BAB 1
PENDAHULUAN
Walaupun mata mempunnyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga
orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar,selain terdapatnya refleks memejam
atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata serta rongga orbita.
Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga
mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang
tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan
kebutaan.5
Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini secara terpisah atau
menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat mengenai jaringan mata:
palpebrae, konjungtiva, cornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita.
Trauma mata merupakan keadaan gawat darurat pada mata.12
Trauma mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada anak dan
dewasa muda; kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah.
Segala umur dapat terkena rudapaksa mata walaupun beberapa kelompok umur
tersering terkena (50 %) yaitu umur kurang dari 18 tahun (di USA). Dewasa mudaterutama pria-merupakan kelompok yang kemungkinan besar mengalami cedera
tembus mata. Kecelakaan dirumah, kekerasan, ledakan aki, cedera akibat olahraga
dan kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan-keadaan yang paling sering
menyebabkan trauma mata.13
Trauma pada mata sering mengalami kesukaran dalam menilai kerusakan yang
diakibatkannya. Kadang-kadang pukulan mempunyai kesan tidak keras dan
kerusakan matapun sepintas lalu tidak nampak. Tetapi ternyata membawa akibat berat
bahkan sampai timbul kebutaan. Memang keadaan ini sering mengherankan terutama
bagi para sejawat bukan dokter mata, oleh karena memang tidak mempunyai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, humor aqueus, serta humor vitreus yang
masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya sendiri.1
Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang
bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan
Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa
retina ke otak
mata
ketiga sel kerucut tersebut mendapatkan stimulasi yang sama, maka kita akan melihat
warna putih.24
2.2 Definisi dan Klasifikasi Trauma Mata
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan
perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga
sebagai kasus polisi. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau
menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering
menimbulkan perlukaan atau trauma mata. Trauma mata dapat menyebabkan
kebutaan unilateral. Trauma mata dapat mempengaruhi aspek sosial dan psikologi
pada pasien dikemudian hari.6
Trauma mata dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :
A.
Trauma Terbuka
Trauma Tertutup
Kontusio
Superficial
Foreign Body
Lamelar
Laserasi
Laserasi
Penetrasi
Perforasi
IOFB
Ruptur
10
Ruptur
Khemis
a)
Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai,
kapur, lem (perekat).
b)
C.
2.3
Fisis
a)
Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
b)
11
kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di
negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali
lebih banyak daripada wanita. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat
kebutaan unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus
bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Menurut
United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai
16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak
pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun.21
2.4
Etiologi
Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya
trauma:10
I.
Trauma
tajam selain
menimbulkan
perlukaan
dapat
juga disertai
tertinggalnya benda asing didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat
bersifat tidak beracun dan beracun. Benda beracun contohnya logam besi,
tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu. Bahan tidak
beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan
infeksi jika tercemar oleh kuman.
II.
III.
IV.
Trauma Mekanik
12
a.
Gangguan
molekuler. Dengan
adanya
perubahan
patologi
akan
c.
2.5
Patofisiologi
Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada
pembuluh darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan
dalam bilik mata depan. Iris bagian perifer merupakan bagian paling lemah. Suatu
trauma yang mengenai mata akan menimbulkan kekuatan hidraulis yang dapat
menyebabkan hifema dan iridodialisis, serta merobek lapisan otot spingter sehingga
pupil menjadi ovoid dan non reaktif. Tenaga yang timbul dari suatu trauma
diperkirakan akan terus ke dalam isi bola mata melalui sumbu anterior posterior
sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bola mata ke lateral
sesuai dengan garis ekuator. Hifema yang terjadi dalam beberapa hari akan berhenti,
oleh karena adanya proses homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserap
sehingga akan menjadi jernih kembali.3
13
Palpebra
Mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapat
menyebabkan suatu ptosis yang permanent
b.
Saluran Lakrimalis
Dapat merusak sistem pengaliran air mata dai pungtum lakrimalis sampai ke
rongga hidung. Hal ini dapat menyeabkan kekurangan air mata.
c.
Congjungtiva
Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub
konjungtiva
d.
Sklera
Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekana bola
mata dan kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar dapat
disertai prolap jaringan bola mata, bola mata menjadi injury.
14
e.
Kornea
Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi
kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea menyebabkan
iris prolaps, korpusvitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat
menurunkan visus
f.
Lensa
Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga
menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya
akomodasi tisak adekuat.
g.
Iris
Bila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil agak
kepinggir letaknya, pada pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap selain pada
pupil, tetapi juga pada dasar iris tempat iridodialisis.
h.
Pupil
Bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter pupil
sehingga pupil menjadi midriasis
i.
Retina
Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga
badan kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan
kaca bisa juga teri oblaina retina. Perdarahan vitreus dapat terjadi karena
kerusakan pada pembuluh darah pada iris, badan silier, retina, choroid, juga
dapat disebabkan oleh karena robekan pada retina. Sebab dari perdarahan retina
biasanya selalu dapat dilihat. Kadang perdarahan yang sedikit bisa berkembang
menjadi perdarahan yang luas, karena itu pemeriksaan mata yang hati hati
menggunakan indirect oftalmoskop harus dilakukan sesegera mungkin. Jika
segmen posterior tak dapat dilihat karena perdarahan vitreus, maka hal ini
merupakan indikasi pemeriksaan USG. Hampir semua robekan retina, koroid
dapat dideteksi dengan USG.2
15
Ruptur koroid dapat single atau multiple, biasanya di bagian tepi, bisa juga
mengelilingi diskus optikus. Ruptur yang meluas hingga macula sentral bisa
menyebabkan hilangnya penglihatan yang permanen. Neovaskularisasi koroid sering
merupakan komplikasi susulan sebagai respon dari kerusakan membrane Bruch.2
Trauma Asam :
Pada minggu pertama:
Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam seperti
stroma kornea, keratosit dan endotel kornea.
Bila terjadi penetrasi jaringan yang lebih dalam akan terjadi edema kornea,
iritis dan katarak.
Bila trauma disebabkan karena asam lemah maka regenerasi epitel akan
terjadi dalam beberapa hari dan kemudian sembuh.
Bila trauma disebabkan asam kuat maka stroma kornea akan berwarna kelabu
infiltrasi sel radang kedalamnya. Infiltrasi sel kedalam stroma oleh bahan
asam terjadi dalam waktu 24 jam.
Beberapa menit atau beberapa jam sesudah trauma asam konjungtiva bulbi
menjadi hiperemi dan kemotik. Kadang-kadang terdapat perdarahan pada
konjungtiva bulbi.
Tekanan bola mata akan meninggi pada hari pertama, yang kemudian akan
menjadi normal atau merendah.
16
Pada trauma asam yang berat akan terbentuk tukak kornea dengan
vaskularisasi yang bersifat progresif.
Keadaan terburuk pada trauma asam pada saat ini ialah berupa vaskularisasi
berat pada kornea.
Trauma asam yang tidak sangat berat akan sembuh sesudah 3 minggu
Akibat trauma asam diketahui bahwa perubahan reaksi biokimia ditentukan oleh
jenis anion asam yang menyebabkan trauma. Asam merusak dan memutus ikatan
intramolekul protein, dan protein yang berkoagulasi merupakan barier terhadap
penetrasi lanjut daripada asam kedalam jaringan. Diketahui asam sulfur
mengakibatkan kadar mukopolisakarida jaringan menurun. Bila trauma disebabkan
oleh HCl, maka pH cairan mata turun sesudah trauma berlangsung 30 menit. Pada
trauma asam tidak terdapat gangguan pembentukan jaringan kolagen. Padda trauma
asam berat yang merusak badan silier akan terjadi penurunan kadar askorbat dalam
cairan mata dan kornea.20
Trauma Basa :
Keadaan akut yang terjadi pada minggu pertama :
Terajdi kerusakan komponen vaskuler iris, badan silier dan epitel lensa.
17
Trauma alkali berat akan membentuk jaringan granulasi pada iris dan
badan siliar sehingga terjadi fibrosis.
Trauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan berat jangka
panjang dan rasa tidak enak pada mata. Prognosisnya ditentukan oleh bahan alkali
18
penyebab trauma tersebut. Terdapat 2 klasifikasi trauma basa pada mata untuk
menganalisis kerusakan dan beratnya kerusakan.18
Klasifikasi Huges
Ringan
Sedang
Prognosis baik.
Terdapat
erosi
epitel
kornea.
Pada
kornea
Prognosis baik
Terdapat
kornea
Prognosis buruk
Akibat
kekeruhan
dilihat
dan
kekeruhan
terdapat
Berat
pada
kornea
dan
Konjungtiva
dan
sklera pucat
konjungtiva
kornea
ataupun konjungtiva.
Tabel 2.5.1 Klasifikasi Huges25
Klasifikasi Thoft
Derajat 1
terjadi
Derajat 2
terjadi
Derajat 3
terjadi
hiperemi
hiperemi
keratitis hilangnya
Derajat 4
hiperemi
konjungtiva
dan sebanyak 50%
kornea
Tabel 2.5.2 Klasifikasi Thoft25
nekrosis
19
Luka bakar alkali derajat 1 dan 2 akan sembuh dengan jaringan arut tanpa
terdapatnya neovaskularisasi kedalam kornea. Luka bakar alkali derajat 3 dan 4
membutuhkan waktu sembuh berbulan bulan bahkan bertahun-tahun.
Pada pasien trauma mata dapat menyebabkan kebutaan. Prognosis adanya
kebutaan diopengaruhi oleh:18
a.
Tipe trauma
b.
c.
d.
2.6
Manifestasi Klinis
A. Hematoma palpebra
Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan, tetapi bila
terjadi pada kedua mata , hati-hati kemungkinan adanya fraktur basis kranii.
Penanganan: Kompres dingin 3 kali sehari.
B. Ruptura kornea
Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris,
merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.
C. Ruptura membran descement
Di tandai dengan adanya garis kekeruhan yang berkelok-kelok pada kornea, yang
sebenarnya adalah lipatan membran descement, visus sangat menurun dan kornea
sulit menjadi jernih kembali.
Penanganan: Pemberian obat-obatan yang membantu menghentikan perdarahan
dan tetes mata kortisol.
D. Hifema
Perdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris
atau korpus siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah
kornea, hal ini merupakan suatu keadaan yang serius.
Pembagian hifema:
20
a.
b.
c.
Hifema ringan tidak mengganggu visus, tetapi apabila sangat hebat akan
mempengaruhi visus karena adanya peningkatan tekanan intra okuler.
Penanganan: Istirahat, dan apabila karena peningkatan tekanan intra okuli yang
di sertai dengan glaukoma maka perlu adanya operasi segera dengan di
lakukannya parasintesis yaitu membuat insisi pada kornea dekat limbus,
kemudian di beri salep mata antibiotik dan di tutup dengan verband.
E.
Iridoparese-iridoplegia
Adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis.
Penanganan: Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai
berbulan-bulan tetap midriasis maka telah terjadi iridoplegia yang iriversibel.
F. Iridodialisis
Ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula
dan di sebut dengan pseudopupil.
Penanganan: Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-apa, tetapi jika
ada maka perlu adanya operasi untuk memfixasi iris yang lepas.
G.
Irideremia
Ialah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan.
Penanganan secara konservatif adalah dengan memberikan kacamata untuk
mengurangi silau.
H.
I.
21
J.
Glaukoma
Di sebabkan oleh kare na robekan trabekulum pada sudut kamera okuli anterior,
yang di sebut traumatic angle yang menyebabkan gangguan aliran akquos
humour.
Penanganan di lakukan secara operatif.
K. Ruptura sclera
Menimbulkan penurunan teknan intra okuler. Perlu adanya tindakan operatif
segera.
L. Ruptura retina
Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan kebutaan, harus
di lakukan operasi.23
Adapun manifestasi klinisnya pada klasifikasi trauma adalah sebagai berikut:
A. Trauma Tumpul
a.
Rongga Orbita : suatu rongga yang terdiri dari bola mata dan 7 ruas tulang
yang membentuk dinding orbita (lakrimal, ethmoid, sfenoid, frontal,
maksila, platinum dan zigomatikus.
Jika pada trauma mengenai rongga orbita maka akan terjadi fraktur orbita,
kebutaan (jika mengenai saraf), perdarahan didalam rongga orbita,
gangguan gerakan bola mata.
b.
penutupan
22
Jika pada palpebra terjadi trauma tumpul maka akan terjadi hematom,
edema palpebra yang dapat menyebabkan kelopak mata tidak dapat
membuka
dengan
sempurna
(ptosis),
kelumpuhan
kelopak
mata
d.
e.
Iris atau badan silier : merupakan bagian dari uvea. Pendarahan uvea
dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar
posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat
tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2
pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rektus lateral.
Arteri siliar anterior dan posterior ini ber gabung menjadi satu membentuk
arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvae posterior mendapat
perdarahan dari 15 20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus
sklera di sekitar tempat masuk saraf optik.
hifema (perdarahan bilik mata depan), iridodialisis (iris terlepas dari
insersinya) merupakan tanda patologik jika trauma mengenai iris.
23
f.
g.
h.
Retina : Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas
penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan
kaca dan koroid.Letaknya antara badan kaca dan koroid.1,2 Bagian anterior
berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan
sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira ber
diameter 1 2 mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan.
Ditengah makula lutea terdapat bercak mengkilat yang merupakan reflek
fovea.
Secara patologik jika retina terkena trauma akan terjadi edema makula
retina, ablasio retina, fotopsia, lapang pandang terganggu dan penurunan
tekanan bola mata.
i.
B.
Trauma Tajam
a.
b.
c.
d.
24
e.
Sklera : pada luka yang agak besar akan terlihat jaringan uvea (iris, badan
silier dan koroid yang berwarna gelap).
f.
Kornea, iris, badan silier, lensa, korpus vitreus : laserasi kornea yan g
disertai penetrasi kornea, prolaps jaringan iris, penurunan TIO, adanya luka
pada kornea, edema.
g.
Koroid dan kornea : luka perforasi cukup luas pada sklera, perdarahan
korpus vitreus dan ablasi retina.25
C.
Trauma Kimia
Asam
Kekeruhan pada kornea akibat terjadi koagulasi protein epitel kornea. 20
Basa/Alkali
Kebutaan
Edema kornea
Ulkus kornea
25
2.7
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Fisik : dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman
penglihatan.
2) Slit lamp : untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior bola mata.
3) Tes fluoresin : digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera kelihatan
jelas.
4) Tonometri : untuk mengetahui tekakan bola mata. nilai normal tekanan bola
mata (normal 12-25 mmHg).
5) Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan oftalmoskop indirek : untuk
mengetahui adanya benda asing intraokuler.
6) Tes Seidel : untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini
dilakukan dengan cara memberi anastesi pada mata yaang akan diperiksa,
kemudian diuji pada strip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp
dengan filter kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat
perubahan pH bila ada pengeluaran cairan mata.
7) Pemeriksaan ct-scan dan USG B-scan : digunakan untuk mengetahui posisi
benda asing.
8) Electroretinography (ERG) : untuk mengetahui ada tidaknya degenerasi pada
retina.
9) Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin
mengalami penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan
pada sistem suplai untuk retina.
10) Kalau perlu pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri, gonioskopi, dan
tonografi, maupun funduskopi
11) Pemeriksaan dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal
dari okuler, papiledema, retina hemoragi.
12) Pemeriksaan Radiologi : Pemeriksaan radiology pada trauma mata sangat
membantu dalam menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing
26
1.
a.
Tirah baring sempurna dalam posisi fowler untuk menimbulkan gravitasi guna
membantu keluarnya hifema dari mata.
b.
c.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Indikasi Parasentesis
o
27
o
2.
Trauma tajam22
b.
Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata.
c.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
28
e.
f.
g.
h.
Catatan :
6 tahapan penatalaksanaan trauma mata :
a.
Irigasi
b.
Reepitalisasi kornea
c.
d.
e.
Mengendalikan TIO
f.
Dengan perlahan, tariklah kelopak mata bagian bawah dan minta si kecil
membuka matanya selebar mungkin. Untuk bayi dan batita, mungkin
membutuhkan bantuan orang lain.
29
Sedikit demi sedikit, alirkan air matang suam-suam kuku dari gelas ke mata
yang terkena. Jika ada, cairan bisa diganti dengan cairan garam steril
(Nacl) 0,9% Usahakan aliran tak terlalu deras atau tidak terlalu sedikitsedikit.
Bila masih ada rasa tidak enak di mata meski sudah dibilas atau benda
asing tak juga keluar, periksakan ke dokter. Apalagi bila merah di mata
tidak hilang, mungkin terjadi sedikit kerusakan jaringan atau infeksi yang
perlu diobati.3
Bawa segera anak ke unit gawat darurat, kita tidak tahu sedalam apa benda
itu masuk ke bola mata.
Selama membawa anak ke rumah sakit, tutuplah mata yang terkena. Bila
bendanya kecil, gunakan tutup mata atau kasa steril. Jika benda besar, tutup
mata yang terkena dengan cangkir kecil yang difiksasi. Tujuannya untuk
mengurangi tekanan di mata.
30
Bila hal itu terjadi, segera alirkan air matang suam kuku ke mata yang terkena selama
15-30 menit. Bila anak tampak terus kesakitan atau penglihatannya mengabur, bawa
ke unit gawat darurat.6
Memar mata
Memar pada mata bisa saja terjadi saat anak bermain. Mungkin tak ada benda
asing di matanya, tetapi lebam di sekitar mata atau bahkan di bola matanya bisa jadi
membuat Anda khawatir. Bila Anda tidak yakin dengan kondisi matanya, periksakan
ke dokter untuk memastikan tak ada hal yang serius.
Ini yang bisa dilakukan bila terjadi memar di sekitar mata
Kompres dingin: dilakukan setiap 5-10 menit, lalu diistirahatkan 5-10 menit
berikutnya. Kompres dingin bisa dibuat dari es yang dibungkus handuk atau
kaus kaki. Bila tidak ada es, gunakan kompres air dingin untuk sementara.
Kompres hangat: dilakukan 1-2 hari setelah kompres dingin. Kompres hangat
juga dapat membantu
Tinggikan posisi kepala dan buatlah ia tidur dengan mata yang sehat di bagian
bawah
Jika mata bertambah merah, ada cairan keluar dari mata, rasa nyeri terus
menerus, penglihatan berkurang, atau mengenai kedua mata membentuk kaca
mata hitam, segera laporkan ke dokter. Juga bila Anda melihat ada perdarahan
di bagian putih bola mata terutama di sekitar kornea.19
31
BAB III
PENUTUP
Trauma pada mata dapat terjadi dalam bentuk-bentuk antara lain trauma
mekanik (tumpul dan tajam), trauma kimia (asam dan basa), dan trauma fisik.
Pemeriksaan awal pada trauma mata antara lain meliputi anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan
segera sesudah cedera. Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat progesif
lambat atau berawitan mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing intraocular
apabila terdapat riwayat memalu, mengasah atau ledakan.
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman
penglihatan. Apabila gangguan penglihatannya parah, maka periksa proyeksi cahaya,
diskriminasi dua-titik dan adanya defek pupil aferen. Periksa motilitas mata dan
sensasi kulit periorbita dan lakukan palpasi untuk mencari defek pada bagian tepi
tulang orbita. Pada pemeriksaan bedside, adanya enoftalmus dapat ditentukan dengan
melihat profil kornea dari atas alis. Apabila tidak tersedia slit-lamp di ruang darurat,
maka senter, kaca pembesar atau oftalmoskop langsung pada + 10 ( nomor gelap )
dapat digunakan untuk memeriksa adanya cedera dipermukaan tarsal kelopak mata
dan segmen anterior.
32
Permukaan kornea diperiksa untuk mencari adanya benda asing, luka dan
abrasi. Dilakukan inspeksi konjungtiva bulbaris untuk mencari adanya perdarahan,
benda asing atau laserasi. Kedalaman dan kejernihan kamera anterior dicatat. Ukuran,
bentuk dan reaksi terhadap cahaya dari pupil harus dibandingkan dengan mata yang
lain untuk memastikan apakah terdapat defek pupil aferen di mata yang cedera.
Apabila bola mata tidak rusak, maka kelopak, konjungtiva palpebra dan forniks dapat
diperiksa secara lebih teliti, termasuk inspeksi setelah eversi kelopak mata atas.
Oftalmoskop langsung dan tidak langsung digunakan untuk mengamati lensa, korpus
vitreosus, diskus optikus, dan retina. Dokumentasi foto bermanfaat untuk tujuantujuan medikolegal pada semua kasus trauma eksternal. Pada semua kasus trauma
mata, mata yang tampak tidak cedera juga harus diperiksa dengan teliti.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
Penerbit FKUI
9. International
Erlangga, Jakarta. p. 1 17
11. Kanski, JJ (2007). Clinical Ophthalmology, 6th ed. Elsevier Limited Publisher,
University Press.
35
Penerbit FKUI
25. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika.
Jakarta. 2000.
26. Whitcher, Srinivasan and Upadhyay. 2001. Corneal Blindness: A Global