banyak zat kimia di sekitar rumah yang berbahaya bila terkena mata karena
dapat bereaksi menyebabkan kerusakan mata. Yang paling utama adalah mencegah
agar si kecil tidak bersentuhan dengan zat kimia tersebut.

30

Bila hal itu terjadi, segera alirkan air matang suam kuku ke mata yang terkena selama
15-30 menit. Bila anak tampak terus kesakitan atau penglihatannya mengabur, bawa
ke unit gawat darurat.6

Memar mata
Memar pada mata bisa saja terjadi saat anak bermain. Mungkin tak ada benda
asing di matanya, tetapi lebam di sekitar mata atau bahkan di bola matanya bisa jadi
membuat Anda khawatir. Bila Anda tidak yakin dengan kondisi matanya, periksakan
ke dokter untuk memastikan tak ada hal yang serius.
Ini yang bisa dilakukan bila terjadi memar di sekitar mata

Kompres dingin: dilakukan setiap 5-10 menit, lalu diistirahatkan 5-10 menit
berikutnya. Kompres dingin bisa dibuat dari es yang dibungkus handuk atau
kaus kaki. Bila tidak ada es, gunakan kompres air dingin untuk sementara.

Kompres hangat: dilakukan 1-2 hari setelah kompres dingin. Kompres hangat
juga dapat membantu

Berikan obat antinyeri seperti parasetamol. Hindari penggunaan ibuprofen


atau aspirin karena ditakutkan akan menambah perdarahan.

Tinggikan posisi kepala dan buatlah ia tidur dengan mata yang sehat di bagian
bawah

Jika mata bertambah merah, ada cairan keluar dari mata, rasa nyeri terus
menerus, penglihatan berkurang, atau mengenai kedua mata membentuk kaca
mata hitam, segera laporkan ke dokter. Juga bila Anda melihat ada perdarahan
di bagian putih bola mata terutama di sekitar kornea.19

31

BAB III
PENUTUP

Trauma pada mata dapat terjadi dalam bentuk-bentuk antara lain trauma
mekanik (tumpul dan tajam), trauma kimia (asam dan basa), dan trauma fisik.
Pemeriksaan awal pada trauma mata antara lain meliputi anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan
segera sesudah cedera. Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat progesif
lambat atau berawitan mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing intraocular
apabila terdapat riwayat memalu, mengasah atau ledakan.
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman
penglihatan. Apabila gangguan penglihatannya parah, maka periksa proyeksi cahaya,
diskriminasi dua-titik dan adanya defek pupil aferen. Periksa motilitas mata dan
sensasi kulit periorbita dan lakukan palpasi untuk mencari defek pada bagian tepi
tulang orbita. Pada pemeriksaan bedside, adanya enoftalmus dapat ditentukan dengan
melihat profil kornea dari atas alis. Apabila tidak tersedia slit-lamp di ruang darurat,
maka senter, kaca pembesar atau oftalmoskop langsung pada + 10 ( nomor gelap )
dapat digunakan untuk memeriksa adanya cedera dipermukaan tarsal kelopak mata
dan segmen anterior.

32

Permukaan kornea diperiksa untuk mencari adanya benda asing, luka dan
abrasi. Dilakukan inspeksi konjungtiva bulbaris untuk mencari adanya perdarahan,
benda asing atau laserasi. Kedalaman dan kejernihan kamera anterior dicatat. Ukuran,
bentuk dan reaksi terhadap cahaya dari pupil harus dibandingkan dengan mata yang
lain untuk memastikan apakah terdapat defek pupil aferen di mata yang cedera.
Apabila bola mata tidak rusak, maka kelopak, konjungtiva palpebra dan forniks dapat
diperiksa secara lebih teliti, termasuk inspeksi setelah eversi kelopak mata atas.
Oftalmoskop langsung dan tidak langsung digunakan untuk mengamati lensa, korpus
vitreosus, diskus optikus, dan retina. Dokumentasi foto bermanfaat untuk tujuantujuan medikolegal pada semua kasus trauma eksternal. Pada semua kasus trauma
mata, mata yang tampak tidak cedera juga harus diperiksa dengan teliti.

33

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology (2008). Fundamental and Principles of

Ophthalmology. Basic and Clinical Science Course, Section 2. San


Francisco, p. 5 89
2. American Academy of Ophthalmology (2008). Retina and Vitreus. Basic and

Clinical Science Course, Section 12. San Francisco, p. 315 333


3. American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular Complaints.

Diakses 19 November 2014 dari http://www.acep.org/content.aspx?id=26712


4. Havens, Kosoko-Lasaki and Palmer. 2009. Penetrating Eye Injury: A Case Study.

American Journal of Clinical Medicine


5. Apuranto, H. (2010) Luka Akibat Benda Tumpul, dalam Buku Ajar Ilmu

Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Departemen Ilmu Kedokteran


Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya, p. 36 45
6. Augsburger, J. Taylor Asbury (2008). Trauma Mata & Orbita, dalam Vaughan &

Asbury Oftalmologi Umum, edisi 17, Penerbit Buku Kedokteran EGC,


Jakarta. p. 372 381
7. Dua, H. S., King, A.J., Joseph, A. 2001 New classification for ocular surface

burns, 85: 1379-1383, British Journal of Ophthalmology. Diakses 19

34

November 2014, dari http://bjo.bmj.com/content/85/11/1379.full.pdf new


classification.
8. Ilyas,Sidharta. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI
9. International

Council of Opthalmology. 2002.

Birmingham Eye Trauma

Terminology. In: American Society of Ocular Trauma. 15: 139-143


10. James, B. et al. (2003). Lecture Note Oftalmologi, edisi kesembilan, Penerbit

Erlangga, Jakarta. p. 1 17
11. Kanski, JJ (2007). Clinical Ophthalmology, 6th ed. Elsevier Limited Publisher,

Philadelphia USA, p. 847 868


12. Khurana, AK (2007). Comprehensive Ophthalmology, 4 th ed. New Age

International (P) Limited Publishers, New Delhi, p. 3 11, 401 416


13. Lecuona, Karin. 2005. Assesing and Managing Eye Injuries. Community Eye

Health Jounal. Vol. 18, No. 55


14. Lincol, et. al. 2007. Head, Face and Eye Injuries in Scholastic and Collegiate

Lacrosse: A 4-Years Prospective Study. American Journal of Sports


Medicine.
15. Mishra and Verma. 2012. Sports Related Occular Injuries. Medical Journal Armed

Forces India: 260-266


16. Murithi and Njuguna. 2008. Occular Injuries in Children. East African Medical

Journal. Vol. 85, No. 2: Kenya.


17. Nadeem, Ayub and Fawad. 2013. Visual Outcome of Occular Trauma. Pakistan

Journal of Opthalmology: Vol. 29, No. 1


18. Okoye, I. 2006. Eye Injury Requiring Hospitalisation in Enugu Nigeria: A One-

Year Survey. Nigerian Journal of Surgical Research. Vol. 8, No. 1-2.


19. Olsen, WT (2002). Trauma dalam Clinical Retina, ed. David A Quillen, Barbara A

Blodi. American Medical Assosiation, USA, p. 285 300


20. Radjamin R.K.et all 1998. Ilmu Penyakit mata. 3rd edisi. Surabaya : Airlangga

University Press.

35

21. Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009.


22. Shahid, et. al. 2014. Photo Documentation in Occular Trauma. International

Journal of Opthalmology and Eye Science.


23. Singman, Eric. 2013. Automating The Assessment of Visual Dysfunction After

Traumatic Brain Injury. Herbert Open Access Jounals: Baltimore, USA.


24. Tjokronegoro, Arjatmo. 2003. Ilmu Penyakit Mata,3 rd edisi. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI
25. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika.

Jakarta. 2000.
26. Whitcher, Srinivasan and Upadhyay. 2001. Corneal Blindness: A Global

Perspective. Bulletin of World Health Organization: 79: 214-221

Anda mungkin juga menyukai