Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

ADVOKASI KEBIJAKAN KESEHATAN


“Perencanaan Advokasi DBD”
Dosen Pengampu : Noerolandra Dwi S, SKM. M.Kes

Disusun Oleh:
Ayu Luviana Sari (21.02.7.029.002)
Cahya Ayu Dwi Putri (21.02.7.029.004)
Elisa Noviana (21.02.7.029.006)
Siti Robithoh (21.02.7.029.017)
Tria Nur Alfia (21.02.7.029.018)

PRODI S1 ADMINISTRASI KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA
TUBAN

1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah
“ADVOKASI KEBIJAKAN KESEHATAN”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari dosen pada mata kuliah “ADVOKASI KEBIJAKAN KESEHATAN”. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nurhadi, selaku dosen


mata kuliah “ADVOKASI KEBIJAKAN KESEHATAN” yang sudah
memeberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan program studi yang kami tekuni.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa hasi makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Saran dan masukan kami harapkan sebagai
perbaikan kedepannya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
kontribusi positif bagi kita semua.

Tuban, 08 November 2022

3
A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh


infeksi virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang
ditandai dengan demam mendadak, sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual
dan manifestasi perdarahan seperti uji tourniquet (rumple lead) positif, bintik-
bintik merah di kulit (petekie), mimisan, gusi berdarah dan lain sebagainya.
Sampai saat penyakit Arbovirus, khususnya DBD ini masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun
ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan
dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan hidup
masyarakat.
Dampak ekonomi langsung adalah biaya pengobatan yang cukup mahal,
sedangkan dampak tidak langsung adalah kehilangan waktu kerja dan biaya lain
yang dikeluarkan selain pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama
perawatan di rumah sakit.
Faktor-faktor yang berperan terhadap peningkatan kasus DBD antara lain
kepadatan vektor, kepadatan penduduk yang terus meningkat sejalan dengan
pembangunan kawasan pemukiman, urbanisasi yang tidak terkendali,
meningkatnya sarana transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat
yang kurang sadar terhadap kebersihan lingkungan, serta perubahan iklim (climate
change).
Pengendalian penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) telah diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah dan Keputusan Menteri Kesehatan
nomor 92 tahun 1994 tentang perubahan atas lampiran Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 581/ MENKES/SK/1992, dimana menitikberatkan pada upaya
pencegahan dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) selain
penatalaksanaan penderita DBD dengan memperkuat kapasitas pelayanan
kesehatan dan sumber daya, memperkuat surveilans epidemiologi dan optimalisasi
kewaspadaan dini terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. Manajemen
pengendalian vektor secara umum diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian
Vektor.
Mengingat obat dan untuk mencegah virus Dengue hingga saat ini belum
tersedia, maka cara utama yang dapat dilakukan sampai saat ini adalah dengan
pengendalian vektor penular (Aedes aegypti). Pengendalian vektor ini dapat
dilakukan dengan pelaksanaan kegiatan PSN 3M Plus.

4
*Contoh Kasus

Contoh Kasus Demam Berdarah dalam Upaya Promosi Kesehatan


Disuatu desa dimana terdapat puskesmas X dengan jumlah
pengunjung yang datang pada tanggal 04 November 2012 sebanyak 50
orang untuk mengikuti kegiatan penyuluhan
pencegahan demam berdarah. Masyarakat Desa yang datang untuk
mengikuti kegiatan promosi kesehatan di puskesmas sebagian besar
adalah orang dewasa usia sekitar 20 – 50 tahun yang berpendidikan
SMA, sebagian masyarakat berpenghasilan dari bertani dan Ibu rumah
tangga. Di puskesmas X sudah terdata jumlah penduduk yang
menderita demam berdarah 15 orang pada bulan Oktober 2012 yang
terdiri dari 10 orang dewasa dan 5 orang anak, yang mana
akibat dari penyakit demam berdarah tersebut ada 3 orang yang
meninggal yaitu 2 orang anak, dan 1 orang dewasa.

 Prinsip promosi kesehatan berdasarkan kasusu diatas dengan


menggunakan prinsip yaitu :
1) Empowerment ( pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk
memungkinkan seseorang untuk mendapatkan kontrol lebih besar
atas keputusan dan tindakkan yang mempengaruhi kesehatan
mereka
2) Partisipative ( partisipasi) yaitu dimana seseorang
mengambil bagian aktif dalam pengambilan keputusan.

 Strategi dan intervensi yang dilakukan ialah sebagai berikut


:
1) Advokasi
Melakukan pendekatan terdahulu dengan para pejabat
untuk memberikan bantuan di puskesmas X dalam mencegah demam
berdarah dengan menunjukkan data yang ada kepada para
pejabat.
Intervensi yang dilakukan : Melakukan dialog, diskusi
kepada para pejabat untuk mendukung penyuluhan yang akan
dilakukan dan memberikan bantuan untuk kegiatan yang akan
dilaksanakan.

Hasil yang diharapkan :


 pejabat sektor mendukung kegiatan penyuluhan pencegahan
demam berdarah
 adanya bantuan dana dari pejabat untuk memberikan obat
abate kepada masyarakat secara gratis

5
  adanya ketentuan yang ditetapkan untuk kegiatan fogging
rutin didaerah desa

2) Dukungan sosial
Mendekati para tokoh masyarakat mengumpulinya dan
melakukan bimbingan serta pengajaran kepada tokoh masyarakat
agar dapat diberikan informasinya kepada para masyarakat
didaerah desa tersebut.
Intervensi : kegiatan yang dilakukan kepada tokoh
masyarakat sebelum penyuluhan memberikan bimbingan akan
pencegahan demam berdarah,
Hasil yang diharapkan : bimbingan yang diberikan
kepada tokoh masyarakat dapat berbagi kepada masyarakat
sehingga mendukung jalanya penyuluhan nantinya

3) Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan yang dilakukan dengan sumber dayanya
adalah masyarkat sendiri yang mana nantinya tampak akan
prilakunya untuk melakukan informasi yang telah diterima.
Intervensi : Melakukan kegiatan penyuluhan tentang
materi pencegahan demam berdarah, membagikan bubuk abate
yang telah diberi dan oleh pejabat sektor, serta memberikan
informasi tentang fogging kepada masyarakat

Hasil yang diharapkan :

 Masyarakat dapat paham akan materi pencegahan demam berdarah


 Masyarakat dapat melakukan kegiat menguras air, mngubur
sampah yang dapat menampung air, dan menutup air tampungan
dirumah
 Menggunakan bubuk abate dirumah untuk membunuh jentik nyamuk
aedes aqepty
 Mengetahui tentang jadwal fogging yang akan diprogram nanti

Metode yang digunakan dalam promosi kesehatan dalam kasus


adalah ceramah dan diskusi di dalam kelompok masyarakat. Media
dalam promosi kesehatan demam berdarah yang diambil kelompok
adalah media poster. Poster pencegahan demam berdarah yang
dapat ditemui menempel didinding atau tempat-tempat umum
seperti di puskesmas, rumah sakit, atau  dilingkungan rumah.

6
Ukuran poster biasanya 50-60 cm biasanya dalam satu poster
hanya mempunyai satu tema poster.

Anda mungkin juga menyukai